26
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional klinis dengan rancangan cross-sectional study yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol hanya diobservasi
satu kali tanpa diberi perlakuan dan variebel-variebel diukur menurut keadaan dan status sewaktu diobservasi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat
Panti Jompo Binjai. 3.2.2
Waktu
Agustus 2011 – September 2011
3.3 Populasi dan Besar Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah perempuan menopause yang menetap di Panti
Jompo Binjai. 3.3.2
Sampel
Sampel yang diambil adalah perempuan yang sudah mengalami masa menopause yang memenuhi kriteria inklusi.
Universitas Sumatera Utara
27
Kriteria inklusi : 1.
Perempuan yang mengalami menopause yang sudah tidak mendapatkan menstruasi selama 12 bulan berturut-turut tidak mendapatkan estrogen
pengganti. Kriteria Eksklusi :
1. Perokok. 2. Mempunyai riwayat penyakit sistemik
3. Responden yang membutuhkan antibiotik profilaksis 4. Kanker dan pasien menjalani pengobatan steroid jangka panjang.
5. Responden yang mengambil hormon pengganti estrogen
3.3.3 Besar Sampel
Semua perempuan yang mengalami menopause di Panti Jompo Binjai dijadikan sebagai sampel.
3.4 Definisi Operational
Penyakit periodontal merupakan suatu kondisi peradangan atau inflamasi Jaringan periodontal periodonsium yang disebabkan oleh bakteri. Perempuan
menopause adalah perempuan yang sudah tidak mendapatkan menstruasi selama 12 bulan berturut – turut. Untuk menentukan keparahan periodontal, digunakan :
Universitas Sumatera Utara
28
3.4.1 Indeks Gingiva
Digunakan untuk melihat keradangan pada gingiva dengan menggunakan pengukuran dilakukan pada empat area pada tiap gingival unit sisi bukal yang
meliputi mesial, mid, distal, dan sisi lingual, kemudian skor yang didapat dijumlah dan dibagi 4.
Untuk pemeriksaan klinis probe masuk kira-kira sedalam 1±2 mm dari margin gingival dengan tekanan aksial sedang dan dijalankan dari interproksimal ke
interproksimal sepanjang aspek bukal dan lingual gigi dengan skor sebagai berikut:
Tabel 1 : Skor Indeks Gingiva
3
0 = tidak ada keradangan pada gingiva 1 = keradangan ringan pada gingiva, sedikit perubahan pada warna dan tekstur,
tidak ada perdarahan pada 2 = keradangan sedang pada gingiva, kemerahan, edema dan mengkilat, ada
perdarahan pada 3 = keradangan parah pada gingiva, tanda kemerahan, edema dan
ulserasi.Cenderung terjadi perdarahan spontan.
Dari Loe H : Indeks gingiva, indeks plak, dan sistem indeks retensi. J periodontal 1967 ; 38.610suppl
Universitas Sumatera Utara
29
3.4.2 Indeks Plak
Diukur pada 4 permukaan tiap gigi sisi bukal yang meliputi mesial, mid, distal, dan sisi lingual.Semua skor dijumlah dan dibagi dengan jumlah permukaan
yang diperiksa. Skor sebagai berikut:
Tabel 2 : Skor Indeks Plak
9
0 = tidak ada plak pada gingiva, dites dengan menggeser Probe sepanjang permukaan
gigi
1 = tidak ada plak yang bisa diamati dengan mata telanjang, tetapi plak tampak pada ujung probe setelah probe digerakkan sepanjang permukaan gigi
2 = gingiva ditutupi dengan selapis tipis plak sampai sedang yang tampak dengan mata telanjang
3 = penumpukan yang banyak dari deposit lunak didalam saku gingiva danatau tepi gingiva ada permukaan gigi yang berbatasan.
Dari Loe H : Indeks gingiva, indeks plak, dan sistem indeks retensi. J periodontal 1967 ; 38.610suppl
3.4.3 Indeks Higiene Oral
Indeks Higiene Oral merupakan salah satu indeks yang populer digunakan untuk menentukan status kebersihan mulut pada penelitian epidemiologis. Indeks ini
bertujuan mengukur permukaan gigi yang ditutupi oleh debris dan kalkulus. Indeks ini terdiri dari dua komponen yaitu Indeks Debris dan Indeks Kalkulus.
Pemeriksaan dilakukan pada enam gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46
Universitas Sumatera Utara
30
permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada maka diganti dengan gigi 21 dan sebaliknya.
Alat yang digunakan adalah kaca mulut dan sonde. Setiap permukaan gigi dibagi secara horizontal atas sepertiga gingiva, sepertiga tengah dan sepertiga insisal.
Untuk mengukur skor indeks debris, sonde ditempatkan pada sepertiga insisal permukaan gigi lalu digerakkan kearah sepertiga gingiva dan skor diberikan sesuai
dengan kriteria berikut ini :
Tabel 3 : Skor Indeks Debris
9
0 = Tidak ada debris stein. 1 = Debris lunak menutupi tidak lebih dari 13 permukaan gigi atau adanya stein
ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut. 2
= Debris lunak menutupi lebih dari 13 tapi kurang dari 23 permukaan gigi. 3
= Debris lunak menutupi lebih dari 23 permukaan gigi.
Dari Loe H : Indeks gingiva, indeks plak, dan sistem indeks retensi. J periodontal 1967 ; 38.610suppl
Tabel 4 : Skor Indeks Kalkulus
9
0 : Tidak ada kalkulus. 1 : Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 13 permukaan gigi.
2 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 13 dan tidak lebih dari 23 permukaan gigi atau adanya kalkulus subgingiva di daerah servikal gigi atau keduanya.
3 : Kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 23 permukaan gigi atau kalkulus subgingiva yang melingkari servikal gigi.
Dari Loe H : Indeks gingiva, indeks plak, dan sistem indeks retensi. J periodontal 1967 ; 38.610suppl
Universitas Sumatera Utara
31
Skor akhir indeks debris dan kalkulus individu dihitung dengan membagi jumlah skor indeks debris dan kalkulus dari semua gigi yang diperiksa dengan jumlah
permukaan gigi yang diperiksa. Skor indeks debris dan kalkulus dijumlahkan untuk mendapatkan Skor Higiene Oral. Kemudian skor dimasukkan kedalam tiga kategori
untuk menentukan level Higiene Oral, yaitu:
Tabel 5 : Level Higiene Oral
9
0,0 – 1,2 : baik 1,3 – 3,0 : sedang
3,1 – 6,0 : buruk
Dari Loe H : Indeks gingiva, indeks plak, dan sistem indeks retensi. J periodontal 1967 ; 38.610suppl
3.4.4 Indeks Periodontal
Pada awal tahun 1950, diketahui bahwa penyakit gingivitis paling banyak terjadi namun tidak ada indeks yang dapat mengukur tahap yang lebih dari gingivitis,
oleh karena itu Russel AL kemudian memperkenalkan indeks periodontal.
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 6 : Skor Indeks Periodontal
9
Skor Kriteria
Negatif. Tidak terlihat inflamasi pada gingiva mahupun kehilangan
fungsi akibat destruksi struktur periodontal pendukung. 1
Gingivitis Ringan. Terlihat daerah inflamasi ringan pada daerah
gingiva bebas, tapi perluasannya tidak sampai mengelilingi gigi. 2
Gingivitis. Inflamasi telah meluas mengelilingi gigi, tapi perlekatan
epitel belum mengalami kerusakan. 6
Gingivitis dengan pembentukan saku. Perlekatan epitel telah
mengalami destruksi dan terjadi pembentukan saku absolute periodontal. Tidak ada hambatan pada fungsi pengunyahan; gigi
masih ketat dan tidak bergeser posisinya. 8
Destruksi lanjut disertai kehilangan fungsi pengunyahan. Gigi
bisa goyah, bisa drifting, pada perkusi tidak berbunyi nyaring atau dapat di depresikan kedalam poket.
Modifikasi dari Russel AL : Sebuah sistem klasifikasi dan penilaian untuk survei prevalensi penyakit periodontal. I Dent Res 1954; 353 350.
3.4.5 Indeks Pendarahan Papila Gingiva Dimodifikasi
Perdarahan gingiva dicatat dengan menggunakan indeks perdarahan papila dan gingiva P.B.I. dari Saxer dan Muhlemann dengan kriteria
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 7 : Skor Indeks Pendarahan Papila Gingiva Dimodifikasi
9
0 = Tidak ada perdarahan 1 = Perdarahan berupa titik kecil
2 = Perdarahan berupa titik yang besar atau berupa ganas 3 = Perdarahan menggenang di interdental
Dari Lobene RR, Wheatherfor T, Ross NM, et al: Modifikasi gingiva indeks untuk digunakan dalam uji klinis. Clint Prevent Dent 1986; 81: 3
3.5 Alat dan Bahan
3.5.1 Alat Penelitian 1.
Prob Periodontal 2.
Kaca Mulut 3.
Pinset 4.
Senter 5.
Sonde 3.5.2
Bahan Penelitian 1.
Handscoon disposable 2.
Masker 3.
Kapas merk swallow 4.
Alkohol 70 5.
Betadin
Universitas Sumatera Utara
34
3.6 Prosedur Penelitian
1. Pemilihan sampel dilakukan dengan wawancara langsung dan subjek
penelitian di harapkan mengisi data diri. Kemudian akan diberi kuesioner yang mencakup identitas umum pasien, kondisi kesehatan umum pasien,
tingkat pengetahuan pasien, lama masa menopause dan kebiasaan merawat gigi serta gaya hidup.
2. Sampel yang dipilih haruslah memenuhi syarat inklusi dan dilakukan
pemeriksaan intraoral dengan pencahayaan dari senter. Pemeriksaan intraoral pada subjek di lakukan dengan kaca mulut, sonde, dan prob
periodontal. 3.
Pemeriksaan intraoral yang dilakukan pada penelitian bertujuan untuk mendapatkan status periodontal pasien dengan cara memeriksa
pendarahan gingiva, meraba kalkulus dan mengukur kedalaman saku. Guna status periodontal ini adalah untuk mengukur tingkat keparahan
periodontal pasien tersebut. Skor tersebut kemudiannya diisi pada tabel oleh mahasiswa peneliti.
Universitas Sumatera Utara
35
Skema Alur Penelitian
3.7 Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan program SPSS versi 17. Untuk memperlihatkan hubungan antara keparahan periodontal
dengan perempuan menopause. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95. Signifikasi statistik diperoleh jika nilai P 0,005.
Meminta kesediaan sampel untuk mengikuti penelitian dengan memberikan lembar persetujuan
Memilih sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi
Memberikan pertanyaan-pertanyaan melalui kuesioner
Melakukan pemeriksaan klinis dengan menggunakan indeks-indeks yang telah ditetapkan
Pencatatan hasil pemeriksaan Pengolahan data
Hasil data
Universitas Sumatera Utara
36
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Panti Jompo Binjai dengan sampel penelitian sebanyak 67 orang terdiri dari perempuan yang telah mengalami masa menopause.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2011. Tabel 8 : Deskriktif sampel
Variabel Jumlah
Tingkat Pendidikan -SD Kebawah
-SMP -SMA Keatas
32 Orang 47.76 19 Orang 28.36
16 Orang 23.88
Tingkat Ekonomi -Mampu Dana dari keluarga
-Kurang mampu Tidak ada dana 44 Orang 65.67
23 Orang 34.33 Frekuensi Menyikat Gigi
-1 Kali Sehari -2 Kali Sehari
-3 Kali Sehari 37 Orang 55.22
22 Orang 32.84 8 Orang 11.94
Universitas Sumatera Utara