Tanaman Stroberi Fragaria sp Agribisnis

56 pemasaran melalui jasa konsultan pemasaran, dan standarisasi harga produk.

B. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Stroberi Fragaria sp

Menurut Budiman dan Saraswati 2005, berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan, tanaman stroberi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Famili : Rosaceae Genus : Fragaria Species : Fragaria sp 57 Stroberi merupakan tanaman subtropis yang dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tertentu. Anonim 2000 menjelaskan syarat tumbuh tanaman stroberi sebagai berikut: 1 Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 mtahun. 2 Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8–10 jam setiap harinya. 3 Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20 derajat C. 4 Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90. Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-1.500 meter dpl. Spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L. Menyebar ke berbagai negara di Eropa, Amerika dan Asia. Spesies lainnya, yaitu F. vesca L tersebar lebih luas dibanding spesies lainnya. Jenis stroberi F. vesca yang pertama kali masuk ke Indonesia. Varietas stroberi introduksi yang dapat ditanam di Indonesia adalah oso grande, pajero, selva, ostara, tenira, robunda, bogota, elvira, grella, camarosa, chandler, earlibrite, strawberi festival, sweet charlie, dan red gantle. Buah stroberi dapat dimanfaatkam sebagai makanan dalam keadaan segar maupun olahan. Produk makanan yang berasal dari stroberi telah banyak dikenal, misalnya sirup, selai dodol dan jus stroberi. Selain mengandung berbagai vitamin dan mineral, buah stroberi terutama bijinya mengandung ellagic acid yang mampu mencegah kanker Budiman dan Saraswati, 2005.

2. Agribisnis

Pengertian agribisnis dapat dijelaskan dari unsur kata yang membentuknya, yaitu: “agri” yang berasal dari kata agriculture pertanian dan “bisnis” yang berarti usaha. Jadi “agribisnis” adalah usaha 58 dalam bidang pertanian. Baik mulai dari produksi, pengolahan, pemasaran atau kegiatan lain yang berkaitan Soekartawi, 1993. Agribisnis mencakup subsistem sarana produksi atau bahan baku di hulu, proses produksi biologis di tingkat bisnis atau usahatani, aktivitas transportasi berbagai fungsi bentuk pengolahan, waktu penyimpanan atau pengawetan di tengah, serta pemasaran dan perdagangan di hilir, dan subsistem lain seperti jasa, permodalan, perbankan dan sebagainya. Memilah-milah suatu sistem agribisnis dalam satuan yang terpisah hanya akan menimbulkan gangguan serius dalam seluruh rangkaian yang ada, dan tidak mustahil dapat menciptakan permasalahan tingkat berikutnya yang lebih dahsyat Arifin, 2004 Agribisnis sebagai suatu sistem merupakan hasil perpaduan subsistem-subsistem berikut 1 subsistem input, 2 subsistem usaha taniproduksi 3 subsistem pengolahan dan pemasaran, dan didukung oleh 4 subsistem sarana pendukung fasilitas. Disamping itu pendekatan agribisnis dalam pembangunan pertanian tidak akan memperoleh hasil yang maksimal tanpa memperhatikan aspek lingkungan dari wilayah yang akan dikembangkan. Dalam arti kata bahwa mutlak diperlukan mekanisme keterpaduan antara pembangunan pertanian pendekatan agribisnis dan pembangunan wilayah secara umum, sehingga di-hasilkan satu sinergi yang kuat untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional Andriani, 2007. Menurut Arifin 2004 membangun agribisnis memang perlu secara integral dilakukan pada seluruh subsistem, dengan prioritas yang dapat lebih dicerna oleh para pelaku. Hal itu tidaklah harus diterjemahkan bahwa agribisnis akan bersifat eksklusif dan memiliki privilis tertentu. Sistem dan usaha agribisnis yang berdayasaing, berkerakyatan dan berkelanjutan dilaksanakan secara terdesentralisasi. Pembangunan sistem dan usaha agribisnis ke depan berbeda dengan masa lalu yang 59 sangat sentralistik dan topn down. Ke depan, pembangunan sistem dan usaha agribisnis akan dilakukan secara terdesentralisasi dan lebih mengedepankan kretivitas pelaku agribisnis daerah Saragih, 2001. Strategi pengembangan agribisnis bukan semata-mata persoalan manajemen bisnis di tingkat mikro, namun sangat terkait dengan formasi kebijakan di tingkat makro serta kemampuan mensiasati dan menemukan strategi di tingkat enterpreneur. Keterpaduan formasi makro-mikro ini sangat diperlukan mengingat agribisnis adalah suatu rangkaian sistem usaha berbasis pertanian dan sumberdaya lain dari hulu sampai hilir Arifin, 2004.

3. Biaya, Penerimaan, Pendapatan Usahatani