Inflasi Variabel ekonomi makro

output yang bisa dihasilkan pada tingkat harga yang berlaku. c Teori Strukturalis Teori strukturalis lebh menekankan pada factor-faktor structural dari pereekonomian yang menyebabkan terjadinya inflasi, teori ini disebut juga teori inflasi jangka panjang karena yang dimaksud dengan factor-faktor structural disini adalah factor-faktor yang hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran dari struktur perekonomian Negara-negara sedang berkembang. Ada dua ketegangan yang menyebabkan inflasi, yaitu ketegaran berupa ketidakelastisan dari penerima ekspor dan ketegaran berupa ketidakelastisan dari penawaran bahan makanan dalam negeri. Kedua proses di atas pada umumnya berkaitan dan memperkuat satu sama lain dalam menyebabkan inflasi. Ketegaran yang merupakan “ketidakelastisan” dari penerimaan ekspor ini adalah ketegaran dimana nilai dari ekspor tumbuh secara lamban disbanding dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Dasar penukaran yang makin memburuk dan supply barang-barang ekspor yang tidak elastis ini akan menyebabkan terjadinya kelambanan tersebut. Kelamabanan pertumbuhan penerimaan ekspor ini berarti kelambanan pertumbuhan kemampuan mengimpor barang-barang yang dibutuhkan. Sedangkan bagi suatu Negara untuk mencapai target pertumbuhannya mengambil kebijaksanaan pembangunan “import substitution strategy”. Inflasi terjadi jika proses subtitusi impor ini makin meluas, sehingga menaikkan biaya produksi ke berbagai barang sehingga makin banyak harga-harga yang naik. 2 Jenis Inflasi Inflasi dapat digolongkan menurut sifatnya, menurut sebabnya, bobot inflasi tersebut dan menurut asal terjadinya Nopirin, 1987 dalam Slamet widodo,2011. a Menurut sifatnya : I. Inflasi merayap Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan presentase yang kecil dan dalam jangka waktu yang relative lama dibawah 10 per tahun. II. Inflasi Menengah Kenaikan Harga yng cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relative pendek serta mempunyai sifat akselerasi III. Inflasi Tinggi Kenaikan harga yang cukup besar sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan menyimpang uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukar dengan barang. Perputaran uang makin cepat b Menurut sebabnya Secara umum terdapat beberapa factor yang menyebabkan terjadinya inflasi yaitu : I. Inflasi Tarikan Permintaan Demand-pull inflation Inflasi tarikan permintaan terjadi karena permintaan agregat melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa. Keadaan ini menyebabkan terjadi kekurangan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Akibatnya, pengusaha akan menaikkan harga dan hanya menjual kepada pembeli yang mampu membayar lebih tinggi. II. Inflasi Desakan Biaya cost-push inflation Inflasi desakan biaya terjadi akibat kenaikan biaya produksi seperti upah, bahan baku, dll sehingga mendorong perusahaan untuk menaikkan harga dalam rangka menutup biaya produksi yang dikeluarkannya. c Berdasarkan bobotnya Menurut Boediono 2001, Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi, dan penggolongan mana yang kita pilih tergantung pada tujuan kita. Penggolongan pertama didasarkan atas “parah” tidaknya inflasi tersebut. Di sini dibedakan beberapa macam inflasi : I. Inflasi ringan, adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan dan berada posisi satu digit atau dibawah 10 II. Inflasi sedang, adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada diantara 10-30 per tahun atau melebihi dua digit dan sangat mengancam struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. III. Inflasi berat, merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara 30-100 per tahun. Pada kondisi demikian, sektor-sektor produksi hamper lumpuh total kecuali yang dukuasai negara. IV. Inflasi sangat berat hyper inflation, adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100 per tahun, sebagaimana yang terjadi pada masa Perang Dunia II 1939-1945. d Menurut Asalnya I. Domestic Inflation, inflasi yang berasal dari dalam negeri sediri ini timbul antara lain karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang baru, atau bisa juga disebabkan oleh gagal panen. II. Imported Inflation, inflasi yang berasal dari luar negeri ini timbul karena keanikan harga-harga di luar negeri atau Negara-negara langganan berdagang. Penularan inflasi dari luar negeri ke dalam negeri ini jelas lebih mudah terjadi pada Negara-negara yang menganut perekonomian terebuka, yaitu sektor perdagangan luar. 3 Klasifikai Inflasi a Inflation alamiah, adalah inflasi yang disebabkan oleh sebab-sebab dimana orang tidak mempunyai kendali atasnya dalam hal mencegah. Inflasi alamiah dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua golongan sebagai berikut : I. Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor meningkat X sementara impor rendah M, maka mengakibatkan naiknya permintaan agregat karena tingkat daya beli masyarakat bertambah meningkat. II. Akibat turunnya tingkat produksi AS karena terjadi paceklik, perang atau embargo. Menyebabkan kondisi cost push inflation. b Human Error inflation I. Korupsi dan administrasi yang buruk akan menimbulkan kenaikan pada harga pokok produksi untuk menutupi biaya-biaya tidak perlu tersebut. Dengan naiknya harga pokok produksi akan mengakibatkan produsen menaikkan harga. II. Pajak yang berlebih menyababkan dua implikasi berikut: kekuarangan supply produksi akibat beralihnya kegiatan ekonomi pengusaha ke sektor yang lebih produktif untuk menutup pajak yang besar. Kenaikan harga produksi akan mengimbangi kenaikan pajak tersebut. III. Pencetakan ung dengan maksud menarik keuntunga yang berelebihan 4 Dampak Inflasi Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity effect, sedangkan efek terhadap alokasi factor produksi dan pendapatan nasional masing-masing disebut dengan Efficiency dan output effects Nopirin, 1987 a Efek terhadap pendapatan Equity Effect Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang di untungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang yang menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan presentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyrakat. b Efek Terhadap output output Effects Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam keadaaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi hyper inflation dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang rill turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflas dan output . Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikkan output , tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output.

c. Suku bunga

1 Pengertian Suku Bunga Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 72PBI2005, sertifikat Bank Indonesia yang untuk selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bak Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Bunga merupakan hal penting bagi suatu bank dalam melakukan penarikan tabungan dan penyaluran kreditnya. Bunga bagi bank bisa menjadi biaya cost of fund yang harus dibayarkan kepada penabung. Tetapi dilain pihak, bunga juga dapat merupakan pendapatan bank yang diterima dari debitur karena kredit yang diberikannya Hasibuan, 2007. Rahardjo 2009, menjelaskan bahwa kebijakan tingkat suku bunga merupakan kebijakan moneter yang diputuskan oleh pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi perbankan. Di Indonesia, informasi mengenai kebijakan moneter dapat dipantau melalui Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI. Hal tersebut disebabkan karena tingkat suku bunga SBI dapat dikendalikan langsung oleh Bank Indonesia. Menurut Maryanne 2009, tingkat suku bunga SBI menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam presentase yang ditetapkan Bank Indonesia dengan mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia. Salah satu penyerderhanaan yang dibuat dalam mempelajari makroekonomi adalah dengan menyebut “satu” suku bunga, yang pada kenyataannya tentu banyak terdapat tingkat- tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga ini berbeda tergantung dari tingkat kepercayaan kredit dari peminjam, jangka waktu dari pinjaman dan berbagai aspek perjanjian lainnya antara peminjam dan pemberi pinjaman. Obligasi Amerika Serikat jangka pendek adalah salah satu asset yang paling sering diperdagangkan di seluruh dunia. Suku bunga yang dipublikasikan menunjukkan tingkat pengembalian nominal. Jika menerima 5 persen bunga dari bank sementara harga-harga juga naik sebesar 5 persen, maka hanya mengalami posisi impas. Tingkat suku bunga nominal mencerminkan pengembalian dalam dollar. Suku bunga riil mengurangi inflasi untuk memberikan pengembalian dollar dalam nilai konstan. Cukup mengejutkan, hanya terdapat relatif sedikit instrumen keuangan yang menjamin tingkat pengembalian riil dibanding nominal. 2 Teori Suku Bunga a Teori klasik Tabungan, menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankanmengurangi pengeluaran konsumsi guna menambah tabungan Nopirin,1992. Investasi juga tergantungmerupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seseorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi besar dari tingkat bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana Cost of capital. Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan terdorong melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil. Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan artinya tidak ada dorongan untuk naik turun akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Secara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat di gambarkan seperti dalam gambar 2.1. Gambar 2.1 Teori klasik tentang Tingkat Bunga Tingkat bunga Tabungan i 1 i Investasi i Investasi o S jumlah rupiah yang ditabung diinvestasikan

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

3 67 113

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi Dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004 – 2008

2 70 81

PENGARUH INFLASI,SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)DI BURSA EFEK INDONESIA

2 27 51

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DAN SUKUBUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2015

0 2 15

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN NILAI TUKAR TERHADAP INDEKS HARGA Analisis Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

0 5 11

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN NILAI TUKAR TERHADAP INDEKS HARGA Analisis Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

0 5 11

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008 - 2012.

0 0 24

Analisis pengaruh inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (periode 1992-2011).

0 1 149

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017)

0 0 9

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI , TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 8