Uji derajat integrasi Uji Asumsi klasik

estimator dan ini tidak membawa konsekuensi serius dalam analsis ekonometris. Sedangkan apabila asumsi 2 dan 3 dilanggar, maka akan membawa dampak serius bagi prediksi dengan model dibangun. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas yaitu dengan Uji White. d. Uji Autokorelasi Menurut Wing Wahyu 2015, uji autokorelasi adalah hubungan anatara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data pada masa-masa sebelumnya. Autokorelasi dapat berbentuk autokorelasi positif dan autokorelasi negatif. Dalam analisis runtut waktu, lebih besar kemungkinan terjadi autokorelasi positif, karena variabel yang dianalisis biasanya mengandung kecenderungan meningkat, misalnya GDP, IHSG, dan pertumbuhan ekonomi. Menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-watson DW-Test. Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu firstorder autocorrelation dan mensyaratkan adanya intercept konstan dalam 68 model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara independen. Hipotesis yang akan diuji adalah : Ho : tidak ada autokorelasi r=0 H1: ada autokoeras i ≠0 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi ,apabila d berada diantara 1,54 dan 2,46, maka tidak ada autokorelasi, dan bila nilai d ada diantara 0 hingga 1,10, dapat disimpulkan bahwa data mengandung autokorelasi positif. Demikian seterusnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyeksubyek Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Indek Harga Saham Gabungan IHSG yang berada di Bursa Efek Indonesia BEI dengan periode 2007-2015. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria dalam penelitian ini adalah data bulanan indeks harga saham gabungan IHSG di Bursa efek indonesia periode 2007-2015, data mengenai tingkat suku bunga SBI jangka waktu 1 bulan periode 2007 -2015 diperoleh dari statistik ekonomi keuangan Indonesia Bank Indonesia. 1. Deskripsi Variabel terikat Dependent. Pada peneilitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah Indeks Harga Saham GabunganIHSG. Nilai IHSG selalu berfluktuasi sesuai dengan ekonomi, jumlah permintaan dan penawaran saham, situasi politik dan faktor – faktor lainnya. Berikut ini grafik perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG selama periode 2007-2015. Gambar. 4.1 Pertumbuhan IHSG Selama periode pengamatan tampak bahwa IHSG mengalami fluktuasi kondisi meskipun dapat dikatakan cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2008 IHSG berada pada angka 29.000 yang berarti mengalami penurunan hal ini disebabkan oleh terjadinya krisis ekonomi dunia yang memberikan dampak pada pergerakan harga saham di IHSG. Namun, pada tahun 2009 angka IHSG menjadi membaik hal ini dilihat dari IHSG berada pada angka 8.000. 2. Variabel bebas independent. a. Nilai tukar nilai tukar rupiah atau disebut juga kurs rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar Negara dimana masing-masing Negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut dengan kurs valuta asing Salvatore 1998 dalam Slamet 2011. Berikut grafik perkembangan nilai kurs dari periode 2007-2015. Gambar 4.2 Pertumbuhan Nilai Kurs Selama periode pengamatan dapat dilihat bahwa nilai kurs pada tahun 2008 terjadi depresiasi rupiah terhadap dolar AS sebesar 11.498 Rupiah. Hal ini dikarenakan terkenan dampak krisis global yang terjadi di Amerika Serikat. Kemudian Rupiah terapresiasi mulai dari pertengahan tahun 2009 sampai tahun 2011, dimana rupiah terparesiasi sebesar 8.569 Rupiah. Namun rupiah mengalami depresiasi yang cukup derastis yakni dari tahun 2009 sampai tahun 2015 dengan puncak penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yakni sebesar 14.055 Rupiah pada akhir 2015. Hal ini terjadi karena adanya pergolakan politik dalam negeri yang berkepanjangan. b. Inflasi Secara sederhana inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan kepada barang lainnya di suatu wilayah periode tertentu. Berikut grafik perkembangan inflasi di Indonesia pada periode 2007-2015. Gambar 4.3 Pertumbuhan Inflasi

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

3 67 113

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi Dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004 – 2008

2 70 81

PENGARUH INFLASI,SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)DI BURSA EFEK INDONESIA

2 27 51

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DAN SUKUBUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2015

0 2 15

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN NILAI TUKAR TERHADAP INDEKS HARGA Analisis Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

0 5 11

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN NILAI TUKAR TERHADAP INDEKS HARGA Analisis Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

0 5 11

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008 - 2012.

0 0 24

Analisis pengaruh inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (periode 1992-2011).

0 1 149

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017)

0 0 9

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI , TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 8