Fungsi Ruang Fungsi Alat Kebaktian

1. Atap Pagoda

Atap pagoda berfungsi untuk melindungi bagian ruang pagoda agar terhindar dari angin, panas, dan hujan.

2. Pagar Pagoda

Pagar pagoda berfungsi sebagai pembatas antara taman di sekitar pagoda dengan bangunan pagoda. Pagar juga berfungsi sebagai pengatur dan pengaman agar masyarakat yang ingin berkunjung ke dalam pagoda ini tidak sembarangan masuk dari segala arah atau sisi pagoda.

3. Pintu Pagoda

Pintu pagoda berfungsi sebagai jalur masuk ke dalam bangunan pagoda. Pintu juga berfungsi sebagai pengaman bangunan pagoda. Pada bangunan Pagoda Shwedagon di Berastagi terdapat dua buah pintu namun hanya satu pintu saja yang dibuka untuk jalur masuk ke dalam banguan kecuali pada perayaan hari besar agama.

4. Relief

Relief pada bangunan pagoda berfungsi sebagai hiasan yang membuat bangunan tersebut tampak semakin indah.

5.2.2 Fungsi Ruang

Bangunan Pagoda Shwedagon di Berastagi hanya memiliki satu ruang utama yang berfungsi sebagai aula untuk tempat berdoa dan beribadah bagi para pengunjung. Ruang pada bangunan pagoda ini juga berfungsi sebagai tempat menyimpan rupang Buddha dan alat kebaktian. Lantai yang terdapat di dalam ruangan berfungsi sebagai Universitas Sumatera Utara tempat berlutut dan berdoa oleh para pengunjung. Pilar yang terdapat pada pagoda berfungsi sebagai penopang atau penyangga bangunan, tempat untuk menggantungkan lampu-lampu, dan sebagai hiasan yang membuat ruangan di dalam bangunan pagoda ini semagin tampak megah. Lampu pada bangunan pagoda ini berfungsi sebagai penerangan di ruang pagoda.

5.2.3 Fungsi Alat Kebaktian

Bangunan Pagoda Shwedagon di Berastagi juga memiliki alat-alat kebaktian yang memiliki fungsinya masing-masing. Berikut adalah fungsi alat-alat kebaktian yang terdapat di pagoda:

1. Altar

Altar berfungsi sebagai sarana puja untuk memudahkan kita berkonsentrasi pada saat sembahyang dan mengigatkan kita akan ajaran-ajaran dari para Buddha. Altar juga berfungsi sebagai tempat yang sakral untuk meletakkan alat-alat kebaktian seperti lilin, dupa atau hio dan air.

2. Tambur

Tambur digunakan sebagai alat dalam memimpin kebaktian yang berfungsi untuk menentukan cepat atau lambatnya nyanyian pujian Buddha dinyanyikan. Jika alat ini dipukul sebelum kebaktian dimulai, maka hal ini memberitahukan kepada umat bahwa kebaktian akan segera dimulai. Universitas Sumatera Utara

3. Lonceng

Digunakan sebagai aba-aba bahwa kebaktian telah dimulai. Sebagai alat pemberitahuan pembacaan mantra atau sutra sudah hampir atau telah selesai. Sebagai aba-aba saat berdiri atau berlutut, sebagai aba-aba atau pemberitahuan penukaran posisi tangan dari anjali ke meditasi atau sebaliknya, pada zaman Sang Buddha, lonceng dipukul sebagai alat untuk mengumpulkan orang.

4. Mu yi muk le

Digunakan sebagai aba-aba dalam pembacaan mantra dan sutra, apakah pada saat membaca itu pelan, cepat atau sedang. Pemukulan mu yi muk le pada saat pembacaan mantra dan sutra maksudnya adalah menyuruh kita agar membaca dalam bentuk meditasi dengan mengarahkan dan melatih pikiran. dengan bentuk kepala ikan berfungsi untuk mengingatkan kita, bahwa pikiran manusia tidak pernah diam atau berhenti berubah-ubah bagaikan ikan yang tidak pernah diam.

5. Hiolo

Hiolo digunakan sebagai tempat untuk meletakkan atau menancapkan hio atau dupa yang sudah dibakar pada saat sembahyang atau berdoa. Universitas Sumatera Utara 5.3 Makna Bangunan Pagoda Shwedagon 5.3.1 Makna Bangunan