Suhu Udara Hubungan Iklim (Suhu, Curah Hujan,Kelembaban dan Kecepatan Angin) dengan Kejadian Penyakit ISPA Bukan Pneumonia di Kota Gunung Sitoli Tahun 2012-2015

64 bahwa puncak kejadian ISPA bukan pneumonia pada balita terjadi pada triwulan II Mei - Juni dan triwulan IV Oktober.

5.2 Suhu Udara

Berdasarkan hasil analisa data tentang rata-rata suhu udara di Kota Gunung Sitoli selama 4 empat tahun terakhir tahun 2012-2015 menunjukkan bahwa rata-rata suhu udara adalah 26,25°C, dengan kisaran suhu tertinggi 26,72°C dan terendah 25,85°C. Dari hasil analisis data antara suhu udara dengan angka kasus penyakit ISPA bukan pneumonia usia 1 tahun, diperoleh kekuatan hubungan yang lemah, dengan arah hubungan positif, artinya peningkatan suhu udara akan diikuti dengan peningkatan angka kasus penyakit ISPA bukan pneumonia usia 1 tahun, demikian juga sebaliknya jika suhu udara menurun, maka angka kasus ISPA bukan pneumonia usia 1 tahun akan menurun. Berdasarkan hasil analisis data nilai p lebih besar dari nilai α = 0.05, oleh karena itu hipotesis nol Ho diterima, dapat disimpulkan secara statistik tidak terdapat hubungan antara suhu udara dengan kejadian ISPA bukan pneumonia usia 1 tahun. Dari hasil analisis data antara suhu udara dengan angka kasus penyakit ISPA bukan pneumonia usia 1-4 tahun, diperoleh kekuatan hubungan yang lemah, dengan arah hubungan negatif, artinya peningkatan suhu udara akan diikuti dengan penurunan angka kasus penyakit ISPA bukan pneumonia usia 1-4 tahun, demikian juga sebaliknya jika suhu udara menurun, maka angka kasus ISPA bukan pneumonia usia 1-4 tahun akan meningkat. Berdasarkan hasil analisis data nilai p lebih besar dari nilai α = 0.05, oleh karena itu hipotesis nol Ho diterima, Universitas Sumatera Utara 65 dapat disimpulkan secara statistik tidak terdapat hubungan antara suhu udara dengan kejadian ISPA bukan pneumonia usia 1-4 tahun. Dari hasil analisis data antara suhu udara dengan angka kasus penyakit ISPA bukan pneumonia usia 5 tahun, diperoleh kekuatan hubungan yang sedang, dengan arah hubungan negatif, artinya peningkatan suhu udara akan diikuti dengan penurunan angka kasus penyakit ISPA bukan pneumonia usia 5 tahun, demikian juga sebaliknya jika suhu udara menurun, maka angka kasus ISPA bukan pneumonia usia 5 tahun akan meningkat. Berdasarkan hasil analisis data nilai p le bih kecil dari nilai α = 0.05, oleh karena itu hipotesis nol Ho ditolak, dapat disimpulkan secara statistik terdapat hubungan signifikan antara suhu udara dengan kejadian ISPA bukan pneumonia usia 5 tahun. Hasil analisis regresi linier sederhana memprediksi bahwa variabel suhu udara berhubungan dengan jumlah kasus ISPA bukan pneumonia usia 5 tahun secara signifikan dengan koefisien sebesar 162,464. Artinya, jumlah kasus ISPA bukan pneumonia diprediksikan akan bertambah sebesar 162,464 jika nilai suhu udara bertambah satu satuan. Dengan kata lain jika nilai suhu udara naik atau turun sebesar satu satuan, maka mengakibatkan perubahan jumlah kasus ISPA bukan pneumonia naik atau turun sebesar 162,464. Perubahan suhu udara rendah ke tinggi akan memperluas distribusi vektor, meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan parasit menjadi infektif. Temperatur udara akan menentukan kualitas udara dan daya tahan hidup mikroba Soemirat, 2010. Perubahan suhu udara yang relatif stabil di Kota Gunung Sitoli rata-rata 26,25°C merupakan batas suhu pertumbuhan bakteri Streptococus pneumoniaea dimana bakteri tersebut tumbuh dengan batas suhu Universitas Sumatera Utara 66 25°C - 41°C dan suhu optimum pertumbuhan 37,5°C. Perubahan suhu udara di Kota Gunung Sitoli selama periode tahun 2012-2015 tidak mempengaruhi secara bermakna tinggi rendahnya kejadian ISPA bukan pneumonia pada usia 1 tahun dan pada usia 1-4 tahun. Asumsi yang dapat diberikan yang berhubungan dengan hal tersebut adalah adanya faktor lain selain faktor iklim yang mempengaruhi kejadian ISPA bukan pneumonia pada usia 1 tahun dan usia 1-4 tahun seperti Asi eksklusif, higiene personal ibu dll. Namun mempengaruhi secara bermakna tinggi rendahnya kejadian ISPA bukan pneumonia pada usia 5 tahun. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mahmud R 2004 yang menyatakan bahwa suhu udara memiliki hubungan atas peningkatan prevalensi ISPA non pneumonia pada balita di Kota Palembang pada tahun 1999 – 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara peningkatan suhu dengan prevalensi ISPA non pneumonia pada balita sedangkan hasil penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan iklim dengan ISPA bukan pneumonia pada balita usia 1 tahun dan 1-4 tahun.

5.3 Curah Hujan