69
penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan curah hujan dengan ISPA bukan pneumonia pada balita usia 1 tahun dan 1-4 tahun.
5.4 Kelembaban Udara
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata kelembaban udara perbulan selama periode tahun 2012-2015 di Kota Gunung Sitoli yaitu
89,29, dengan kisaran kelembaban tertinggi perbulan 92 dan kelembaban terendah 86,25.
Dari hasil analisis data antara kelembaban udara dengan angka kasus penyakit ISPA bukan pneumonia usia 1 tahun, diperoleh kekuatan hubungan
yang lemah, dengan arah hubungan positif, artinya peningkatan kelembaban udara akan diikuti dengan peningkatan angka kasus penyakit ISPA bukan pneumonia
usia 1 tahun, demikian juga sebaliknya jika kelembaban menurun, maka angka kasus ISPA bukan pneumonia usia 1 tahun akan menurun. Berdasarkan hasil
analisis data nilai p lebih besar dari nilai α = 0.05, oleh karena itu hipotesis nol Ho diterima, dapat disimpulkan secara statistik tidak terdapat hubungan antara
kelembaban dengan kejadian ISPA bukan pneumonia usia 1 tahun. Dari hasil analisis data antara kelembaban udara dengan angka kasus
penyakit ISPA bukan pneumonia usia 1-4 tahun, diperoleh kekuatan hubungan yang lemah, dengan arah hubungan negatif, artinya peningkatan kelembaban
udara akan diikuti dengan penurunan angka kasus penyakit ISPA bukan pneumonia usia 1-4 tahun, demikian juga sebaliknya jika kelembaban udara
menurun, maka angka kasus ISPA bukan pneumonia usia 1-4 tahun akan meningkat. Berdasarkan hasil analisis data nilai p lebih besar dari nilai α = 0.05,
oleh karena itu hipotesis nol Ho diterima, dapat disimpulkan secara statistik
Universitas Sumatera Utara
70
tidak terdapat hubungan antara kelembaban udara dengan kejadian ISPA bukan pneumonia usia 1-4 tahun.
Dari hasil analisis data antara kelembaban udara dengan angka kasus penyakit ISPA bukan pneumonia usia 5 tahun, diperoleh kekuatan hubungan
yang sedang, dengan arah hubungan positif, artinya peningkatan kelembaban udara akan diikuti dengan peningkatan angka kasus penyakit ISPA bukan
pneumonia usia 5 tahun, demikian juga sebaliknya jika kelembaban menurun, maka angka kasus ISPA bukan pneumonia usia 5 tahun akan meningkat.
Berdas arkan hasil analisis data nilai p lebih besar dari nilai α = 0.05, oleh karena
itu hipotesis nol Ho diterima, dapat disimpulkan secara statistik tidak terdapat hubungan antara kecepatan angin dengan kejadian ISPA bukan pneumonia usia
5 tahun. Sebagaimana pada variabel suhu udara, kelembaban juga diketahui
mempengaruhi berkembang-biaknya berbagai organisme penyebab penyakit terutama jamur, bakteri dan virus yang merupakan etiologi penyebab penyakit
ISPA. Tingginya kejadian ISPA bukan pneumonia pada suatu daerah menggambarkan kelembaban udara di daerah tersebut cocok untuk pertumbuhan
dan perkembangan mikroorganisme penyebab penyakit. Menurut Kemenkes No. 829MenkesSKVII1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan kelembaban
dianggap baik jika memenuhi 40 - 70 dan buruk jika kurang dari 40 atau lebih dari 70 sedangkan kelembaban udara di Kota Gunung sitoli mencapai
89,29 , kelembaban yang sangat tinggi cocok untuk pertumbuhan jamur dan menyebabkan bakteri akan bertahan lebih lama.
Universitas Sumatera Utara
71
Ternyata hasil analisa data korelasi kedua variabel menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang antara kelembaban udara dengan kejadian penyakit
ISPA bukan pneumonia pada usia 1 tahun, 1-4 tahun dan usia 5 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Mahmud R di Kota
Palembang pada tahun 2004 yang menyatakan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kelembaban udara dengan kejadian
ISPA non pneumonia balita di Kota Palembang selama tahun 1999-2003.
5.5 Kecepatan Angin