Tindakan Pada Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene

Perry, 2005. Setiap orang memiliki status ekonomi yang berbeda-beda yang mempengaruhi pelaksanaan personal hygiene. Personal hygiene yang baik membutuhkan sarana dan fasilitas yang memadai peralatan dan perlengkapan yang cukup. Apabila tidak ada sarana yang memadai untuk dilakukannya personal hygiene maka personal hygiene tidak akan terlaksana dengan baik, hal ini dapat menimbulkan masuknya kuman sehingga menimbulkan penyakit. Untuk tidak memberatkan pasien, perawat dapat menggunakan fasilitas yang ada di rumah sakit untuk mendukung dilakukannya personal hygiene yang adekuat sehingga personal hygiene yang baik dapat meningkatkan kesehatan pasien Hidayat, 2006.

2.3 Tindakan Pada Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene

Sunaryo 2004 menyatakan bahwa suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Agar sikap terwujud dalam tindakan nyata diperlukan faktor pendukung dan fasilitas. Hasil penelitian pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa perawatan kulit dilakukan oleh perawat yaitu 82,5, perawatan mulut dilakukan oleh perawat yaitu 82,5 dan perawatan genitalia dilakukan oleh perawat yaitu 82,5. Perawatan rambut dan perawatan kuku tidak dilakukan sama sekali. Hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa perawat melakukan perawatan kulit 82,5, perawatan mulut 82,5 dan perawatan genitalia 82,5, ini sejalan dengan hasil penelitian Siregar 2010 yang menemukan bahwa perawatan kulit, perawatan mulut dan perawatan genitalia Universitas Sumatera Utara lebih sering dilakukan dibanding perawatan rambut dan kuku, hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati dan Handayani 2012 peran perawat dalam pelaksanaan personal hygiene dalam kategori baik yaitu 54,6. Perawatan kulit penting dilakukan karena kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung tubuh dari kuman, pengatur suhu, dan pemberi sensasi sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya Potter Perry, 2005. Perawatan mulut penting dilakukan sebab melalui mulut berbagai kuman dapat masuk sehingga dengan perawatan mulut yang adekuat dapat meningkatkan kenyamanan dan selera makan pasien Gorrek Sorentino, 2006. Menjaga kebersihan genitalia penting dilakukan dalam mencegah berbagai kuman yang masuk melalui genitalia, oleh sebab itu genitalia harus dalam keadaan bersih Hidayat, 2006. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawatan kuku dan perawatan rambut tidak dilakukan sama sekali, hal ini sejalan dengan penelitian Siregar 2010 yang menemukan bahwa perawatan rambut 23,8 dilakukan dan perawatan kuku tidak dilakukan sama sekali. Hasil penelitian Syafitri 2009 yang menemukan bahwa pelaksanaan personal hygiene oleh perawat sangat tidak memuaskan 56,2, tidak memuaskan 40,5. Asumsi peneliti bahwa perawat lebih sering melakukan perawatan kulit, mulut dan genitalia sedangkan perawatan rambut dan kuku tidak dilakukan. Keseluruhan dari hasil dapat dilihat dari hasil observasi terlihat bahwa semua perawat tidak melakukan perawatan rambut dan perawatan kuku. Perawatan kuku dan perawatan rambut penting dilakukan perawat pada pasien di rumah sakit Universitas Sumatera Utara karena kondisi pasien yang cenderung bedrest dan kondisi fisik yang lemah menyebabkan pasien tidak dapat melakukannya secara mandiri sehingga butuh bantuan perawat untuk melakukannya agar tercipta kenyamananan, meningkatkan sirkulasi dan mencegah penyakit Potter Perry, 2005. Asumsi peneliti tentang perawatan kuku dan perawatan rambut walaupun tidak dilakukan oleh perawat tetapi kuku dan rambut pasien dalam keadaan bersih karena ada peran keluarga yang membantu pasien dalam perawatan kuku dan rambut. Personal hygiene penting dilakukan oleh perawat pada pasien karena personal hygiene termasuk dalam tindakan pencegahan primer yang akan meminimalkan masuknya mikroorganisme sehingga memcegah timbulnya penyakit baru pada pasien. Pengetahuan yang baik dan sikap yang positif belum tentu menghasilkan tindakan yang baik pula, hal ini sejalan dengan pendapat Sunaryo 2004 yang menyatakan bahwa tindakan seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan maupun sikap. Seseorang dapat berperilaku positif meskipun pengetahuan dan sikap masih negatif begitu juga sebaliknya. Notoadmodjo 2007 menyatakan bahwa secara teori perubahan perilaku mengikuti tahap mulai dari perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan, namun dalam praktik sehari-hari terjadi sebaliknya, artinya seseorang telah berperilaku positif meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif. Selama melakukan penelitian dengan teknik observasi , peneliti juga tidak melihat adanya pengawasan manajer terhadap kinerja perawat pelaksana, ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Astuti 2011 ditemukan bahwa supervisi sebagian besar kurang baik sebesar 88,1, ini juga sejalan dengan hasil Universitas Sumatera Utara penelitian yang dilakukan oleh Purba 2009 ditemukan bahwa sebanyak 63,3 responden menyatakan pimpinan kadang-kadang melakukan supervisi terhadap kinerja bawahannya. Ini juga sejalan dengan pendapat Ely 2000 yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat yaitu kamampuan, motivasi, beban kerja, pengalaman kerja, pelatihan, lingkungan kerja, pengawasan dan minat. Adanya pengawasan tugas keperawatan supervisi akan mendorong perawat dalam melaksanakan tugas yang baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Gibson, et al 2000 tentang teori herzberg bahwa supervisi merupakan salah satu faktor ekstrinsik yang mendorong perawat dalam melaksanakan tugas yang baik. Giebbing Marr 2001 menyatakan bahwa dorongan dan bimbingan yang positif dari seorang manajer dapat mengatasi kurangnya minat dan membantu staf keperawatan untuk memiliki kinerja yang baik. Basford Slevin 2006, menyatakan bahwa dalam melakukan tindakan keperawatan termasuk pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien, perawat perlu menjalin hubungan teraupetik dengan pasien dengan memiliki sikap kesungguhan dalam bekerja, ada komitmen, ada simpati dan empati terhadap kondisi pasien. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan