Penyelia Pelayanan Nasabah Struktur Organisasi BNI Syariah

bertransaksi dengan sistem nonribawi, dan dipimpin oleh seorang pemimpin KCPS dibantu oleh seorang pegawai teller dan customer service, Fungsi KCPS tidak jauh berbeda dengan kantor Agen, karena kantor cabang pembantu tidak membuat laporan keuangan sendiri.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Potret Pengelolaan Modal Kerja dan Rentabilitas pada BNI Syariah 1. Potret Pengelolaan Modal Kerja pada BNI Syariah Secara umum pembicarakan tentang investasi pada berbagai aktiva dan operasionalnya adalah biasa dilakukan dalam dunia perbankan. Terutama dalam hal istilah aktiva lancar dan aktiva tetap. Barangkali berdasarkan tradisi, telah dilakukan pemisahan antara aktiva lancar pembelanjaan jangka pendek dan aktiva tetap pembelanjaan jangka panjang. Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya, definisi aktiva lancar adalah aktiva yang bisa diubah menjadi kas dalam jangka waktu, normalnya satu tahun. Maka manajemen modal kerja biasanya dimaksudkan sebagai pengaturan aktiva- aktiva tersebut, yaitu kas dan surat-surat berharga, piutang dan persediaan, serta pengaturan utang lancar. Pengaturan aktiva tetap aktiva yang tidak berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun, biasanya dimasukkan dalam penganggaran modal, sedangkan pengaturan tentang pembelanjaan jangka panjang menyangkut pertimbangan struktur modal. Pemisahan demikian, sebenarnya tidak menguntungkan, karena cenderung mengaburkan pengaruh berbagai keputusan terhadap penilaian perusahaan secara keseluruhan. Manajer keuangan umumnya menghabiskan waktunya untuk mengelola aktiva dan utang lancar, suatu konsentrasi yang berulang-ulang dan seringkali menghasilkan pendekatan jangka pendek. Sebagian besar pekerjaan yang menyangkut manajemen modal kerja dicurahkan pada sisi kiri neraca, apakah itu diarahkan untuk mengoptimalkan jumlah kas dan surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Untuk sebagian optimasi aktiva-aktiva lancar ini terpisahkan dari optimasi aktiva-aktiva lancar dan penilaian keseluruhan perusahaan. Menurut Dr. Suad Husnan, M.B.A. dalam bukunya “Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan” 1 mengungkapkan bahwa secara konsepsional, sebenarnya tidak ada dasarnya memisahkan berbagai komponen manajemen modal kerja dari keputusan-keputusan yang lebih bersifat fundamental dalam investasi dan pembelanjaan. Dalam praktik, kita harus mengakui bahwa perusahaan-perusahaan ada yang membedakan manajemen modal kerja dengan aspek-aspek lain manajemen keuangan. Pada akhir-akhir ini telah muncul berbagai model untuk menentukan tingkat kas, piutang dan persediaan yang optimal. Model-model tersebut menggunakan dasar pemikiran apakah manfaat untuk mempunyai jumlah aktiva-aktiva tersebut lebih banyak bisa dibenarkan apabila kita bandingkan dengan biaya yang telah memasukkan resiko untuk memilikinya. Meskipun model-model tersebut memberikan keputusan hukum yang efisien, 1 Suad Husnan, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan Yogyakarta: BPFE, 1995, h.4.