diare dianggap sebagai penyakit biasa. Dimana pendidikan suami juga sangat mempengaruhi pola pikir dalam menangani diare pada balita.
5.1.4. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian juga terlihat bahwa secara umum jenis pekerjaan responden adalah sebagai wiraswastaberdagang yaitu sebanyak 43 orang 48,3. Sementara
yang paling sedikit adalah responden dengan jenis pekerjaan PNS yaitu sebanyak 6 orang 6,7. Berdasarkan tingkat pendapatan, diperoleh sebagian besar penghasilan responden per
bulannya di atas UMR ≥ Rp 1.197.000,- yaitu sebanyak 49 orang 55,1. Hal ini dikarenakan
bahwa pada
umumnya jenis
pekerjaan suami
adalah sebagai
wiraswastaberdagang, dimana penghasilan yang mereka dapatkan bisa melebihi UMR.
5.2. Sumber Informasi
Dari hasil penelitian diketahui bahwa informasi tentang diare pada balita diperoleh dari berbagai sumber seperti : media elektronik TV, radio, media cetak surat kabar,
brosur, dokter, perawatbidan, kader kesehatan, keluarga, dan tetanggateman. Namun dari hasil penelitian diperoleh sumber informasi tentang pencegahan diare paling banyak
diperoleh melalui perawatbidan 76,4. Sementara yang paling sedikit adalah kader kesehatan yaitu sebesar 15,7. Data ini menunjukkan bahwa peran perawatbidan masih
sangat besar dalam penyebarluasan informasi tentang diare pada balita. Keberadaan media informasi tentang kesehatan akan sangat berpengaruh terhadap
peningkatan pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang kesehatan. Komunikasi massa adalah penggunaan media massa untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kepada
khalayak atau masyarakat Notoatmodjo, 2007. Penyediaan informasi tentang
Universitas Sumatera Utara
diarediharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, merubah sikap menjadi positif, serta bagaimana promosi memprediksi perilaku.
5.3. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan suami tentang pencegahan diare pada balita berada pada kategori sedang 64,0, sementara
responden lainnya memiliki pengetahuan kurang. Dari hasil terlihat bahwa tidak ada diperoleh responden yang memiliki tingkat pengetahuan kategori baik.
Banyaknya suami yang memiliki tingkat pengetahuan kategori sedang dan kurang dikarenakan masih banyak responden yang tidak dapat menjawab pertanyaan tentang
penyebab diare, yaitu karena keracunan makanan, anti bodi yang kurang, alergi, bakteri, virus, parasit. Demikian juga untuk pertanyaan tentang tanda dan gejala diare, dimana masih
banyak responden yang belum mengetahui tanda dan gejala diare. Ini diketahui dari banyaknya responden yang tidak mengetahui bahwa gejala diare adalah gelisah, ngantuk,
rewel, selalu merasa haus, dan berkeringat . Menurut Ngastisyah 2005, gejala diare yang sering ditemukan mula-mula pasien
cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja mungkin disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare. Bila penderita
benyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir
dan mulut serta kulit tampak kering. Jawaban responden yang belum tepat juga masih diperoleh pada pertanyaan lainnya,
seperti pertanyaan tentang cara-cara mencegah diare dan jenis imunisasi yang dapat
Universitas Sumatera Utara
mencegah diare. Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan suami tentang diare pada balita, yang bisa terjadi karena kurangnya minat untuk mengetahui tentang diare atau
juga karena kurangnya penyuluhan yang mereka terima, meskipun kebanyakan suami mengaku memperoleh informasi tentang diare dari perawat bidan.
Masih kurangnya tingkat pengetahuan suami terhadap pencegahan diare pada balita juga dapat dikarenakan tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh suami
yaitu tamat SMP 19.1 dan SMA 68.5, sementara pendidikan perguruan tinggi hanya ada sebanyak 3,4. Menurut Soewondo dan Sadli 1990, pendidikan formal
sangat penting karena dapat membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang lebih baik. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka ia
akan lebih banyak menyerap pengetahuan tentang kesehatan terutama diare pada balita, dan hal ini akan berdampak positif terhadap pencegahan kejadian diare pada
balita. Pernyataan tersebut senada dengan Notoatmodjo 2007 pengetahuan akan berpengaruh pada perilaku sebagai hasil dari pendidikan. Konsep dasar pendidikan
adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih
matang pada diri individu, kelompok, atau masyarakat. Pendidikan akan mempengaruhi pola pikir, hal ini sangat berpengaruh pada pola pikir terhadap
pelayanan kesehatan, sehingga akan mempengaruhi pemanfaatan fasilitas kesehatan. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh orang yang
didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari luar sekolah. Selain itu,
pengetahuan juga dapat diperoleh dari media informasi yaitu media cetak seperti
Universitas Sumatera Utara
buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain, juga dari media elektronika seperti televisi, radio, dan internet Notoatmodjo, 2003.
Hasil penelitian yang dilakukan Gunawan 2009 tentang hubungan antara pengetahuan orang tua tentang diare dengan perilaku orang tua dalam pencegahan
diare di wilayah kerja Puskesmas Kismontoro Kabupaten Wonogiri yang dilaporkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan orang tua dengan perilaku
orang tua dalam pencegahan diare dengan nilai p=41,552 p=0,0000p=0,05.
5.4. Sikap