a. Menerima Receiving
Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh obyek.
b. Menanggapi Responding
Menanggapi diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap
c. Menghargai Valuing
Menghargai diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga kecenderungan untuk bertindak.
d. Bertanggung jawab Responsible
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.
3. Tindakan
Tindakan adalah kecendrungan untuk bertindak praktek. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya dalam tindakan perlu faktor lain,yaitu
sarana dalam prasarana. Praktek atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:
a. Respon terpimpin guided response
Apabila seseorang dapat melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanis Mechanism
Apabila subyek atau seseorang telah melakukan atau mempraktekkan sesuatu dengan secara otomatis.
Universitas Sumatera Utara
c. Adaptasi Adoption
Adalah tindakan atau praktek yang sudah berkembang, artinya apa yang sudah dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau
tindakan yang berkualitas.
2.1.2. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan Health behavior adalah respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sehat-sakit kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan
seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Notoatmodjo, 2010.
Becker 1979 membuat tiga klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan yaitu: 1.
Perilaku Sehat Health behavior adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan antara lain:
makan dengan menu seimbang, kegiatan fisik secara teratur dan cukup, tidak merokok dan meminum minuman keras serta menggunakan narkoba, istrahat yang cukup,
pengendalian atau menejemen stres, perilaku dan gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan.
2. Perilaku Sakit Illnes behavior adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang
yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya.
Pada saat sakit atau anaknya sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang
Universitas Sumatera Utara
muncul, antara lain: a.
Didiamkan saja no action, artinya sakit tersebut diabaikan dan tetap menjalankan kegiatan sehari-hari,
b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri self treatment atau
self medication , dimana pengobatan itu sendiri ada dua cara, yakni: cara
tradisional kerokan, minum jamu, obat gosok, dan sebagainya, dan cara modren , misalnya minum obat yang dibeli dari warung, toko obat atau apotek.
c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas kesehatan, yang
dibedakan menjadi dua yaitu: fasilitas pelayanan kesehatan tradisional dukun, sinshe, paranormal, dan fasilitas pelayanan modren atau profesional puskesmas,
poliklinik, dokter atau bidan praktek swasta, rumah sakit. 3.
Perilaku peran orang sakit the sick role behavior Menurut Becker, hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan
perilaku peran orang sakit antara lain: a.
Tindakan untuk memperoleh kesembuhan. b.
Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk kesembuhan.
c. Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi nasihat-nasihat dokter
atau perawat untuk kesembuhannya. d.
Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhannya. e.
Melakukan kewajibannya agar tidak kambuh penyakitnya, dan sebagainya.
2.1.3.Determinan Perilaku Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini
disebut determinan. Green 1980, menjelaskan penelitian menyenai perilaku kesehatan di identifikasi tiga faktor
yang mempunyai potensi mempengaruhi kesehatan. Model ini dapat dikembangkan untuk keperluan diagnosis, perencanaan dan intervensi
pendidikan kesehatan, dan dikenal sebagai kerangka kerja PRECEDE yang merupakan singkatan dari “ Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes of Educational Diagnosis
and Evaluation”. 1.
Faktor-faktor predisposisi predisposing factors Yaitu faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antar lain
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, keyakinan,tradisi, faktor sosio demografis juga termasuk umur, jenis kelamin, suku, pendidikan dan sebagainya.
2. Faktor-faktor Pendukung Enabling factors
Yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah sakit, Obat-obatan, alat- alat kontrasepsi dan sebagainya.
3. Faktor-faktor penguat Reinforcing factors
Yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, yang terwujud dalam sikap dan tindakan petugas kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.Adopsi perilaku dan indikatornya
Adopsi perilaku merupakan proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Perubahan perilaku dalam kehidupan seseorang melalui 3 tahap yaitu:
1. Pengetahuan, sebelum seseorang mengadopsi perilaku, dia harus tahu terlebih dahulu
manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan terhadap kesehatan, mencakup
pengetahuan tentang sakit dan penyakit, pengetahuan tentang cara hidup sehat, dan pengetahuan tentang kesehatan lingkungannya.
2. Sikap, merupakan penilaian seseorang terhadap stimulus atau obyek yang dalam hal ini
adalah masalah kesehatan. Indikator sikap kesehatan meliputi: sikap terhadap sakit dan penyakit, sikap cara pemeliharaan dan hidup sehat, dan sikap terhadap lingkungan sehat.
3. Praktek atau Tindakan, setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui, proses berikutnya adalah memperaktekkan hal yang diketahui dan disikapinya Notoatmojo, 2010.
2.2.Konsep Gender
Gender adalah perbedaan peran, perilaku, fungsi laki-laki dan perempuan oleh budaya masyarakat melalui interpretasi terhadap perbedaan biologis laki-laki dan
perempuan. Setiap masyarakat mengembangkan identitas gender yang berbeda, tetapi kebanyakan masyarakat membedakan laki-laki dan perempuan dengan maskulin dan
feminim. Maskulin identik dengan keperkasaan, bergelut di sektor publik, jantan dan agresif. Sedangkan feminim identik dengan lemah lembut, berkutat di sektor domestik rumah,
pesolek, pasif. Disebabkan adanya perbedaan yang tegas terhadap peran laki-laki dan perempuan yang selama ini terjadi di dukung oleh budaya patrilineal yang sangat
Universitas Sumatera Utara
mendominasi menyebabkan ketimpangan gender terjadi. Peran laki-laki sangat ditentukan oleh suku, tempat, umur, pendidikan serta perkembangan zaman. Selama ini yang terjadi
adalah kondisi sosial yang sangat menonjolkan peran laki-laki BKKBN, 2007. Konsep gender yang mengacu pada suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki
dan perempuan yang dikontruksi secara sosial kultural atau bersifat dari waktu ke waktu dari tempat ketempat bisa berlawanan, dalam arti berbeda atau dipertukarkan Fakih, 1996.
Menurut Susanti 2000, konstruksi sosial perihal gender dapat dilihat sebagai hal yang wajar, sebab budaya pada setiap komunitas mempunyai ekspresi yang khas. Namun demikian
perbedaan gender bisa menjadi masalah jika perbedaan itu mengakibatkan ketimpangan perlakuan dalam masyarakat serta ketidakadilan dalam hak dan kesempatan baik bagi laki-
laki maupun pada perempuan. Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil
keputusan dalam pemecahan masalah adalah kepala keluarga atau anggota keluarga yang dituakan. Pemegang kekuasaan kita masih banyak bersifat Patrilineal. dimana yang dominan
pemegang kekuasaan adalah pihak suami. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak- anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya Jhonson lenny, 2010.
2.3.Pengertian Suami
Suami adalah pasangan hidup istri ayah dari anak-anak, suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan
yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan diputuskan termasuk
merencanakan keluarga Chaniago, 2002
Universitas Sumatera Utara
2.4. Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta : kula dan warga “kulawarga” yang
berarti’anggota” kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa yang masih memiliki hubungan darah, Keluarga sebagai kelompok sosial yang terdiri dari
sejumlah individu Keluarga terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut.
Menurut Salvicion dan Celis 1998 didalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Peran keluarga sangat penting untuk setiap aspek perawatan anggota keluarga, terutama pada preventif pencegahan dan kuratif pengobatan. Apabila ada anggota
keluarga yang sakit, keluarga juga yang akan memperhatikan individu tersebut secara total, menilai, dan memberikan perawatan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu keadaan sehat
sampai tingkat optimun. Mengingat prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesahjateraan anggota keluarga Jhonson lenny, 2010.
2.4.1. Tugas Keluarga Dalam Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara yaitu:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Universitas Sumatera Utara
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga. 5.
Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang
ada Jhonson Lenny, 2010
2.4.2. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga Pemegang kekuasaan dalam keluarga menurut Effendy 1998, yaitu
1. Patrilineal, yang dominan dan pemegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah.
2. Matrilineal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.
3. Equalitarian, yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu.
Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam pemecahan masalahnya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga
yang dituakan, mereka yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga. Dasar pengambilan keputusan tersebut yaitu:
1. Hak dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga
2. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga
3. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga atau
anggota keluarga yang bermasalah.
2.4.3. Ciri-ciri Keluarga Indonesia
Negara kita mempunyai beberapa ciri-ciri keluarga yaitu; 1.
Suami sebagai pengambil keputusan 2.
Merupakan suatu kesatuan yang utuh
Universitas Sumatera Utara
3. Bertanggung jawab
4. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
5. Ikatan kekeluargaan sangat erat
6. Mempunyai semangat gotong royong Jhonson Lenny, 2010.
2.4.4. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan proses yang terjadi terus menerus disepanjang masa kehidupan manusia. Dukungan keluarga berfokus pada interaksi yang berlangsung dalam
berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai
suatu yang dapat diakses untuk keluarga dukungan keluarga biastidak digunakan tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
bantuan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal seperti dukungan suami atau istri atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga berupa dukungan
keluarga eksternal yang didapat dari sahabat, teman dan tetangga bagi keluarga inti Friedman, 1998.
2.5. Diare 2.5.1. Pengertian Diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak, biasanya konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah Depkes RI, 2007. Klasifikasi diare terdiri dari 4 jenis yaitu sebagai berikut:
1. Diare akut yaitu yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Universitas Sumatera Utara
2. Diare Persisten yaitu diare akut yang berlanjut sampai 14 hari atau lebih.
3. Diare dengan penyakit penyerta yaitu diare akut atau persisten yang disertai penyakit
lain. 4.
Diare berdarah disentri. Diare merupakan kejadian diare dengan gejala awal yang mendadak pada seseorang
yang sebelumnya dalam keadaan sehat. Kejadian ini paling sering disebabkan oleh peradangan akut usus akibat infeksi bakteri, virus, maupun parasit.
Penyebab diare dikelompokkan menjadi enam golongan besar yaitu: 1.
Infeksi a.
Bakteri yaitu: Shigella, Salmonella, Escheria coli, Golongan Vibrio dll. b.
Virus yaitu: rolavirus, Norwalk, Adenovirus. c.
Parasit yaitu: Protozoa, Entamuba histolyca, cacing perut, ascaris,dll 2.
Malabsorbsi 3.
Alergi 4.
Keracunan a.
Keracunan bahan kimia b.
Keracunan oleh bahan yang dikandung dan diproduksi jasad renik, algae, ikan, buah-buahan, sayur-sayuran.
5. Imonodefisiensi
6. Sebab-sebab lain
2.5.2. Epidemiologi diare 2.5.2.1. Distribusi dan Frekuensi
Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama, baik ditinjau dari angka kesakitan terutama dari golongan bayi dan balita. Selain menimbulkan masalah yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat endemis, sering pula terjadi pada masyarakat dalam bentuk wabah disertai kematian bila tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Golongan umur tertinggi menderita diare adalah golongan umur di bawah 5 tahun dengan proporsi 55 dari penderita seluruh golongan umur. Kejadian diare pada mulai
meningkat sejak usia 6 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 1-2 tahun.
2.5.2.2. Determinan 1. Host
Beberapa faktor penjamu dapat meningkatkan insiden, beratnya penyakit dan lamanya diare :
a. Tidak memberikan ASI sampai usia 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat
melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare sepeti: Shigella dan V.Cholera.
b. Kurang gizi, beratnya penyakit, lama dan resiko kematian karena diare meningkat
pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi buruk, hal ini disebabkan:
1. Makanan yang sering dihentikan oleh orang tua karena takut dan memberikan air
teh saja. 2.
Walaupun susu diteruskan, tetapi susu yang diberikan encer dan diberikan dalam jangka waktu lama.
3. Makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diserap dengan baik karena
adanya hiper peristaltik usus, maka resiko kesakitan diare dari balita yang bergizi kurang adalah lebih sebesar 1,39-1,70 kali dari balita dengan gizi baik.
c. Diare disertai campak pada balita, 1-7 kejadian diare berhubungan dengan campak,
dan diare yang terjadi pada campak umumnya lebih berat dan lebih lama susah diobati, cenderung menjadi kronis karena adanya kelainan pada epitel usus.
Universitas Sumatera Utara
d. Imounodefisiensiimunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara
misalnya sesudah infeksi virus seperti campak atau mungkin berlangsung lama seperti pada penderita AIDS pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena
kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama.
2. Agent
Beberapa penyebab diare dibagi menjadi : a.
Bakteri seperti: Salmonella typhi, Escherchia colli, Stafylococcos Sp, Clostridium perfringes, Cryptosporidium, Giardia lamblia, vibrio eltor.
b. Parasit seperti: Protozoa Entamuba histolyca, Gradia lambia, Trichomonas hominis,
Isosporasp, Cacing Ascaris Lumbricoides, Ancylostomi, Trichuris, Tanea sodium, jamur Candida.
c. Virus seperti: Rotavirus, Adenovirus
d. Faktor Malabsorbsi seperti karbonhidrat, Lemak dan Protein,
e. Keracunan makanan karena bakteri seperti: Botulisme, Enterotoksi staphylacucus,
alergi terhadap makanan dan kekurangan energi protein KEP
3. EnvirotmenLingkungan.
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor dominan yaitu penggunaan sarana air bersih dan ketersediaan jamban keluarga.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman
maka dapat menimbulkan kejadian diare. Menurut WHO 2004, 88 penyakit diare disebabkan oleh penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan higine yang
buruk.
Universitas Sumatera Utara
Adapun masalah kesehatan lingkungan hidup di Indonesia yang masih merupakan masalah kesehatan utama:
a. Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dan memenuhi syarat kesehatan.
b. Kurangnya tersedianya jamban.
c. Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat.
d. Usaha higine dan sanitasi makanan yang belum menyeluruh
e. Banyaknya faktor penyakit.
f. Kurangnya usaha pengawasan dan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan.
g. Pembuangan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik.
2.5.3. Proses Penularan Diare
Diare sering terjadi di setiap daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan yang mengancam setiap orang tanpa mengenal usia, jenis kelamin maupun status sosial. Penyakit
diare selain terjadi secara sporadis, juga sering muncul sebagai kejadian luar biasa atau outbreaks
, yakni secara spontan muncul wabah di luar kebiasaan dalam jumlah luas wilayah yang diserangnya. Kejadian luar biasa ini bisa terjadi apabila sediaan atau pasokan air bersih
tidak cukup, yang akhirnya orang akan terpaksa meminum air yang sudah tercemar Sediaoetama, 2009
Penyebaran diare dapat bersumber dari kotoran penderita diare yang mengandung kuman penyebab diare. Bila kotoran ini tidak dibuang secara tertutup, maka akan dapat
dijangkau oleh binatang atau serangga penular penyakit serta dapat mencemari tanah dan sumber air. Kuman yang ada pada kotoran dapat langsung ditularkan kepada orang lain
melalui tangan maupun makanan. Penularan dapat juga terjadi melaui air yang digunakan untuk menggosok gigi, berkumur, mencuci sayur,atau makanan. Selain melalui tangan dan
air, kuman dapat juga ditularkan melalui vektor penyakit seperti binatang dan serangga yang
Universitas Sumatera Utara
hinggap pada kotoran kemudian menyentuh makanan. Siklus terjadinya diare pada manusia dapat dilihat pada Gambar 2.2. berikut Suraatmaja, 2010.
Gambar 2.1. Siklus terjadinya diare pada manusia.
Reservoir infeksi diare yang utama adalah manusia dan hanya sebagian kecil ada pada binatang. Kesehatan lingkungan dan kebersihan perorangan mempunyai pengaruh
langsung terhadap insiden diare dalam suatu masyarakat. Berkaitan dengan kejadian diare dinegara berkembang 16 kali episode pada seorang anak pada tahun pertama hidupnya.
Dari proses kejadian diare, berbagai faktor yang dapat berhubungan dengan kejadian penyakit diare di antaranya keadaan gizi, higine dan sanitasi lingkungan, keadaan
sosial ekonomi, budaya, kepadatan penduduk seperti perilaku yang dapat dilihat pada gambar 2.3.
Dalam Saluran Pencernaan
Kumanmasuk kedalam mulut
Makanan tercemar
DIARE
Dibawa vektor Kuman keluar
bersama tinja
Lingkungan tercemar
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare Keadaan
Gizi Hygiene
sanitasi lingkungan
Sosial Budaya
MASYARAKAT Kuman
Penyebab Penyakit diare
Penderita Diare
Meninggal
Lain-Lain faktor
Karier
Kepadatan penduduk
Sosial Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
2.5.4. Tanda dan Gejala
Kematian akibat diare umumnya disebabkan karena penderita kehilangan cairan dan elektrolit dalam tubuh yang mengakibatkan dehidrasi. Derajat diare diantaranya
ditunjukkan dari tingginya frekuensi mencret dalam satu hari apabila sudah lebih dari tiga kali. Ketepatan perkiraan derajat diare yang akan terjadi pada penderita sangat menolong
upaya atau program pencegahan yang akan dilakukan.
Tanda dan gejala penyakit diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, maka diare berdasarkan derajat dehidrasi dapat dibagi yakni: dehidrasi ringan, dehidrasi
sedang, dehidrasi berat. Yang dapat dihat pada Tabel 2.1. Suraatmaja, 2010. Tabel 2.1. Derajat Dehidrasi Batasan WHO
Tanda Gejala Dehidrasi ringan
Deihdrasi Sedang Dehidrasi berat
Keadaan Umum Sakit, gelisah, Haus
Gelisah, ngantuk, rewel
Ngantuk, lemas, Dingin, pucat,
berkeringat, dapat pingsan
Dengut nadi Normal. Kurang
dari 120mnt Cepat dan lemah, 120-
140mnt cepat,halus, kadang
tak teraba
Pernapasan Normal.
Dalam tapi cepat dalam,cepat
Ubun-ubun Normal
Cekung Sangat Cekung
Kelopak mata Normal
Cekung Sangat Cekung
Universitas Sumatera Utara
Air mata Ada
Tidak ada sangat kering
Selaput Lendir Lembab
Kering sangat kering
Elasitas Kulit Jika dicubit, segara
kembali normal Untuk kembali normal
lambat Untuk kembali
normal sangat lambat
Sumber : Derajat Dehidrasi, Maurice King
2.5.5. Penanganan Diare
Menurut Suraatmaja 2010, Terapi dirumah adalah bagian terpenting dari penanganan penderita diare yang akut. Hal ini karena diare dimulai di rumah dan anak yang
dibawa ke sarana kesehatan biasanya terus mengalami diare sesudah pulang ke rumah. Anak harus menerima pengobatan yang benar agar dehidrasi dan kekurangan gizi dapat dicegah.
Ada tiga cara dasar terapi yang dapat dilakukan : 1.
Memberikan anak cairan lebih banyak dari biasanya, anak yang diare membutuhkan lebih banyak cairan dari biasanya untuk mengganti cairan yang hilang melalui tinja
dan muntah. Bila setelah diare anak segera diberikan cairan yang tepat dalam jumlah yang memadai, dehidrasi dapat dicegah.
2. Memberikan cairan yang tepat, meskipun komposisinya tidak setepat larutan oralit
untuk mengobati dehidrasi, cairan lain seperti: air tajin, sup. Pada semua keadaan, cairan rumah tangga harus memenuhi kriteria sebagai berikut, yakni: aman diberikan,
mudah disiapkan, dapat diterima dan efektif. Komposisi cairan yang dapat diberikan adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Cairan makanan, contoh cairan makanan ini adalah larutan sup dan air tajin yang
dibuat dirumah. b.
Larutan gula garam, komposisi larutan gula garam mendekati ideal untuk mencegah diare,namun begitu untuk menyiapkan membutuhkan takaran yang tepat yaitu gula,
garam dan air. c.
Larutan oralit, larutan oralit dapat digunakan dirumah untuk mencegah dehidrasi. Paket oralit mungkin diberikan di sarana kesehatan untuk digunakan di rumah. Paket
oralit tersedia juga dipasaran untuk terapi awal dirumah Depkes RI, 2007. 3.
Memberikan makanan yang cukup pada anak. Pada saat diare berikan anak makan sebanyak yang dia mau. Tawarkan makanan setiap 3-4 jam enam kali sehari.
Pemberian makanan yang sedikit demi sedikit dan sering dapat diterima daripada diberikan dalam jumlah yang besar tapi jarang. ASI harus diberikan tanpa selingan,
susu formula atau susu sapi harus diberikan seperti biasanya. Apabila diare anak tidak membaik atau tanda-tanda dehidrasi dan timbul gejala lain yang
serius bawa anak kesarana kesehatan.
2.5.6. Pencegahan Diare
Hasil penelitian terakhir menunjukan, bahwa cara pencegahan yang benar-benar efektif yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan yang paling baik dari baru lahir sampai dua tahun. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh tubuh bayi. Pemberian ASI aman selalu tersedia dan tidak usah dibeli. Pemberian ASI selama diare mengurangi akibat negatif terhadap pertumbuhan dan
keadaan balita. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui, penggunaan
Universitas Sumatera Utara
botol untuk pemberian susu formula biasanya dapat menyebabkan resiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian ASI yang baik meliputi perhatian
terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Beberapa saran cara pemberian makanan pendamping ASI yang baik ialah: perkenalkan makanan lunak,
ketika anak berumur 6 bulan dan dapat meneruskan ASI, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik.
3. Menggunakan air bersih
Sebahagian besar kuman infeksi penyebab diare ditularkan melelui jalur oral. Masyarakat yang terjangkau penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita
diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
a. Ambil air dari sumber air yang bersih.
b. Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air. c.
Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak mandi. d.
Gunakan air yang direbus. e.
Cuci semua peralatan masak dengan air yang bersih dan cukup. 4.
Mencuci tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah buang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
Universitas Sumatera Utara
sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.
5. Membuang tinja yang benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus
dibuang dengan benar. Yang harus diperhatikan oleh keluarga, bantu anak-anak buang air besar ditempat yang bersih dan mudah dijangkau.
6. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Yang
harus diperhatikan oleh keluarga : a.
Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota masyarakat
b. Bersihkan jamban secara teratur
c. Jarak antara jamban dan Sumber air lebih kurang 10 meter.
d. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
7. Pemberian immunisasi campak
Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri anak immunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan
Depkes RI, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.5.7. Penatalaksanaan Diare a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sup, air gula
garam. Macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada:
Kebiasaan setempat dalam mengobati diare. Tersedianya cairan sari makanan yang cocok.
Jangkauan pelayanan kesehatan Tersedianya oralit
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak-anak, penderita harus di bawa ke petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat yaitu dengan
oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dianjurkan terapi oral.
c. Pemberikan ASI makanan
Pemberian ASI makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan. Berikan cairan rumah tangga termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI begitu juga anak yang
minum susu formula diberikan lebih sering juga. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan yang mudah dicerna sedikit demi sedikit tetapi sering.
d. Pemberian Zink
Universitas Sumatera Utara
Pemberian Zink selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada tiga bulan berikutnya e.
Mengobati masalah lain
Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan mengutamakan rehidrasi. Sampai saat ini belum ada obat yang aman
dan efektif untuk menghentikan diare.
f. Pemberian nasehat
Berikan nasehat kepada orangtua untuk segera membawa anaknya kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam tiga hari atau menderita sebagai berikut: Buang air besar cair
lebih sering, muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan dan minum sedikit, demam, tinja berdarah Depkes RI, 2007.
2.6. Landasan Teori