5. Bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Riau dalam memasarkan produk misalnya dengan mengikuti pameran-pameran
yang diadakan oleh pemerintah Riau Expo, stand dan pameran-pameran lainnya.
4.3. Analisis Nilai Tambah
Dalam analisis nilai tambah pada agroindustri minuman rosella digunakan data per bulan, dimana tiap bulan proses produksi dilakukan sebanyak 4 kali, dan
Dengan analisis nilai tambah ini diharapkan diperoleh informasi mengenai perkiraan nilai tambah, imbalan tenaga kerja, imbalan bagi modal dan manajemen
dari setiap kg rosella yang diolah menjadi minuman rosella. Pada proses produksi minuman rosella diperlukan input agroindustri baik dari
bahan baku dan bahan penunjang, serta tenaga kerja yang melakukan kegiatan produksi itu sendiri. Peralatan diperlukan untuk mentransformasikan input
agroindustri ini menjadi output agroindustri. Besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya
terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Perhitungan nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Minuman Rosella
No Output, Input, Harga
Formula Nilai Angka
1 Hasil produksi botolbulan
A 400
2 Bahan baku kgbulan
B 6
3 Tenaga kerja HOK
C 2
4 Faktor konversi 1 2
AB = M 66,66
5 Koefisien tenaga kerja 3 2
CB = N 0,33
6 Harga produk Rp botol
D 10.000
7 Upah rerata Rp HOK
E 50.000
Pendapatan
8 Harga bahan baku Rp kg
F 50.000
9 Sumbangan input lain Rp kg
G 130.000
10 Nilai produk 4x6 Rp kg
M X D = K 666.600
11 a. Nilai tambah 10-8-9 Rp kg
K – F – G = L 480.000
b. Rasio nilai tambah 11.a 10 L K = H
72.09 12
a. Imbalan tenaga kerja 5x7 Rp botol N X E = P
16.500 b. Bagian tenaga kerja 12.a. 11.a.
P L = Q 3.4
13 a. Keuntungan 11.a. – 12.a
L – P = R 464.100
b. Tingkat keuntungan 13.a 11.a R L = 0
96,56
Balas Jasa Untuk Faktor Produksi
14 Margin Rp botol
K – F = S 616.600
Pendapatan tenaga kerja langsung 12a 14 100
P S 100 = T 2,67
Sumbangan input lain 9 14 x 100 G S 100 = U
21,08 Keuntungan perusahaan 13a 14 100
R S 100 = V 75,26
Dari data Tabel 6 terlihat bahwa dengan menggunakan bahan baku rosella kering sebanyak 6 kg dapat dihasilkan minuman rosella sebanyak 400 botol.
Usaha ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 2 HOK. Apabila harga produk output sebesar Rp 10.000botol dan faktor konversi sebesar sebesar 66,66 maka
nilai produk sebesar Rp 480.000, nilai produksi ini dialokasikan untuk bahan baku yang berupa rosella kering sebesar Rp 50.000 per kilogram dan input-input
agroindustri lainnya sebesar Rp. 130.000. Dari analisis nilai tambah yang telah dilakukan diatas, maka dapat
diperoleh beberapa informasi yang dapat berguna bagi peneliti, pengusaha dan pihak-pihak yang ada kaitannya dengan usaha agroindustri rosella.
Pertama, nilai tambah output agroindustri dipengaruhi oleh kemampuan pengolah menjual output agroindustri harga output per unit, ketersediaan bahan
Sumber: Data Olahan, 2011
baku harga bahan baku dan struktur pasar input agroindustri harga input lainnya. harga satu jenis output agroindustri yang sama antar pengolah bersifat
heterogen. Hal ini disebabkan karena perbedaan usia usaha, kualitas produk, serta variasi harga bahan baku dan harga input lainnya. Variasi komposisi bahan baku
dalam menciptakan output agroindustri ini dicerminkan oleh faktor konversi pada masing-masing pengolah agroindustri.
Kedua, pendapatan tenaga kerja dalam analisis nilai tambah ini dipengaruhi koefisien tenaga kerja dan upah tenaga kerja. Koefisien tenaga kerja
ini menyatakan perbandingan antara input tenaga kerja dengan bahan baku rosella yang digunakan. Dalam penelitian ini dianalisis penggunaan tenaga kerja secara
penghitungan Hari Orang Kerja HOK. Ketiga, keuntungan diperoleh produsen dari setiap bahan baku per
kilogram rosella sama dengan nilai tambah dikurangi dengan imbalan tenaga kerja.
4.4. Analisis SWOT