Hubungan Keparahan Penyakit Periodontal Berdasarkan Lama Menopause pada Perempuan Manula di Panti Jompo Binjai

(1)

 

HUBUNGAN KEPARAHAN PENYAKIT PERIODONTAL

BERDASARKAN LAMA MENOPAUSE PADA PEREMPUAN

MANULA DI PANTI JOMPO BINJAI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperolehi gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MOHD FAISAL BIN AB RAHMAN NIM : 070600188

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Periodonsia

Tahun 2011

Mohd Faisal Bin Ab Rahman

Hubungan Keparahan Penyakit Periodontal Berdasarkan Lama Menopause pada Perempuan Manula di Panti Jompo Binjai

x + 39 halaman

Menopause didefinisikan secara teknis sebagai berhentinya periode menstruasi selama 12 bulan akibat tidak aktifnya folikel sel telur. Pada saat seorang wanita sudah memasuki menopause, produksi estrogen terhenti. Akibatnya dapat terjadi perubahan rasa atau pengecapan, dan lebih sensitif terhadap makanan dan minuman yang panas ataupun dingin, dan juga menurunnya aliran saliva (air liur) yang dapat menyebabkan xerostomia (dry mouth).

Penelitian ini bersifat observasional analitik yang menggunakan desain penelitian rancangan observasi pada pasien dengan menggunakan metode Cross-Sectional. Sampel penelitian diperoleh dari perempuan yang telah mangalami masa menopause di Panti Jompo Binjai yang dipilih dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengolahan data dianalisis dengan uji statistik T Independen.


(3)

 

Sampel-sampel yang di observasi berjumlah 67 orang Hasil uji statistik T Independen menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p< 0,005) antara lama masa menopause dengan keparahan penyakit periodontal pada wanita menopause. Tingkat keparahan periodontal terlihat lebih parah pada perempuan yang telah lama mengalami masa menopause jika dibandingkan dengan yang masih belum lama mengalami masa menopause.

Key words : Menopause, jaringan periodonsium, keparahan periodontal. Daftar Pustaka : 9 (2000 – 2010)


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipersetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 26 September 2011

Pembimbing : Tanda tangan

1. Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K) ... NIP : 19710702 199601 2 001


(5)

 

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 22 Agustus 2011

TIM PENGUJI SKRIPSI

KETUA : 1. Irma Ervina, drg.,Sp.Perio (K) ... ANGGOTA : 2. Irmansyah Rangkuti, drg., PhD ... 3. Pitu Wulandari, drg.,S.Psi.,Sp.Perio ...

Disetujui Ketua Departemen :

Irmansyah Rangkuti, drg.,PhD ... NIP : 19540210 198303 1 002


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah Subahannahuwataala Tuhan sekalian alam, Shalawat dan Salam kepada Rasulullah Sollallahualaihiwasallam beserta keluarganya yang telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang pada jalan yang lurus dan benar, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ab Rahman bin Majid dan Rafiah Binti Mat dan juga saudara-saudara penulis yang selalu mendoakan, memberikan dukungan moril dan semangat, maupun materil selama ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dokter Irma Ervina, drg.,Sp.Perio (K) selaku pembimbing dan penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dalam meningkatkan semangat dan motivasi penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

Pada kesempatan ini, dengan rasa rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Sp. Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(7)

 

2. Irmansyah Rangkuti, drg., PhD selaku Ketua Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Maya dari Fakultas Kesehatan Masyarakat atas bimbingannya dalam metodologi penelitian serta analisa statistik hasil penelitian ini.

4. Amirah yang meminjamkan kamera Digital Single-Lens Reflex (DSLR) untuk penulis mengambil foto keparahan periodontal yang ada di rongga mulut pasien.

5.Teman-teman penulis Afiq, Adib, Salman, Amar, Amirah, Fatimah, Hani, Afzan Balqis, Jazalina, Nabilah dan seluruh teman-teman mahasiswa FKG angkatan 2007 yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang kedokteran gigi.

Medan, 23 April 2012 Penulis,

(Mohd Faisal Bin Ab Rahman) NIM: 070600188


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN.………...……….... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………... iii

KATA PENGANTAR……….. iv

DAFTAR ISI………...………….... vi

DAFTAR TABEL………... ix

BAB 1 PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang……….………... 1

1.2 Rumusan Masalah………... 2

1.3 Tujuan Penelitian……… ………... 3

1.4 Manfaat Penelitian………. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 4

2.1 Definisi Wanita Menopause……….. 4

2.2 Fisiologis Wanita Menopause………….……….……. 5

2.3 Mekanisme Wanita Menopause Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi Keparahan Penyakit Periodontal………... 6

2.4 Kebutuhan Perawatan Penyakit Periodontal Pada Wanita Menopause……...……….. 9

2.5 Indeks yang digunakan untuk mengukur Keparahan Periodontal... 10


(9)

 

2.6 Kerangka Teori... 11

2.7 Kerangka Konsep... 12

BAB 3 METODE PENELITIAN...………….. 13

3.1 Rancangan Penelitian.……...……….……..…..…... 13

3.2 Tempat Penelitian………...……….…... 13

3.2.1 Tempat... 13

3.2.2 Waktu... 13

3.3 Populasi dan Besar Sampel... 13

3.3.1 Populasi... 13

3.3.2 Sampel... 13

3.3.3 Besar Sampel... 14

3.4 Definisi Operasional... 14

3.4.1 Indeks Gingiva... 15

3.4.2 Indeks Plak... 16

3.4.3 Indeks Higiene Oral... 16

3.4.4 Indeks Periodontal... 18

3.4.5 Indeks Pendarahan Papila Gingiva Dimodifikasi... 19

3.5 Alat dan Bahan... 20

3.5.1 Alat Penelitian... 20

3.5.2 Bahan Penelitian... 20

3.6 Prosedur Penelitian... 21

3.7 Analisa Data... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 23


(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 36

6.1 Kesimpulan... 36

6.2 Saran... 36

DAFTAR PUSTAKA……… 37


(11)

 

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Skor Indeks Gingiva... 15

2. Skor Indeks Plak... 16

3. Skor Indeks Debris... 17

4. Skor Indeks Kalkulus... 17

5. Level Higiene Oral... 18

6. Skor Indeks Periodontal... 19

7. Skor Indeks Pendarahan Papila Gingiva Dimodifikasi... 20

8. Data Umur Responden bagi Perempuan Menopause Panti Jompo Binjai……….. 26

9. Data Lama Menopause bagi Perempuan Menopause Panti Jompo Binjai……….. 26

10.Data Deskriktif Indeks bagi Keparahan Periodontal Perempuan Menopause di Panti Jompo Binjai….……….….. 28

11.Hasil pemeriksaan Indeks Gingiva bagi Perempuan Menopause di Panti Jompo Binjai……… 29

12.Hasil pemeriksaan Indeks Periodontal bagi Perempuan Menopause di Panti Jompo Binjai………....……… 29

13.Hasil pemeriksaan Indeks Higiene Oral bagi Perempuan Menopause di Panti Jompo Binjai………..…………...… 30


(12)

14.Hasil pemeriksaan Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi bagi

Perempuan Menopause di Panti Jompo Binjai……… 31 15.Hasil pemeriksaan Indeks Plak bagi Perempuan Menopause

di Panti Jompo Binjai……….. 31

16.Hasil Analisis Uji T Independent dari Variabel Keparahan Periodontal dengan Lama Menopause pada responden di Panti Jompo Binjai…… 32


(13)

 

Lampiran Halaman

1. Kerangka teori penelitian... 2. Inform consent... 3. Kuesioner 1... 4. Kuesioner 2... 5. Hasil penelitian (laporan kerja)... 6. Analisa penelitian (hasil uji statistik)... 7. Ethical Clearance...


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Periodonsia

Tahun 2011

Mohd Faisal Bin Ab Rahman

Hubungan Keparahan Penyakit Periodontal Berdasarkan Lama Menopause pada Perempuan Manula di Panti Jompo Binjai

x + 39 halaman

Menopause didefinisikan secara teknis sebagai berhentinya periode menstruasi selama 12 bulan akibat tidak aktifnya folikel sel telur. Pada saat seorang wanita sudah memasuki menopause, produksi estrogen terhenti. Akibatnya dapat terjadi perubahan rasa atau pengecapan, dan lebih sensitif terhadap makanan dan minuman yang panas ataupun dingin, dan juga menurunnya aliran saliva (air liur) yang dapat menyebabkan xerostomia (dry mouth).

Penelitian ini bersifat observasional analitik yang menggunakan desain penelitian rancangan observasi pada pasien dengan menggunakan metode Cross-Sectional. Sampel penelitian diperoleh dari perempuan yang telah mangalami masa menopause di Panti Jompo Binjai yang dipilih dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengolahan data dianalisis dengan uji statistik T Independen.


(15)

 

Sampel-sampel yang di observasi berjumlah 67 orang Hasil uji statistik T Independen menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p< 0,005) antara lama masa menopause dengan keparahan penyakit periodontal pada wanita menopause. Tingkat keparahan periodontal terlihat lebih parah pada perempuan yang telah lama mengalami masa menopause jika dibandingkan dengan yang masih belum lama mengalami masa menopause.

Key words : Menopause, jaringan periodonsium, keparahan periodontal. Daftar Pustaka : 9 (2000 – 2010)


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perempuan hampir menghabiskan sepertiga masa hidupnya pada masa menopause. Sementara itu usia harapan hidup wanita Indonesia lebih panjang dan dari waktu ke waktu semakin meningkat. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup rata-rata wanita Indonesia pada tahun 1997 mencapai 66 tahun sedangkan pada tahun 2000 mencapai 69 tahun.1

Menopause menyebabkan beberapa perubahan fisiologis divdalam tubuh berkaitan dengan defisiensi estrogen, termasuk pada jaringan rongga mulut.1 Masalah rongga mulut yang sering timbul pada perempuan menopause adalah adanya ketidaknyamanan oral (oral discomfort), atrofi gingiva, menopausal gingivostomatitis

dan penurunan aliran saliva.2 Selain itu, perubahan-perubahan yang terjadi pada menopause meliputi penipisan mukosa rongga mulut, adanya rasa terbakar pada mulut (burning mouth), resesi gingiva, xerostomia, gangguan sensasi rasa dan resorpsi tulang alveolar.3

Keberadaan reseptor estrogen pada jaringan di rongga mulut menunjukkan bahwa jaringan mulut menjadi organ target estrogen.4,5 Pada jaringan periodonsium, berkurangnya kadar estrogen pada masa menopause dihubungkan dengan peningkatan resorbsi tulang


(17)

 

Alveolar,6 kehilangan perlekatan jaringan periodonsium, peningkatan keparahan penyakit periodontal dan kehilangan gigi.7 Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penyakit periodontal perempuan menopause lebih parah dibandingkan dengan yang belum menopause. Sebanyak 60% perempuan menopause mempunyai penyakit periodontal yang bersifat irreversibel.8 Oleh karena itu, menopause bisa menjadi salah satu faktor risiko keparahan penyakit periodontal. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keparahan penyakit periodontal perempuan menopause.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang kemungkinan berpengaruh terhadap keparahan penyakit periodontal perempuan menopause baik usia dan lama menopause maupun faktor predisposisi lokal yang ditentukan melalui indeks kebersihan mulut dan kalkulus. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai keterkaitan faktor-faktor yang berperan terhadap keparahan penyakit periodontal perempuan menopause sehingga dapat dijadikan dasar penyusunan program pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut perempuan menopause.

1.2Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap keparahan penyakit periodontal pada perempuan menopause.

2. Apakah faktor usia dan lama menopause bisa mempengaruhi keparahan penyakit periodontal.


(18)

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tindakan apa sajakah yang bisa dilakukan pada perempuan menopause dalam mengurangi keparahan penyakit periodontal.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya kesehatan gigi dan rongga mulut pada perempuan menopause.

2. Sebagai informasi untuk dokter gigi bahwa masa menopause bisa mempengaruhi keparahan penyakit periodontal.

3. Diharapkan nantinya dokter gigi akan lebih meningkatkan perannya dalam memperbaiki taraf kesehatan masyarakat, khususnya perempuan menopause.


(19)

 

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Periodonsia

Tahun 2011

Mohd Faisal Bin Ab Rahman

Hubungan Keparahan Penyakit Periodontal Berdasarkan Lama Menopause pada Perempuan Manula di Panti Jompo Binjai

x + 39 halaman

Menopause didefinisikan secara teknis sebagai berhentinya periode menstruasi selama 12 bulan akibat tidak aktifnya folikel sel telur. Pada saat seorang wanita sudah memasuki menopause, produksi estrogen terhenti. Akibatnya dapat terjadi perubahan rasa atau pengecapan, dan lebih sensitif terhadap makanan dan minuman yang panas ataupun dingin, dan juga menurunnya aliran saliva (air liur) yang dapat menyebabkan xerostomia (dry mouth).

Penelitian ini bersifat observasional analitik yang menggunakan desain penelitian rancangan observasi pada pasien dengan menggunakan metode Cross-Sectional. Sampel penelitian diperoleh dari perempuan yang telah mangalami masa menopause di Panti Jompo Binjai yang dipilih dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengolahan data dianalisis dengan uji statistik T Independen.


(20)

Sampel-sampel yang di observasi berjumlah 67 orang Hasil uji statistik T Independen menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p< 0,005) antara lama masa menopause dengan keparahan penyakit periodontal pada wanita menopause. Tingkat keparahan periodontal terlihat lebih parah pada perempuan yang telah lama mengalami masa menopause jika dibandingkan dengan yang masih belum lama mengalami masa menopause.

Key words : Menopause, jaringan periodonsium, keparahan periodontal. Daftar Pustaka : 9 (2000 – 2010)


(21)

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami fase perubahan fisiologis yang berbeda dengan yang dialami pria. Mengawali masa remajanya, perempuan mulai mengalami menstruasi yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif. Selanjutnya, mereka akan menjalani kehamilan dan menyusui yang melelahkan. Fase ini diakhiri dengan datangnya masa menopause yang umumnya mulai terjadi pada usia 45 tahun.3 Masa menopause memiliki konsekuensi kesehatan yang serius dan bisa mempengaruhi keparahan penyakit periodontal. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi keparahan penyakit periodontal pada perempuan menopause ini dapat membantu dalam membaiki taraf kesehatan dan mengurangi keparahan penyakit periodontal pada perempuan menopause.3

2.1Definisi Perempuan Menopause

Menopause berasal dari kata “men” berarti bulan, “pause, pausis, paudo” berarti periode atau tanda berhenti, sehingga menopause diartikan sebagai berhentinya secara definitif menstruasi. Menopause secara teknis adalah tidak terjadinya periode menstruasi selama 12 bulan akibat dari tidak aktifnya folikel sel telur. Periode transisi menopause dihitung dari periode menstruasi terakhir diikuti dengan 12 bulan periode amenorea (tidak mendapatkan siklus haid).3


(22)

Menopause adalah bagian dari periode transisi perubahan masa reproduktif ke masa tidak reproduktif. Usia rata-rata menopause berkisar 43 – 57 tahun namun tidak ada cara yang pasti untuk memprediksi kapan seorang perempuan akan memasuki masa menopause. Selain itu, faktor keturunan juga berperan disini, seorang perempuan akan mengalami menopause pada usia tidak jauh berbeda dari ibunya.3

2.2Fisiologis Wanita Menopause

Memasuki usia lanjut yaitu akhir 40-an 50-an, seorang perempuan akan mengalami proses alamiah yang disebut menopause sebagai salah satu bentuk dari proses penuaan. Menopause dipacu oleh perubahan hormon dalam tubuh, yang diawali dengan terkelupasnya pelapis rahim (endometrium) bersama dengan sedikit darah, yang dipicu oleh kadar hormon progesteron yang rendah dalam tubuh. Pada waktu yang sama hormon perangsang folikel (FSH= Foilicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (Luteinizing Hormone) yang dihasilkan kelenjar hipofise merangsang proses pematangan telur dalam ovarium. Keadaan ini kemudian menghasilkan peningkatan kadar estrogen sehingga bisa mempengaruhi keadaan jaringan di rongga mulut.1


(23)

 

2.3Mekanisma Perempuan Menopause Sebagai Faktor Yang

Mempengaruhi Keparahan Penyakit Periodontal.

Pada saat seorang perempuan sudah memasuki menopause, produksi estrogen terhenti. Akibatnya dapat terjadi perubahan rasa atau pengecapan, dan lebih sensitif terhadap makanan dan minuman yang panas ataupun dingin, dan juga menurunnya aliran saliva (air liur) yang dapat menyebabkan xerostomia (dry mouth).5

Adanya kondisi mulut yang kering tersebut dapat mengarah kepada penyakit periodontal, karena saliva (air liur) tidak cukup untuk membilas sisa makanan sehingga kalkulus (karang gigi) lebih mudah terbentuk. Selain itu kurangnya saliva juga dapat menyebabkan karies lebih mudah terbentuk. karena saliva juga berfungsi untuk menetralkan asam yang dihasilkan dari metabolisme bakteri yang ada di dalam mulut. Oleh karena itu xerostomia (dry mouth) lebih sering dialami oleh perempuan usia lanjut dibandingkan pria, dan dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan yang sering diresepkan bagi para lansia.5

Penurunan produksi estrogen yang terjadi saat menopause juga menyebabkan perempuan lebih beresiko untuk mengalami penurunan densitas/kepadatan tulang, yang dapat mengarah kepada osteoporosis. Rusaknya tulang (dalam hal ini tulang rahang) dapat mengarah kepada goyangnya gigi geligi, diperparah dengan banyaknya kalkulus (karang gigi) yang menjadi tempat pertumbuhan bakteri.5


(24)

Dokter gigi berperan untuk deteksi osteoporosis secara dini. Pemeriksaan radiografis rutin yang dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang pada perawatan gigi dapat membantu mendeteksi adanya penurunan massa tulang yang menjadi indikasi osteoporosis. Namun hal ini membutuhkan software khusus dan juga keterampilan khusus dari dokter gigi bidang radiologi.5

Usia kehidupan perempuan sangat penting untuk mengidentifikasi pengaruh hormonal dalam rongga mulut. Adapun ciri-ciri dari perempuan menopause sebagai berikut: 6

1. Terjadi perubahan keadaan rongga mulut 2. Penipisan lapisan mukosa oral

3. Rasa tidak nyaman (burning mouth) 4. Resesi gingiva

5. Xerostomia

6. Perubahan kemampuan pengecap 7. Resorbsi tulang alveolar

8. Osteopenia dan osteoporosis

Selain itu, penanganan yang dapat dilakukan yaitu:6

1. Pada proses penipisan mukosa oral dan gingiva, dilakukan augmentasi jaringan lunak.

2. Menggunakan sikat gigi berbulu lunak


(25)

 

4. Obat kumur dengan bahan yang kurang mengandung alkohol

5. Pemeliharaan jaringan periodontal degan debridemen yang baik untuk mengurangi trauma

6. Pasien yang rentan dengan osteoporosis akan dikonsul ke dokter umum. Situasi hormon di setiap fase itu berbeda-beda, sehingga masalah kesehatan gigi dan mulut yang kita hadapi juga berbeda.7 Ketika perempuan sudah mengalami menopause, hormon seksual seperti estrogen akan menurun. Kondisi ini memicu jumlah bakteri dan erosi pada gigi yang merujuk pada produksi air liur yang berkurang, sehingga menimbulkan beberapa sebab yaitu:7

1. Mulut terasa kering, lidah seperti terbakar (oral cancerphobia), ada rasa aneh dalam mulut (seperti rasa besi), lidah gatal-gatal, dan sering sariawan 2. Nyeri gusi saat menopause atau menopausal gingivostomatitis ditandai

dengan warna gusi lebih pucat, licin, sakit, dan mudah berdarah.

3. Kurangnya penyangga gigi yang baik membuat gigi mudah goyang. Karena seiring bertambahnya usia membuat kepadatan tulang semakin berkurang, termasuk tulang rahang dan tulang penyangga gigi.

Adapun cara mencegahnya yaitu rajin mengkonsumsi kalsium dan multivitamin, teratur berolahraga, selalu melakukan perawatan gigi yang benar, dan mengganti setiap gigi yang hilang dengan gigi palsu. Karena kehilangan gigi yang cukup lama dapat mendorong terjadinya kerapuhan tulang yang lebih cepat. Memasuki masa menopause terjadi perubahan pada mulut wanita (indera perasa, rasa panas di mulut, sensitif terhadap makanan dingin dan panas, juga


(26)

penurunan produksi air ludah yang menyebabkan mulut kering) dikarenakan perubahan hormon atau pengaruh obat-obatan yang telah dikonsumsi.7,8

Mulut kering dapat menyebabkan terjadinya penyakit gigi dan gusi karena air ludah tidak mampu melembabkan dan membersihkan mulut dengan menetralkan asam yang dihasilkan oleh plak. Disamping itu penurunan hormon estrogen mempertinggi resiko hilangnya densitas tulang. Kehilangan densitas tulang, terutama pada tulang rahang dapat menyebabkan hilangnya gigi dan gusi turun, sehingga memungkinkan gigi lebih mudah busuk.8

2.4Kebutuhan Perawatan Penyakit Periodontal Pada Perempuan

Menopause

Menurut Vincent J.Iacono DMD, keparahan penyakit periodontal pada perempuan menopause sehingga bisa berisiko kehilangan tulang alveolar dan kehilangan gigi.3,4

Kehidupan seharian bagi perempuan menopause untuk menjaga kesehatan rongga mulut adalah seperti menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung triklosan, karena triklosan mempunyai khasiat mencegah penyakit periodontal dan menggunakan obat kumur yang mengandungi fluor.3 Penelitian terbaru menunjukkan triklosan merupakan zat yang paling efektif untuk menghambat kuman, jamur atau zat bakteri. Selain dengan kunjungan berkala, dokter gigi dapat memberikan instruksi tentang kontrol plak pada perempuan menopause supaya dapat dilakukan dengan tepat dirumah agar kesehatan ronga mulut lebih terjamin dan bisa mengurangi keparahan penyakit periodontal.2 Dokter gigi memainkan peranan penting dalam


(27)

 

memberikan penyuluhan pada perempuan menopause dengan penyakit periodontal untuk memotivasi mereka tentang pentingnya penjagaan kebersihan mulut yang baik supaya dapat mengurangi keparahan penyakit periodontal.2

2.5Indeks yang digunakan untuk mengukur keparahan periodontal

Untuk mengetahui pengaruh menopause terhadap keparahan penyakit periodontal, maka dilakukan pengukuran dengan berbagai indeks yaitu: Indeks Gingiva, Indeks Perdarahan Papila Gingiva Dimodifikasi, dan Indeks Oral Higiene, Indeks Periodontal dan Indeks Plak.


(28)

2.6Kerangka Teori

Perempuan menopause Produksi estrogen

terhenti

Mengalami mulut kering

Mudah terbentuk kalkulus dan menyebabkan

karies

Bertambahnya keparahan periodontal Penipisan epitel


(29)

 

2.7Kerangka Konsep

-Perempuan menopause -Hormon estrogen

- Kalkulus - Plak

-Debris -Stein

 

-Keparahan penyakit periodontal


(30)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional klinis dengan rancangan

cross-sectional study yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol hanya diobservasi satu kali tanpa diberi perlakuan dan variebel-variebel diukur menurut keadaan dan status sewaktu diobservasi.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat

Panti Jompo Binjai. 3.2.2 Waktu

Agustus 2011 – September 2011 3.3Populasi dan Besar Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah perempuan menopause yang menetap di Panti Jompo Binjai.

3.3.2 Sampel

Sampel yang diambil adalah perempuan yang sudah mengalami masa menopause yang memenuhi kriteria inklusi.


(31)

 

Kriteria inklusi :

1. Perempuan yang mengalami menopause yang sudah tidak mendapatkan menstruasi selama 12 bulan berturut-turut tidak mendapatkan estrogen pengganti.

Kriteria Eksklusi : 1. Perokok.

2. Mempunyai riwayat penyakit sistemik

3. Responden yang membutuhkan antibiotik profilaksis

4. Kanker dan pasien menjalani pengobatan steroid jangka panjang. 5. Responden yang mengambil hormon pengganti estrogen

3.3.3 Besar Sampel

Semua perempuan yang mengalami menopause di Panti Jompo Binjai dijadikan sebagai sampel.

3.4Definisi Operational

Penyakit periodontal merupakan suatu kondisi peradangan atau inflamasi Jaringan periodontal (periodonsium) yang disebabkan oleh bakteri. Perempuan menopause adalah perempuan yang sudah tidak mendapatkan menstruasi selama 12 bulan berturut – turut. Untuk menentukan keparahan periodontal, digunakan :


(32)

3.4.1 Indeks Gingiva

Digunakan untuk melihat keradangan pada gingiva dengan menggunakan pengukuran dilakukan pada empat area pada tiap gingival unit (sisi bukal yang meliputi mesial, mid, distal, dan sisi lingual), kemudian skor yang didapat dijumlah dan dibagi 4.

Untuk pemeriksaan klinis probe masuk kira-kira sedalam 1±2 mm dari margin gingival dengan tekanan aksial sedang dan dijalankan dari interproksimal ke interproksimal sepanjang aspek bukal dan lingual gigi dengan skor sebagai berikut:

Tabel 1 : Skor Indeks Gingiva3

0 = tidak ada keradangan pada gingiva

1 = keradangan ringan pada gingiva, sedikit perubahan pada warna dan tekstur, tidak ada perdarahan pada

2 = keradangan sedang pada gingiva, kemerahan, edema dan mengkilat, ada perdarahan pada

3 = keradangan parah pada gingiva, tanda kemerahan, edema dan ulserasi.Cenderung terjadi perdarahan spontan. Dari Loe H : Indeks gingiva, indeks plak, dan sistem indeks retensi. J periodontal 1967 ; 38.610(suppl)


(33)

 

3.4.2 Indeks Plak

Diukur pada 4 permukaan tiap gigi (sisi bukal yang meliputi mesial, mid, distal, dan sisi lingual).Semua skor dijumlah dan dibagi dengan jumlah permukaan yang diperiksa. Skor sebagai berikut:

Tabel 2 : Skor Indeks Plak9

0 = tidak ada plak pada gingiva, dites dengan menggeser Probe sepanjang permukaan gigi

1 = tidak ada plak yang bisa diamati dengan mata telanjang, tetapi plak tampak pada ujung probe setelah probe digerakkan sepanjang permukaan gigi

2 = gingiva ditutupi dengan selapis tipis plak sampai sedang yang tampak dengan mata telanjang

3 = penumpukan yang banyak dari deposit lunak didalam saku gingiva dan/atau tepi gingiva ada permukaan gigi yang berbatasan.

Dari Loe H : Indeks gingiva, indeks plak, dan sistem indeks retensi. J periodontal 1967 ; 38.610(suppl)

3.4.3 Indeks Higiene Oral

Indeks Higiene Oral merupakan salah satu indeks yang populer digunakan untuk menentukan status kebersihan mulut pada penelitian epidemiologis. Indeks ini bertujuan mengukur permukaan gigi yang ditutupi oleh debris dan kalkulus. Indeks ini terdiri dari dua komponen yaitu Indeks Debris dan Indeks Kalkulus.

Pemeriksaan dilakukan pada enam gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46


(34)

permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada maka diganti dengan gigi 21 dan sebaliknya.

Alat yang digunakan adalah kaca mulut dan sonde. Setiap permukaan gigi dibagi secara horizontal atas sepertiga gingiva, sepertiga tengah dan sepertiga insisal.

Untuk mengukur skor indeks debris, sonde ditempatkan pada sepertiga insisal permukaan gigi lalu digerakkan kearah sepertiga gingiva dan skor diberikan sesuai dengan kriteria berikut ini :

Tabel 3 : Skor Indeks Debris9 0 = Tidak ada debris/ stein.

1 = Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stein ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut.

2 = Debris lunak menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan gigi. 3 = Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.

Dari Loe H : Indeks gingiva, indeks plak, dan sistem indeks retensi. J periodontal 1967 ; 38.610(suppl)

Tabel 4 : Skor Indeks Kalkulus9 0 : Tidak ada kalkulus.

1 : Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

2 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 dan tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi atau adanya kalkulus subgingiva di daerah servikal gigi atau keduanya. 3 : Kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi atau kalkulus subgingiva yang melingkari servikal gigi.


(35)

 

Skor akhir indeks debris dan kalkulus individu dihitung dengan membagi jumlah skor indeks debris dan kalkulus dari semua gigi yang diperiksa dengan jumlah permukaan gigi yang diperiksa. Skor indeks debris dan kalkulus dijumlahkan untuk mendapatkan Skor Higiene Oral. Kemudian skor dimasukkan kedalam tiga kategori untuk menentukan level Higiene Oral, yaitu:

Tabel 5 : Level Higiene Oral9

0,0 – 1,2 : baik 1,3 – 3,0 : sedang

3,1 – 6,0 : buruk

Dari Loe H : Indeks gingiva, indeks plak, dan sistem indeks retensi. J periodontal 1967 ; 38.610(suppl)

3.4.4 Indeks Periodontal

Pada awal tahun 1950, diketahui bahwa penyakit gingivitis paling banyak terjadi namun tidak ada indeks yang dapat mengukur tahap yang lebih dari gingivitis, oleh karena itu Russel AL kemudian memperkenalkan indeks periodontal.


(36)

Tabel 6 : Skor Indeks Periodontal9

Skor Kriteria 0 Negatif. Tidak terlihat inflamasi pada gingiva mahupun kehilangan

fungsi akibat destruksi struktur periodontal pendukung.

1 Gingivitis Ringan. Terlihat daerah inflamasi ringan pada daerah gingiva bebas, tapi perluasannya tidak sampai mengelilingi gigi. 2 Gingivitis. Inflamasi telah meluas mengelilingi gigi, tapi perlekatan

epitel belum mengalami kerusakan.

6 Gingivitis dengan pembentukan saku. Perlekatan epitel telah mengalami destruksi dan terjadi pembentukan saku absolute/ periodontal. Tidak ada hambatan pada fungsi pengunyahan; gigi masih ketat dan tidak bergeser posisinya.

8 Destruksi lanjut disertai kehilangan fungsi pengunyahan. Gigi bisa goyah, bisa drifting, pada perkusi tidak berbunyi nyaring atau dapat di depresikan kedalam poket.

Modifikasi dari Russel AL : Sebuah sistem klasifikasi dan penilaian untuk survei prevalensi penyakit periodontal. I Dent Res 1954; 35(3) 350.

3.4.5 Indeks Pendarahan Papila Gingiva Dimodifikasi

Perdarahan gingiva dicatat dengan menggunakan indeks perdarahan papila dan gingiva (P.B.I.) dari Saxer dan Muhlemann dengan kriteria sebagai berikut:


(37)

 

Tabel 7 : Skor Indeks Pendarahan Papila Gingiva Dimodifikasi9

0 = Tidak ada perdarahan 1 = Perdarahan berupa titik kecil

2 = Perdarahan berupa titik yang besar atau berupa ganas 3 = Perdarahan menggenang di interdental

Dari Lobene RR, Wheatherfor T, Ross NM, et al: Modifikasi gingiva indeks untuk digunakan dalam uji klinis. Clint Prevent Dent 1986; 8(1): 3

3.5 Alat dan Bahan 3.5.1 Alat Penelitian

1. Prob Periodontal 2. Kaca Mulut 3. Pinset 4. Senter 5. Sonde

3.5.2 Bahan Penelitian 1. Handscoon disposable 2. Masker

3. Kapas merk swallow 4. Alkohol 70%


(38)

3.6 Prosedur Penelitian

1. Pemilihan sampel dilakukan dengan wawancara langsung dan subjek penelitian di harapkan mengisi data diri. Kemudian akan diberi kuesioner yang mencakup identitas umum pasien, kondisi kesehatan umum pasien, tingkat pengetahuan pasien, lama masa menopause dan kebiasaan merawat gigi serta gaya hidup.

2. Sampel yang dipilih haruslah memenuhi syarat inklusi dan dilakukan pemeriksaan intraoral dengan pencahayaan dari senter. Pemeriksaan intraoral pada subjek di lakukan dengan kaca mulut, sonde, dan prob periodontal.

3. Pemeriksaan intraoral yang dilakukan pada penelitian bertujuan untuk mendapatkan status periodontal pasien dengan cara memeriksa pendarahan gingiva, meraba kalkulus dan mengukur kedalaman saku. Guna status periodontal ini adalah untuk mengukur tingkat keparahan periodontal pasien tersebut. Skor tersebut kemudiannya diisi pada tabel oleh mahasiswa peneliti.


(39)

 

Skema Alur Penelitian

3.7 Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan program SPSS versi 17. Untuk memperlihatkan hubungan antara keparahan periodontal dengan perempuan menopause. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Signifikasi statistik diperoleh jika nilai P < 0,005.

Meminta kesediaan sampel untuk mengikuti penelitian dengan memberikan lembar persetujuan Memilih sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi

Memberikan pertanyaan-pertanyaan melalui kuesioner

Melakukan pemeriksaan klinis dengan menggunakan indeks-indeks yang telah ditetapkan

Pencatatan hasil pemeriksaan Pengolahan data


(40)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Panti Jompo Binjai dengan sampel penelitian sebanyak 67 orang terdiri dari perempuan yang telah mengalami masa menopause. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2011.

Tabel 8 : Deskriktif sampel

Variabel Jumlah Tingkat Pendidikan

-SD Kebawah -SMP

-SMA Keatas

32 Orang (47.76 %) 19 Orang (28.36 %) 16 Orang (23.88 %)

Tingkat Ekonomi

-Mampu (Dana dari keluarga) -Kurang mampu (Tidak ada dana)

44 Orang (65.67 %) 23 Orang (34.33 %) Frekuensi Menyikat Gigi

-1 Kali Sehari -2 Kali Sehari -3 Kali Sehari

37 Orang (55.22 %) 22 Orang (32.84 %) 8 Orang (11.94 %)


(41)

 

Perokok -Ya -Tidak

4 Orang (5.98 %) 63 Orang (94.02 %) Riwayat Penyakit Sistemik (D.M dan

sebagainya) -Ada -Tidak

27 Orang (40.30 %) 44 Orang (59.70 %)

Jumlah Kehilangan Gigi 5-10 Gigi

11-15 Gigi 16-20 Gigi 21 Gigi keatas

12 Orang (17.91 %) 21 Orang (31.34 %) 29 Orang (43.28 %) 5 Orang (7.46 %)

Penelitian (Tabel 8) di atas menunjukkan hasil pemeriksaan menyeluruh terhadap perempuan yang menetap di Panti Jompo Binjai dalam aspek tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, frekuensi menyikat gigi, kebiasaan merokok dan riwayat penyakit sistemik.

Untuk tingkat pendidikan sampai dengan SD adalah paling banyak yaitu dengan 32 orang responden dan pada SMP dengan kedua paling banyak yaitu dengan 19 responden. Untuk tingkat SMA pula, pemeriksaan menunjukkan hanya 16 orang responden sahaja yang tamat SMA dan keatas.


(42)

Untuk tingkat ekonomi pula, peneliti mengelompokkan para responden dengan 2 kelompok saja yaitu mampu dan kurang mampu. Untuk kelompok mampu, peneliti menetapkan standar dimana responden yang bisa dibilang mampu adalah responden yang mempunyai sumber kewangan yang kukuh seperti uang pensiun atau kiriman dari anak-anak atau keluarga. Untuk kelompok yang kurang mampu adalah responden yang hanya mengharapkan makan minum sehari-hari dari pihak Panti Jompo sahaja dan hanya sesekali mendapat kiriman dari keluarga atau anak-anak dalam satu jangka masa lama. Disini dapat dilihat responden yang mampu adalah 44 orang dan yang kurang mampu adalah 23 orang sahaja.

Selain itu, pemeriksaan juga dilakukan untuk mengetahui frekuensi responden menyikat gigi dalam sehari. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak responden hanya menyikat gigi satu kali sahaja dalam satu hari yaitu dengan jumlah 37 orang. Pemeriksaan juga mencatatkan sebanyak 22 orang dengan frekuensi menyikat gigi 2 kali dalam satu hari dan hanya 8 orang saja dengan frekuensi menyikat gigi tiga kali sehari.

Bagi pemeriksaan terhadap perokok pula, didapati hanya 4 orang responden yang perokok dan selebihnya sebanyak 63 orang responden adalah bukan perokok. Manakala bagi pemeriksaan terhadap penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, jantung dan sebagainya, hanya 27 orang mempunyai riwayat penyakit sistemik dan 40 orang lagi responden tiada riwayat penyakit tersebut.


(43)

 

Pemeriksaan turut dijalankan dalam aspek jumlah kehilangan gigi terbanyak dengan kehilangan 16 hingga 20 gigi yaitu seramai 29 orang responden dan pada kelompok kehilangan 11 hingga 15 gigi adalah seramai 21 orang responden. Bagi kehilangan 5 hingga 10 gigi pula terdapat 12 orang responden dan hanya 5 orang responden yang kehilangan 21 gigi ke atas.

Tabel 9: Data umur responden bagi perempuan menopause di Panti Jompo Binjai

Umur Jumlah (N) %

< 70 Tahun 23 34,3

70 – 80 Tahun 37 55,2

>80 Tahun 7 10,4

Total 67 100,0

Tabel 10: Data Lama Menopause bagi Perempuan yang menetap di Panti Jompo Binjai

Lama Menopause Jumlah (N) %

< 20 Tahun 14 20,9

20 Tahun ke atas 53 79,1


(44)

Umur dan lama menopause sering dikaitkan dalam menentukan tingkat keparahan periodontal pada rongga mulut para responden.

Pada kelompok responden yang berumur lebih tua dan telah lama mengalami masa menopause diatas 20 tahun mempunyai tingkat keparahan periodontal yang lebih parah iaitu 79% dari keseluruhan 67 responden. Ini berbeda dengan kelompok responden yang berumur lebih muda dan mempunyai lama masa menopause lebih singkat iaitu di bawah 20 tahun. Pada kelompok ini, hanya 20,9% sahaja yang mempunyai tingkat keparahan periodontal yang boleh dikategorikan parah. Hal ini di pengaruhi dengan rendahnya tingkat kesadaran para responden dalam menjaga kebersihan rongga mulut terutama bagi golongan yang lebih tua dan telah lama mengalami masa menopause. Sebagai contoh, terdapat responden yang sama sekali tidak pernah mengambil tahu untuk menyikat gigi dalam kehidupan seharian kerana kurangnya kesadaran dalam diri responden.

Tingkat keparahan periodontal pada perempuan menopause juga bertambah seiring meningkatnya usia kerana secara teorinya setiap perempuan yang memasuki masa menopause akan mengalami gangguan hormon sehingga memberi kesan terhadap keadaan rongga mulutnya.


(45)

 

Tabel 11: Data Deskriktif Indeks bagi Keparahan Periodontal Perempuan Menopause di Panti Jompo Binjai

Indeks Mean SD

Gingiva 2,227 0,4568 Periodontal 3,694 1,4744

Higiene Oral 3,434 1,5372

Pendarahan Papila 2,164 0,5095

Plak 2,19 0,513

Hasil penelitian (Tabel 11) menunjukkan skor bagi 5 indeks yang dipakai semasa pemeriksaan dalam menentukan keparahan periodontal pada responden.

Pada pemeriksaan Indeks gingiva menunjukkan skor rata-rata 2,227 dengan deviasi rata-rata 0,4568 dimana tingkat keradangan adalah sedang. Bagi pemeriksaan Indeks Periodontal pula menunjukkan skor rata-rata 3,694 dengan deviasi rata-rata 1,4744. Sementara itu, bagi pemeriksaan pada Indeks Higiene Oral pula menunjukkan skor rata-rata 3,434 dengan deviasi rata-rata 1,5372 dimana tingkat keparahan dikelompokkan ke dalam kategori parah. Untuk pemeriksaan Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi pula menunjukkan skor rata-rata 2,164 dengan deviasi rata-0,5075. Indeks terakhir yang di pakai dalam pemeriksaan ini adalah Indeks Plak dimana skor rata-rata adalah 2,19 dengan deviasi rata-rata 0,513.

Dari pemeriksaan yang dilakukan, kebanyakan skor responden berada pada tingkat sedang hingga ke tingkat parah terutama pada responden yang telah lanjut


(46)

usia dan sudah lama mengalami masa menopause. Hasil menunjukkan terjadinya keparahan periodontal pada responden yang lanjut usia dan telah lama mengalami masa menopause.

Tabel 12: Hasil pemeriksaan Indeks Gingiva bagi Perempuan Menopause di Panti Jompo Binjai

Skor Indeks Gingiva Jumlah (N) %

Ringan 16 23,9 Sedang 51 76,1 Berat 0 0 Total 67 100,0

Hasil penelitian menunjukkan (Tabel 12) bahwa perempuan menopause dengan indeks gingiva ringan adalah 23,9% dan pada tingkat keparahan sedang adalah 76,1%. Bagi tingkat keparahan berat pula tiada skor dicatatkan.

Tabel 13: Hasil pemeriksaan Indeks Periodontal bagi Perempuan Menopause di Panti Jompo Binjai

Skor Indeks Periodontal Jumlah (N) %

Ringan 5 7,5

Sedang 59 88,1

Berat 3 4,5


(47)

 

Bagi pemeriksaan pada Indeks Periodontal (Tabel 13), responden yang berada pada tahap ringan adalah sebanyak 7,5% dan pada tahap keparahan sedang pula adalah yang paling banyak iaitu 88,1%. Untuk tingkat keparahan berat pula adalah paling sedikit dengan 4,5% dicatatkan.

Tabel 14: Hasil pemeriksaan Indeks Higiene Oral bagi Perempuan Menopause di Panti Jompo Binjai

Skor Indeks Higiene Oral Jumlah (N) %

Ringan 3 4,5

Sedang 27 40,3

Parah 37 55,2

Total 67 100,0

Pada pemeriksaan untuk kebersihan mulut (Tabel 14), sedikitnya dicatatkan hanya 4,5% dengan tingkat kebersihan mulut paling ringan dan 55,2% dicatatkan dengan tingkat keparahan paling parah. Bagi tingkat keparahan sedang pula, terdapat 40,3% dicatatkan dari keseluruhan 67 orang responden.


(48)

Tabel 15: Hasil pemeriksaan Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi bagi Perempuan Menopause di Panti Jompo Binjai

Skor Indeks Pendarahan

Papila Dimodifikasi Jumlah (N) %

Ringan 25 37,3

Sedang 41 61,2

Berat 1 1,5

Total 67 100,0

Dari 67 responden yang diperiksa melalui Indeks Pendarahan Papila Dimodofikasi (Tabel 15), dicatatkan terdapat 3,73% dengan tingkat keparahan paling ringan dan 61,2% dengan tingkat keparahan sedang. Tingkat keparahan paling parah pula menunjukkan 1,5% dicatatkan dari keseluruhan responden.

Tabel 16: Hasil pemeriksaan Indeks Plak bagi Perempuan Menopause di Panti Jompo Binjai

Skor Indeks Plak Jumlah (N) %

Ringan 4 6,0

Sedang 42 62,7

Berat 21 31,3


(49)

 

Pada (Tabel 16) pemeriksaan Indeks Plak, terdapat 6,0% dicatatkan dengan tingkat keparahan ringan dan 62,7% dengan tingkat keparahan sedang. Bagi keparahan sedang pula dicatatkan 31,3% dari keseluruhan responden.

Tabel 17: Hasil Analisis Uji T Independent dari Variabel Keparahan Periodontal dengan Lama Menopause pada responden di Panti Jompo Binjai

Variabel

Lama Menopause

P <20 Tahun >20 Tahun

Indeks Gingiva 1,593±0,38 2,394±0,30 0.000 Indeks Periondontal 2,036±0,567 4,132±1,32 0.000

OHIS 1,579±0,51 3,925±1,327 0.000

Indeks Plak 1,48±0,239 2,37±0,386 0.000 Indeks Pendarahan Papila

Dimodofikasi

1,529±0,261 2,332±0,418 0.000

* terdapat perbedaan yang signifikan pada p<0,005 (Ho ditolak)

Hasil uji statistik yang dilakukan dengan Uji T Independent (Tabel 17) dengan nilai (p < 0,005) iaitu 0.000, maka Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara keparahan periodontal dan lama masa menopause.


(50)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian terhadap keparahan periodontal pada perempuan menopause di Panti Jompo Binjai bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara keparahan periodontal dengan lama masa perempuan menopause.

Pada teori menopause yang di kemukakan, dapat kita ketahui adanya perubahan fisiologis dalam tubuh berkaitan dengan defisiensi estrogen, termasuk pada jaringan rongga mulut sehingga bisa memberi dampak pada keparahan periodontal seorang perempuan yang mengalami menopause.3 Selain itu, usia juga berperan dalam menentukan keparahan periodontal pada perempuan menopause.

Hasil penelitian menunjukkan, keparahan periodontal pada perempuan yang telah lama mengalami masa menopause lebih parah jika di bandingkan dengan perempuan yang baru mengalami masa menopause.4 Ini kerana pada kebanyakan perempuan yang telah lama mengalami masa menopause seiring bertambahnya usia semakin kurang kesadaran untuk menjaga kebersihan rongga mulut sehingga bisa memperparah kesehatan periodontalnya. Selain itu juga, kebanyakan para responden yang telah lanjut usia sudah tidak bisa untuk mengurus diri sendiri sendiri sehingga kesehatan rongga mulut turut terabai dan seterusnya memicu bertambah parahnya periodontal responden.

Keadaan ini berbeda dengan responden yang masih belum lama mengalami masa menopause dimana para responden ini kebanyakannya masih mempunyai


(51)

 

motivasi yang lebih baik untuk sekurang-kurangnya menyikat gigi sehingga tahap keparahan periodontal lebih baik dibandingkan dengan dengan yang telah lama mengalami masa menopause.7

Dalam penelitian ini, peneliti tidak mengelompokkan responden yang tidak mempunyai gigi ke dalam kelompok untuk dilakukan pemeriksaan dalam menentukan keparahan periodontal. Hal ini kerana ianya tidak dapat dijalankan pemeriksaan bagi kesemua indeks yang dipakai sebagai patokan keparahan periodontal terhadap responden tersebut.

Akibat dari bertambahnya usia dan lama menopause, keadaan rongga mulut kebanyakan responden dalam keadaan parah dengan terlihat jelas penumpukan sisa makanan sehingga memudahkan terbentuknya plak dan kalkulus. Ini di tambah dengan kurangnya kesadaran dari responden untuk menyikat gigi selepas makan. Selain itu juga, faktor terhentinya estrogen yang juga memicu jumlah bakteri dan erosi pada gigi yang merujuk pada produksi air liur yang berkurang sehingga menimbulkan beberapa sebab iaitu mulut terasa kering, lidah seperti terbakar (oral cancerphobia), ada rasa aneh dalam mulut (seperti rasa besi), lidah gatal-gatal dan sering sariawan.

Nyeri gusi saat menopause atau menopausal gingivostomatitis ditandai dengan warna gusi lebih pucat, licin, sakit dan mudah bedarah. Selain itu, kurangnya penyangga gigi yang baik membuat gigi mudah goyah. Ini dikarenakan seiring bertambahnya usia membuat kepadatan tulang semakin berkurang, termasuk tulang


(52)

rahang dan tulang penyangga gigi.5 Dengan semua ini, keparahan periodontal akan menjadi lebih buruk jika tidak mendapat perhatian khusus dari responden untuk menjaga kesehatan rongga mulut agar keparahan periodontal tidak parah dalam usia yang lanjut.

Pengontrolan terhadap keparahan periodontal pada perempuan menopause bisa dipertingkatkan dengan menambah pelayanan kesehatan dan gaya hidup yang sehat serta kesadaran tentang cara-cara penjagaan kesehatan rongga mulut. Namun begitu, tingkat kesadaran masyarakat umum tentang cara-cara penjagaan kesehatan serta pelayanan kesehatan di Indonesia masih belum mencapai tahap optimum karena di batasi oleh dana, tenaga kesehata, alat-alat kesehatan serta obat-obatan yang tidak mencukupi dan masih belum dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Hal Ini setidaknya akan dapat membantu para perempuan yang mengalami menopause untuk dapat mempertahankan kesehatan periodontalnya dengan tingkat lebih baik walaupon sudah memasuki saat lanjut usia dan proses menopause yang telah lama.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara umumnya terdapat hubungan antara keparahan periodontal dengan lama masa menopause pada responden-responden penelitian.


(53)

 

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Hasil penelitian tingkat keparahan periodontal pada perempuan menopause di Panti Jompo Binjai dapat disimpulkan bahwa terdapat tingkat keparahan periodontal yang berbeda pada setiap kelompok umur dan lama masa menopause dimana keparahan periodontal lebih parah pada responden yang lanjut usia dan telah lama mengalami masa menopause. Dengan itu, dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan (p<0,005) pada keparahan periodontal wanita menopause.

6.2Saran

Perlu dilakukan lebih lanjut untuk mengetahui tindakan apa saja perlu dilakukan untuk mengatasi masalah keparahan periodontal pada perempuan menopause.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Profil kesehatan Indonesia 2001- Menuju Indonesia sehat 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2002: 40.

2. Preckshot J. Women’s oral health: Is there a hormonal link? Int J Pharm Com 2004; 8: 10- 4.

3. Corgel JO. Periodontal therapy in the female patient (Puberty, Menses, Pregnancy, and Menopause). In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. Carranza’s clinical periodontology. 10th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier , 2006: 636-49.

4. Valimaa H, Savolainen S, Soukka T, Silvoniemi P, Makela S, Kujari H, et al. Estrogen reseptor-beta is the predominant estrogen reseptor subtype in human oral epithelium and salivary glands. J endocrinal 2004; 80(1): 55-62.

5. Jonsson D, Anderson G, Ekblad E, Liang M, Bratthall G, Nilsson B-O, Immunocytochemical demonstration of estrogen receptor in human periodontal ligament cells. Arch Oral Biol 2004; 49:85-8.

6. Payne JB , Zachs NR, Reinhardt, Nummikoski, Patil K. The association between estrogen status and alveolar bone density changes in post-menopausal women with a history of periodontitis. J Periodontal 1997; 68: 24-31.

7. Mascarenhas P, Gapski R, Al-Shammari K, Wang H-L. Influence of sex hormone on the periodontium. J Clin Periodontal 2003; 30: 671-81.


(55)

 

8. Arina YMD. Perbedaan status periodontal wanita menopause dan belum menopause, Spirulina 2008; 3(1): 39-46.

9. Spolsky VW. Epidemiology of gingival and periodontal diseases, in: Carranza FA Jr and Newman G (eds), Clinical Periodontology , 8 th edition, Philadelphia, WB Saunders Co., 1996, p: 61-81.


(1)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian terhadap keparahan periodontal pada perempuan menopause di Panti Jompo Binjai bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara keparahan periodontal dengan lama masa perempuan menopause.

Pada teori menopause yang di kemukakan, dapat kita ketahui adanya perubahan fisiologis dalam tubuh berkaitan dengan defisiensi estrogen, termasuk pada jaringan rongga mulut sehingga bisa memberi dampak pada keparahan periodontal seorang perempuan yang mengalami menopause.3 Selain itu, usia juga berperan dalam menentukan keparahan periodontal pada perempuan menopause.

Hasil penelitian menunjukkan, keparahan periodontal pada perempuan yang telah lama mengalami masa menopause lebih parah jika di bandingkan dengan perempuan yang baru mengalami masa menopause.4 Ini kerana pada kebanyakan perempuan yang telah lama mengalami masa menopause seiring bertambahnya usia semakin kurang kesadaran untuk menjaga kebersihan rongga mulut sehingga bisa memperparah kesehatan periodontalnya. Selain itu juga, kebanyakan para responden yang telah lanjut usia sudah tidak bisa untuk mengurus diri sendiri sendiri sehingga kesehatan rongga mulut turut terabai dan seterusnya memicu bertambah parahnya periodontal responden.

Keadaan ini berbeda dengan responden yang masih belum lama mengalami masa menopause dimana para responden ini kebanyakannya masih mempunyai


(2)

motivasi yang lebih baik untuk sekurang-kurangnya menyikat gigi sehingga tahap keparahan periodontal lebih baik dibandingkan dengan dengan yang telah lama mengalami masa menopause.7

Dalam penelitian ini, peneliti tidak mengelompokkan responden yang tidak mempunyai gigi ke dalam kelompok untuk dilakukan pemeriksaan dalam menentukan keparahan periodontal. Hal ini kerana ianya tidak dapat dijalankan pemeriksaan bagi kesemua indeks yang dipakai sebagai patokan keparahan periodontal terhadap responden tersebut.

Akibat dari bertambahnya usia dan lama menopause, keadaan rongga mulut kebanyakan responden dalam keadaan parah dengan terlihat jelas penumpukan sisa makanan sehingga memudahkan terbentuknya plak dan kalkulus. Ini di tambah dengan kurangnya kesadaran dari responden untuk menyikat gigi selepas makan. Selain itu juga, faktor terhentinya estrogen yang juga memicu jumlah bakteri dan erosi pada gigi yang merujuk pada produksi air liur yang berkurang sehingga menimbulkan beberapa sebab iaitu mulut terasa kering, lidah seperti terbakar (oral cancerphobia), ada rasa aneh dalam mulut (seperti rasa besi), lidah gatal-gatal dan sering sariawan.

Nyeri gusi saat menopause atau menopausal gingivostomatitis ditandai dengan warna gusi lebih pucat, licin, sakit dan mudah bedarah. Selain itu, kurangnya penyangga gigi yang baik membuat gigi mudah goyah. Ini dikarenakan seiring bertambahnya usia membuat kepadatan tulang semakin berkurang, termasuk tulang


(3)

rahang dan tulang penyangga gigi.5 Dengan semua ini, keparahan periodontal akan menjadi lebih buruk jika tidak mendapat perhatian khusus dari responden untuk menjaga kesehatan rongga mulut agar keparahan periodontal tidak parah dalam usia yang lanjut.

Pengontrolan terhadap keparahan periodontal pada perempuan menopause bisa dipertingkatkan dengan menambah pelayanan kesehatan dan gaya hidup yang sehat serta kesadaran tentang cara-cara penjagaan kesehatan rongga mulut. Namun begitu, tingkat kesadaran masyarakat umum tentang cara-cara penjagaan kesehatan serta pelayanan kesehatan di Indonesia masih belum mencapai tahap optimum karena di batasi oleh dana, tenaga kesehata, alat-alat kesehatan serta obat-obatan yang tidak mencukupi dan masih belum dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Hal Ini setidaknya akan dapat membantu para perempuan yang mengalami menopause untuk dapat mempertahankan kesehatan periodontalnya dengan tingkat lebih baik walaupon sudah memasuki saat lanjut usia dan proses menopause yang telah lama.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara umumnya terdapat hubungan antara keparahan periodontal dengan lama masa menopause pada responden-responden penelitian.


(4)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Hasil penelitian tingkat keparahan periodontal pada perempuan menopause di Panti Jompo Binjai dapat disimpulkan bahwa terdapat tingkat keparahan periodontal yang berbeda pada setiap kelompok umur dan lama masa menopause dimana keparahan periodontal lebih parah pada responden yang lanjut usia dan telah lama mengalami masa menopause. Dengan itu, dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan (p<0,005) pada keparahan periodontal wanita menopause.

6.2Saran

Perlu dilakukan lebih lanjut untuk mengetahui tindakan apa saja perlu dilakukan untuk mengatasi masalah keparahan periodontal pada perempuan menopause.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Profil kesehatan Indonesia 2001- Menuju Indonesia sehat 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2002: 40.

2. Preckshot J. Women’s oral health: Is there a hormonal link? Int J Pharm Com 2004; 8: 10- 4.

3. Corgel JO. Periodontal therapy in the female patient (Puberty, Menses, Pregnancy, and Menopause). In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. Carranza’s clinical periodontology. 10th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier , 2006: 636-49.

4. Valimaa H, Savolainen S, Soukka T, Silvoniemi P, Makela S, Kujari H, et al. Estrogen reseptor-beta is the predominant estrogen reseptor subtype in human oral epithelium and salivary glands. J endocrinal 2004; 80(1): 55-62.

5. Jonsson D, Anderson G, Ekblad E, Liang M, Bratthall G, Nilsson B-O, Immunocytochemical demonstration of estrogen receptor in human periodontal ligament cells. Arch Oral Biol 2004; 49:85-8.

6. Payne JB , Zachs NR, Reinhardt, Nummikoski, Patil K. The association between estrogen status and alveolar bone density changes in post-menopausal women with a history of periodontitis. J Periodontal 1997; 68: 24-31.

7. Mascarenhas P, Gapski R, Al-Shammari K, Wang H-L. Influence of sex hormone on the periodontium. J Clin Periodontal 2003; 30: 671-81.


(6)

8. Arina YMD. Perbedaan status periodontal wanita menopause dan belum menopause, Spirulina 2008; 3(1): 39-46.

9. Spolsky VW. Epidemiology of gingival and periodontal diseases, in: Carranza FA Jr and Newman G (eds), Clinical Periodontology , 8 th edition, Philadelphia, WB Saunders Co., 1996, p: 61-81.