intoleransi glukosa yang dapat menyebabkan DM yang merupakan faktor resiko PJK, kecenderungan trombositosis, peningkatan TD, peningkatan tonus otot polos
arteri koronaria. Angka kematian usia muda pada laki-laki didapatkan lebih tinggi dari pada
perempuan, akan tetapi setelah monopause hampir tidak didaptkan perbedaan dengan laki-laki.
b. Genetik
Gillium 1978 menyatakan bahwa PJK cenderung lebih banyak pada subjek orangtuanya telah menderita PJK dini. Bila kedua orang tua penderita PJK
menderita PJK pada usia muda, maka anaknya mempunyai resiko yang lebih tinggi bagi perkembangan PJK dari pada hanya seseorang atau tidak ada orang
tuanya menderita PJK.
25
2.6. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner
Untuk pencegahan terhadap penyakit jantung koroner dapat meliputi 4 tingkat upaya :
2.6.1. Pencegahan Primordial
Yaitu upaya untuk mencegah munculnya faktor predisposisi terhadap PJK dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya factor yang menjadi resiko PJK.
Tujuannya adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan kultural yang mendorong peningkatan resiko penyakit.
6
Universitas Sumatera Utara
Upaya primordial penyakit jantung koroner dapat berupa Kebijaksanaan Nasional Nutrisi dalam sektor agrokultural, industri makanan,impor dan ekspor
makanan, penanganan konprehensif rokok, pencegahan hipertensi dan promosi aktivitas fisikolah raga.
2.6.2. Pencegahan Primer
28
Yaitu upaya awal untuk mencegah PJK sebelum seseorang menderita PJK. Dilakukan dengan pendekatan komunitas berupa penyuluhan faktor-faktor risiko
PJK terutama pada kelompok resiko tinggi, pencegahan ditujukan kepada pencegahan terhadap berkembang proses aterosklerosis.
Upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada pencegahan ini antara lain :
16
a. Mengontrol kolesterol darah. Yaitu dengan cara mengidentifikasi jenis makanan
15
b. Mengontrol tekanan darah. Banyak kasus tekanan darah tinggi tidak dapat
disembuhkan. Keadaan ini berasal dari suatu kecenderungan genetik yang bercampur dengan faktor resiko seperti stres, kegemukan, terlalu banyak
konsumsi garam dan kurang gerak badan. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah mengatur diet, menjaga berat badan, menurunkan stres dan
melakukan olah raga. yang kaya akan kolesteror kemudian mengurangi konsumsinya serta
mengkonsumsi serat yang larut soluble fiber.
Universitas Sumatera Utara
c. Berhenti merokok. Program-program umum dan kampanye anti merokok perlu
dilaksanakan secara intensif, seperti di pesawat terbang, di rumah sakit, dan di tempat umum lainnya.
d. Aktifitas fisik. Manfaat dari melakukan aktifitas fisik dan olah raga bagi penyakit
jantung koroner antara lain adalah perbaikan fungsi dan efisiensi kardiovaskuler, pengurangan faktor resiko lain yang menggaggu pembuluh darah koroner,
perbaikan terhadap toleransi stres.
2.6.3. Pencegahan Sekunder