Pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap tingkat rentabilitas PT BNI Syariah
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah
Oleh :
ARY NURHAYATI NIM : 206046103811
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 September 2010
Ary Nurhayati
(3)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah
Oleh:
ARY NURHAYATI NIM: 206046103811
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. A. Juaini Syukri, Lc, MA Abdurrauf, Lc, MA
NIP. 195507061992031001 NIP. 197312152005011002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(4)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SESy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 24September 2010 Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN
Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey, SH, MA ( ………. ) NIP. 195510151979031002
Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag ( ………. ) NIP. 196404121994031004
Pembimbing I : Dr. H. A. Juaini Syukri, Lc, MA ( ………. ) NIP.195507061992031001
Pembimbing II : Abdurrauf, Lc, MA ( ……… ) NIP. 197312152005011002
Penguji I : Dr. Djawahir Hejazziey, SH, MA ( ………. ) NIP. 195510151979031002
Penguji II : AM. Hasan Ali, S.Ag, MA ( ………. ) NIP. 197512012005011005
(5)
berkembangnya sistem perbankan syariah. Sebuah bank apabila ingin tetap hidup dan tumbuh maka harus bisa mengaplikasikan sistem manajemen yang efektif dalam mengelola operasionalnya. Salah satu sistem manajemen yang sangat menunjang dalam pencapaian tujuan bank adalah manajemen keuangan dan yang lebih khusus adalah pengelolaan modal kerja.
Dalam penelitian ini dibahas pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap rentabilitas pada BNI Syariah. Tujuan Penelitian ini adalah mempelajari tentang adanya hubungan pengelolaan dengan fungsi modal kerja dalam menghasilkan pendapatan, Maka bagian terbesar dari modal kerja hanya meliputi pengaturan dalam unsur-unsur aktiva lancarnya. Di dalam penulisan ini, penulis menjadikan modal kerja sebagai variabel yang mempengaruhi untuk mengukur seberapa besar pengaruhnya terhadap rentabilitas yakni
Return on Asset (ROA). Penelitian ini menggunakan 36 sampel yang terdiri atas data laporan keuangan mulai dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2009.
Manfaat dari penelitian ini bagi akademisi, adalah mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari suatu sistem pengelolaan modal kerja terhadap tingkat rentabilitas. Bagi pihak perbankan, adalah dilakukannya langkah kemanejerialan yang efektif dan efisien dalam upaya mencapai tingkat rentabilitas yang signifikan dari berbagai produk perbankan syariah dalam lingkup perusahaan BNI Syariah.
(6)
diinterpretasikan serta dianalisis dengan menggunakan teori literature, sehingga memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti dan kemudian dapat ditarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan perhitungan statistik korelasi dan determinasi, pengujian dilakukan dengan uji t dan uji F dengan tingkat signifikansi atau taraf nyata 5%.
Hasil pengujian statistik memperlihatkan bahwa nilai koefisien korelasi pada Unit Usaha Syariah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk adalah rendah dan bersifat positif sebesar 0,353. Berdasarkan uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa tingkat ROA dipengaruhi sebesar 12,4% oleh modal kerja.
(7)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, hidayat dan karunia-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja Terhadap Tingkat Rentabilitas PT BNI Syariah”.
Bagi penulis menyelesaikan skripsi ini bukanlah sesuatu yang ringan. Terlebih pembahasan karya ilmiah ini diorientasikan kepada manajemen keuangan yang sarat dengan data-data penting suatu bank, yaitu laporan keuangan BNI Syariah. Sehingga kekhawatiran itu cukup dirasakan penulis dalam menata ungkapan data ketika dikaitkan dengan konteks kemanajerialan secara konsepsi, formulasi serta implementasi.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan saran, bimbingan serta bantuan baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat, Bapak Ah. Azharruddin Latif, M.Ag., MH selaku Sekretaris Program Studi Muamalat, Bapak Drs. Djawahir Hejazziey., SH., MA selaku Koordinator Teknis Program Non
vi
(8)
Reguler dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag selaku Sekretaris Koordinator Teknis Program Non Reguler.
3. Bapak Dr. H. A. Juaini Syukri, Lc, MA, selaku dosen pembimbing I dan Abdurrauf, Lc, MA, selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis hingga selesainya penulisan ini.
4. Kepala Divisi Pendidikan dan Pelatihan, Divisi Usaha Syariah, Kepala Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan dan para Staf, atas segala bantuannya kepada penulis dalam proses penyelesaian penelitian di PT BNI Syariah.
5. Para Dosen, Staf dan Civitas Akademika, atas segala bantuannya kepada penulis langsung atau tidak langsung dalam proses penyelesaian studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kedua orang tua yang selalu mendoakan secara tulus, memberikan semangat, kasih sayang dan dukungannya baik moril maupun meteril.
7. Teman-teman jurusan Perbankan Syariah angkatan 2006 khususnya kelas B Program Non Reguler yang telah memberi saran, mensuport dan membantu penulis hingga skripsi ini rampung. Semoga kita menjadi orang-orang terbaik. 8. Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, namun telah
memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani perkuliahan di UIN hingga akhir.
vii
(9)
Kesemuanya itu sesuai dengan kapasitasnya masing-masing telah berupaya secara maksimal untuk menghantarkan kepada penyelesaian studi yang penulis lakukan. Maka atas dasar keterbatasan penulis, itu semua penulis serahkan kepada Allah, semoga saja dijadikan sebagai amal shaleh sekaligus merupakan amal yang membawa kepada keberkahan hidup.
Apa yang merupakan kekurangan terdapat dalam penulisan skripsi ini, baik itu menyangkut; penataan kalimat, penelusuran data serta penyajian data secara tuntutan teoritis dan praktis, itu adalah merupakan gambaran kelemahan dan keterbatasan dari pihak penulis. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf dan atas segala usul dan saran demi perbaikan karya ilmiah ini, diucapkan terima kasih.
Jakarta, 24 September 2010
Penulis
viii
(10)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6
D. Metode Penelitian 7
E. Review Studi Terdahulu 14
F. Sistematika Penulisan 17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Modal Kerja 19
B. Fungsi Modal Kerja 24
C. Konsep Efisiensi dan Efektifitas 25
D. Pengertian Rentabilitas 28
E. Fungsi Rentabilitas 31
F. Rasio-rasio Pengukuran Rentabilitas 31
ix
(11)
BAB III GAMBARAN UMUM BNI SYARIAH
A. Sejarah Singkat dan Perkembangan BNI Syariah 34
B. Visi dan Misi BNI Syariah 37
C. Tujuan Pendirian BNI Syariah 38 D. Produk-produk BNI Syariah 38 E. Struktur Organisasi BNI Syariah 43
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Potret Pengelolaan Modal Kerja dan Rentabilitas Pada
BNI Syariah 50
B. Pengujian Hipotesis dan Analisis Data 63 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 71
B. Saran 73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
(12)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah Indonesia 2 Tabel 4.1 Aktiva Lancar PT BNI Syariah 56 Tabel 4.2 Perkembangan Aktiva Lancar PT BNI Syariah 58 Tabel 4.3 Return on Asset PT BNI Syariah 61
Tabel 4.4 Correlations 64
Tabel 4.5 Korelasi dan Koefisien Determinasi 66
Tabel 4.6 Coefficients 67
(13)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan merupakan suatu sarana yang strategis dalam rangka pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun dan penyalur dana dari masyarakat secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Dalam upaya mendukung kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan, lembaga perbankan telah menunjukan perkembangan yang pesat seiring dengan kemajuan pembangunan di Indonesia dan perkembangan perekonomian Internasional serta sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan jasa perbankan yang tangguh dan sehat.
Terkait dengan hal tersebut di atas, maka peran kepengelolaan perbankan yang efektif tentu sangat diperlukan. Sehingga dapat tercapai sebagai perbankan yang tangguh, bertahan dan bahkan berkembang.
Perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Jumlah BUS yang telah beroperasi hingga tahun 2009 menjadi 5 bank yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Bukopin Syariah dan Bank BRI Syariah.1 Dan jumlah UUS
1
(14)
pada 2009 hanya sebesar 25 UUS, mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang berjumlah sebesar 27 UUS. Selain disebabkan banyak UUS yang menjadi BUS, hal itu juga disebabkan oleh ada dua bank umum konvensional yang memiliki UUS dan izinnya telah dicabut yaitu PT Bank IFI dan PT Bank Ekspor Indonesia (persero).2
Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah Indonesia Indikasi 1998 KP/UUS 2003 KP/UUS 2004 KP/UUS 2005 KP/UUS 2006 KP/UUS 2007 KP/UUS 2008 KP/UUS 2009 KP/UUS
BUS 1 2 3 3 3 3 5 6
UUS - 8 15 19 20 25 27 25
BPRS 76 84 88 92 105 114 131 139
Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009. Keterangan :
BUS = Bank Umum Syariah UUS = Unit Usaha Syariah
BPRS = Bank Perkreditan Rakyat Syariah KP/UUS = Kantor Pusat/Unit Usaha Syariah
Perkembangan total aset perbankan syariah pada 2005 mencapai Rp20,88 triliun yang sebelumnya Rp15,21 triliun pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan kinerja perbankan syariah di Indonesia sudah sangat cepat dan baik dalam waktu yang relatif singkat.3
Sebagai negara yang memiliki komunitas Muslim terbesar dan secara formal telah mengembangkan industri keuangan syariah atas dasar
undang- 2
Diakses pada 23 September 2010 dari http://economy.okezone.com.
3
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keungan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), h.2.
(15)
undang dan tuntutan kebutuhan masyarakat, Indonesia telah terlibat secara aktif dalam berbagai lembaga kerjasama internasional di bidang keuangan dan perbankan syariah.4
Untuk mendirikan lembaga demikian ini perlu didukung dengan aspek permodalan yang kuat. Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat. Setiap penciptaan aktiva, di samping berpotensi menghasilkan keuntungan juga berpotensi menimbulkan terjadinya resiko. Oleh karena itu modal juga harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari dana-dana pihak ketiga atau masyarakat. Peningkatan peran aktiva sebagai penghasil keuntungan harus secara simultan dibarengi dengan pertimbangan resiko yang mungkin timbul guna melindungi kepentingan para pemilik dana.
Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan selalu berputar. Aktiva lancar adalah aktiva yang pada umumnya akan menjelma menjadi uang kas dalam satu periode akuntansi atau satu tahun. Didalam penjelmaan aktiva lancar itu menjadi uang kas melewati beberapa tahap. Tahap-tahap itu tercermin dalam pos-pos neraca.
4
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, cet.VII, (Jakarta: Azkia Publisher, 2009), h.12.
(16)
Besar kecilnya kebutuhan dari modal kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu volume penjualan, pengaruh musim, kemajuan teknologi. Volume penjualan adalah faktor yang paling utama karena perusahaan memerlukan modal kerja untuk menjelaskan aktivitasnya yang mana puncak dari aktivitasnya itu adalah aktivitas penjualan. Pengaruh Musim penyebabnya adalah musim akan dapat mempengaruhi permintaan dari barang ataupun jasa. Dengan adanya pengaruh musim terhadap permintaan ini, maka penjualan akan berfluktuasi. Fluktuasi penjualan akan mengakibatkan perbedaan-perbedaan jumlah kebutuhan modal kerja dan hal inilah yang menimbulkan adanya modal kerja variabel. Semakin cepat perputaran modal kerja, maka kreditur dan pemegang saham akan beranggapan bahwa tingkat keamanan lebih tinggi dibandingkan dengan perputaran modal kerja yang lambat. Artinya kreditur akan lebih berminat menanamkan modal kerjanya pada perusahaan-perusahaan yang perputaran modal kerjanya relatif cepat. Adanya modal kerja yang cukup, memungkinkan perusahaan beroperasi seekonomis mungkin sehingga diperlukan kebijaksanaan yang tepat dalam modal kerja.
Suatu bank dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik adalah dengan melihat seberapa efisien bank tersebut dalam mengelola asset dan modal yang dimiliki.
Untuk mengukur efisiensi tersebut digunakan analisis rasio keuangan perbankan yaitu: Rasio Rentabilitas, terdiri dari Return On Assets (ROA), Return
(17)
On Equity (ROE), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Net Profit Margin (NPM).5
Masalah rentabilitas merupakan masalah penting dalam menentukan keuntungan, karena laba yang besar belum tentu menunjukkan bahwa bank tersebut bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan modal kerja yang menghasilkan laba tersebut.
Berdasarkan ilustrasi di atas dan untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi pengelolaan modal kerja berpengaruh pada tingkat rentabilitas maka dirasa perlu untuk dilakukannya penelitian mengenai hal ini dengan judul PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT
RENTABILITAS PADA PT BNI SYARIAH. Pada kesempatan ini, penelitian
akan dilakukan pada PT BNI Syariah antara tahun 2007-2009.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup komponen-komponen perbankan, dalam hal ini penulis membatasi pembahasan dalam skripsi ini kepada
5
Suad Husnan, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Yogyakarta: BPFE, 1995), h.217-229. Lihat juga Husnan, Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1994), h.70-77.
(18)
pengelolaan modal kerja, maka penulis akan membicarakan seputar Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja Terhadap Tingkat Rentabilitas PT BNI Syariah.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan diatas, maka pokok masalah yang dirumuskan ke dalam beberapa bentuk pertanyaan, sebagai berikut:
a. Bagaimana efektifitas modal kerja pada BNI Syariah?
b. Bagaimana perkembangan tingkat rentabilitas BNI Syariah selama kurun watu tiga tahun (2007- 2009)?
c. Bagaimana pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap tingkat rentabilitas pada BNI Syariah?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara khusus akan menelaah lebih dalam mengenai: a. Pengelolaan modal kerja pada BNI Syariah.
b. Perkembangan tingkat rentabilitas BNI Syariah.
(19)
2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis
Sebagai mahasiswa yang tengah melakukan studi muamalat, penulis mengharapkan mendapat suatu pemahaman yang dipandang cukup mendalam tentang pengelolaan modal kerja dan bagaimana pengaruhnya terhadap tingkat rentabilitas.
b. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap tingkat rentabilitas dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan bagi yang tertarik sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut.
D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan analisis. Metode deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti.6
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta,
6
Ronny Kountur, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, cet.III, (Jakarta: PPM, 2005), h.105. Lihat juga Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h.54.
(20)
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki kemudian dianalisis. Penelitian analitis merupakan penelitian yang ditujukan untuk meneliti secara terperinci suatu aktifitas atau kejadian, dan hasil dari penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.7
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini memakai pendekatan statistik inferensial parametrik, artinya apa yang terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada populasi dengan memakai rasio yang digunakan berdasarkan populasi yang berdistribusi normal.
3. Jenis dan Sumber Data
Dalam studi Metode Penelitian, terkait dengan jenis dan sumber data diketahui adanya data primer dan data sekunder. Data primer tentunya merupakan data yang diperoleh langsung dari responden, adapun data sekunder merupakan data yang telah diolah baik dalam bentuk data statistik, grafik, dan lain-lain. Sementara itu, sumber data bisa diperoleh dari perusahaan serta lainnya sesuai kebutuhan. Secara sederhana, kategorisasi data, dapat dilihat sebagai berikut:
7
Nazir, Metode Penelitian, h.54. Lihat juga Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, cet.II,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.22.
(21)
a. Data Primer
Wawancara, mewawancarai beberapa orang terkait dengan tema yang penulis bahas.
b. Data Sekunder
1) Dokumentasi dari arsip atau data yang berhubungan dengan penelitian. 2) Penelitian kepustakaan dari buku, artikel dan karya ilmiah yang
berkaitan dengan penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan dari variabel independen terhadap variabel dependen, memerlukan teknis analisis data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Regresi Sederhana. Regresi Sederhana dilakukan untuk mengetahui sejauh mana satu variabel berpengaruh pada variabel lainnya. Adapun persamaan regresi yang digunakan adalah uji regresi linier sederhana yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel Modal Kerja dengan Rentabilitas. Dengan begitu, diperlukan adanya uji analisis regresi sederhana sesuai kebutuhan.
Uji analisis regresi hanya dapat dan perlu dilakukan, jika telah diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel yang bersangkutan
(22)
dengan variabel x, yang disebut variabel bebas (independent), dalam analisis regresi disebut sebagai Prediktor, sedangkan variabel y, yang sebagai variabel terikat (dependent) disebut sebagai variabel kriterium.8
a. Perhitungan Regresi Sederhana
Analisis Regresi digunakan untuk menaksir nilai variabel Y berdasarkan nilai variabel X serta taksiran perubahan variabel Y untuk setiap satuan perubahan variabel X. Bentuk persamaan dari regresi linier sederhana ini yaitu:
Y= a + bX
Dimana :
Y = Rentabilitas
X = Modal Kerja
a = Konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variabel bebasnya adalah 0 (X = 0)
b = Koefisien regresi sederhana antara variabel bebas X terhadap variabel terikat Y
b = n ΣXY – ΣX ΣY
n ΣX² – (ΣX)²
8
Burhan Nurgiyantoro, Statistika Penerapan Untuk Pnelitian Ilmu-ilmu Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004), h.271. Lihat juga Stanislaus Uyanto, Pedoman Analisis Data Dengan SPSS (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.233.
(23)
a = ΣY – bΣX n
Dimana:
n = Jumlah Korelasi atau pengukuran
Arti Koefisien b adalah jika nilai b positif (+), hal tersebut menunjukan hubungan yang searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan jika nilai b negatif (-), menunjukan hubungan yang berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain setiap peningkatan besarnya nilai variabel bebas akan diikuti oleh besarnya nilai variabel terikat, dan sebaliknya.
b. Konsultasi tabel-tabel nilai-nilai r-Product moment
Hasil perhitungan korelasi (r) antara variabel predictor (x) dengan variabel kriterium (y) kemudian dikonsultasikan dengan t-tabel.
(24)
Rumus r-Product moment:9
n Σxy – (Σx) (Σy)
r xy = (n Σx² – (Σx)²) (n Σy)² – (Σy)²
Dimana :
x = Modal Kerja
y = Rentabilitas
n = Jumlah Sampel
5. Operasionalisasi Variabel
Pada penelitian ini penulis menerapkan analisis bivariate (dua variabel) dimana analisis tersebut pada umumnya mempunyai tujuan untuk menguji perbedaan dan mengukur hubungan antara dua variabel penelitian.
Variabel independent atau variabel yang tidak tergantung pada variabel lain, yaitu variabel X adalah Modal Kerja. Variabel dependen adalah variabel yang tergantung atas variabel lain, yaitu: variabel Y adalah
Rentabilitas.
9
Eli Mauludi AC,MA, Statistika I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h.93. Lihat juga Danang Sunyoto, Uji Khi Kuadrat & Regresi Untuk Penelitian
(25)
6. Hipotesa
Hipotesa adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas permasalahan penelitian dimana memerlukan data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut.10
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
Adapun perumusan HO dan H1 adalah sebagai berikut:
HO = Pengelolaan Modal Kerja tidak memiliki pengaruh terhadap
Rentabilitas.
H1 = Pengelolaan Modal Kerjamemiliki pengaruh terhadap Rentabilitas.
Bertitik tolak dari pemaparan bentuk hipotesis di atas penulis merumuskan hipotesis yang akan diuji sebagai berikut:
“Pengelolaan modal kerja berpengaruh signifikan terhadap tingkat rentabilitas”.
7. Uji Signifikan
Uji signifikansi adalah uji untuk mengetahui nyata dan tidak nyata atau yakin dan tidak meyakinkan nilai hubungan antara 1 variabel atau lebih.11
10
Kountur, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, h.93. Lihat juga Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: CV ALFABETA, 2006), h.81.
11
(26)
Pengujian Hipotesa akan dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α = 95%) atau tingkat keyakinan sebesar 0,95 karena tingkat signifikan ini dianggap cukup tepat untuk mewakili hubungan antar variabel yang diteliti. Disini penulis akan melakukan hipotesis dengan uji t-test.
Kegunaan uji signifikansi adalah untuk menjeneralisasi populasi, artinya apa yang terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada populasi dimana sampel diambil. Maksudnya apabila pada sampel terdapat hubungan positif (+), maka setelah diuji signifikan, ternyata hubungan positif pula, maka hubungan positif berlaku pada populasi, apabila pada sampel terdapat hubungan negatif (-) maka setelah diuji signifikan, ternyata ada hubungan negatif, berlaku pula pada populasi. Akan tetapi pada sampel ada hubungan positif (+) atau negatif (-), setelah diuji signifikan ternyata tidak ada hubungan (maksudnya menerima Ho), maka hubungan positif (+) dan hubungan negatif (-) yang terdapat pada sampel tidak signifikan, artinya tidak bisa diberlakukan kepada populasi, dengan demikian pada populasi tidak ada hubungan.
E. Review Studi Terdahulu
Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan kajian terdahulu. Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan baik oleh praktisi
(27)
ataupun oleh mahasiswa mengenai fenomena yang berkaitan dengan penelitian, yaitu :
1. Analisis Pengaruh Rasio Biaya dan Rasio Kualitas Aktiva Produtif
Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri (Studi pada Bank Syariah Mandiri Jakarta) – Meilina Rahmadini (FSH/Muamalat-Perbankan Syariah, 2009).
Penelitian ini membahas tentang bagaimana tingkat efisiensi, jumlah aktiva produktif, dan kualitas aktiva produktif berpengaruh pada tingkat rentabilitas modal sendiri.
Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji T dan uji F. Dapat disimpulkan bahwa secara simultan kedua variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Dengan nilai signifikansi sebesar 113,951. Namun, bisa dilihat secara parsial, yang berpengaruh terhadap ROE adalah rasio BOPO dengan signifikansi sebesar -14,435. Hasil pengujian negatif menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif antara rasio BOPO dengan ROE. Semakin kecil nilai rasio BOPO maka nilai ROE semakin tinggi. Sedangkan kualitas aktiva produktif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROE. Terlihat dari hasil uji T untuk variabel kualitas aktiva produktif yang bernilai 0,542.
(28)
2. Pengaruh Rentabilitas Aktiva dan Financial Leverage Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Studi Kasus Perusahaan Tekstil di BEJ Tahun 1999-2003 – Aminah Murpida (FSH/Muamalat-Perbankan Syariah, 2005).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh perubahan rentabilitas aktiva terhadap rentabilitas modal sendiri pada berbagai tingkat penggunaan modal asing adalah berbanding lurus, jika ada kenaikan rentabilitas aktiva akan menunjukkan rentabilitas modal sendiri. Dan keadaan sebaliknya akan terjadi bila situasi ekonomi memburuk. Atau dengan kata lain pengaruh rentabilitas aktiva terhadap rentabilitas modal sendiri selalu positif bila faktor-faktor lain tetap.
3. Analisa Modal Kerja dan Hubungannya Terhadap Rentabilitas pada
BMT Al-Karim – Rusmiati (FSH/Muamalat-Perbankan Syariah, 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan modal kerja akibat dari kenaikan dana pihak ketiga akan menambah aktiva lancar dalam bentuk pembiayaan. Ada hubungan positif antara modal kerja dengan ROA dan ROE, dimana bila ada kenaikan ROA dan ROE akan meningkatkan modal kerja. Hubungan negatif antara modal kerja dengan BOPO dan NPM, artinya jumlah NPM dan BOPO tidak mempengaruhi besarnya modal kerja.
(29)
Penulis memberikan perbedaan pada skripsi diatas terhadap skripsi penulis. Perbedaan antara skripsi penulis dengan sumber pertama adalah dalam penelitian ini lebih khusus menganalisa pengaruh pengelolaan modal kerja, sedangkan dalam studi terdahulu menganalisa tingkat efisiensi, jumlah aktiva produktif, dan kualitas aktiva produktif berpengaruh pada tingkat rentabilitas modal sendiri.
Adapun perbedaan dari sumber yang kedua adalah penulis skripsi tersebut hanya menjelaskan perubahan rentabilitas aktiva terhadap rentabilitas modal sendiri, sedangkan dalam skripsi ini menjelaskan pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap tingkat rentabilitas. Perbedaan antara sumber yang ketiga adalah sumber terdahulu membahas analisa modal kerja dan hubungannya terhadap rentabilitas, sedangkan dalam skripsi ini membahas pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap tingkat rentabilitas.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang dibuat dalam karya karya ilmiah ini dibagi dalam lima bab. Dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:
BAB I Pendahuluan, pada bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
(30)
masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori, dalam bab ini diuraikan tentang pengertian-pengertian dan teori-teori seperti pengertian modal kerja dan rentabilitas, fungsi modal kerja dan rentabilitas, konsep efisiensi dan efektifitas, dan rasio-rasio pengukuran rentabilitas.
BAB III Gambaran umum BNI Syariah, dalam bab ini diuraikan tentang sejarah singkat dan perkembangan BNI Syariah, visi dan misi BNI Syariah, tujuan pendirian BNI Syariah, produk-produk BNI Syariah, dan struktur organisasi BNI Syariah.
BAB IV Analisis hasil penelitian, Dalam bab ini penulis memaparkan potret pengelolaan modal kerja dan rentabilitas pada BNI Syariah, pengujian hipotesis dan analisis data.
BAB V Penutup, bab ini berisi berbagai macam kesimpulan yang dapat ditarik, berdasarkan atas hasil penelitian yang diperoleh. Kemudian penulis juga memberikan berbagai saran yang mungkin dapat digunakan oleh PT BNI Syariah untuk memperbaiki pengelolaan modal kerjanya.
(31)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Modal Kerja
Sebelum dikemukakan pengertian modal kerja, terlebih dahulu dikemukakan tentang konsep pengelolaan. Kata “pengelolaan” dapat dikaitkan dengan istilah manajemen yang menurut Kamus Ilmiah Populer berarti: pengelolaan usaha; kepengurusan atau ketatalaksanaan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang diinginkan direksi.1
Adapun menurut Kamus Istilah Ekonomi, diungkapkan bahwa “pengelolaan” merupakan autorisasi pimpinan puncak atau menengah yang meliputi kombinasi dua bidang kebijaksanaan dan administrasi dalam arti untuk mencapai tujuan perusahaan.2
Sejalan dengan pengertian–pengertian di atas, konsep “pengelolaan” dalam lingkup Bank Syariah, kata tersebut terkait dengan istilah dalam bahasa Arab dengan sebutan idarah. Dalam konteks ini, kata idarah (pengelolaan) adalah sebagai alat untuk merealisasikan tujuan umum. Yaitu suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal, perencanaan
1
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h.295. 2
(32)
dan pengawasan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-unsur pokok dalam suatu proyek.3
Dari pengungkapan tentang pengelolaan dari beberapa literatur di atas, dapat ditegaskan bahwa pengelolaan terkait erat dengan aktivitas teratur dari Sumber Daya Manusia dalam lingkup organisasi perusahaan sebagai upaya untuk mencapai tujuan, yang dalam hal ini terkait pula dengan konsep “modal kerja”.
Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu. Menurut Car L. Moore dan Robert K. Jaedicks (1980) mengatakan bahwa modal kerja adalah investasi yang dilakukan perusahaan dalam aktiva lancar yang digunakan untuk operasi perusahaan. Modal kerja juga dapat diartikan sebagai kelebihan aktiva lancar dari kewajiban lancar.4
Lebih jauh, modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan, karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya. Senada dengan pernyataan di atas, Sutrisno mengungkapkan bahwa “modal kerja adalah dana yang diperlukan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan sehari-hari.”5
3
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari’ah, h. 14. 4
Andra Ilham, “PENGARUH EFEKTIFITAS KOMPONEN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI INDONESIA”,
diakses pada 20 Maret 2010 dari http://one.indoskripsi.com. 5
(33)
Dalam perspektif definisi modal kerja bersifat kualitatif dan kuantitatif, lazim dipergunakan pengertian sebagai berikut.6
1. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih. Definisi ini bersifat kualitatif. Pemahaman demikian, karena definisi tersebut menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang.
2. Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto. Adapun definisi secara demikian bersifat kuantitatif. Dipahami demikian, karena definisi ini menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek.
Munawir menyebutkan “Modal kerja berarti kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar, sedang untuk modal kerja sebagai aktiva lancar digunakan istilah modal kerja bruto”.7
Bertitik tolak dari definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas, secara sederhana dapat dikemukakan bahwa, modal kerja didefinisikan sebagai investasi perusahaan dalam aktiva lancar. Aktiva lancar itu sendiri sebagaimana didefinisikan menurut akuntansi adalah aktiva yang harus habis dalam satu kali
6
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.66. 7
(34)
berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun).
Adapun mengenai pengertian modal kerja dapat dikemukakan tiga konsep modal kerja yang digunakan, yaitu: (1) konsep kuantitatif; (2) konsep kualitatif; (3) konsep fungsional.8
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kuantitas yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar. Modal kerja yang besar tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan.
2. Konsep kualitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja, dimana dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek, yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari pemilik perusahaan.
8
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, h.114-116. Lihat juga Kasmir, Analisa Laporan Keuangan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.250-251.
(35)
Definisi ini bersifat kualitatif, karena:
a. Menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya (hutang jangka pendek).
b. Menunjukkan pula tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek. c. Menunjukkan jaminan kelangsungan operasi di masa mendatang dan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya.
3. Konsep Fungsional
Konsep ini menitikberatkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya seluruh dana perusahaan akan digunakan tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini. Sebagian dana akan digunakan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang, misalnya bangunan, mesin dan alat kantor.
Berdasarkan konsep-konsep yang telah dikemukakan di atas, dapat ditegaskan bahwa, pada dasarnya modal kerja meliputi kebijakan manajemen yang berupa:
1. Penentuan besarnya aktiva lancar yang harus dipertahankan atau berapa banyak sumber-sumber keuangan perusahaan yang harus diinvestasikan pada aktiva lancar.
(36)
2. Kebijakan yang menyangkut hubungan antara berbagai jenis aktiva dan cara pembiayaannya.
B. Fungsi Modal Kerja
Tersedianya modal kerja yang segera digunakan dalam operasi tergantung pada sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti: kas, piutang dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup artinya harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, disamping memungkinkan untuk beroperasi secara efisien dan tidak mengalami kesulitan keuangan.
Fungsi modal kerja adalah:9
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar
2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya
3. Memungkinkan agar memiliki persediaan untuk melayani para konsumennya 4. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan bagi pelanggan
5. Memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
9
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, h.116-117. Lihat juga Kasmir, Analisa Laporan Keuangan, h.253-254.
(37)
C. Konsep Efisiensi dan Efektifitas 1. Efisiensi
Efisiensi adalah kata yang menunjukkan keberhasilan seseorang atau organisasi atas usaha yang dijalankan yang diukur dari segi besarnya sumber yang digunakan untuk mencapai hasil kegiatan yang dijalankan. Dengan kata lain, efisiensi merupakan perbandingan antara sumber dan hasil.10
Sedangkan arti kata efisien menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu:
“Tepat atau sesuai untuk mengerjakan atau menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya, serta mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat.”11
Efisiensi dalam ilmu ekonomi digunakan untuk merujuk pada sejumlah konsep yang terkait pada kegunaan pemaksimalan serta pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa.
Pengertian efisiensi menurut Mulyamah yaitu: “Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan.”12
Efisiensi penggunaan modal kerja berarti bagaimana mengupayakan agar modal kerja yang tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan.
10
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, h.165. 11
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet.III, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h.219.
12
Diakses pada 22 September 2010 dari http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efisiensi.
(38)
Dari segi ekonomis, efisiensi yang paling baik adalah suatu tingkat yang diperoleh dari hasil yang optimal dengan biaya yang rasional.
2. Efektifitas
Secara bahasa efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti ada
efeknya; akibatnya, keadaan berpengaruh, berguna.13
Menurut ahli manajemen Peter Drucker efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang besar.14
Konsep efektifitas sesungguhnya merupakan suatu konsep yang luas, mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar organisasi. Konsep efektifitas ini oleh para ahli belum ada keseragaman pandangan, dan hal tersebut dikarenakan sudut pandang yang dilakukan dengan pendekatan disiplin ilmu yang berbeda, sehingga melahirkan konsep yang berbeda pula di dalam pengukurannya. Namun demikian, banyak juga ahli dan peneliti yang telah mengungkapkan apa dan bagaimana mengukur efektifitas itu.
Efektifitas yaitu hubungan antara hasil dan tujuan. Efektifitas juga berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang telah ditentukan.
13
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.286.
14
(39)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa efektifitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya atau dapat dikatakan bahwa efektifitas merupakan tingkat ketercapaian tujuan dari pengaktifan-pengaktifan yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Badudu efektif bermakna: “1) mempunyai efek, pengaruh atau akibat, 2) memberikan hasil yang memuaskan, 3) memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, bekerja dengan sebaik-baiknya.15
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai bahwa suatu tujuan tersebut berjalan secara efektif sesuai rencana yaitu:16
a. Kegunaan: agar berguna bagi manajemen dalam melaksanakan fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan, dan sederhana.
b. Ketetapan dan obyektifitas: rencana harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata, dan akurat. Berbagai keputusan dan kegiatan hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang tepat.
c. Ruang lingkup: perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan, keadaan, dan konsisten.
15
Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001), h.371.
16
(40)
d. Biaya: dalam hal ini menyangkut biaya usaha dan aliran emosional serta keuntungan.
e. Akuntabilitas: terdiri dari dua aspek yaitu tanggung jawab atas pelaksanaan dan tanggung jawab atas implementasinya.
f. Ketepatan waktu: berbagai perubahan yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan suatu rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai perbedaan waktu.
Jadi efektifitas secara sederhana dapat diartikan sebagai adanya suatu usaha atau upaya yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan agar tercapai hasil yang memuaskan.
D. Pengertian Rentabilitas
Secara oprasional dan fungsional, pengertian bank adalah organisasi perantara antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Tujuan utama perusahaan adalah mencapai profitabilitas yang tinggi.
Dalam situasi saat ini bank dituntut untuk memperoleh laba semaksimal mungkin, karena salah satu sumber utama pertambahan modal adalah laba. Laba merupakan sumber utama pertambahan modal. Pertambahan modal dari sumber-sumber lain tidak dapat banyak diharapkan oleh bank.
Dari laporan keuangan yang telah disusun oleh perusahaan maka pihak manajemen perusahaan akan dapat melakukan rencana-rencana untuk menentukan
(41)
tujuan perusahaan. Salah satu rencana perusahaan adalah melakukan analisa rentabilitas yang berikaitan dengan peningkatan efisiensi kerja perusahaan.
Menurut pendapat S. Munawir, dalam bukunya berjudul Analisa Laporan Keuangan dikemukakan pengertian tentang rentabilitas sebagai berikut: “Rentabilitas atau profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.”17
Kemudian menurut Bambang Riyanto pengertian rentabilitas adalah sebagai berikut: “Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.”18
Adapun menurut Alex S. Nitisemito mengatakan sebagai berikut: “Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan modal yang digunakan dan dinyatakan dengan prosentase.”19
Rentabilitas sering disebut profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.20
17
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, h.33.
18
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, h.35. 19
Yaumil Nikmat, “ANALISIS RENTABILITAS UNTUK MENGUKUR EFISIENSI KINERJA PERUSAHAAN PADA CV PANDAN HARUM DI BALIKPAPAN”, diakses pada 28 April 2010 dari www.guruvalah.20 m.com.
20
(42)
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa rentabilitas suatu perusahaan merupakan pencerminan kemampuan modal perusahaan yang bersangkutan untuk mendapatkan keuntungan.
Oleh karena rentabilitas merupakan pencerminan efisiensi suatu perusahaan di dalam menggunakan modal kerjanya, maka cara menggunakan tingkat rentabilitas untuk ukuran efisiensi suatu perusahaan merupakan cara yang baik.
Dengan demikian maka jelaslah bahwa rentabilitas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan, sebagai suatu usaha efisiensi di mana setiap perusahaan dalam operasinya selalu berusaha meningkatkan labanya agar asset rentabilitas sesuai dengan standar.
Maka dari itu, cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Apakah yang akan diperbandingkan itu laba yang berasal dari operasi atau usaha, atau laba netto setelah pajak dengan keseluruhan aktiva operasi atau laba netto sesudah pajak dengan keseluruhan aktiva berwujud ataukah yang akan diperbandingkan itu laba neto sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri.
(43)
E. Fungsi Rentabilitas
Seperti rasio-rasio yang lain, rasio rentabilitas juga memiliki fungsi, tidak hanya bagi pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan.
Fungsi dari rasio rentabilitas adalah untuk:21
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode;
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang;
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu;
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
F. Rasio-rasio Pengukuran Rentabilitas
Pada dasarnya, ada beberapa rasio pengukuran rentabilitas. Hanya saja rasio yang biasa digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas atau rentabilitas bank adalah ROE (Return on Equity) dan ROA
21
(44)
(Return on Assets). Dalam pembahasan mengenai analisis rentabilitas ini dilakukan dengan cara menghitung ROA.
Beberapa jenis rasio rentabilitas dapat dikemukakan sebagai berikut:22 1. Profit Margin
Laba operasional
Profit Margin = x 100%
Total Pendapatan
Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
2. Return on Equity
Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Rasio ini dinyatakan sebagai berikut.
Laba Bersih
Return on Equity = x 100%
Modal Pemegang Saham
3. Return on Aset
Laba
Return on Aset = x 100% Total Aktiva
22
Sofyan Safri Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.304-305. Lihat juga Kasmir, Manajemen Perbankan, h. 279-288. Lihat juga Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, h. 159-160.
(45)
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
4. BOPO
Biaya Operasional
BOPO = x 100%
Pendapatan Operasional
BOPO adalah rasio yang menjelaskan perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional yang diterima oleh bank.
(46)
BAB III
GAMBARAN UMUM BNI SYARIAH
A. Sejarah Singkat dan Perkembangan BNI Syariah
Dalam realitas dinamika perbankan, sistem Syariah yang terbukti dapat bertahan dalam terpaan krisis moneter 1997, meyakinkan masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu menjawab kebutuhan perbankan yang transparan. Berdasarkan hal itu dan mengacu pada UU no 10 Tahun 1998, mulailah PT Bank Negara Indonesia (Persero) merintis Divisi Usaha Syariah.
Unit Usaha Syariah BNI didirikan sejak tahun 1999. Setelah memperoleh izin prinsip dan usaha dari Bank Indonesia, pada 29 april 2000, BNI meresmikan lima kantor cabang syariah sekaligus. Uniknya, kantor cabang itu tidak didaerah yang potensial seperti Jakarta melainkan di daerah seperti Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara, dan Banjarmasin. Baru pada tahun 2001 sesuai Surat Izin BI No.3/1/DpD/DPIP tanggal 3 Mei 2001, BNI Syariah membuka dua cabang syariah di Jakarta, satu di Bandung.
Pada tahun 2008, BNI Syariah telah memiliki 24 Kantor Cabang Syariah dan 30 Kantor Cabang Pembantu Syariah. Selain itu, BNI Syariah juga menerapkan syariah channelling outlet di 647 cabang BNI konvensional. Hal tersebut berdasarkan PBI No 8/3/2006 tentang pembukaan layanan syariah di kantor cabang konvensional.
(47)
Dengan dukungan teknologi, BNI Syariah bersinergi dengan cabang-cabang BNI konvensional untuk memberikan layanan pembukaan rekening syariah. Cabang-cabang BNI tersebut dinamakan Syariah Chanelling Outlet.
Dengan adanya fasilitas Syariah Chanelling Outlet yang disediakan oleh BNI Syariah, di harapkan dapat membantu masyarakat memperoleh kemudahan untuk mendapatkan layanan syariah di cabang-cabang BNI konvensional. Inilah salah satu strategi BNI syariah untuk mendekatkan diri dengan masyarakat.
Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan dari Majelis Ulama Indonesia pada tahun 2004 sebagai Perbankan Syariah Terbaik.
Kinerja BNI Syariah sendiri dari tahun ke tahun memperlihatkan pertumbuhan yang positif dengan posisi semester satu Juni 2008, aset BNI Syariah mencapai Rp. 3,38 triliun dengan pembiayaan sebesar Rp. 2,69 triliun dan dana pihak ketiga sebesar Rp. 2,63 triliun.1
Sedangkan pertumbuhan pembiayaan BNI Syariah didukung oleh keberhasilan penyaluran produk BNI Wirausaha Syariah sekitar Rp55,52 miliar dan BNI Tunas Usaha sebesar Rp18,82 miliar.2
1
Diakses pada tanggal 18 Mei 2010 dari http://www.bni.co.id/Syariah/tabid/174/Default.aspx.
2
Diakses pada tanggal 18 Mei 2010 dari http://www.bni.co.id/Syariah/tabid/174/Default.aspx.
(48)
Pada tahun 2001 sesuai Surat Izin BI No.3/1/DpD/DPIP tanggal 3 Mei 2001, BNI Syariah membuka dua cabang syariah di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, satu di Bandung.
Dalam perkembangannya BNI Syariah Jakarta Selatan sangat pesat terbukti dengan seringnya mendapat penghargaan sebagai kategori Bank Syariah yang paling Untung, dengan Kantor Cabang Pembantu Syariah yang dimiliki yaitu, Kantor Cabang Pembantu Syariah (KCPS) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Pusat dan KCPS Depok. Dan tahun 2006 BNI Syariah Jakarta Selatan naik level menjadi kantor cabang kelas satu, ini berarti BNI Syariah Jakarta Selatan merupakan Bank Syariah pertama yang berstatus kelas satu yang dimiliki oleh PT. BNI (Persero).
Saat ini seluruh cabang BNI di Jabodetabek telah dilengkapi dengan layanan pembukaan rekening syariah. Sehingga masyarakat yang menghendaki untuk melakukan investasi mudharabah melalui deposito syariah, tabungan syariah atau menitipkan dana melalui giro syariah dan tabungan wadiah, atau bahkan menghendaki mempersiapkan dana haji melalui tabungan iB Haji, dan juga tabungan perencanaan iB Tapenas, maka nasabah dapat mengunjungi cabang BNI terdekat.
Secara nasional cabang BNI yang sudah dapat melayani pembukaan rekening syariah berjumlah lebih dari 600, dan dari waktu ke waktu jumlah ini
(49)
terus meningkat sesuai dengan misi untuk memaksimalkan layanan dan kinerja sehingga menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.
Kendala yang saat ini menghambat perkembangan BNI Syariah antara lain masih kuatnya budaya sistem perbankan lama yang memberikan hasil lebih pasti berupa bunga, dibanding perbankan syariah yang returnnya tergantung pada hasil yang diterima oleh Bank. Begitupula realitas masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan syariah potensial meskipun secara kuantitas mayoritas muslim, tetapi menjadikan perbankan sebagai gaya hidup belum lekat dan popular.
Untuk mengatasi kendala tersebut antara lain dengan melakukan kegiatan promosi atau seminar-seminar bersama dengan bank syariah lainnya untuk memberikan penjelasan mengenai bank syariah dan produk-produknya.
B. Visi dan Misi BNI Syariah VISI
Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya Allah membawa berkah.
MISI
Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.
(50)
C. Tujuan Pendirian BNI Syariah
BNI Syariah didirikan dengan memanfaatkan jaringan BNI konvensional yang ada baik fasilitas ATM maupun kantor cabang BNI konvensional dengan melalui Syariah Production Counter. Dengan demikian layanan syariah ini selain di Cabang Syariah juga dapat dilayani di Kantor Cabang Konvensional, misalnya transaksi pembukaan rekening tabungan dan deposito.
Tujuan utama manajemen PT BNI dalam pengembangan Bank Syariah adalah dalam rangka menjadi Universal Banking perlu mengakomodir kebutuhan masyarakat yang ingin menyalurkan keuangannya melalui perbankan syariah serta sebagai alternatif dalam menghadapi krisis yang mungkin timbul dikemudian hari, mengingat kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah tidak terkena negatif spread seperti yang dialami oleh Bank-bank konvensional.
D. Produk-produk BNI Syariah
BNI Syariah menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip syariah, seperti jual beli dan bagi hasil serta memiliki beragam produk dan jasa perbankan yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan nasabah. Tentu saja, sebagai produk layanan bersifat jasa tentu masih mempunyai titik-titik persamaan dengan sistem pelayanan dalam perbankan konvensional pada umumnya.
Dengan demikian, tantangan yang dihadapi BNI Syari’ah menyangkut berbagai komponen perbankan yang secara oprasional berkaitan dengan sumber
(51)
daya yang tersedia. Tentu saja bukan hanya terkait kesediaan modal kerja, melainkan juga kemampuan SDM BNI Syari’ah dalam menguasasi konsep-konsep terkait perbankan syari’ah.
BNI Syariah menyadari bahwa masyarakat yang menghendaki layanan syariah tidak terbatas pada masyarakat muslim namun juga dibutuhkan oleh seluruh golongan masyarakat yang menghendaki layanan dan fasilitas perbankan yang nyaman, adil, dan modern.
Untuk itulah BNI Syariah senantiasa melakukan peningkatan kualitas produk, baik produk dana maupun pembiayaan serta terus-menerus melakukan penyempurnaan pada fitur-fiturnya.
Konsep-konsep yang mendasari transaksi perbankan syariah:3
1. Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank selaku penjual, dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan dengan cara diangsur
2. Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil antara bank dan nasabah pembiayaan dimana Bank menyediakan sebagian besar modal pada suatu usaha yang disepakati.
3
Diakses pada tanggal 17 Mei 2010 dari http://www.bni.co.id/Syariah/tabid/174/Default.aspx. Lihat juga Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: IIIT Indonesia, 2003), h. 86-101.
(52)
3. Atau dalam hal produk penghimpunan dana/tabungan, maka pihak penabung bertindak sebagai shahibul maal sedangkan bank bertindak sebagai mudharib yang akan menginvestasikan dana ke sektor-sektor riil yang sesuai syariah. Antara investor dan pihak Bank sebelumnya melakukan akad terhadap nisbah keuntungan yang akan dibagi. Jadi penabung tidak mendapatkan bunga namun akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.
4. Musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerjasama usaha antara Bank dengan nasabah dimana modal usaha berasal dari kedua belah pihak. Dalam pembiayaan musyarakah ini, keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi sharing modal masing-masing. 5. Ijarah adalah akad sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas barang /
jasa yang disewakan. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun objek transaksinya berbeda, jika jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
Pada BNI Syariah dewan pengawas yang disebut dengan Dewan Pengawas Syariah. Setiap produk yang saat ini dimiliki oleh BNI Syariah telah mendapatkan pengesahan dari DPS, dan demikian juga dengan produk-produk yang nantinya akan diluncurkan oleh BNI Syariah, terlebih dahulu juga harus mendapatkan pengesahan dari DPS sebelum dilaunching kepada masyarakat.
(53)
Produk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, di kategorikan menjadi tiga produk yaitu:
1. Penghimpunan dana; 2. Pembiayaan, dan
3. Pelayanan Jasa Lainnya.
Agar lebih jelas dapat dilihat dari gambar berikut ini :
(54)
PRODUK-PRODUK PT. BNI SYARIAH
JENIS PRODUK
PRINSIP YANG
DIGUNAKAN
PRODUK
Pembiayaan
Jual Beli (Buyu’)
•
Murabahah
Jasa Perbankan
Penghimpun
Dana
Wadi’ah
· Giro Wadi’ah
Mudharabah
•
Tabungan Mudharabah
•
Deposito Mudharabah
Bagi Hasil
•
Mudharabah
Wakalah
Kafalah
•
Kiriman Uang
•
Inkaso dan LC
·
Bank Garansi
Jasa
•
Rahn/Qardh
Gambar 3.1
(55)
E. Struktur Organisasi BNI Syariah
Secara organisasi, BNI Syariah merupakan salah satu unit dari BNI secara keseluruhan, dengan kata lain direktur BNI Syariah dengan BNI masih sama. BNI Syariah juga memanfaatkan jaringan BNI konvensional seperti ATM dan sebagian cabang, sehingga meskipun jumlah Cabang Bank Syariah masih sedikit, tapi dengan memanfaatkan jaringan ini nasabah BNI Syariah tidak perlu khawatir jika berada di tempat yang jauh dari lokasi cabang BNI Syariah.
Namun demikian perlu digariskan di sini bahwa khusus untuk pengelolaan dana masyarakat dilakukan terpisah. Dengan kata lain dana masyarakat yang disimpan di BNI Syariah tidak akan dipergunakan oleh BNI Konvensional dan sebaliknya, bahkan dari awal pembukuan secara akuntansi dilakukan secara terpisah. Hal ini untuk menjamin pengelolaan dana masyarakat di BNI Syariah dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Struktur organisasi yang ada di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, memenuhi standar berdirinya sebuah institusi yang bergerak dalam pelayanan masyarakat, dan didukung oleh Sumber Daya Insani yang mengacu pada keunggulan dan profesionalisme. Dengan demikian, Sumber Daya Insani dapat menunaikan tugasnya sesuai dengan tuntutan struktur organisasi kekinerjaan.
Adapun secara konkret gambaran struktur organisasi dan kekinerjaannya dalam konteks uraian kerja dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
(56)
(57)
Pada gambar diatas terlihat bahwa PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan dipimpin oleh seorang Pemimpin cabang dan dalam operasionalnya dibantu oleh Pemimpin Operasional dan pemimpin Cabang Pembantu, serta beberapa Penyelia (Pemasaran, Operasional, Umum dan Keuangan, dan Pelayanan Nasabah), selain itu juga para penyelia dibantu oleh beberapa asisten yang sesuai dengan keahliannya.
1. Penyelia Pemasaran Bisnis
Adalah tidak realistis apabila perusahaan mencoba melayani semua pelanggan sekarang maupun calon pelanggan dalam satu sistem pelayanan. Karena pelanggan begitu banyak jumlahnya dan tersebar di mana-mana dengan keragaman kebutuhan serta perilaku pengguna jasanya. Hal demikian mengarahkan kepada suatu proses pemasaran jasa dengan mengacu kepada strategi fokus.
Terkait dengan strategi fokus, Christopher H. lovelock dan Lourent K. Wright dalam bukunya Manajemen Pemasaran Jasa4 mengungkapkan, ada empat strategi fokus, yaitu: kepemimpinan jasa, fokus, fokus pasar dan fokus jasa.
Kepemimpinan jasa, merupakan suatu upaya mencapai dan mempertahankan reputasi perusahaan dalam hal inovasi dan differensiasi jasa
4
Christopher H. Lovelock dan Lourent K. Wright, Manajamen Pemasaran Jasa (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2005), h.165.
(58)
yang berarti dalam berbagai bentuk untuk menciptakan keunggulan bersaing dalam pasar yang dipilih. Kemudian Fokus, menyangkut penyediaan bauran produk yang relatif sedikit untuk segmen pasar tertentu.
Lalu, fokus pasar yaitu menyangkut sejauh mana suatu perusahaan mampu melayani beberapa atau banyak pasar yang dalam hal ini terutama adalah ummat Islam yang mulai tertarik kepada perbankan syariah.
Adapun fokus jasa, berkaitan dengan sejauh mana suatu perusahaan menawarkan beberapa atau banyak produk jasa, tentu saja produk-produk yang terkait dengan perbankan syariah seperti mudharabah, dan lain-lain.
Meskipun demikian, sesuai dengan pembatasan dan keterbatasan yang ada, maka fokus utama dalam pembahasan BNI Syariah ini, menyangkut produk-produk perbankan syariah dalam lingkup BNI Syariah.
Sebagai langkah awal, bagian Pemasaran membuat rencana target, baik untuk produk pendanaan maupun pembiayaan. Dalam menyusun target, Kantor Cabang menyesuaikan dengan rencana kerja operasional bank syariah yang dibuat oleh Divisi Usaha Syariah.
Kegiatan pemimpin pemasaran dibantu oleh beberapa analis yang bertugas memberikan analisa dan masukan terhadap proyek yang diajukan oleh para nasabah.
(59)
Salah satu unit yang ada di Pemasaran ini adalah rahn, karena rahn
ini termasuk salah satu produk yang dikembangkan dan dikelola oleh bagian pemasaran.
2. Penyelia Operasional
Melakukan aktivitas operasional perusahaan, yang dibantu oleh assisten kliring dan assisten Administrasi Kredit, merekap Transaksi-transaksi tunai: setoran dan pembayaran, dan Laporan kas harian.
3. Penyelia Keuangan dan Umum a. Kesekretariatan
1) Surat-menyurat; 2) Arsip dan Dokumen. b. Inventaris
1) Inventarisasi kebutuhan sesuai dengan anggaran; 2) Belanja barang investasi dan biaya;
3) Membuat penyusutan c. Personalia
1) Urusan gaji karyawan dan jaminan sosial;
2) Penyelenggaraan kartu pegawai dan data pegawai; 3) Pendidikan dan pembinaan karyawan.
(60)
d. Urusan Rumah Tangga Kantor 1) Keamanan dan tata tertib kantor;
2) Pemeliharaan kantor dan pemeliharaan Inventarisasi kantor serta perlengkapan kantor;
e. Akuntansi Cabang
1) Mendownload neraca dan daftar laba/rugi harian; 2) Mendownload neraca dan daftar laba/rugi bulanan; 3) Laporan ke bank Indonesia;
4) Membuat laporan pajak; 5) Membuat slip gaji pegawai;
6) Mengurus kenaikan gaji dan pangkat; 4. Penyelia Pelayanan Nasabah
Memberikan pelayanan kepada nasabah seperti membuka tabungan, setoran uang, atau aplikasi kirim uang. Dan hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan nasabah.
Posisi Branch Quality Assurance tugasnya mengawasi serta mengoreksi apabila ada temuan-temuan pada pelaksanaan kegiatan Bank sehari-hari apakah sudah sesuai dengan prosedur pelaksanaan atau belum, BQA
ini bisa disebut juga dengan auditor internal. Cabang Pembantu merupakan salah satu cara Kantor Cabang untuk
memperluas jaringannya dan juga untuk menjangkau para nasabah yang ingin
(61)
bertransaksi dengan sistem nonribawi, dan dipimpin oleh seorang pemimpin KCPS dibantu oleh seorang pegawai teller dan customer service, Fungsi KCPS tidak jauh berbeda dengan kantor Agen, karena kantor cabang pembantu tidak membuat laporan keuangan sendiri.
(62)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Potret Pengelolaan Modal Kerja dan Rentabilitas pada BNI Syariah 1. Potret Pengelolaan Modal Kerja pada BNI Syariah
Secara umum pembicarakan tentang investasi pada berbagai aktiva dan operasionalnya adalah biasa dilakukan dalam dunia perbankan. Terutama dalam hal istilah aktiva lancar dan aktiva tetap. Barangkali berdasarkan tradisi, telah dilakukan pemisahan antara aktiva lancar (pembelanjaan jangka pendek) dan aktiva tetap (pembelanjaan jangka panjang). Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya, definisi aktiva lancar adalah aktiva yang bisa diubah menjadi kas dalam jangka waktu, normalnya satu tahun. Maka manajemen modal kerja biasanya dimaksudkan sebagai pengaturan aktiva-aktiva tersebut, yaitu kas dan surat-surat berharga, piutang dan persediaan, serta pengaturan utang lancar. Pengaturan aktiva tetap (aktiva yang tidak berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun), biasanya dimasukkan dalam penganggaran modal, sedangkan pengaturan tentang pembelanjaan jangka panjang menyangkut pertimbangan struktur modal.
Pemisahan demikian, sebenarnya tidak menguntungkan, karena cenderung mengaburkan pengaruh berbagai keputusan terhadap penilaian perusahaan secara keseluruhan. Manajer keuangan umumnya menghabiskan
(63)
waktunya untuk mengelola aktiva dan utang lancar, suatu konsentrasi yang berulang-ulang dan seringkali menghasilkan pendekatan jangka pendek. Sebagian besar pekerjaan yang menyangkut manajemen modal kerja dicurahkan pada sisi kiri neraca, apakah itu diarahkan untuk mengoptimalkan jumlah kas dan surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Untuk sebagian optimasi aktiva-aktiva lancar ini terpisahkan dari optimasi aktiva-aktiva lancar dan penilaian keseluruhan perusahaan.
Menurut Dr. Suad Husnan, M.B.A. dalam bukunya “Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan”1 mengungkapkan bahwa secara konsepsional, sebenarnya tidak ada dasarnya memisahkan berbagai komponen manajemen modal kerja dari keputusan-keputusan yang lebih bersifat fundamental dalam investasi dan pembelanjaan.
Dalam praktik, kita harus mengakui bahwa perusahaan-perusahaan ada yang membedakan manajemen modal kerja dengan aspek-aspek lain manajemen keuangan. Pada akhir-akhir ini telah muncul berbagai model untuk menentukan tingkat kas, piutang dan persediaan yang optimal. Model-model tersebut menggunakan dasar pemikiran apakah manfaat untuk mempunyai jumlah aktiva-aktiva tersebut lebih banyak bisa dibenarkan apabila kita bandingkan dengan biaya (yang telah memasukkan resiko) untuk memilikinya. Meskipun model-model tersebut memberikan keputusan hukum yang efisien,
1
Suad Husnan, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Yogyakarta: BPFE, 1995), h.4.
(64)
sesungguhnya model-model tersebut mengoptimalkan dalam pengertian keseimbangan yang partial atau tidak menyeluruh. Jelaslah bahwa yang diperlukan adalah pemahaman tentang keputusan-keputusan aktiva lancar dan utang lancar dalam kaitan dengan keseluruhan penilaian perusahaan secara keseluruhan.
Dengan demikian, kebijakan perusahaan dalam mengelola usahanya akan berpengaruh terhadap pencapaian laba perusahaan dan akan berpengaruh juga terhadap rentabilitas perusahaan. Hal ini dapat dicapai melalui pengelolaan perusahaan secara efektif dan efisien. Dalam hal ini termasuk pula pengelolaan aktiva lancar dan hutang lancar perusahaan. Melalui manajemen modal kerja agar menghasilkan tingkat efisiensi yang tinggi dan terjaminnya modal kerja yang layak diterima.
Untuk menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan terdapat sejumlah faktor yang perlu dianalisis. Faktor-faktor tersebut, adalah:2
a. Sifat umum atau tipe perusahaan
Proporsi modal kerja dari total aktiva, pada perusahaan jasa relatif kecil. Berbeda dengan perusahaan industri, investasi dalam aktiva lancar cukup besar dengan tingkat perputaran persediaan dan piutang yang relatif rendah. Fluktuasi dalam pendapatan bersih pada perusahaan jasa juga relatif
2
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.69-71. Lihat juga Munawir, Analisa Laporan Keuangan, cet.XIII,(Yogyakarta: Liberty, 2004), h.117-119.
(65)
kecil bila dibandingkan dengan perusahaan industri dan perusahaan keuangan.
b. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Selain itu harga pokok per satuan barang juga akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga pokok per satuan barang yang dijual akan semakin besar pula kebutuhan akan modal kerja.
c. Syarat pembelian dan penjualan
Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar. Modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat kredit penjualan barang. Semakin jangka kredit yang diberikan kepada pelanggan lebih panjang maka akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan dalam piutang.
(66)
d. Tingkat perputaran persediaan
Semakin sering persediaan diganti maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan akan semakin rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi perputaran persediaan akan mengurangi risiko kerugian karena penurunan harga, perubahan permintaan, juga menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan dari persediaan.
e. Tingkat perputaran piutang
Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah atau kecil. Untuk mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan, serta penagihan piutang.
f. Pengaruh keadaan perekonomian
Pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang lebih banyak memanfaatkan harga yang masih rendah. Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat persediaan.
(67)
g. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek Menurunnya nilai riil dibanding dengan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja. Apabila risiko kerugian ini semakin besar berarti diperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo.
h. Pengaruh musim
Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang relatif pendek.
i. Kemampuan perusahaan meminjam uang dalam jangka pendek
Jumlah modal kerja, dalam bentuk kas termasuk surat-surat berharga, yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas. Penyediaan uang kas tergantung pada: (a) kemampuan perusahaan meminjam uang dalam jangka pendek, (b) perputaran persediaan dan piutang, dan (c) kesempatan mendapatkan potongan harga dalam penelitian.
Perkembangan besarnya modal kerja BNI Syariah diambil dari laporan keuangan pada tahun 2007 sampai dengan 2009. Aktiva lancar BNI Syariah terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, piutang, dan
(68)
pembiayaan. Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan tabel perkembangan aktiva lancar BNI Syariah selama kurun waktu tiga tahun.
Tabel 4.1
Aktiva Lancar PT BNI Syariah Tahun 2007-2009
Tahun Aktiva Lancar
(Modal Kerja)
Dalam Jutaan Rupiah
2007 2,505,175 2008 3,966,172 2009 4,745,838 Total 11,217,185 Sumber: Data diolah
Tabel 4.1 di atas menunjukkan perubahan unsur-unsur modal kerja pada BNI Syariah yang diperoleh dengan cara membandingkan unsur-unsur aktiva lancar pada tahun 2007 sampai dengan 2009. Dari tabel tersebut dapat dilihat komposisi dari modal kerja bank beserta perubahan yang terjadi pada masing-masing unsur modal kerja selama periode tersebut. Perubahan-perubahan nilai modal kerja tersebut menunjukkan upaya bank dalam menjalankan kewajiban jangka pendek.
(69)
Kendala yang dihadapi BNI Syariah dalam pengelolaan modal kerja berasal dari faktor resiko. Resiko yang tinggi akan mengakibatkan bank enggan menyalurkan dana. Selain itu kendala lainnya adalah masalah ketersediaan dana.3
Solusi yang dilakukan BNI Syariah agar pengelolaan modal kerja dapat berjalan dengan baik adalah dengan memberikan target-target pencapaian kepada seluruh kantor cabang tanpa harus mengesampingkan unsur kehati-hatian. Dan jika ada dana yang tidak bisa diinvestasikan, maka akan diinvestasikan ke portofolio lain yang lebih menguntungkan.4
Jika dihitung kenaikan pertumbuhan modal kerja perbankan dalam BNI Syariah berdasarkan tabel 4.1 di atas, berdasarkan perhitungan pertahun dibagi jumlah total dari periode tiga tahunan dan dibuat dalam prosentase, besarannya diketahui sebagai berikut:
3
Wawancara Pribadi dengan salah satu staff Keuangan BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan. Jakarta, 18 Mei 2010.
4
Wawancara Pribadi dengan salah satu staff Keuangan BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan. Jakarta, 18 Mei 2010.
(70)
Tabel 4.2
Perkembangan Aktiva Lancar PT BNI Syari’ah Tahun 2007-2009
Tahun Aktiva Lancar Perkembangan Aktiva Lancar
(Modal Kerja) (Modal Kerja)
Dalam Jutaan Rupiah Dalam %
2007 2,505,175 22.33 2008 3,966,172 35.36 2009 4,745,838 42.31 Total 11,217,185 100.00 Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan angka-angka prosentase pada tabel di atas, menunjukkan adanya suatu langkah perkembangan modal kerja BNI Syariah yang secara umum dapat dikatakan cukup tinggi signifikansinya.
2. Potret Rentabilitas pada BNI Syariah
Untuk mencapai pemahaman yang lebih baik mengenai efektivitas modal kerja pada BNI Syariah, maka perlu dilakukan analisis dan penafsiran terhadap rasio keuangan. Dalam hal ini rasio yang digunakan adalah rasio rentabilitas.
(71)
Rasio rentabilitas merupakan hasil bersih dari berbagai kebijakan dari keputusan, menunjukkan efektivitas dari manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dari laba yang diperoleh dari hasil penjualan produk dan investasi. Rasio rentabilitas merupakan jawaban akhir dari rasio-rasio lain tentang seberapa efektif perusahaan dikelola dan merupakan kriteria penilaian yang secara luas dan dianggap paling tepat untuk digunakan sebagai alat ukur mengenai hasil pelaksanaan operasi perusahaan.
Terdapat beberapa macam cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan, tergantung pada laba dan aktivitas atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Pada umumnya rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Tinggi rendahnya rentabilitas ditentukan oleh 2 (dua) faktor yaitu:5 a. Profit margin yaitu perbandingan antara laba operasional dengan total
pendapatan, perbandingan dinyatakan dengan persentase.
b. Tingkat perputaran aktiva usaha yaitu kecepatan perputaran aktiva usaha dalam suatu periode tertentu. Perputaran tersebut dapat ditentukan dengan membagi antara pendapatan operasional dengan aktiva usaha.
5
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, h.89.
(72)
Apabila ingin memperbesar rentabilitas dengan memperbesar profit margin, ini berarti hubungan dengan usaha untuk mempertinggi efisiensi di bidang penjualan dan pembenahan administrasi.
Sedangkan untuk memperbesar rentabilitas yakni dengan memperbesar perputaran aktiva usaha, maka berhubungan dengan kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap.
Adapun beberapa cara untuk meningkatkan rentabilitas perusahaan antara lain seperti:6
a. Menaikkan profit margin yaitu dengan menambah biaya usaha sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan penjualan yang sebesar-besarnya.
b. Menaikkan profit margin dengan mengurangi biaya usaha relatif besar daripada berkurangnya pendapatan dari penjualan.
c. Menaikkan perputaran aktiva usaha yaitu dengan menambah modal usaha sampai pada tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan penjualan yang sebesar-besarnya.
d. Menaikkan perputaran aktiva usaha dengan mengurangi penjualan sampai tingkat tertentu diusahakan penurunan atau pengurangan modal usaha sebesar-besarnya.
6
Yaumil Nikmat, “ANALISIS RENTABILITAS UNTUK MENGUKUR EFISIENSI KINERJA PERUSAHAAN PADA CV PANDAN HARUM DI BALIKPAPAN”, diakses pada 28 April 2010 dari www.guruvalah.20 m.com.
(73)
e. Menaikkan profit margin dan sekaligus perputaran aktiva usaha yaitu mengusahakan kenaikan profit margin dan sekaligus perputaran aktiva usaha.
Analisis terhadap rentabilitas BNI Syariah dilakukan dengan membandingkan rasio rentabilitas bank dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, untuk kemudian dipelajari apakah ada kemajuan atau kemunduran prestasi pada kondisi keuangan bank selama periode tersebut. Rasio rentabilitas yang digunakan adalah Return on Asset (ROA).
Return on Asset menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
Laba
Return on Aset = x 100%
Total Aktiva
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3
Return on Asset PT BNI Syariah Tahun 2007-2009
Tahun Laba Total Aktiva ROA
2007 Rp 19,237,000,000 Rp 2,546,844,000,000 0.76%
2008 Rp 34,439,000,000 Rp 4,017,502,000,000 0.86%
(74)
2009 Rp (186,509,000,000) Rp 4,799,247,000,000 ‐3.89% Sumber: Data diolah
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa selama kurun waktu tiga tahun tersebut menunjukkan adanya peningkatan Return on Asset, yaitu sebesar 0.76% pada tahun 2007 dan 0.86% pada tahun 2008, kecuali pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar -3.89%. Dengan demikian, jika ROA pada tahun 2007 dan tahun 2008 menunjukkan perolehan laba yang signifikan, maka ROA pada tahun 2009 mengalami hal yang sebaliknya.
Jika ditelaah lebih lanjut, mengapa ROA BNI Syariah pada tahun 2009 mengalami kerugian? Tentunya dapat diidentifikasi kemungkinan adanya faktor-faktor yang ikut menimbulkan terjadinya kerugian itu. Hal yang sudah pasti, tentu saja terjadi bahwa beban biaya operasional lebih besar dari pendapatan bersih.
Beberapa penyebab sebagai kemungkinan terjadinya ROA pada tahun 2009 mengalami penurunan, di antaranya :
a. Pengeluaran biaya operasional terlalu tinggi yang melampaui kemampuan perusahaan membiayai hal tersebut.
b. Kompetensi yang dimiliki SDM BNI Syariah masih belum maksimal dalam pemahaman perbankan syariah baik secara konsepsi maupun operasionalisasi. Bahkan boleh jadi, adanya beberapa ketenagaan yang tidak berlatar belakang pendidikan perbankan.
(1)
FORMAT WAWANCARA
Hari/Tanggal : Selasa, 18 Mei 2010
Tempat : Kantor BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan ITC Dutamas Fatmawati Blok A1-2 dan A1-3 Jalan Rumah Sakit Fatmawati – Jakarta Selatan Jakarta 12150 Telp. (021) 72798266
Fax. (021) 72798733
DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana pengelolaan modal kerja yang diterapkan oleh BNI Syariah agar seluruh aktivitas usaha dapat berjalan dengan lancar?
2. Bagaimana perkembangan tingkat rentabilitas BNI Syariah, apakah sudah dapat menunjukkan bahwa bank bekerja dengan efisien?
3. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perubahan modal kerja dan tingkat rentabilitas bank?
4. Kendala apa saja yang dihadapi BNI Syariah dalam pengelolaan modal kerja? 5. Ketentuan atau standar seperti apa yang ditetapkan BI mengenai rentabilitas?
6. Kinerja keuangan seperti apa yang telah dilakukan oleh BNI Syariah mengenai modal kerja dan rentabilitas?
7. Solusi apa yang dilakukan BNI Syariah agar pengelolaan modal kerja dapat berjalan dengan baik?
DATA YANG DIPERLUKAN
(2)
HASIL WAWANCARA
PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PT BNI SYARIAH
CABANG JAKARTA SELATAN
Hari/Tanggal : Selasa, 18 Mei 2010
Tempat : Kantor BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan ITC Dutamas Fatmawati Blok A1-2 dan A1-3 Jalan Rumah Sakit Fatmawati – Jakarta Selatan Jakarta 12150 Telp. (021) 72798266
Fax. (021) 72798733
Pertanyaan dan jawaban
Tanya : Bagaimana pengelolaan modal kerja yang diterapkan oleh BNI Syariah agar
seluruh aktivitas usaha dapat berjalan dengan lancar?
Jawab : Pengelolaan modal kerja yang diterapkan oleh BNI Syariah menggunakan
prinsip-prinsip syariah, dan mengalokasikan dana ke pembiayaan.
Tanya : Bagaimana perkembangan tingkat rentabilitas BNI Syariah, apakah sudah dapat
menunjukkan bahwa bank bekerja dengan efisien?
Jawab : Dilihat dari laporan keuangan konsolidasi, perkembangan rentabilitas BNI Syariah
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Maka dengan demikian bank dapat
dikatakan sudah bekerja secara efisien.
Tanya : Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perubahan modal kerja dan tingkat
rentabilitas bank?
Jawab : Faktor yang mempengaruhi perubahan modal kerja yang pertama dari sisi
(3)
dari nasabah maka modal kerja akan bertambah, begitupun sebaliknya. Yang
kedua, tergantung pada DPK (Dana Pihak Ketiga). Kemudian faktor yang
mempengaruhi tingkat rentabilitas bank dapat dilihat dari sejauh mana bank bisa
menginvestasikan dana untuk menghasilkan keuntungan.
Tanya : Kendala apa saja yang dihadapi BNI Syariah dalam pengelolaan modal kerja?
Jawab : Kendala yang dihadapi BNI Syariah dalam pengelolaan modal kerja berasal dari
faktor resiko. Resiko yang tinggi akan mengakibatkan bank enggan menyalurkan
dana. Selain itu kendala lainnya adalah masalah ketersediaan dana.
Tanya : Ketentuan atau standar seperti apa yang ditetapkan BI mengenai rentabilitas?
Jawab : Ketentuan atau standar yang ditetapkan BI mengenai rentabilitas meliputi
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Pencapaian return on assets (ROA), return on equity (ROE), net interest margin
(NIM), dan tingkat efisiensi bank.
b. Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip
akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek laba
operasional.
Tanya : Upaya apa saja yang telah dilakukan oleh BNI Syariah mengenai pengelolaan
modal kerja dan menjaga tingkat rentabilitas?
Jawab : Upaya yang dilakukan BNI Syariah dalam mengelola modal kerja dan menjaga
tingkat rentabilitas adalah dengan memberikan target-target kepada seluruh kantor
(4)
kehati-hatiannya. Jika ada dana-dana yang tidak bisa diinvestasikan, maka akan
diinvestasikan ke portofolio lain yang lebih menguntungkan.
Tanya : Solusi apa yang dilakukan BNI Syariah agar pengelolaan modal kerja dapat
berjalan dengan baik?
Jawab : Solusi yang dilakukan BNI Syariah adalah dengan memberikan target-target
pencapaian kepada seluruh kantor cabang tanpa harus mengesampingkan unsur
kehati-hatian. Dan jika ada dana yang tidak bisa diinvestasikan, maka akan
diinvestasikan ke portofolio lain yang lebih menguntungkan.
Jakarta, 17 Juli 2010
Yang mewawancarai Mengetahui,
BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan
Ary Nurhayati Mahasiswi
(5)
Regression
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .353a .124 .099 .01608 .831
a. Predictors: (Constant), modalkerja b. Dependent Variable: ROA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .001 1 .001 4.826 .035a
Residual .009 34 .000
Total .010 35
a. Predictors: (Constant), modalkerja b. Dependent Variable: ROA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -.016 .009 -1.880 .069
modalkerja 1.657 .000 .353 2.197 .035
(6)
Correlations
Correlations
modalkerja ROA
modalkerja Pearson Correlation 1 .353*
Sig. (2-tailed) .035
N 36 36
ROA Pearson Correlation .353* 1
Sig. (2-tailed) .035
N 36 36