Agrowisata Kelembagaan Tinjauan Pustaka

63

5. Agrowisata

Dalam istilah sederhana, agrowisata didefiisikan sebagai perpaduan antara pariwisata dan pertanian. Pengunjung dapat mengunjungi kebun, peternakan atau tempat pengolahan hasil untuk membeli produk, menikmati pertunjukan mengambil bagian aktivitas, makan suatu makanan atau menghabiskan malam di sebuah area perkebunan atau taman. Sementara definisi lain mengatakan, agrowisata adalah sebuah alternatif untuk meningkatkan pendapatan dan kelangsungan hidup serta menggali potensi ekonomi petani kecil dan masyarakat pedesaan Anonim c , 2007. Menurut Deptan dalam Untama 2006, agrowisata atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro agribisnis sebagai obyek wisata. Tujuannya adalah memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumberdaya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal indigenous knowledge yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya. Motivasi agroturisme adalah untuk menghasilkanh pendapatan tambahan bagi petani. Bagaimanapun agroturisme juga merupakan kesempatan untuk mendidik orang banyak masyarakat tentang pertanian dan ekosistem. Pemain kunci di dalam agrotursme adalah petani, pengunjung wisatawan, dan pemerintah atau institusi. Peran mereka bersama adalah penting untuk menuju sukses dalam pengembangan agroturisme Utama, 2006.

6. Kelembagaan

64 Menurut Mosher dalam Soekartawi 2001 aspek kelembagaan merupakan syarat pokok agar struktur pembangunan pedesaan dikatakan maju. Ada tiga syarat yang dikategorikan sebagai aspek kelembagaan utama dalam “Struktur Pedesaan Maju” yaitu : a. Adanya pasar b. Adanya pelayanan penyuluhan c. Adanya lembaga perkreditan. Manakala pasar terletak jauh dari sentra produksi, maka pemerintah berusaha mendekatkannya. Misalnya dengan membentuk Koperasi Unit Desa KUD, yaitu suatu lembaga perekonomian yang tugasnya menyalurkan faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan pertanian dan sekaligus ditugaskan untuk membeli hasil pertanian yang diproduksi petani Soekatawi, 2001. Keberadaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis nasional sangat penting untuk menciptakan agribisnis indonesia yang tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat menentukan dalam upaya meningkatkan integrasi agribisnis dalam mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis. Beberapa lembaga pendukung agribisnis indonesia adalah pemerintah, lembaga pembiayaan, lembaga pemasaran dan distribusi, koperasi, lembaga pendidikan formal dan non formal, lembaga penyuluh pertanian lapangan dan lembaga penjamin dan penaggung risiko. Menurut Dirjen Hortikultura 2002, Kelompok tani adalah kelompok petani yang tumbuh berdasarkan keakraban, keserasian dan kesamaan kepentingan para petani anggotanya. Mereka bekerjasama dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian yang mereka kuasai dan bekerjasama untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan angotanya. 65 Kelompok tani merupakan ujung tombak pembangunan pertanian dan perannya sangat strategis dalam mengembangkan sekala usaha agribisnis yang lebih ekonomis dan efisien. Fungsi dari kelompok tani adalah sebagai wadah untuk mengembangkan sumberdaya manusiapertanian agar memiliki kekuatan mandiri, mampu menerapkan inovasi teknik, sosial dan ekonomi. Kelompok tani juga diharapkan dapat mendorong petani agar mampu menghadapi risiko besar, sehingga mampu memperoleh tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang layak Dirjen Hortikultura, 2002.

7. Perumusan Strategi