Perilaku Perawat pada Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene pada Pasien di Ruang Neurologi dan Ruang Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

PERILAKU PERAWAT PADA PEMENUHAN KEBUTUHAN

PERSONAL HYGIENE PADA PASIEN

DI RUANG NEUROLOGI DAN RUANG BEDAH SARAF

RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

OLEH

YUNI HELVI ANIKA TARIGAN

101101102

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

(3)

Judul : Perilaku Perawat pada Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene pada Pasien di Ruang Neurologi dan Ruang Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Yuni Helvi Anika Tarigan NIM : 101101102

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun : 2014

Abstrak

Perilaku perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene merupakan suatu bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan perawat kepada pasien dalam memelihara kesehatan dan kebersihan diri yang meliputi perawatan kulit, mulut, rambut, kuku dan genitalia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang Neurologi dan ruang Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 40 orang, diambil dengan teknik total sampling. Hasil penelitian disajikan dengan tabel distribusi frekuensi dan presentase. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pengetahuan baik sebesar 97,5% dan pengetahuan tidak baik 2,5 %, penilaian sikap seluruhnya positif, untuk tindakan perawatan kulit, mulut dan genitalia dilakukan sebesar 82,5 % dan untuk perawatan rambut dan kuku tidak dilakukan sama sekali. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan mutu pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan dengan memperhatikan pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal hygiene terhadap pasien dalam memberikan tindakan keperawatan, sebagai masukan untuk meningkatkan fasilitas dan meningkatkan kepatuhan perawat dalam melakukan personal hygiene .

__________________________________________________________________ Kata kunci: Perilaku, perawat, personal hygiene


(4)

Title : Behavior of the Nurse in the Fulfillment of Personal Hygiene Needs of Patients in Neurology Room and Neurosurgery Room RSUP H. Adam Malik Medan Student Name : Yuni Helvi Anika Tarigan

Student Number : 101101102

Department : Bachelor of Nursing

Year : 2014

Abstract

Behavior of the nurse in the fulfillment of personal hygiene needs is a form of knowledge, attitude, and action of the nurse to patients in maintaining health and personal hygiene which consists of the treatment for skin, mouth, hair, nail, and genitalia. The purpose of this research is to identify behavior which consists of knowledge, attitude, and action of the nurse in the fulfillment of personal hygiene needs of patients in Neurology Room and Neurosurgery Room RSUP H. Adam Malik Medan. This research uses descriptive design with the number of its sample is 40 persons, taken by total sampling technique. The result of this research is displayed in table of frequency distribution and percentage. Based on the research, it is obtained that good knowledge is 97.5% and bad knowledge is 2.5%, the whole attitude assessment is positive, for the attitude of treatment for skin, mouth and genitalia it is conducted 82.5% and for the treatment of hair and nail, it is not conducted at all. Based on the research, it is suggested to increase the quality of nursing services by paying attention on the implementation of the fulfillment of personal hygiene needs to the patients in giving nursing actions, as an input to increase facilities and increase the nurse obedience in conducting personal hygiene.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan Judul “Perilaku Perawat pada Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene pada Pasien di Ruang Neurologi dan Ruang bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014” dengan baik.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. 2. Erniyati S.Kp, MNS, Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU.

3. Evi Karota Bukit S.Kp, MNS, Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan USU. 4. Ikhsannudin S.Kp, MNS, Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan USU. 5. Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan pengarahan, bimbingan maupun saran serta dukungan yang sangat berharga dalam pembuatan skripsi ini.

6. Diah Arrum S.kep, Ns, M.Kep penguji I yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini dan yang telah membimbing dan memberi masukan dalam uji validitas instrumen penelitian.

7. Yesi Ariani, S.Kep,Ns, M.Kep penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Achmad Fathi S.Kep,Ns, MNS dan Nurbeity, S.Kep,Ns, M. Biomed ahli dalam uji validitas yang telah memberi masukan pada uji validitas instrumen penelitian 9. Direktur Rumah Sakit Dr. Pirngadi beserta staff yang telah mengizinkan dan


(6)

10. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan beserta staff yang telah mengizinkan dan membantu peneliti selama meneliti di RSUP H. Adam Malik Medan.

11. Teristimewa kepada kedua orang tua saya R.Tarigan dan N.Ginting, saudara saya Endi Tarigan dan Vera Tarigan serta keluarga besar saya yang telah memberikan kasih sayang tanpa batas, dukungan moril maupun materil dan senantiasa memberikan doa yang tulus untuk saya.

12. Teman” saya yang telah memberi dukungan moriil maupun materiil selama saya menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman” satu KTB yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti.

Menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran, kritik, dan masukan dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2014

Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Judul.. ... i

Lembar Persetujuan.. ...ii

Abstrak .. ...iii

Kata Pengantar.. ...iv

Daftar Isi. ...vi

Daftar Tabel ...ix

Daftar Skema.. ...x

BAB 1 PENDAHULUAN… ...1

1. Latar Belakang.. ...1

2. Rumusan Masalah.. ...4

3. Tujuan Penelitian...4

4. Manfaat Penelitian.. ...4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.. ...6

1. Perilaku.. ...6

1.1 Defenisi perilaku.. ...6

1.2 Determinan perilaku.. ...6

1.3 Klasifikasi perilaku.. ...7

1.4 Domain perilaku.. ...7

1.5 Proses adopsi perilaku.. ...11

2. Perawat.. ...12

3. Personal Hygiene.. ...13

3.1 Defenisi personal hygiene.. ...13

3.2 Tujuan Personal Hygiene.. ...13

3.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi personal hygiene.. ...13

3.4 Jenis- jenis personal hygiene.. ...15


(8)

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN.. ...30

1. Kerangka Konseptual.. ...30

2. Defenisi Operasional.. ...31

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN.. ...33

1. Desain Penelitian.. ...33

2. Populasi dan Sampel...33

2.1 Populasi.. ...33

2.2 Sampel...33

3. Teknik Pengambilan Sampel.. ...34

4. Lokasi dan Waktu Penelitian.. ...34

5. Pertimbangan Etik.. ...34

6. Instrumen Penelitian.. ...35

7. Validitas dan Reabilitas Penelitian.. ...37

8. Pengumpulan Data.. ...39

9. Analisis Data.. ...40

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.. 42

1. Hasil Penelitian.. ...42

1.1 Deskriptif Karateristik Responden.. ...42

1.2 Deskriptif Karateristik Pengetahuan.. ...44

1.3 Deskriptif Karateristik Sikap.. ...46

1.4 Deskriptif Karateristik Tindakan.. ...47

2. Pembahasan.. ...48

2.1 Pengetahuan.. ...48

2.2 Sikap.. ...52


(9)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.. ...58

1. Kesimpulan.. ...58

2. Saran.. ...59

2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya.. ...59

2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan.. ...59

2.3 Bagi Praktik Keperawatan...59

2.4 Bagi Rumah Sakit.. ...59 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Lembar Indikator Instrumen 4. Taksasi Dana

5. Jadwal Penelitian 6. Daftar Riwayat Hidup 7. Lembar Konsul

8. Hasil uji validitas instrumen 9. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan 10. Hasil Uji Reliabilitas Sikap

11. Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pengetahuan 12. Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Sikap

13. Tabel Distribusi Frekuensi Tentang Tindakan Responden 14. Surat Etik Penelitian

15. Surat Izin Validitas 16. Surat Izin Reliabilitas

17. Surat Izin Survey Awal Penelitian 18. Surat Izin Penelitian


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel3.1Tabel Defenisi Operasional Perilaku Perawat pada Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene pada Pasien di ruang Neurologi dan Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan ... 31 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan presentase karateristik demografi responden di

ruang Neurologi dan Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan .. 43 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan presentase pengetahuan perawat pada

pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang Neurologi dan Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan ... 44 Tabel 5.3 Distribusi sub variabel pengetahuan perawat pada pemenuhan

kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang Neurologi dan Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan ... 45 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan presentase sikap perawat pada pemenuhan

kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang Neurologi dan Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan ... 46 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi tindakan perawat pada pemenuhan kebutuhan

personal hygiene pada pasien di ruang Neurologi dan Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan ... 47


(11)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Konsep Perilaku Perawat pada Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene pada Pasien di Ruang Neurologi dan Ruang Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan ...30


(12)

Judul : Perilaku Perawat pada Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene pada Pasien di Ruang Neurologi dan Ruang Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Yuni Helvi Anika Tarigan NIM : 101101102

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun : 2014

Abstrak

Perilaku perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene merupakan suatu bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan perawat kepada pasien dalam memelihara kesehatan dan kebersihan diri yang meliputi perawatan kulit, mulut, rambut, kuku dan genitalia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang Neurologi dan ruang Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 40 orang, diambil dengan teknik total sampling. Hasil penelitian disajikan dengan tabel distribusi frekuensi dan presentase. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pengetahuan baik sebesar 97,5% dan pengetahuan tidak baik 2,5 %, penilaian sikap seluruhnya positif, untuk tindakan perawatan kulit, mulut dan genitalia dilakukan sebesar 82,5 % dan untuk perawatan rambut dan kuku tidak dilakukan sama sekali. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan mutu pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan dengan memperhatikan pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal hygiene terhadap pasien dalam memberikan tindakan keperawatan, sebagai masukan untuk meningkatkan fasilitas dan meningkatkan kepatuhan perawat dalam melakukan personal hygiene .

__________________________________________________________________ Kata kunci: Perilaku, perawat, personal hygiene


(13)

Title : Behavior of the Nurse in the Fulfillment of Personal Hygiene Needs of Patients in Neurology Room and Neurosurgery Room RSUP H. Adam Malik Medan Student Name : Yuni Helvi Anika Tarigan

Student Number : 101101102

Department : Bachelor of Nursing

Year : 2014

Abstract

Behavior of the nurse in the fulfillment of personal hygiene needs is a form of knowledge, attitude, and action of the nurse to patients in maintaining health and personal hygiene which consists of the treatment for skin, mouth, hair, nail, and genitalia. The purpose of this research is to identify behavior which consists of knowledge, attitude, and action of the nurse in the fulfillment of personal hygiene needs of patients in Neurology Room and Neurosurgery Room RSUP H. Adam Malik Medan. This research uses descriptive design with the number of its sample is 40 persons, taken by total sampling technique. The result of this research is displayed in table of frequency distribution and percentage. Based on the research, it is obtained that good knowledge is 97.5% and bad knowledge is 2.5%, the whole attitude assessment is positive, for the attitude of treatment for skin, mouth and genitalia it is conducted 82.5% and for the treatment of hair and nail, it is not conducted at all. Based on the research, it is suggested to increase the quality of nursing services by paying attention on the implementation of the fulfillment of personal hygiene needs to the patients in giving nursing actions, as an input to increase facilities and increase the nurse obedience in conducting personal hygiene.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perawat memiliki peran dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak yang dimiliki pasien dalam memperoleh perawatan yang baik (Asmadi, 2008). Peran tersebut dapat dilihat dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri sampai pasien yang dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri (Sumijatun, 2010). Asuhan keperawatan yang diberikan berfokus pada kebutuhan dasar manusia. Menurut Henderson, personal hygiene merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain bernapas secara normal, makan & minum dengan cukup, membuang kotoran tubuh, bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan, tidur & istirahat, memilih pakaian yang sesuai, menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal, menghindari bahaya lingkungan, berkomunikasi dengan orang lain, beribadah sesuai keyakinan, bekerja, bermain dan belajar (Asmadi, 2008).

Menurut Potter & Perry (2005), Personal hygiene merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari karena kebersihan dapat mempengaruhi kesehatan. Personal hygiene merupakan perawatan diri yang dilakukan seseorang untuk memelihara kesehatan secara fisik sehingga merasa nyaman, aman dan sehat (Murwani, 2009). Personal hygiene dilakukan untuk mencegah tubuh dari infeksi, bau dan memberi rasa nyaman serta meningkatkan sirkulasi (Gorrek & Sorrentino, 2006)


(15)

Kondisi penyakit yang dialami pasien, ketidakmampuan pasien, kurangnya motivasi diri selama dirawat di rumah sakit menyebabkan terganggunya pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Asmadi, 2008). Keadaan ini menyebabkan pasien tidak dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri sehingga membutuhkan bantuan dari keluarga atau perawat dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan akan personal hygiene yang terdiri dari kebersihan kulit, mulut, rambut, kuku dan genitalia (Isro’in & Aandarmoyo, 2012).

Di rumah sakit Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh gambaran bahwa 40% dari 47 pasien mengatakan tidak pernah dibantu baik untuk mandi, menggosok gigi, dan membersihkan mulut, 42% mengatakan tidak pernah dibantu untuk membersihkan atau memotong kuku dan 42% tidak pernah dibantu untuk membersihkan atau merapikan rambut (Pertiwi dalam Siregar, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010) yang menunjukkan bahwa perawatan kaki dan kuku yaitu 42 pasien (100%) belum terpenuhi, perawatan mulut dan perawatan mata, hidung, dan telinga yaitu masing-masing sebanyak 42 pasien (100%), perawatan rambut yaitu 10 pasien (23,8%).

Pemenuhan personal hygiene dapat dinilai dari tingkat kepuasan pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Sukatemin di RSU Yogyakarta, dari 57 responden yang diteliti 31 orang mengatakan pelaksanaan personal hygiene sangat buruk dan 11 orang mengatakan pelaksanaan personal hygiene buruk (Pertiwi, 2002). Penelitian yg dilakukan oleh Syafitri (2009) menyatakan pelaksanaan personal hygiene oleh perawat di RSUP. H Adam Malik Medan sangat tidak memuaskan


(16)

yaitu sebanyak 32 orang (56,2%), tidak memuaskan sebanyak 23 orang (40,5%) dan memuaskan 2 orang (3,5%).

Noordin, Mardiah & Soemantri (2013) banyak perawat yang kurang memperhatikan personal hygiene pasien dan menganggap personal hygiene suatu hal yang tidak wajib dilakukan. Pelaksanaan tugas personal hygiene dianggap tugas yang kurang menarik, membosankan dan dianggap rendah apabila perawat yang melakukan tindakan tersebut. Jika hal ini dibiarkan maka dapat merugikan pasien, karena personal hygiene yang tidak terlaksana dengan baik dapat membuat pasien merasa tidak nyaman, menimbulkan gangguan fisik seperti: gangguan integritas kulit, gangguan mukosa mulut, gangguan fisik pada rambut, kuku dan genitalia sehingga menimbulkan resiko infeksi pada pasien dan dapat memperburuk kondisi kesehatan pasien (Potter & Perry, 2005).

Orang yang dapat melakukan personal hygiene secara mandiri pun dapat terkena gangguan berupa infeksi pada bagian tubuh apabila tidak melakukan personal hygiene. Apalagi orang yang tidak mampu melakukan personal hygiene secara mandiri seperti pasien yang dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu, perawat melakukan personal hygiene untuk mencegah dampak tidak terpenuhinya personal hygiene. Peneliti memilih ruangan Neurologi dan Ruang Bedah Saraf sebagai tempat penelitian karena pada ruangan ini terdapat banyak pasien dengan tingkat ketergantungan tinggi yang seluruh aktivitasnya dibantu oleh perawat sehingga memudahkan peneliti untuk mengobservasi perawat dalam melakukan tindakan personal hygiene pada pasien. Berdasarkan uraian di atas peneliti melakukan penelitian tentang perilaku perawat pada pemenuhan


(17)

kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang neurologi dan ruang bedah saraf RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah penelitian: “bagaimana perilaku perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang neurologi dan ruang bedah saraf RSUP H. Adam Malik Medan”.

3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang neurologi dan ruang bedah saraf RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Penelitian keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi masukan maupun informasi tambahan untuk penelitian selanjutnya mengenai pentingnya pelaksanaan yang dilakukan perawat dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien.

4.2 Bagi Pendidikan keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi tambahan bagi pendidikan keperawatan tentang perilaku perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien rawat inap sehingga mahasiswa


(18)

keperawatan memiliki perilaku yang baik khususnya dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

4.3 Bagi Praktek keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang efektif dan efisien termasuk dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien rawat inap dan sebagai bahan untuk mengevaluasi keefektifan program terkait pemenuhan kebutuhan personal hygiene yang dilakukan perawat.

4.4 Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini dapat menjadi masukan maupun informasi tambahan untuk meningkatkan mutu pelayanan khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan personal hygiene yang dilakukan perawat.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Perilaku

1.1 Defenisi perilaku

Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku merupakan perbuatan atau tindakan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya; seluruh aktivitas yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Sunaryo (2004), perilaku merupakan aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh makhluk hidup (Kholid, 2012). Perilaku merupakan totalitas dari penghayatan dan reaksi seseorang yang langsung terlihat atau tidak terlihat yang timbul akibat interelasi stimulus internal dan eksternal yang diproses melalui kognitif, afektif dan motorik (Pieter & Lubis, 2010).

1.2 Determinan Perilaku

Setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap suatu stimulus. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah: faktor internal, yakni karateristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan meliputi: jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik dan tingkat kecerdasan, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang yang berasal dari luar individu, yakni lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi dan kebudayaan. Perilaku


(20)

manusia terbentuk karena adanya kebutuhan, motivasi, pengaruh sikap dan kepercayaan ( Sunaryo, 2004).

1.3 Klasifikasi Perilaku

Skinner dalam Notoadmodjo (2012), perilaku seseorang akan berbeda sesuai dengan bentuk respon individu tersebut terhadap stimulus. Berikut ini uraian perilaku berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus:

a) Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respon atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan / kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b) Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respon terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk tindakan yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain.

1.4 Domain Perilaku

Menurut Benyamin Bloom dalam Notoadmodjo (2007), perilaku dibagi dalam tiga domain yaitu kognitif (cognitive domain), afektif (affective domain) dan psikomotor (psychomotor domain).


(21)

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang yang bersifat covert behaviour (Notoadmodjo, 2007).

Hal yang sangat mendasari perubahan perilaku adalah pengetahuan. Proses untuk mendapatkan sebuah pengetahuan terdiri dari: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Sunaryo, 2004). Berikut ini uraian yang menjelaskan proses untuk mendapatkan sebuah pengetahuan:

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahapan ini termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Seseorang dikatakan tahu tentang apa yang dipelajari, jika orang tersebut dapat meyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan tentang apa yang dipelajarinya. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan objek yang dipelajari.

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan


(22)

hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip dalam hal yang dipelajari atau situasi yang lain.

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya mampu membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru; suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Dalam penelitian ini pengetahuan yang ingin dilihat adalah bagian dari pengetahuan perawat tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang rawat inap.

2. Sikap

Newcomb dalam Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap tidak merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan pencetus tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup. Sikap merupakan kecenderungan bertindak dari individu yang berupa


(23)

respon tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu (Sunaryo, 2004). Pada umumnya manusia berusaha menimbulkan reaksi positif pada orang lain dan menghindari yang negatif (Maramis, 2006). Menurut Allport dalam Notoadmodjo (2007), sikap terbagi ke dalam tiga komponen pokok yaitu: (1) kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap objek;(2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek;(3) kecenderungan untuk bertindak.

Menurut Notoadmodjo (2012), domain sikap atau afektif mempunyai 4 tingkatan, yaitu: menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Berikut ini uraian tingkatan yang membentuk suatu sikap: menerima diartikan bahwa seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan; memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut; mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap. Misalnya ketika seorang ibu mengajak ibu lain untuk membawa anaknya ke posyandu; bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Dalam penelitian ini sikap yang ingin dilihat adalah bagian dari sikap pada tingkatan menerima yang diberikan perawat dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene.


(24)

3.Tindakan

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas (Sunaryo, 2004).

Untuk membentuk suatu tindakan maka membutuhkan sebuah proses yang terdiri dari: persepsi, respon terpimpin, mekanisme, adaptasi (Notoadmodjo, 2007). Berikut ini uraian proses untuk membentuk suatu tindakan: mengenal dan memilih berbagai objek yang berhubungan dengan tindakan yang akan diambil; dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh; apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis dan hal itu sudah menjadi kebiasaan;Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Seseorang sudah dapat memodifikasi tindakan tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

1.5 Proses Adopsi Perilaku

Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa proses yang terjadi sebelum seseorang mengadopsi suatu perilaku meliputi: kesadaran ( awareness), yakni menyadari arti dari stimulus terlebih dahulu, ketertarikan (interest), yakni mulai tertarik terhadap stimulus tersebut, evalusi (Evaluation), yakni Mempertimbangkan baik, tidaknya stimulus tersebut terhadap diri orang tersebut, trial, yakni orang tersebut telah mulai mencoba perilaku baru, adoption, yakni orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan


(25)

sikapnya terhadap stimulus. Apabila proses mengadopsi sebuah perilaku di dasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan berlangsung lama.

2. Perawat

Menurut Direktorat Pelayanan keperawatan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan (2001) dalam Sumijatun (2010), perawat merupakan seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal keperawatan serta mempunyai wewenang untuk melaksanakan peran sesuai dengan fungsinya. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memenuhi kebutuhan klien secara holistik, dimana perawat dituntut memiliki kemampuan yang tepat dalam menganalisa kebutuhan klien, perawat juga harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang aspek manusia secara keseluruhan dan harus arif dalam menyikapi keluhan klien (Asmadi, 2008). Perawat yang profesional tidak hanya dilihat dari kemampuan merawat klien saja melainkan bagaimana seorang perawat mampu memberikan pelayanan secara menyeluruh dengan penuh semangat dalam memberikan pelayanan yang berkualitas (Mubarak, 2005).

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang secara langsung berhubungan dengan manusia sehingga perawat tidak boleh semena-mena terhadap klien saat melakukan perawatan. Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki sejumlah peran dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang ada. Adapun peran perawat dalam konteks sehat-sakit meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit (Asmadi, 2008).


(26)

3. Personal Hygiene

3.1 Defenisi personal hygiene

Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2006). Personal hygiene merupakan cara perawatan diri seseorang untuk memelihara kesehatannya (Potter & Perry, 2005). Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit (Potter & Perry, 2005).

3.2 Tujuan Personal Hygiene

Personal Hygiene penting untuk dilakukan. Tujuan dilakukannya personal hygiene (Tarwoto & Wartonah, 2010) adalah meningkatkan derajat kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang, memperbaiki personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa percaya diri.

3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

Menurut Potter & Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:

1. Citra tubuh (Body Image)

penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya personal hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif


(27)

seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene dan dapat seringkali berubah.

2. Praktik sosial

kelompok-kelompok sosial wadah seorang pasien berhubungan dapat mempengaruhi bagaimana pasien dalam pelaksanaan praktik personal hygiene.

3. Status sosial ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkatan praktik personal hygiene. Untuk melakukan personal hygiene yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup (misalnya: sabun, sikat gigi, sampo).

4. Pengetahuan

Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene, namun pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, pasien juga harus termotivasi untuk memelihara personal hygiene. Individu dengan pengetahuan tentang pentingnya personal hygiene akan selalu menjaga kebersihan dirinya untuk mencegah dari kondisi atau keadaan sakit.

5. Kebudayaan

Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan personal hygiene. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda,


(28)

mengikuti praktek perawatan personal hygiene yang berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan defenisi tentang kesehatan dan perawatan diri. Dalam merawat pasien dengan praktik hygiene yang berbeda, perawat menghindari menjadi pembuat keputusan atau mencoba untuk menentukan standar kebersihannya.

6. Kebiasaan dan kondisi fisik seseorang

Setiap pasien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut. Kondisi fisik juga sangat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene nya.

3.4 Jenis-jenis Personal Hygiene

Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Pada seseorang yang dirawat di rumah sakit yang tidak mampu melakukan personal hygiene secara mandiri maka personal hygiene dapat dilakukan oleh perawat di tempat tidur. Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, dan kuku tangan dan kaki, serta genitalia. Berikut ini uraian tentang hal-hal yang mencakup dalam personal hygiene (Potter & Perry, 2005): 1. Perawatan kulit (termasuk mandi)

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur suhu, dan sensasi,


(29)

sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya. Kulit memiliki 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan subkutan (Potter & Perry, 2005). Ketika pasien tidak mampu atau melakukan perawatan kulit pribadi maka perawat memberikan bantuan atau mengajarkan keluarga bagaimana melaksanakan personal higiene (Stassi, 2005).

Tujuan perawatan kulit adalah pasien akan memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan, pasien dapat mempertahankan rentang gerak, meningkatkan sirkulasi dan merasa nyaman dan sejahtera (Wolgin, 2000).

Metode mandi yang digunakan tergantung kondisi kesehatan klien dan kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri (Mosby, 2006). Penting bagi perawat untuk memberi privasi yang baik, berkomunikasi, bersikap ramah , sopan, tidak memaksa dan menjaga keamanan pasien selama melakukan tindakan dan melakukan prosedur dengan cermat dan hati-hati selama melakukan perawatan kulit (Murwani, 2009). Air yang digunakan untuk kebutuhan mandi klien adalah air yang hangat untuk menjaga kondisi kulit klien (Stassi, 2005).

Karateristik kulit normal, yaitu kulit lembut dan kering; kulit utuh, tidak ada abrasi pada kulit; kulit terasa hangat saat dipalpasi; turgor kulit baik ( elastis) dan warna kulit sama di tiap bagian. Perubahan pada kulit merupakan tanda adanya gangguan pada kondisi fisik yang dapat dilihat dari warna, tekstur, turgor, temperatur dan hidrasi kulit (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Masalah yang sering terjadi pada kulit, yaitu kulit kering (kulit terlihat pecah-pecah, tekstur kasar dan kulit dapat mudah terinfeksi jika lapisan epidermis pecah), inflamasi pada kulit,( area yang terinfeksi biasa muka, leher, bahu dan


(30)

punggung, dapat menimbulkan scar yang permanen), hirsutism (pertumbuhan rambut yang berlebihan pada tubuh dan muka, biasa terjadi pada wanita dan dapat menyebankan gambaran diri negatif), ruam kulit (erupsi yang terjadi karena paparan sinar matahari atau reaki alergi, jika terpapar secara kontinu maka dapat terjadi inflamasi dan infeksi serta menimbulkan ketidaknyamanan), dermatitis kontak (inflamasi pada kulit dengan karateristik eritema, pruritus, nyeri, dan lesi pada wajah, lengan, leher dan genitalia dan sulit dihilangkan), dan abrasi (adanya goresan pada epidermis yang menyebabkan perdarahan lokal dan infeksi yang disebabkan oleh hilangnya lapisan proteksi pada kulit) (Murwani, 2009). Perawatan kulit dilakukan dengan prinsip bersih. Kontra indikasi dilakukannya perawatan kulit yaitu pada pasien luka bakar, pada pasien yang koma dan pada pasien yang terpasang alat-alat kesehatan

Poltekkes Depkes (2009), prosedur perawatan kulit terdiri dari pengkajian awal sebelum tindakan, persiapan alat, prosedur tindakan, mengevaluasi hasil tindakan dan pendokumentasian. Berikut ini uraian prosedur perawatan kulit meliputi:

a. Pengkajian Awal sebelum melakukan prosedur.

Melakukan pengkajian ulang terkait kebutuhan kebersihan kulit (mandi): salam teraupetik disampaikan kepada pasien dan keluarga saat bertemu, kaji kebersihan kulit dan kondisi perubahan kulit, identifikasi tingkat kemandirian pasien terkait mandi, melakukan kontrak dengan pasien (waktu, tempat dan tindakan), menginformasikan tujuan melakukan tindakan.


(31)

b. Melaksanakan persiapan

Peralatan yang dibutuhkan dalam perawatan kulit yaitu handuk, waslap, sabun mandi, waskom untuk air, selimut mandi, air hangat, pakaian bersih, sarung tangan bersih jika diperlukan, dan sampiran. Peralatan dipersiapkan sesuai prosedur, pasien siap untuk dilakukan prosedur memandikan (posisi tidur mendekati perawat), perawat siap melakukan prosedur.

c. Proses perawatan kulit

Melaksanakan proses memandikan dan masase punggung: perawat mencuci tangan, memasang selimut ekstra sambil menarik selimut pasien kearah kaki tempat tidur, membuka pakaian pasien dengan sopan dan menjaga privasi pasien, membasahi seluruh tubuh, memberi sabun, menggosok seluruh tubuh sambil melakukan pemijatan pada tubuh, membilas, mengeringkan tubuh menggunakan handuk, berinteraksi dengan pasien selama proses membersihkan badan, selama memandikan pasien permukaan kulit pasien diobservasi, lakukan masase punggung dengan tepat dan halus selama 3-5 menit lalu sisa lotion dikeringkan, sesudah mandi tawarkan dan bantu pasien menggunakan bedak atau deodoran, membantu mengenakan pakaian pasien, alat- alat dibereskan dan cuci tangan dilakukan.

d. Mengevaluasi hasil tindakan

Wajah dan seluruh tubuh pasien bersih, pasien mengungkapkan rasa lebih nyaman dan segar.


(32)

e. Mendokumentasikan tindakan

Respon pasien dan hasil tindakan dicatat dan catatan menggunakan pena hitam atau biru, jelas, terbaca dan ditandatangani.

2. Perawatan mulut

Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, dan bibir, menggosok membersihkan gigi dari partikel–partikel makanan, plak, bakteri, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman ( Kozier, 2010). Pada perawatan mulut dilakukan pembersihan pada gigi, lidah, langit-langit dan bibir.

Tujuan perawatan mulut: menjaga mulut dan gigi agar tetap bersih, mencegah bau mulut, meningkatkan rasa nyaman, mengurangi resiko cavitis, dan meningkatkan nafsu makan (Gorrek & Sorrentino, 2006). Ketika seseorang sedang sakit sering menimbulkan perasaan tidak enak di mulut karena pengobatan atau penyakit, hal ini menyebabkan kurang selera makan sehingga dengan dilakukan perawatan mulut yang baik, klien akan merasakan kesegaran dan kenyamanan pada mulut dan dapat meningkatkan nafsu makan (Wolgin, 2000).

Sebelum melakukan perawatan mulut sebaiknya perawat mengkaji kondisi mulut klien (kondisi lidah, gusi, warna dan kelengkapan gigi). Sangat penting bagi perawat untuk memberikan privasi pada klien, berkomunikasi teraupetik, tidak memaksa dan menjaga keamanan pasien selama melakukan


(33)

perawatan mulut dan melakukan prosedur dengan cermat dan hati-hati selama melakukan perawatan mulut (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Perawatan mulut pada pasien yang sadar dilakukan 2 kali sehari. Pasien immobilisasi terlalu lemah untuk melakukan perawatan mulut, sebagai akibatnya mulut menjadi terlalu kering atau teriritasi dan menimbulkan bau tidak enak (Stassi, 2005). Perawatan mulut pasien yang tidak sadar dilakukan setiap 2 jam (Wolgin, 2000). Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, gingivitis (radang gusi), sariawan, mulut kering dan bau ( Stassi, 2005).

Mulut yang sehat memiliki ciri bersih, nyaman dan kelembabannya baik. Perawatan mulut dilakukan pada pasien yang mendapatkan oksigen dan NGT, pasien yang tidak mampu melakukannya secara mandiri, pasien tidak sadar. Kontraindikasi dilakukannya perawatan mulut yaitu pada pasien yang menderita penyakit diabetes dapat beresiko stomatitis ( penyakit yang disebabkan oleh kemoterapi, radiasi dan itubasi selang nase gratik ). Perawatan mulut dilakukan dengan menggunakan prinsip bersih (Murwani, 2009).

Poltekkes Depkes (2009), prosedur perawatan mulut terdiri dari pengkajian awal sebelum tindakan, persiapan alat, prosedur tindakan, mengevaluasi hasil tindakan dan pendokumentasian. Berikut ini uraian prosedur perawatan mulut meliputi:

a. Melakukan pengkajian awal sebelum melakukan prosedur

Salam teraupetik disampaikan kepada pasien dan keluarga pada saat bertemu, mengkaji keadaan mulut, gigi dan bibir, mengidentifikasi kondisi


(34)

pasien, kontrak (waktu, tempat, tanggal) dilakukannya tindakan, tujuan dan cara membersihkan mulut dijelaskan.

b. Melaksanakan persiapan alat

Troli dibersihkan, alat dan bahan yang dibutuhkan selama perawatan mulut (pengalas, bengkok, pinset, spatel lidah, sikat gigi, air dalam gelas untuk berkumur, kapas lidi, handuk, sarung tangan bersih dan kasa tebal lembab yang dibasahi dengan NaCL) disusun di troli, troli dibawa ke dekat pasien dengan sisi muka troli mengarah pada perawat.

c. Melakukan prosedur perawatan mulut

Memberitahu pasien tentang prosedur, memberi privasi pada pasien, memposisikan pasien dengan cara memiringkan kepala pasien agar tidak terjadi aspirasi, meletakkan pengalas, meletakkan bengkok didekat pipi pasien, membuka mulut dan membersihkan gigi, lidah, langit- langit sampai bersih, boraks gliserin atau gentian violet dioleskan ke bibir sesuai kondisinya, daerah sekitar mulut atau bibir dibersihkan, angkat bengkok, pengalas dilepas dan ditempatkan pada tempat yang disediakan, pasien dikembalikan pada posisi yang nyaman dan aman, pasien dirapikan.

d. Mengevaluasi hasil tindakan

Mulut dan gigi pasien bersih, pasien mengungkapkan mulutnya terasa lebih bersih dan alat- alat kembali tersimpan rapi.

e. Mendokumentasikan tindakan


(35)

3. Perawatan rambut

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara dasar hygienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum,perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut (Potter & Perry, 2005).

Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Penyakit atau ketidakmampuan menjadikan klien tidak dapat memelihara perawatan rambut sehari–hari. Pasien yang mampu melakukan perawatan diri harus dimotivasi untuk memelihara perawatan rambut sehari–hari. Sedangkan pada pasien yang memiliki keterbatasan mobilisasi memerlukan bantuan perawat atau keluarga pasien dalam melakukan hygiene rambut (Murwani, 2009).

Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan kulit kepala yang bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan pasien dapat berpartisipasi dalam melakukan praktik perawatan rambut.Sebelum melakukan perawatan rambut sebaiknya perawat mengkaji terlebih dahulu kondisi rambut (warna, ukuran, distribusi rambut, jenis rambut apakah kering atau berminyak, pola pertumbuhan rambut, jumlah kerontokan dan faktor yang mempengaruhi perawatan rambut) (Alimul, 2006). Sangat penting bagi perawat untuk memberikan privasi pada klien, berkomunikasi teraupetik


(36)

tidak memaksa dan menjaga keamanan pasien dan melakukan prosedur dengan cermat dan hati-hati selama melakukan perawatan rambut.

Rambut yang sehat akan tampak bersih, tidak mudah patah dan bercahaya. Rambut yang kotor dan kusut merupakan indikator dilakukannya perawatan rambut. Kontraindikasi dilakukannya perawatan rambut apabila terdapat lesi atau luka pada kulit kepala. Perawatan rambut menggunakan prinsip bersih. Masalah yang sering terjadi pada rambut, yaitu ketombe, kutu dan rambut rontok (Muwarni, 2009).

Poltekkes Depkes (2009), prosedur perawatan rambut terdiri dari pengkajian awal sebelum tindakan, persiapan alat, prosedur tindakan, mengevaluasi hasil tindakan dan pendokumentasian. Berikut ini uraian prosedur perawatan rambut meliputi:

a. Melakukan pengkajian awal sebelum melakukan prosedur

Melakukan pengkajian ulang terkait kebutuhan kebersihan rambut: salam teraupetik disampaikan kepada pasien dan keluarga pada saat bertemu, kaji kondisi rambut: kebersihan rambut, ketombe, dan kondisi integritas kulit kepala, identififkasi tingkat kemandirian pasien terkait kemampuan mencuci rambut, lakukan kontrak dengan pasien (waktu, tempat, tindakan) dan menginformasikan tujuan melakukan tindakan.

b. Melaksanakan persiapan

Peralatan dan bahan tersedia sesuai kebutuhan (talang, air hangat, sampo, kapas, kasa, selimut mandi, pengalas, waskom berisi air, sarung tangan


(37)

dan sisir), pasien siap untuk dilakukan prosedur cuci rambut (posisi diatur, telinga ditutup kapas), perawat siap melakukan prosedur

c. Melaksanakan proses mencuci rambut

Pasien diposisikan telentang, rambut dibasahi mulai dari pangkal sampai keujung rambut, seluruh permukaan kulit kepala dan batang rambut diberi sampo, seluruh permukaan kepala dipijat, rambut dibilas sampai bersih, rambut dikeringkan, air tidak berceceran ke tempat tidur, lantai, atau pakaian pasien, pasien dan alat- alat dibereskan kembali.

d. Mengevaluasi hasil tindakan

Rambut bersih dan lembut, pasien mengungkapkan merasa lebih nyaman dan alat- alat kembali tersimpan rapi.

e. Mendokumentasikan tindakan

Tindakan dicatat lengkap dengan jam dan tanda tangan dan respons dan hasil tindakan dicatat.

4. Perawatan kuku tangan dan kaki

Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan,namun seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan (Murwani, 2009). Masalah yang sering terjadi pada kuku: kalus atau penebalan pada kuku, bau pada kuku, infeksi pada kuku dan tinea pedis (Isro’in & Andarmoyo, 2012).


(38)

Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah (Gorrek & Sorrentino, 2006).

Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, pasien merasa nyaman dan bersih, pasien akan memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar. Prinsip perawatan kuku menggunakan prinsip bersih. Sangat penting bagi perawat untuk memberikan privasi pada klien, berkomunikasi teraupetik , tidak memaksa, menjaga keamanan pasien dan melakukan prosedur dengan cermat dan hati-hati selama melakukan perawatan kuku. Kuku yang normal terlihat halus, tebal kurang lebih 0,5 mm, transparan, dasar kuku berwarna merah muda.Sebelum melakukan perawatan pada kuku tangan dan kaki sebaiknya perawat melakukan pengkajian terhadap kondisi kuku ( warna, bentuk, dan keadaan kuku) (Alimul, 2006). Kontraindikasi dilakukannya perawatan kuku pada pasien diabetes.

Poltekkes Depkes (2009), prosedur perawatan kuku terdiri dari pengkajian awal sebelum tindakan, persiapan alat, prosedur tindakan, mengevaluasi hasil tindakan dan pendokumentasian. Berikut ini uraian prosedur perawatan kuku meliputi:

a. Mengkaji kondisi dan kesiapan pasien

Salam teraupetik disampaikan pada saat kontak dengan pasien, prosedur dan tujuannya dijelaskan pada pasien.


(39)

b. Menyiapkan alat

Set alat perawatan kuku (gunting kuku, sikat kuku, bengkok, kom berisi air hangat, sabun, handuk, sarung tangan bersih dan pengalas) disiapkan lengkap, set alat diletakkan ditroli dan dibawa ke dekat pasien.

c. Memotong dan membersihkan kuku pasien

Tangan dicuci secara bersih menggunakan sabun dan antiseptik, posisi pasien diatur senyaman mungkin, privasi pasien dijaga dengan memasang sampiran, kuku dibersihkan kemudian direndam di air hangat, kuku dipotong dan dikikir tidak terlalu pendek, kuku dibersihkan dengan menggunakan air hangat, kuku dikeringkan dengan handuk, mempersiapkan prinsip kerapian dengan menggunakan pengalas, keadaan umum pasien diobservasi, tangan dicuci bersih.

d.Mengevaluasi hasil tindakan Kuku tampak pendek dan bersih. e. Mencatat tindakan dan hasil

Tindakan dicatat lengkap dengan jam dan tanda tangan serta respons dan hasil tindakan dicatat.

5. Perawatan genitalia

Pasien yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah pasien yang beresiko terbesar memperoleh infeksi. Pasien yang mampu melakukan perawatan diri dapat diizinkan untuk melakukannya sendiri. Perawat mungkin menjadi malu untuk memberikan perawatan genitalia, terutama pada pasien yang


(40)

berlainan jenis kelamin. Dapat membantu jika memiliki perawat yang sama jenis kelamin dengan pasien dalam ruangan pada saat memberikan perawatan genitalia (Potter & Perry, 2005).

Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah bau dan terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan personal higiene (Mubarak, 2007). Prinsip perawatan genitalia dari depan ke belakang (bekerja dari area yang bersih ke area yang kotor) dan menggunakan prinsip bersih (Wolgin, 2000). Sangat penting bagi perawat untuk memberikan privasi pada klien, berkomunikasi teraupetik, tidak memaksa dan menjaga keamanan pasien dan melakukan prosedur dengan cermat dan hati-hati selama melakukan perawatan genitalia. Sebelum melakukan perawatan genitalia, perawatan sebaiknya mengobservasi apakah ada nanah, bau, kemerahan dan iritasi.Perawatan genitalia sebaiknya dilakukan setiap hari (Stassi, 2005). Perawatan genitalia merupakan perawatan yang dilakukan dibagian genitalia. Perawatan genitalia dilakukan agar tidak terjadi infeksi akibat pemasangan kateter dan gangguan integritas kulit. Masalah yang berkaitan dengan hygiene genitalia yaitu infeksi, bau, gangguan intergritas kulit pada area genitalia.Perawatan genitalia dilakukan pada pasien post partum, terpasang kateter, imobilisasi dan yang tidak sadar. Kontraindikasi dilakukannya perawatan genitalia pada pasien yang sedang menstruasi. Perawatan genitalia dilakukan minimal tiap 8 jam sekali dan dilakukuan pada setiap tindakan invasif di daerah genitalia, seperti pada saat melakukan pemasangan kateter, pemeriksaan dalam dan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (Murwani, 2009).


(41)

Poltekkes Depkes (2009), prosedur perawatan genitalia terdiri dari pengkajian awal sebelum tindakan, persiapan alat, prosedur tindakan, mengevaluasi hasil tindakan dan pendokumentasian. Berikut ini uraian prosedur perawatan genitalia meliputi:

a. Melakukan pengkajian ulang

Salam teraupetik disampaikan kepada pasien dan keluarga saat bertemu, keadaan genitalia dikaji, kondisi pasien diidentifikasi, kontrak (waktu, tempat, dan tanggal) dilakukannya tindakan, tindakan yang akan dilakukan dijelaskan tujuan dan caranya.

b. Melaksanakan persiapan alat

Troli dibersihkan, alat dan bahan yang dibutuhkan (pispot, pengalas, kapas sublimat, tissue, kasa steril, larutan antiseptik dan sarung tangan bersih) disusun ditroli, troli dibawa ke dekat pasien dengan sisi muka troli mengarah pada perawat.

c. Membersihkan genitalia

Tangan perawat dicuci, posisi pasien diatur, pengalas dipasang sesuai ketentuan, privasi pasien dijaga, area genitalia dibersihkan sesuai ketentuan, pengalas diangkat, posisi diatur.

d. Mengevaluasi hasil tindakan

Genitalia pasien bersih, pasien mengungkapkan merasa lebih nyaman dan bersih dan alat tersimpan rapi.

e. Melakukan pencatatan dan laporan


(42)

3.5 Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene

Menurut Tarwoto (2010) dampak yang sering timbul apabila kebutuhan personal hygiene tidak terpenuhi, yaitu:

1. Dampak fisik banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya personal higiene dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene pada pasien immobilisasi adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi .


(43)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah gambaran hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo, 2010). Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan tentang perilaku perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang Neurologi dan ruang Bedah Saraf RSUP H.Adam Malik Medan. Perilaku yang diteliti meliputi pengetahuan perawat, sikap dan tindakan perawat dalam pemberian personal hygiene. Personal hygiene yang dilakukan perawat meliputi perawatan kulit, perawatan mulut, perawatan rambut, perawatan kuku, dan perawatan genitalia (Potter & Perry, 2005).

Berdasarkan pemaparan kerangka konseptual di atas, maka peneliti membuat gambaran kerangka penelitian sebagai berikut:

Skema 3.1: Kerangka Konsep Penelitian Perilaku perawat:

1.Pengetahuan 2.Sikap

3.Tindakan

Pemenuhan Personal Hygiene:

1. hygiene kulit 2. hygiene mulut 3. hygiene rambut 4. hygiene kuku tangan dan kaki

5. hygiene genitalia

Pengetahuan: Baik

Tidak baik

Sikap: Positif Negatif Tindakan: Dilakukan Tidak Dilakukan


(44)

3.2 Defenisi Operasional

Tabel 3.1: Defenisi Operasional

No Variabel Penelitian Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1.

2.

Perilaku perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene

Pengetahuan

Sikap

Pengetahuan, sikap dan tindakan perawat dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan personal hygiene yang meliputi: perawatan kulit, perawatan mulut, perawatan rambut, perawatan kuku dan perawatan genitalia yang

dilakukan pada pasien di ruang Neurologi dan ruang Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan.

Pengetahuan perawat tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene yang meliputi: perawatan kulit, perawatan mulut, perawatan rambut, perawatan kuku,dan perawatan genitalia pada pasien Pandangan perawat terhadap pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal hygiene yang meliputi: perawatan kulit, perawatan mulut, perawatan rambut, perawatan kuku,dan perawatan genitalia pada pasien

Kuesioner yang diisi oleh perawat untuk menilai pengetahuan yang terdiri dari 22 pertanyaan dengan pilihan jawaban a, b, c ; Jika dijawab dengan benar maka bernilai 1 dan jika dijawab salah bernilai 0

Kuesioner yang diisi oleh perawat untuk menilai sikap yang terdiri dari 10 pernyataan: Pernyataan positif dengan pilihan jawaban

sangat setuju= 4, setuju= 3, tidak

Pengetahuan: Baik 11 – 22 Tidak Baik: 0-10 Sikap: Positif 25-40 Negatif 10-24 Ordinal Ordinal


(45)

3. Tindakan Tindakan nyata yang dilakukan perawat dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan

personal hygiene yang meliputi:

perawatan kulit merupakan perawatan yang dilakukan untuk membersihkan tubuh dengan menggunakan air bersih dan sabun agar tubuh tetap bersih, perawatan mulut merupakan perawatan yang dilakukan untuk membersihkan rongga mulut, gigi dan lidah agar mulut tetap bersih, perawatan rambut merupakan perawatan yang dilakukan untuk menjaga kebersihan rambut dan kerapian rambut,

perawatan kuku merupakan perawatan yang dilakukan untuk membersihkan kuku agar kuku tetap bersih, dan

perawatan genitalia merupakan perawatan yang dilakukan untuk menjaga kebersihan genitalia pada pasien

setuju= 2, sangat tidak setuju= 1 dan

pernyataan negatif dengan pilihan jawaban sangat setuju= 1, setuju= 2, tidak setuju= 3, sangat tidak setuju= 4

Lembar observasi untuk menilai tindakan yang dilakukan perawat dengan pilihan jawaban 1.dilakukan= 1

2.tidak dilakukan= 0 Perawatan kulit 1.dilakukan= 1 2.tidak dilakukan= 0

Perawatan mulut 1.dilakukan= 1 2.tidak dilakukan= 0

Perawatan rambut 1.dilakukan= 1 2.tidak dilakukan= 0

Perawatan kuku 1.dilakukan= 1 2.tidak dilakukan= 0

Perawatan genitalia 1.dilakukan= 1 2.tidak dilakukan= 0


(46)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien diruang Neurologi dan ruang Bedah Saraf RSUP H.Adam Malik Medan yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi

Populasi adalah seluruh objek dengan karateristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Ruang Neurologi dan Ruang Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah peneliti melakukan survei awal pada Desember 2013 ke RSUP H. Adam Malik Medan maka didapatkan data jumlah perawat di ruang neurologi dan ruang bedah saraf RSUP H. Adam Malik Medan yaitu 40 orang.

2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Sampel harus bersifat representatif (mewakili semua populasi yang ada) dan jumlahnya harus cukup banyak (Nursalam, 2003). Jumlah sampel perawat yang digunakan sebanyak 40 orang.


(47)

Teknik pengambilan sampel untuk menilai pengetahuan, sikap dan tindakan perawat dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene menggunakan total sampling, dimana keseluruhan populasi perawat dijadikan sampel. Seluruh perawat yang bekerja di ruang neurologi dan ruang bedah saraf dijadikan sampel penelitian. Total sampling dilakukan jika jumlah sampel yang diambil kurang dari 100 orang (Arikunto, 2009).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang berada di Jl. Bunga Lau No.17 Medan. Adapun alasan pemilihan rumah sakit ini adalah belum pernah dilakukan penelitian tentang perilaku perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene, Alasan memilih tempat yaitu ruang rawat di rindu A dengan pasien tingkat ketergantungan tinggi yang seluruh aktivitas pasien dibantu oleh perawat. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2013- April 2014.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan USU dan RSUP H. Adam Malik Medan. Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan dan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dan meyakinkan responden bahwa responden bahwa informasi yang telah diberikan akan dirahasiakan dan tidak akan dipergunakan dalam hal yang merugikan


(48)

responden serta hanya dipergunakan untuk penelitian. Calon responden yang bersedia menandatangani surat persetujuan, tetapi jika tidak bersedia maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data yang diisi responden. Lembar hanya diberi kode tertentu.

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat pengumpulan data dalam bentuk kuesioner dan lembar observasi yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman kepada tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner untuk pengetahuan dan sikap. Instrumen untuk menilai perilaku terdiri dari tiga bagian yaitu kuesioner pengetahuan, kuesioner sikap perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien dan lembar observasi untuk tindakan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien.

5.1 Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi responden yaitu data demografi perawat sebagai responden untuk meneliti pengetahuan, sikap dan tindakan perawat dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene. Data demografi perawat meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, dan


(49)

5.2. Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner penelitian tentang pengetahuan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang neurologi dan ruang bedah saraf, terdiri dari 22 pertanyaan dengan pilihan jawaban a, b, c. Jika jawaban benar= 1, salah= 0. Total skor diperoleh terendah 0 yang tertinggi 22. Semakin tinggi skor maka semakin baik pengetahuan perawat.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002), adalah : Rentang

P =

Banyak kelas

Dengan P merupakan panjang kelas dengan rentang 0 dan 2 kategori kelas untuk menilai pengetahuan perawat pada pemenuhan personal hygiene yaitu pengetahuan baik dan tidak baik, maka didapatkan panjang kelas 2. menggunakan P = 2 dengan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas. Maka pengetahuan dikategorikan ordinal sebagai berikut : 0-10 adalah pengetahuan tidak baik, dan 11-22 adalah pengetahuan baik.

5.3. Kuesioner Sikap

Kuesioner penelitian tentang sikap perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene terdiri dari 10 pernyataan. Penilaian menggunakan Skala Likert dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap- tiap item yaitu skor pernyataan positif yaitu sangat setuju= 4, setuju= 3, tidak setuju= 2, sangat tidak setuju= 1. Skor pernyataan negatif yaitu sangat setuju= 1, setuju= 2, tidak setuju


(50)

= 3, sangat tidak setuju= 4. Untuk pernyataan positif sebanyak 7 kuesioner yaitu pada nomor 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10 dan pernyataan negatif sebanyak 3 kuesioner pada nomor 1, 6, 9. Untuk menilai sikap perawat pada pemenuhan personal hygiene pasien dengan kategori sikap positif jika score 25 - 40 dan negatif jika score 10 - 24.

5.4. Lembar Observasi Tindakan

Tindakan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pasien dinilai dengan menggunakan lembar observasi dengan menilai tiap jenis perawatan dilakukan atau tidak. Jenis perawatan yang diobservasi adalah perawatan kulit, perawatan mulut, perawatan rambut, perawatan kuku dan perawatan genitalia.

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, oleh sebab itu peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang diukur.Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji validitas isi (content validity) yang di uji oleh ahlinya atau expert judgment. Pada penelitian ini, peneliti menunjukkan kuesioner yang telah disusun kepada ahlinya, setelah kuesioner dikoreksi atau divalidasi oleh ahlinya, peneliti memperbaiki kuesioner


(51)

sesuai saran ahli. Hasil uji validitas didapatkan hasil content validity index (CVI) dengan nilai 0,975 yang didapat dengan nilai rentang 3 dan 4 dengan perbaikan untuk mempermudah pemahaman dalam penggunaan instrumen.

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama (Notoatmodjo, 2005). Peneliti melakukan uji reliabilitas sebelum pengumpulan data. Responden untuk reliabilitas berbeda dengan responden penelitian. Peneliti melakukan uji reliabilitas di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan jumlah 20 responden. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji reliabilitas Kuder Richardson (KR 21) untuk menguji reliabilitas kuesioner pengetahuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang neurologi dan ruang bedah saraf dengan jumlah 22 pertanyaan dengan hasil uji reliabilitas 0.7418 dimana lebih besar dari r tabel = 0.632. Instrumen dinyatakan reliabel jika nilai r hitung > dari nilai r tabel dan instrumen pengetahuan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien telah reliabel. Peneliti menggunakan uji reliabilitas Cronbach Alpha untuk menguji reliabilitas kuesioner sikap perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien dengan jumlah 10 pernyataan dengan hasil uji reliabilitas 0,785. Bila angka reliabilitas instrumen lebih dari 0,70 maka alat ukur akan dikatakan reliabel (Arikunto, 2006). Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan diperoleh nilai cronbach’s alpha sebesar 0,785 maka instrumen dinyatakan reliabel.


(52)

7. Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan izin maka peneliti melakukan pengumpulan data. Peneliti mencari perawat yang bekerja diruang Neurologi dan ruang Bedah Saraf, setelah peneliti menemukan responden, peneliti memperkenalkan diri kepada responden selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, surat persetujuan menjadi responden dan cara pengisian kuesioner. Peneliti menjadikan seluruh perawat yang bekerja di ruang neurologi dan ruang bedah saraf menjadi responden karena peneliti menggunakan metode total sampling.

Setelah peneliti menjelaskan tujuan dan cara pengisian kuesioner, peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden. Responden yang bersedia menandatangani surat persetujuan penelitian dan responden yang menolak untuk menjadi responden penelitian dapat menolak. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden yang bersedia, dan responden dipersilahkan untuk mengisi kuesioner. Peneliti memberikan waktu untuk responden mengisi kuesioner. Dalam pengisian kuesioner ini, membutuhkan waktu 10-15 menit untuk masing-masing responden yang bersedia mengisi langsung dan setelah selesai diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti untuk mentabulasi data dengan teknik komputerisasi. Pada saat pengambilan kuesioner peneliti melihat


(53)

kelengkapan jawaban responden, jika ada pernyataan yang belum diisi oleh responden maka peneliti menjelaskan maksud dari pernyataan tersebut, sehingga semua pernyataan terjawab, dan peneliti mengumpulkan semua kuesioner.

Untuk tindakan perawat peneliti melakukan observasi. Peneliti menemui kepala ruang kemudian meminta izin untuk melakukan penelitian diruangan tersebut. Peneliti menjelaskan kepada kepala ruang tentang tujuan dan manfaat penelitian. Peneliti kemudian bertanya kepada perawat pada jam berapa dilakukan personal hygiene. Setelah mengetahui jadwal tindakan personal hygiene, kemudian peneliti melakukan observasi diruang tersebut sesuai waktu yang telah ditetapkan. Untuk lembar observasi peneliti memberikan tanda centang (√) pada kolom ya jika perawat melakukan dan pada kolom tidak jika perawat tidak melakukan tindakan yang ada pada format lembar observasi. Peneliti melakukan observasi enam hari dalam satu minggu selama satu bulan dan peneliti menjadikan perawat sebagai sampel untuk diobservasi. Setelah observasi selesai dilakukan, selanjutnya seluruh data dikumpul untuk di analisa.

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti menganalisa data yang dimulai dari tahap penyuntingan data (Editing) dengan memeriksa kembali semua kuesioner yang telah diisi oleh responden, dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk, kemudian membuat kode (Coding) dengan memberikan kode tertentu pada kuesioner yang telah diajukan untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data,


(54)

memasukkan data (Data Entry) dengan mengisi kolom atau kotak lembar kode sesuai jawaban masing-masing pertanyaan, Tabulasi dengan membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah data terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui pengolahan data secara komputerisasi. Setelah data ditabulasi maka dilakukan analisis terhadap masing- masing variabel. Untuk variabel pengetahuan skala ukur yang digunakan adalah skala ordinal yang hasilnya dibagi menjadi dua kategori yaitu baik 11-22, tidak baik 0-10. Untuk variabel sikap skala ukur yang digunakan adalah skala ordinal yang hasilnya dibagi menjadi dua kategori yaitu positif 25-40, negatif 10-24. Dan hasil observasi dengan mengobservasi apakah perawat melakukan personal hygiene atau tidak. Dari pengolahan data statistik, data demografi disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pasien rawat inap.


(55)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dibahas hasil penelitian dan pembahasan mengenai perilaku perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang Neurologi dan Bedah Saraf RSUP H.Adam Malik Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal17 Maret 2014 sampai dengan 17 April 2014 dengan jumlah responden sebanyak 40 orang perawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan di ruang Neurologi dan Bedah Saraf. Hasil penelitian ini menguraikan karateristik responden, pengetahuan, sikap dan tindakan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang Neurologi dan Bedah Saraf RSUP.H.Adam malik Medan.

1. Hasil Penelitian

1.1 Karateristik Responden

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh data karateristik perawat. Hasil penelitian pada Tabel 5.1 menunjukkan bahwa lebih dari setengah perawat berusia antara 40-49 tahun yaitu 57,5%. Mayoritas perawat berjenis kelamin perempuan yaitu 97,5%. Lebih dari setengah perawat memiliki tingkat pendidikan Diploma III yaitu 62,5% dan lebih dari dua per tiga perawat memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun yaitu 77,5%. Distribusi karateristik demografi dapat dilihat pada tabel 5.1


(56)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan presentase karateristik demografi responden di ruang Neurologi dan Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan

Karakteristik Demografi Responden f % % Kumulatif 1. Usia

20-29 tahun 2 5% 5% 30-39 tahun 12 30% 35% 40-49 tahun 23 57,5% 92,5% >50 tahun 3 7,5% 100%

Sub total 40 100% 2. Jenis Kelamin

Perempuan 39 97,5% 97,5% Laki-laki 1 2,5% 100%

Sub Total 40 100% 3. Pendidikan

SPK 4 10% 10% D3 25 62,5% 72,5% S1 11 27,5% 100%

S2 0 0%

Sub Total 40 100% 4. Lama Kerja

1-3 tahun 8 20% 20% 3-5 tahun 1 2,5% 22,5% >5 tahun 31 77,5% 100%


(57)

1.2 Pengetahuan Perawat tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene

Penilaian pengetahuan perawat tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan sebanyak 22 pertanyaan dengan jawaban benar = 1 dan salah = 0. Hasil penelitian pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa perawat memiliki pengetahuan yang baik tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien yaitu 97,5%. Hal ini dapat dilihat dari jawaban perawat yang menjawab benar pada pertanyaan perawatan kulit, perawatan mulut, perawatan rambut, perawatan kuku, perawatan genitalia meskipun masih terdapat jawaban perawat yang salah dari beberapa pertanyaan di tiap jenis personal hygiene (lihat di lampiran). Distribusi pengetahuan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan presentase pengetahuan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang Neurologi dan Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan

Tingkat Pengetahuan f % % Kumulatif Baik

Tidak Baik

39 97,5% 1 2,5%

97,5% 100% SubTotal 40 100%


(58)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi sub variabel pengetahuan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang Neurologi dan Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan

No Pengetahuan f % % kumulatif 1. 2. 3. 4. 5. Perawatan kulit

Baik 38 95,0 Tidak Baik 2 5,0 Sub total 40 100,0 Perawatan mulut

Baik 39 97,5 Tidak Baik 1 2,5 Sub total 40 100,0

Perawatan rambut

Baik 40 100,0 Tidak Baik 0 0,0 Sub total 40 100,0

Perawatan kuku

Baik 38 95,0 Tidak Baik 2 5,0 Sub total 40 100,0

Perawatan genitalia

Baik 39 97,5 Tidak Baik 1 2,5 Sub total 40 100,0

95,0 100,0 97,5 100,0 100,0 95,0 100,0 97,5 100,0


(59)

1.3 Sikap Perawat tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene

Penilaian sikap perawat tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert dalam bentuk pernyataan sebanyak 10 pernyataan dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hasilnya akan dibagi menjadi 2 tingkatan sikap yaitu positif dan negatif. Hasil penelitian pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa seluruh perawat memiliki sikap positif. Berdasarkan penilaian terhadap jawaban bahwa seluruh perawat memiliki tanggapan yang positif tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien yaitu perawatan kulit, perawatan mulut, perawatan rambut, perawatan kuku dan perawatan genitalia. Dengan kata lain bahwa perawat setuju untuk melakukan personal hygiene pada pasien. Distribusi sikap perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan presentase sikap perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang Neurologi dan Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan Penilaian Sikap f % % Kumulatif Positif

Negatif

40 100,0 0 0

100,0


(60)

1.4 Tindakan Perawat tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene

Penilaian tindakan perawat tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, dimana peneliti melakukan observasi dalam menilai tindakan perawat dalam melakukan personal hygiene yaitu perawatan kulit, perawatan mulut, perawatan rambut, perawatan kuku dan perawatan genitalia. Hasilnya akan dibagi menjadi 2 tingkatan tindakan yaitu dilakukan dan tidak dilakukan. Hasil penelitian pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa perawatan kulit dilakukan oleh perawat yaitu 82,5%, perawatan mulut dilakukan oleh perawat yaitu 82,5% dan perawatan genitalia dilakukan oleh perawat yaitu 82,5%. Perawatan rambut dan perawatan kuku tidak dilakukan sama sekali. Distribusi tindakan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien dapat dilihat pada tabel 5.5

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan presentase Sub Tindakan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang Neurologi dan Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan

No Tindakan f % %

Kumulatif 1. Perawatan Kulit

Dilakukan 33 82,5 82,5 Tidak Dilakukan 7 17,5 100,0 Sub Total 40 100,0

2. Perawatan Mulut

Dilakukan 33 82,5 82,5 Tidak Dilakukan 7 17,5 100,0 Sub Total 40 100,0

3. Perawatan Rambut

Dilakukan 0 0


(61)

No Tindakan f % % kumulatif

Sub Total 40 100,0 4. Perawatan Kuku

Dilakukan 0 0

Tidak Dilakukan 40 100,0 100,0 Sub Total 40 100,0

5. Perawatan Genitalia

Dilakukan 33 82,5 82,5 Tidak Dilakukan 7 17,5 100,0 Sub Total 40 100,0

2. Pembahasan

Dalam kehidupan sehari- hari personal hygiene merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan bagi pasien (Isro’in & Andarmoyo, 2012). Untuk itu dalam pembahasan ini dibahas tentang pengetahuan, sikap dan tindakan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien.

2.1 Pengetahuan Perawat Pada Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene Perawat merupakan seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal keperawatan serta mempunyai wewenang untuk melaksanakan peran sesuai dengan fungsinya (Sumijatun, 2010). Perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan yang mendalam tentang aspek manusia karena perawat merupakan


(62)

melakukan asuhan keperawatan (Asmadi, 2008). Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang yang bersifat covert behaviour (Notoadmodjo, 2007). Hal yang sangat mendasari perubahan perilaku adalah pengetahuan (Sunaryo, 2004).

Pengetahuan yang dikaji dalam penelitian ini adalah semua informasi yang didapat perawat tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene yaitu perawatan kulit, perawatan mulut, perawatan rambut, perawatan kuku dan perawatan genitalia. Hasil penelitian pada Tabel 5.1 menunjukkan bahwa kebanyakan perawat berusia 40-49 tahun, berjenis kelamin perempuan, berpendidikan D3 dan memiliki lama kerja > 5 tahun. Hal ini mempengaruhi pengetahuan perawat yang sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah tingkat pendidikan, pengalaman, motivasi, sumber informasi, sosial ekonomi, persepsi dan budaya. Semakin tua usia seseorang maka semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak informasi yang didapat sehingga pengetahuan akan semakin lebih luas. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki sehingga hal ini mempengaruhi pengetahuan yang semakin lebih baik.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa perawat di ruang Neurologi dan Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan mempunyai tingkat


(63)

pengetahuan yang baik yaitu 97,5% (lihat Tabel 5.3). Hal ini dapat dilihat dari jawaban perawat yang menjawab benar pada pertanyaan perawatan kulit 95%, mulut 97,5%, rambut 100%, kuku 95% dan genitalia 97,5%, namun dilihat dari masing-masing pertanyaan masih ada beberapa pertanyaan yang dijawab salah oleh perawat terutama pada sub variabel perawatan kulit dan sub variabel perawatan genitalia.

Pada sub variabel perawatan kulit 75% perawat masih belum memahami cara perawatan kulit yang benar bahwa perawatan kulit dilakukan pada seluruh tubuh dan dilakukan pemijatan agar memperlancar sirkulasi pasien dan memberi kenyamanan bagi pasien (Wolgin, 2000). Perawatan kulit yang benar penting dilakukan karena kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung tubuh dari kuman, pengatur suhu, dan pemberi sensasi sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya (Potter & Perry, 2005).

Pada sub variabel perawatan mulut 42,5% perawat masih belum memahami tentang alat- alat yang tepat yang digunakan pada perawatan mulut bahwa dalam perawatan mulut menggunakan alat yang tidak membahayakan pasien. Menurut Susiati (2008), alat yang digunakan dalam perawatan mulut yaitu kasa yang telah dibasahi dengan NaCl, sedangkan kebanyakan jawaban responden menjawab menggunakan kasa yang dibasahi dengan desinfektan. Mulut merupakan pintu masuk menuju saluran cerna sehingga dalam perawatan mulut sebaiknya menggunakan alat yang tidak membahayakan pasien yang tidak memperburuk kondisi kesehatan pasien. Perawatan mulut penting dilakukan sebab


(64)

melalui mulut berbagai kuman dapat masuk sehingga dengan perawatan mulut yang adekuat dapat meningkatkan kenyamanan dan selera makan pasien (Gorrek & Sorentino, 2006).

Pada sub variabel perawatan rambut 27,5% perawat masih belum memahami tentang alat-alat yang tepat yang digunakan pada perawatan rambut. Menurut Isro’in & Andarmoyo (2012), dalam perawatan rambut menggunakan air hangat karena dapat meningkatkan sirkulasi darah di kepala, juga dalam perawatan rambut dapat dilakukan pemijatan untuk memberikan kenyamanan bagi pasien. Rata-rata jawaban responden menggunakan air dingin. Kondisi fisik pasien yang lemah rentan mengalami perubahan suhu sehingga penggunaan air dingin kurang tepat digunakan dalam perawat rambut.

Pada sub variabel perawatan kuku 27,5% perawat belum memahami tentang masalah-masalah yang timbul apabila perawatan kuku tidak dilakukan dengan baik. Kuku perlu mendapatkan perawatan untuk mencegah dari infeksi dan bau, namun sering seseorang tidak sadar akan masalah kuku sehingga menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan (Muwarni, 2009). Menjaga kebersihan kuku penting dalam mencegah berbagai kuman yang masuk ke dalam tubuh melalui kuku, oleh sebab itu kuku harus dalam keadaan bersih dan sehat. Kuku yang sehat akan tampak halus dan transparan (Hidayat, 2006).

Pada sub variabel perawatan genitalia 52,5% perawat belum memahami tentang cara melakukan perawatan genitalia yang benar. Prinsip perawatan genitalia yang benar dilakukan dari arah depan ke arah belakang atau bekerja dari area yang bersih lebih dahulu kemudian ke area yang kotor (Wolgin, 2000). Hal


(65)

ini dilakukan agar kuman dari area belakang tidak masuk ke area depan. Menjaga kebersihan genitalia penting dilakukan dalam mencegah berbagai kuman yang masuk melalui genitalia, oleh sebab itu genitalia harus dalam keadaan bersih (Hidayat, 2006).

2.2 Sikap Pada Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene

Sikap merupakan suatu presdisposisi untuk berespon atau bertindak secara positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang disertai emosi positif atau negatif, sikap perlu penilaian (Maramis, 2006). Kholid (2012) menyatakan bahwa sikap adalah perasaan relatif konstan diarahkan sesuatu atau seseorang yang selalu mengandung dimensi evaluatif. Sikap selalu dapat dikategorikan sebagai positif atau negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh perawat memiliki sikap positif pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene (lihat pada Tabel 5.4). Sikap positif ini perlu dikembangkan menjadi kesiapan untuk bertindak sehingga bermanfaat bagi pasien untuk meningkatkan kesehatannya. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu. Pengetahuan merupakan salah satu dari fungsi sikap khususnya dalam pembentukan sikap yang positif karena setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, ingin banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene dalam kategori baik, hal ini sangat berkaitan dengan sikap positif yang dimiliki perawat pada pemenuhan kebutuhan personal hygiene dimana dengan adanya pengetahuan


(66)

yang baik dan sikap yang positif diharapkan akan terbentuk suatu tindakan yang baik pula.

Secara umum perawat memiliki sikap yang positif meskipun terdapat beberapa tanggapan masih negatif yang dapat dilihat dari pernyataan tentang perawat melakukan personal hygiene apabila kondisi pasien mendukung untuk dilakukannya personal hygiene. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa 60% perawat sangat tidak setuju bila perawat melakukan personal hygiene apabila kondisi pasien mendukung untuk dilakukannya personal hygiene. Salah satu faktor yang mempengaruhi personal hygiene yaitu kondisi fisik (Potter & Perry, 2005). Apabila personal hygiene dilakukan saat kondisi pasien tidak mendukung maka akan memperburuk kondisi kesehatan pasien. Setiap jenis personal hygiene memiliki kontraindikasi masing-masing, untuk itu personal hygiene dilakukan saat pasien tidak sedang mengalami kontraindikasi dari jenis personal hygiene yang dilakukan. Personal hygiene yang tepat dan adekuat dapat meningkatkan kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit bagi pasien (Tarwoto & Wartonah, 2010).

Hal lain yang masih ditanggapi negatif oleh perawat ditemukan pada pernyataan tentang dalam melakukan personal hygiene perawat menggunakan fasilitas yang telah ada di rumah sakit sehingga tidak memberatkan pasien. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa 35% perawat sangat tidak setuju apabila dalam melakukan personal hygiene perawat menggunakan fasilitas yang telah ada di rumah sakit sehingga tidak memberatkan pasien. Salah satu faktor


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)