Pengolahan dan Tataniaga Tinjauan Pustaka

61 kegiatan sektor lain. Besarnya pendapatan usahatani dapat digunakan untuk menilai keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya. Sealin konsep pendapatan, dalam usahatani juga dikenal adanya konsep keuntungan. Keuntungan usahatani adalah selisih dari penerimaan dengan biaya menghasilkan Prasetya, 1996. Menurut Hadisapoetra 1973, pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat-alat luar dan dengan modal dari luar. Sedangkan pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya alat- alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.

4. Pengolahan dan Tataniaga

Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan diantaranya sebagai berikut : a. Meningkatkan nilai tambah b. Meningkatkan kualitas hasil c. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja d. Meningkatkan keterampilan produsen e. Meningkatkan pendapatan produsen Namun banyak pula dijumpai petani yang tidak melaksanakan pengolahan hasil karena berbagai sebab Soekartawi, 2001. Pengertian tentang perniagaan lazim disebut oleh para usahawan sebagai “penghubung antara produsen dengan para konsumen” sehingga kedua kepentingan dapat dipertemukan. Kepentingan produsen untuk menjual produk-produk yang telah dihasilkan dan kepentingan konsumen untuk membeli produk-produk tersebut guna memuaskan atau 62 memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi. Marketing atau tataniaga dengan demikian pengertiannya yaitu meliputi segala kegiatan usaha yang diutamakan atau diperlukan agar barang-barang produksi dimungkinkan mengalir secara lancar ke sektor konsumen Kartasapoetra, 1992. Menurut Kartasapoetra 1992 mengalirnya produk dan jasa dari desa ternyata tidak terjadi keseimbangan, artinya tingkat hidup masyarakat pedesaan umumnya tetap rendah. Pendapatan perkapita mereka demikian kecil sehingga daya beli barang dan jasa pemuas kebutuhan sekunder dapat dikatakan sangat minim. Jadi masalah yang menyebabkan tingkat kehidupan para petani demikian tidak seimbang antara tenaga yang dikeluarkan tiap hari, antara produk-produk yang dihasilkan dengan tingkat penerimaanpendapatan hanyalah terletak pada masalah pemasaran. Menurut Kartasapoetra 1992 cara umum yang ditempuh produsen dalam menyalurkan produknya ke pasar terahir konsumen adalah melalui lembaga-lembaga yang menawarkan jasa-jasanya untuk mempermudah kelancaran arus barang. Mata rantai produk pertanian dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 1. Mata Rantai Produk Pertanian. Produsen Tengkulak KUD Pedagang besar perantara Pengecer Rumah tangga Penghimpun Produk Pengecer Industri 63

5. Agrowisata