20
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian laboratorium. Penelitian meliputi pengambilan tumbuhan, identifikasi tumbuhan, karakterisasi
simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etilasetat, fraksi air dan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH sebagai
sumber radikal bebas dan absorbansi DPPH diukur menggunakan alat spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 516 nm.
3.1 Alat-Alat
Alat-alat yang digunakan terdiri dari alat-alat gelas laboratorium, desikator, freeze dryer Virtis, krus porselin, lemari pengering, mikroskop, neraca
analitis Vibra, neraca kasar O’haus, oven listrik Stork, penangas air Yenaco, rotary evaporator Stuart, spektofotometer UVVis Shimadzu UV-
1800 dan tanur Gallenkamp.
3.2 Bahan-Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah herba kurmak mbelin dan air suling. Bahan-bahan kimia yang digunakan, kecuali dinyatakan
lain adalah berkualitas pro analisis: produksi Sigma: 1,1-diphenyl-2- picrylhydrazyl DPPH. Produksi Merck: etanol, metanol, kloroform, n-heksana,
etilasetat, isopropanol, eter, benzen, asam asetat anhidrida, natrium hidroksida, alfa naftol, asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, asam klorida pekat, toluena,
kloralhidrat, iodium, raksa II klorida, timbal II asetat, kalium iodida, bismut
21
III nitrat, besi III klorida, amil alkohol. Bahan kimia berkualitas teknis: etanol
96, n-heksana dan etilasetat.
3.3 Penyiapan Tumbuhan
3.3.1 Pengambilan tumbuhan
Pengambilan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Tumbuhan yang
digunakan adalah herba kurmak mbelin yang diperoleh dari Desa Singa, Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.
3.3.2 Identifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI di Bogor. Tumbuhan yang digunakan untuk penelitian adalah sama
dengan tumbuhan yang digunakan oleh Silalahi. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 46.
3.3.3 Pengolahan tumbuhan
Pengolahan herba kurmak mbelin dilakukan terhadap tumbuhan segar, yaitu herba dibersihkan dari kotoran-kotoran, dicuci dengan air sampai bersih,
ditiriskan, ditimbang 5 kg, lalu dikeringkan di lemari pengering pada suhu 40 - 50
o
C sampai menjadi simplisia, kemudian ditimbang 430 g.
3.4 Pembuatan Larutan Pereaksi
3.4.1 Larutan pereaksi bouchardat
Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling, ditambahkan iodium sebanyak 2 g dan dicukupkan dengan air suling
hingga 100 ml Depkes, 1995.
22
3.4.2 Larutan pereaksi mayer
Sebanyak 1,4 g raksa II klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml. Pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida
lalu dilarutkan dalam 10 ml air suling. Kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml Depkes, 1995.
3.4.3 Larutan pereaksi dragendorff
Sebanyak 0,8 g bismuth III nitrat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat pekat. Pada wadah lain ditimbang sebanyak 27,2 g kalium
iodida lalu dilarutkan dalam 50 ml air suling. Kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan yang jernih diambil dan
diencerkan dengan air suling hingga 100 ml Depkes, 1995.
3.4.4 Larutan pereaksi molish
Sebanyak 3 g alfa naftol ditimbang, kemudian dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga volume 100 ml Depkes, 1995.
3.4.5 Larutan pereaksi asam klorida 2 N
Sebanyak 17 ml asam klorida pekat dilarutkan dalam air suling hingga volume 100 ml Depkes, 1995.
3.4.6 Larutan pereaksi asam sulfat 2 N
Sebanyak 5,5 ml asam sulfat pekat dilarutkan dalam air suling hingga volume 100 ml Depkes, 1995.
3.4.7 Larutan pereaksi asam nitrat 0,5 N
Sebanyak 3,4 ml asam nitrat pekat diencerkan dengan air suling hingga volume 100 ml Depkes, 1995.
23
3.4.8 Larutan pereaksi timbal II asetat 0,4 M
Sebanyak 15,17 g timbal asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling bebas karbondioksida hingga volume 100 ml Depkes, 1995.
3.4.9 Larutan pereaksi besi III klorida 1
Sebanyak 1 g besi III klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga volume 100 ml Depkes, 1995.
3.4.10 Larutan pereaksi kloralhidrat 70 bb
Sebanyak 70 g kristal kloralhidrat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 30 ml air suling Depkes, 1995.
3.4.11 Larutan pereaksi DPPH 0,5 mM
Sebanyak 20 mg DPPH ditimbang, kemudian dilarutkan dalam metanol hingga volume 100 ml Marinova, 2011.
3.5
Pemeriksaan Mikroskopik Herba Kurmak Mbelin
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap penampang melintang dari daun dan batang kurmak mbelin. Caranya: 2 - 3 tetes larutan kloralhidrat
diteteskan di atas kaca objek, lalu sayatan daun dan batang kurmak mbelin diletakkan di atasnya, dipanaskan, kemudian ditutup dengan kaca penutup, lalu
diamati di bawah mikroskop.
3.6 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air,
penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam Depkes, 1995; WHO, 2011.
24
3.6.1 Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap herba kurmak mbelin dengan mengamati bentuk, warna, bau, rasa dan ukuran simplisia.
3.6.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia herba kurmak mbelin. Sedikit serbuk simplisia ditaburkan di atas kaca objek yang telah
ditetesi dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian diamati di bawah mikroskop.
3.6.3 Penetapan kadar air
Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2
jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Dimasukkan 5 g
serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama ke dalam labu tersebut, kemudian dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Kecepatan tetesan diatur 2 tetes per detik
setelah toluen mendidih, sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik. Bagian dalam
pendingin dibilas dengan toluen setelah semua air terdestilasi. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada
suhu kamar. Volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml setelah air dan toluen memisah sempurna. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan
kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 2011.
25
3.6.4 Penetapan kadar sari larut dalam air
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform 2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1
liter dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Sejumlah 20 ml filtrat
pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara Depkes, 1995. 3.6.5 Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96 dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali
selama 6 jam pertama lalu dibiarkan selama 18 jam kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai
kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96 dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
di udara Depkes, 1995.
3.6.6 Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang dengan seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara kemudian diratakan.
Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600
o
C selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot
26
tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes, 1995.
3.6.7 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, lalu bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan dan disaring melalui kertas saring yang dipijarkan sampai bobot tetap kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam
asam dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di udara Depkes, 1995.
3.7 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia serbuk simplisia herba kurmak mbelin meliputi: pemeriksaan senyawa alkaloida, glikosida, saponin, flavonoida, antrakinon, tanin
dan steroidatriterpenoida. 3.7.1 Pemeriksaan alkaloida
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ditimbang, kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2
menit, didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk tes alkaloida. Diambil 3 tabung reaksi lalu ke dalam masing-masing tabung reaksi dimasukkan 0,5 ml
filtrat. Pada tabung: a.
Ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat b.
Ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff c.
Ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer Alkaloida disebut positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada paling sedikit 2
tabung reaksi dari percobaan di atas Depkes, 1995.
27
3.7.2 Pemeriksaan glikosida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 96 dan 3 bagian volum air suling ditambah
dengan 10 ml asam klorida 2 N. Direfluks selama 30 menit, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat, ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II
asetat 0,4 M lalu dikocok selama 5 menit dan disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran 3 bagian kloroform dan 2 isopropanol dilakukan berulang sebanyak tiga
kali. Kumpulan sari air diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50
o
C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut,
yaitu 0,1 ml larutan percobaan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, diuapkan di penangas air. Sisa dilarutkan dalam 2 ml air suling dan 5 tetes pereaksi Molish
kemudian secara perlahan ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat. Glikosida positif jika terbentuk cincin ungu Depkes, 1995.
3.7.3 Pemeriksaan saponin
Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat
selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1 - 10 cm. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang
menunjukkan adanya saponin Depkes, 1995.
3.7.4 Pemeriksaan flavonoida
Sebanyak 10 g serbuk simplisia kemudian ditambahkan 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, filtrat yang
diperoleh kemudian diambil 5 ml lalu di tambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah.
28
Flavonoida positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol Farnsworth, 1966.
3.7.5 Pemeriksaan glikosida antrakinon
Sebanyak 0,2 g serbuk simplisia ditambahkan 5 ml asam sulfat 2 N, dididihkan 5 menit, didinginkan, ditambahkan 10 ml benzen, dikocok lalu
didiamkan. Lapisan benzen dipisahkan dengan cara disaring, filtrat yang berwarna kuning menunjukkan adanya glikosida antrakinon. Lapisan benzen dikocok
dengan 1 - 2 ml natrium hidroksida 2 N lalu didiamkan. Lapisan air berwarna merah dan lapisan benzen tidak berwarna menunjukkan adanya glikosida
antrakinon Depkes, 1995.
3.7.6 Pemeriksaan tanin
Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Dua ml larutan
ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi III klorida. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Depkes, 1995.
3.7.7 Pemeriksaan steroidatriterpenoida
Sebanyak 1 g sampel dimaserasi dengan n-heksana selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 2 tetes
asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna biru atau hijau menunjukkan adanya steroida dan timbul warna merah, pink atau ungu
menunjukkan adanya triterpenoida Harborne, 1987.
29
3.8 Pembuatan Ekstrak
3.8.1 Pembuatan ekstrak etanol
Pembuatan ekstrak etanol herba kurmak mbelin dilakukan secara perkolasi menggunakan pelarut etanol. Prosedur pembuatan ekstrak: sebanyak 250 g serbuk
simplisia dibasahi dengan etanol 96 dan dibiarkan selama 3 jam, kemudian dimasukkan ke dalam alat perkolator, lalu cairan penyari etanol dituang sampai
semua simplisia terendam dan terdapat selapis cairan penyari di atasnya. Mulut tabung perkolator ditutup dengan alumunium foil dan dibiarkan selama 24 jam,
kemudian kran dibuka dan perkolat dibiarkan menetes dengan kecepatan 20 tetes menit, perkolat ditampung. Perkolasi dihentikan pada saat beberapa tetes perkolat
tidak bereaksi ketika ditambahkan serbuk Mg dan asam klorida pekat, kemudian dipekatkan dengan alat penguap vakum putar suhu 50
o
C setelah itu dikeringkan dengan freeze dryer hingga diperoleh ekstrak kental.
3.8.2 Pembuatan ekstrak dan fraksi
Sebanyak 10 g ekstrak etanol herba kurmak mbelin ditambahkan dengan 40 ml etanol dan 100 ml air panas, dihomogenkan lalu dimasukkan ke corong
pisah kemudian diekstraksi dengan 100 ml n-heksana sebanyak 3 kali sehingga dihasilkan fraksi n-heksana dan fraksi air. Fraksi n-heksana dipekatkan. Fraksi air
diekstraksi dengan 100 ml etilasetat sebanyak 3 kali sehingga dihasilkan fraksi etilasetat dan fraksi air. Fraksi etilasetat dipekatkan dengan rotary evaporator
pada 50
o
C kemudian dikeringkan dengan freeze dryer Rohman, 2007.
30
3.9 Pengujian Kemampuan Antioksidan dengan Spektrofotometer Visibel
3.9.1 Prinsip metode penangkapan radikal bebas DPPH
Kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi DPPH 1,1– diphenyl–2-picrylhydrazil sebagai radikal bebas dalam larutan metanol sehingga
terjadi perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning dengan nilai IC
50
konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas 50 digunakan sebagai parameter untuk menentukan aktivitas antioksidan sampel uji.
3.9.2 Pengukuran larutan DPPH
Sebanyak 20 mg DPPH dilarutkan dalam metanol hingga volume 100 ml untuk mendapatkan larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 200 ppm. Dipipet
sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda konsentrasi 40 ppm. Pengukuran dilakukan
pada panjang gelombang 400 - 800 nm Rohman, 2007.
3.9.3 Pembuatan larutan induk
Sebanyak 25 mg ekstrak kurmak mbelin ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dilarutkan dengan metanol lalu volumenya dicukupkan
dengan metanol sampai garis tanda konsentrasi 1000 ppm.
3.9.4 Pengukuran aktivitas antioksidan sampel uji
Larutan induk dipipet sebanyak 0,25 ml; 0,5 ml; 0,75 ml; dan 1 ml ke dalam labu tentukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 10 ppm, 20
ppm, 30 ppm, dan 40 ppm. Ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM 200 ppm ke dalam masing-masing labu tentukur lalu volumenya dicukupkan dengan
metanol sampai garis tanda. Pengukuran dilakukan setelah didiamkan selama 60 menit pada panjang gelombang 516 nm Molyneux, 2004.
31
3.9.5 Penentuan persen peredaman
Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan serapan larutan DPPH peredaman warna ungu DPPH akibat adanya penambahan sampel. Nilai serapan
larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan ekstrak tersebut dihitung sebagai persen peredaman peredaman dengan rumus sebagai berikut:
peredaman =
A
kontrol
- A
sampel
A
kontrol
x 100 Keterangan: A
kontrol
= Absorbansi tidak mengandung sampel A
sampel
= Absorbansi sampel Selanjutnya hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi
dengan konsentrasi ekstrak ppm sebagai absis sumbu X dan nilai peredaman antioksidan sebagai ordinatnya sumbu Y.
3.9.6 Penentuan nilai IC
50
Nilai IC
50
merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji ppm yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50 mampu meredam proses
oksidasi DPPH sebesar 50. Nilai 0 berarti tidak mempunyai aktivitas antioksidan, sedangkan nilai 100 berarti peredaman total dan pengujian perlu
dilanjutkan dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan
konsentrasi ekstrak ppm sebagai absis sumbu X dan nilai peredaman antioksidan sebagai ordinatnya sumbu Y. Secara spesifik, suatu senyawa
dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC
50
kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC
50
bernilai 50 - 100 ppm, sedang jika IC
50
bernilai 100 - 150 ppm dan lemah jika IC
50
bernilai 151 - 200 ppm Mardawati, dkk., 2008.
32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LIPI, Bogor, menunjukkan bahwa sampel termasuk ke dalam suku Asteraceae, spesies Enydra fluctuans Lour.
4.2 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Herba Kurmak Mbelin
Hasil pemeriksaan mikroskopik dari penampang melintang daun kurmak mbelin memperlihatkan adanya rambut penutup, kutikula, berkas pengangkut,
stomata, jaringan epidermis atas dan epidermis bawah serta jaringan mesofil yang terdiri dari jaringan pagar dan jaringan bunga karang. Pada penampang melintang
batang tampak adanya sel epidermis, jaringan korteks dengan rongga udara yang besar rexogen, berkas pembuluh tipe kolateral terbuka dan jaringan parenkim.
4.3 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
4.3.1 Hasil pemeriksaan makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik dari simplisia menunjukkan bahwa simplisia berupa daun kering menggulung tidak beraturan dan keriput, memiliki
warna hijau tua, bau aromatik, rasa agak pahit, ukuran panjang 4,5 – 6 cm dan lebar 1 – 1,5 cm, batang menyusut dan keriput berwarna hijau kecoklatan.
33
4.3.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia terdapat fragmen mesofil, stomata tipe anomositik, xilem dengan dinding berpenebalan spiral, dan
rambut penutup.
4.3.3 Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia
Hasil penetapan kadar air serbuk simplisia herba kurmak mbelin memenuhi persyaratan dari buku Materia Medika Indonesia yaitu tidak lebih dari
10. Kadar air yang melebihi persyaratan memungkinkan terjadinya pertumbuhan jamur. Penetapan kadar sari larut air untuk mengetahui kadar sari
yang larut dalam air. Senyawa-senyawa yang dapat larut dalam air adalah glikosida, gula, gom, protein, enzim, zat warna, dan asam organik. Penetapan
kadar sari larut etanol untuk mengetahui kadar sari yang larut dalam pelarut polar. Senyawa-senyawa yang dapat larut dalam etanol adalah glikosida, antrakinon,
steroid terikat, klorofil, dan dalam jumlah sedikit yang larut yaitu lemak dan saponin Depkes, 1986. Penetapan kadar abu total untuk mengetahui kadar zat
anorganik yang terdapat pada simplisia, sedangkan penetapan kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui kadar zat anorganik yang tidak larut dalam asam
Depkes, 1995. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia herba kurmak mbelin
No. Parameter
Hasil Pemeriksaan 1.
2. 3.
4. 5.
Kadar air Kadar sari larut air
Kadar sari larut etanol Kadar abu total
Kadar abu tidak larut asam 5,2
20,63 17,24
14,28 0,54
34
4.4 Hasil Skrining Fitokimia 4.4.1 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia
Hasil skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia diketahui bahwa serbuk simplisia herba kurmak mbelin mengandung golongan senyawa-senyawa kimia
seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia herba kurmak mbelin
No. Pemeriksaan
Hasil 1.
Alkaloida -
2. Flavonoida
+ 3.
Tanin +
4. Glikosida
+ 5.
Glikosida antraquinon -
6. Saponin
+ 7.
SteroidaTriterpenoida +
Keterangan: + positif : mengandung golongan senyawa - negatif: tidak mengandung golongan senyawa
Penentuan golongan senyawa kimia terhadap serbuk simplisia herba kurmak mbelin dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa
metabolit sekunder yang terdapat di dalamnya. Skrining flavonoid dengan penambahan serbuk Mg, HCl pekat dan amil alkohol memberikan warna jingga
pada lapisan amil alkohol. Ini dianggap bahwa flavonoid positif pada herba kurmak mbelin. Sedangkan skrining tanin dengan penambahan FeCl
3
memberikan warna biru kehitaman yang menunjukan adanya tanin yaitu pirogalol Farnsworth,
1966. Skrining glikosida dengan penambahan pereaksi Molish dan asam sulfat
pekat akan terbentuk cincin ungu. Pereaksi Molish merupakan pereaksi umum yang digunakan untuk identifikasi karbohidrat, dalam hal ini adalah gula.
Sedangkan skrining saponin menghasilkan busa yang stabil dengan tinggi busa 3
35
cm dan tidak hilang dengan penambahan HCl 2 N Depkes, 1995. Skrining steroid dengan penambahan Liebermann-Burchard memberikan warna merah
ungu Harborne, 1987. Hasil di atas menunjukkan bahwa kurmak mbelin memiliki potensi
sebagai antioksidan dengan adanya senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan yaitu flavonoida dan tanin Rahman dan Choudhary, 2001.
4.4.2 Hasil skirining fitokimia ekstrak dan fraksi
Hasil skrining fitokimia terhadap ekstrak dan fraksi herba kurmak mbelin mengandung golongan senyawa-senyawa kimia seperti yang terlihat pada Tabel
4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil skrining fitokimia ekstrak dan fraksi herba kurmak mbelin
No. Pemeriksaan
Hasil Ekstrak
etanol Fraksi
n-heksana Fraksi
etilasetat Fraksi air
1. Alkaloida
- -
- -
2. Glikosida
+ -
+ +
3. Saponin
+ -
+ +
4. Flavonoida
+ -
+ +
5. Tanin
+ -
+ +
6. SteroidaTriterpenoida
- +
- -
7. Antrakinon
- -
- -
Keterangan: + positif: mengandung golongan senyawa - negatif: tidak mengandung golongan senyawa
Skrining fitokimia terhadap ekstrak etanol, fraksi n-heksana, etilasetat dan
air menunjukkan adanya distribusi golongan senyawa kimia berdasarkan kepolaran pelarut yang digunakan. Dalam proses fraksinasi, senyawa yang
bersifat polar yaitu glikosida, flavonoid, saponin dan tanin terdapat dalam ekstrak etanol, fraksi etilasetat dan air, sedangkan steroid terdapat dalam fraksi n-heksana
yang bersifat non polar. Hasil di atas menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi
36
herba kurmak mbelin memiliki potensi sebagai antioksidan, yaitu dengan adanya senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan antara lain tanin
dan flavonoida Rahman dan Choudhary, 2001.
4.5 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum
Hasil pengukuran serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visibel. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa larutan DPPH dalam metanol menghasilkan serapan maksimum sebesar 0,991 ppm pada panjang gelombang 516 nm dan termasuk
dalam kisaran panjang gelombang sinar tampak 400 nm - 800 nm Rohman, 2007. Data hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Kurva serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol secara
spektrofotometri visibel
37
4.6 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan