11
bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96 - 98
o
C selama waktu tertentu 15 - 20 menit.
5. Dekoktasi
Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥30
menit dan temperatur sampai titik didih air.
2.3 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah setiap molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas bertendensi kuat memperoleh
elektron dari atom lain, sehingga atom lain yang kekurangan satu elektron ini berubah menjadi radikal bebas pula yang disebut radikal bebas sekunder Kosasih,
dkk., 2004. Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah menjurus ke reaksi yang
tidak terkontrol menghasilkan ikatan silang cross-link pada DNA, protein, lipida atau kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang penting pada biomolekul.
Perubahan ini akan menyebabkan proses penuaan. Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam patologi dari berbagai penyakit degeneratif, yakni kanker,
aterosklerosis, rematik, jantung koroner, katarak dan penyakit degenerasi saraf seperti parkinson Silalahi, 2006.
Mekanisme reaksi radikal bebas merupakan suatu deret reaksi-reaksi bertahap yaitu: 1 permulaan inisiasi, initiation suatu radikal bebas, 2
perambatan propagasi, propagation reaksi radikal bebas; 3 pengakhiran terminasi, termination reaksi radikal bebas. Tahapan mekanisme reaksi radikal
bebas dapat di lihat pada contoh di bawah ini Fessenden, 1986.
12
Tahap 1 Inisiasi: Cl-Cl
��
�⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯� 2 Cl
•
Radikal bebas Tahap 2 Propagasi:
CH
4
+ Cl
•
CH
3 •
+ HCl CH
3 •
+ Cl
2
CH
3
Cl + Cl
•
dapat bereaksi dengan CH
4
Tahap 3 Terminasi: CH
3 •
+ Cl
•
CH
3
Cl CH
3 •
+ CH
3 •
CH
3
CH
3
2.4 Antioksidan
Antioksidan atau reduktor berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi atau menetralkan senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan
hidrogen dan atau elektron Silalahi, 2006. Atas dasar fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 5 lima
sebagai berikut. a. Antioksidan primer
Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas yang baru karena dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang
berkurang dampak negatifnya. b. Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi
kerusakan yang lebih besar. Contoh yang populer, antioksidan sekunder adalah vitamin E, vitamin C dan β-karoten yang dapat diperoleh dari buah-buahan.
13
c. Antioksidan tersier Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan
jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas, biasanya yang termasuk kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang
dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat untuk perbaikan DNA pada penderita kanker.
d. Oxygen scavenger Antioksidan yang termasuk oxygen scavenger mengikat oksigen sehingga
tidak mendukung reaksi oksidasi, misalnya vitamin C. e. Chelators atau sequesstrants
Mengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya asam sitrat dan asam amino Kumalaningsih, 2006.
2.4.1 Antioksidan alami
Sayur-sayuran dan buah-buahan kaya akan zat gizi vitamin, mineral, serat pangan serta berbagai kelompok zat bioaktif lain yang disebut zat fitokimia. Zat
bioaktif ini bekerja secara sinergis, meliputi mekanisme enzim detoksifikasi, peningkatan sistem kekebalan, pengurangan agregasi platelet, pengaturan sintesis
kolesterol dan metabolisme hormon, penurunan tekanan darah, antioksidan, antibakteri serta efek antivirus Silalahi, 2006.
2.4.2 β-karoten
β-karoten dipercaya dapat menurunkan resiko penyakit jantung dan kanker. β-karoten berperan sebagai antioksidan. β-karoten terdapat pada aprikot,
wortel dan mangga . Dengan mengkonsumsi 50 mg β-karoten tiap hari dalam
14
menu makanan dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung Kosasih, dkk., 2004.
Sebagai antioksidan β-karoten bekerja dengan cara memperlambat fase
inisiasi. β-karoten merupakan salah satu provitamin A. Pemberian vitamin A
dalam dosis tinggi dapat bersifat toksis. Akan tetapi, β-karoten dalam jumlah
banyak mampu memenuhi kebutuhan vitamin A, dan selebihnya tetap sebagai β-
karoten yang berfungsi sebagai antioksidan Silalahi, 2006.
Gambar 2.1
Rumus bangun β-karoten
2.4.3 Polifenol
Gambar 2.2
Struktur dasar polifenol Senyawa fenol dapat di definisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin
aromatik yang membawa satu fenol atau lebih polifenol gugus hidroksil, termasuk derifat fungsionalnya. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang
ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol memiliki sifat kelarutan yang berbeda-
beda pada suatu pelarut. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut berbeda jumlah dan posisinya. Turunan polifenol sebagai antioksidan
15
dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari
pembentukan radikal bebas. Polifenol merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan dalam buah dan sayuran Hattenschwiller
dan Vitousek, 2000. Polifenol sebagai antioksidan primer menonaktifkan radikal bebas sesuai
dengan mekanisme transfer atom hidrogen HAT 1 dan transfer elektron tunggal SET 2. Dalam mekanisme HAT 1, antioksidan ArOH bereaksi
dengan radikal bebas R dengan mentransfer sebuah atom hidrogen, melalui pecahan homolisis ikatan O-H:
ArOH + R• ArO• + RH
Produk reaksi adalah spesies RH berbahaya dan radikal ArO• yang teroksidasi. Bahkan jika reaksi mengarah pada pembentukan radikal lain, kurang reaktif
terhadap R•. Karena distabilkan oleh beberapa faktor. Mekanisme SET 2 memberikan elektron untuk disumbangkan ke R•:
ArOH + R• ArOH
+
• + R
-
Anion R
-
adalah spesies stabil secara energetik dengan jumlah elektron genap, sedangkan radikal kation ArOH
+
• juga dalam kasus ini merupakan spesies radikal kurang reaktif. Secara khusus, ArO• dan ArOH
+
• adalah struktur aromatik dimana elektron ganjil berasal dari reaksi dengan radikal bebas, memiliki kemungkinan
tersebar di seluruh molekul, sehingga menjadi stabilisasi radikal Leopoldini, et al., 2011.
16
2.5 Spektrofotometri UV-Visibel
Ahli kimia telah lama menggunakan warna sebagai bantuan dalam mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan
pemeriksaan visual, yaitu dengan menggunakan alat untuk mengukur absorpsi energi radiasi macam-macam zat kimia dan memungkinkan dilakukannya
pengukuran kualitatif dari suatu zat dengan ketelitian yang lebih besar Day dan Underwood, 1986.
Spektrofotometer pada dasarnya terdiri atas sumber sinar monokromator, tempat sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau
pencatat Ditjen POM, 1979. Spektrofotometer yang sering digunakan dalam dunia industri farmasi salah satu adalah spektrofotometer ultraviolet dengan
panjang gelombang 200 - 400 nm dan visibel cahaya tampak dengan panjang gelombang 400 - 800 nm Rohman, 2007.
2.6 Penentuan Aktivitas Antioksidan Dengan Metode DPPH