Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anugerah terindah yang dimiliki Indonesia salah satunya yaitu luas wilayah perairannya yang luasnya tiga kali lipat dari luas daratannya. Indonesia juga didaulat sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Menurut Ikhsan Harahab dalam www.kompasiana.com 2014, dari total luas wilayah Indonesia sebesar 5.180.053 km 2 , luas lautan Indonesia mencapai 3.257.483 km 2 , sedangkan luas daratannya 1.922.570 km 2 . Letak Indonesia yang dapat dikatakan mempunyai letak yang strategis, selain itu Indonesia juga dilintasi oleh garis khatulistiwa semakin menambah deretan keistimewaan negara ini karena berbagai jenis biota laut bisa ditemukan di Indonesia, termasuk spesies ikannya yang lebih dari 3.000 spesies. Jumlah spesies ikan yang beragam dan melimpah, maka Indonesia memiliki potensi dalam perikanan yang cukup besar. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, Sharif C. Sutardjo dalam www.kkp.com pernah mengatakan nilai potensi dan kekayaan alam yang terdapat dari sektor kelautan dan perikanan Indonesia dapat mencapai US 171 miliar pertahun. Artinya, jika dikalikan dalam kurs dolar saat ini Rp. 12.249,-, dana yang dapat diperoleh dari sektor perikanan dan keluatan Indonesia mencapai lebih dari Rp 2.000 triliun rupiah pertahun. Dana yang sangat besar tersebut sangat bermanfaat bila dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur Indonesia. 2 Sumber kekayaan alam yang melimpah itu menjadi berkah untuk rakyat Indonesia khususnya para nelayan di kawasan pesisir. Namun ironisnya kekayaan negeri bahari ini tidak dirasakan oleh seluruh nelayan di Indonesia. Menurut data pada tahun 2014 oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, terdapat kurang lebih 8 Juta nelayan miskin atau 25,14 dari total penduduk miskin di Indonesia. Tentunya dengan jumlah kekayaan bahari yang dimiliki perairan Indonesia, seluruh nelayan di Indonesia dapat menikmati kesejahteraannya. Nelayan merupakan orang yang paling besar yang memanfaatkan sumber- sumber kelautan untuk kelangsungan hidupnya. Nelayan sangatlah bergantung besar pada sumber daya kelautan, dimana nelayan mencari kekayaan yang ada dilaut lalu hasil tersebut dijual untuk keberlangsungan hidup sehari-hari. Nelayan merupakan salah satu bagian dari anggota masyarakat yang mempunyai tingkat kesejahteraan paling rendah. Masyarakat nelayan merupakan masyarakat paling miskin dibanding anggota masyarakat lainnya. Suatu permasalahan pada sebuah Negara Maritim seperti Indonesia bahwa ditengah kekayaan laut yang begitu besar masyarakat nelayan merupakan golongan masyarakat yang paling miskin. Pemandangan yang sering dijumpai di perkampungan nelayan adalah lingkungan hidup yang identik dengan kumuh serta rumah-rumah yang sangat sederhana. Delapan Juta nelayan miskin atau 25,14 dari total penduduk miskin di Indonesia sungguhlah sangat memprihatinkan, fakta tersebut sangatlah berbanding terbalik dengan kekayaan laut di negeri Indonesia yang menganggap nenek moyangnya seorang pelaut terkesan hanya mitos dan menjadi kenangan belaka. 3 Kemiskinan yang membelenggu nelayan di Negara Maritim ini sudah berlangsung lintas generasi dan seakan tidak pernah berhenti seiring dengan perkembangan zaman. Padahal, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP sudah menyiapkan program peningkatan kehidupan nelayan untuk menanggulangi kemiskinan masyarakat pesisir yang tersebar 10.640 desa di Indonesia, dengan alokasi anggaran sebesar Rp 127,823 miliar pada tahun 2011 dan tahun 2012 meningkat menjadi Rp 1,17 triliun. Banyak kebijakan pemerintah yang dianggap masih merugikan nelayan Indonesia, kebijakan-kebijakan tersebut yakni: Permen KP No. 1 tahun 2015 tentang penangkapan lobster, kepiting dan rajungan, Permen KP No. 2 tahun 2015 tentang larangan penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela dan pukat tarik serta Perpres No. 191 tahun 2014 tentang larangan kapal berukuran di atas 30 Grosston GT menggunakan solar bersubsidi. Selain penerapan Permen KP No. 1 tahun 2015 dan Permen KP No. 2 tahun 2015, Menteri Kelautan dan Perikanan juga berencana membatasi aktivitas penangkapan ikan dan eksplorasi di wilayah 0-4 mil dari tepi pantai secara bertahap. Rencananya, wilayah 0-4 mil tersebut akan digunakan untuk pariwisata dan konservasi. Namun akibat dari kebijakan ini akan membunuh para nelayan tradisional atau kecil, dikarenakan kapal nelayan tradisional tidak menggunakan mesin atau berukuran di bawah 5 GT dan hanya mampu beroperasi paling jauh 4 mil. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2012, tercatat jumlah nelayan tangkap di Indonesia mencapai 2,2 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 95 adalah nelayan tradisional. 4 Keluarga nelayan pada umumnya memiliki persoalan yang lebih komplek dibandingkan dengan keluarga pertanian. Keluarga nelayan memiliki siklus khusus dibandingkan keluarga petani. Ciri khusus keluarga nelayan ialah penggunaan wilayah pesisir dan lautan sebagai produksi. Hal ini menjadikan ketidak pastian jam dan hari dalam bekerja. Misal dalam 30 hari nelayan hanya bekerja selama 20 hari, sisa yang 10 hari dapat dikatakan waktu menganggur. Penangkapan ikan di laut pun sangat mengancam resiko atau bahaya yang tinggi, maka dari itu penangkapan hanya dilakukan oleh kaum laki-laki saja. Peralatan yang digunakan dalam proses penangkapan ikan pun harus sesuai dengan situasi dan kondisi. Apabila air laut sedang pasang maka perahu yang digunakan bukanlah perahu yang kecil melainkan perahu yang kokoh yang kuat apabila terkena gelombang ombak yang tinggi. Pada saat tidak sedang musim ikan yang disebabkan kondisi alam yang tidak menentu mengakibatkan pendapatan yang diperoleh sedikit atau tidak sama sekali memperoleh hasil. Hasil yang sedikit dapat mengakibatkan kurangnya pendapatan keluarga nelayan. Masyarakat nelayan lebih sering disebut dengan masyarakat tertinggal dikarenakan masyarakat nelayan tergolong masyarakat termiskin dari kelompok masyarakat lainnya the poorest of the poor. Hal itu disebabkan salah satunya karena tingkat pendidikan di kalangan nelayan sampai saat ini masih tergolong rendah. Pendidikan yang rendah dikalangan nelayan disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari infrastruktur, sumber daya manusia dan kepedulian nelayan akan 5 pentingnya pendidikan. Ketiga faktor itu sangat terkait, sehingga diperlukan penanganan yang intensif dan keberlanjutan. Masa depan kelestarian pengelolaan potensi kelautan kita membutuhkan kearifan dan sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi untuk mengelola dan memanfaatkannya. Menurut Suharto 2005: 40, masalah kemiskinan nelayan merupakan masalah yang bersifat multidimensi sehingga untuk menyelesaikannya diperlukan solusi yang menyeluruh, dan bukan solusi secara parsial. Oleh sebab itu perlu mengetahui akar masalah yang menjadi penyebab terjadinya kemiskinan pada nelayan. Terdapat beberapa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan pada nelayan diantaranya : kebijakan pemerintah yang tidak memihak masyarakat miskin, banyak kebijakan terkait penanggulangan kemiskinan bersifat top down dan selalu menjadikan masyarakat sebagai objek, bukan subjek. Selain kebijakan pemerintah yang mengakibatkan kemiskinan pada nelayan, terdapat berbagai masalah yang menjadi faktor-faktor terjadi kemiskinan pada nelayan. Faktor-faktor tersebut meliputi kondisi alam, tingkat pendidikan nelayan, pola kehidupan nelayan, pemasaran hasil tangkapan dan program pemerintah yang belum memihak nelayan. Kemiskinan dan tekanan-tekanan sosial-ekonomi yang dihadapi oleh keluarga nelayan berakar dari faktor-faktor kompleks yang sangat terkait. Menurut Kusnadi 2002: 5, faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan kedalam faktor alamiah dan non alamiah. Faktor alamiah yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan fluktuasi musim-musim penangkapan ikan dan struktur alamiah sumber daya ekonomi desa. 6 Faktor non alamiah berhubungan dengan keterbatasan teknologi penangkapan ikan, ketimpangan sistem bagi hasil, belum adanya jaminan sosial tenaga kerja, dan lemahnya penguasaan jaringan dalam pemasaran. Sejak dahulu sampai sekarang nelayan telah hidup dalam suatu organisasi kerja secara turun-temurun tidak mengalami perubahan yang berarti. Kategori nelayan juragan kesejahteraannya relatif lebih baik karena menguasai faktor produksi seperti kapal, mesin alat tangkap maupun faktor pendukungnya seperti es, garam dan lainnya. Kategori nelayan yang merupakan mayoritas adalah pekerja atau buruh dari pemilik faktor produksi dan kalau pun mereka mengusahakan sendiri faktor atau alat produksinya masih sangat konvensional, sehingga produktivitasnya tidak berkembang, kelompok inilah yang terus berhadapan dan bergelut dengan kemiskinan. Kondisi dimana belum terpenuhinya kebutuhan pokok, maka kebutuhan- kebutuhan yang lain sulit atau bahkan tidak dapat terpenuhi. Seperti kebutuhan akan pendidikan untuk anak-anaknya. Tidak dapat dipungkiri dengan kondisi kekurangan yang dihadapi keluarga nelayan, sehingga pendidikan untuk anak-anak mereka tidak dihiraukan lagi. Keadaan seperti inilah yang menyebabkan generasi- generasinya tidak mengalami perubahan yang bisa meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pentingnya pendidikan dan keterjamahnya pendidikan untuk nelayan diharapkan nelayan dapat menguasai berbagai teknologi yang berkaitan dengan penangkapan, pengelolaan hasil tangkapan dan pemasaran hasil tangkapan, sehingga kualitas nelayan akan lebih baik. 7 Etos kinerja nelayan memang sangat baik, nelayan identik dengan pekerja yang tangguh dan berani. Nelayan juga selalu mencari celah dalam mendapatkan pekerjaan lain seperti bertani guna memperoleh tambahan penghasilan ketika tidak musim ikan atau tidak bisa melaut untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kekurangan yang sering dihadapi oleh keluarga nelayan menjadikan nelayan harus bisa melakukan suatu teknik atau kegiatan yang disebut juga dengan strategi untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Anggota keluarga lain seperti istri dan anak-anak nelayan juga harus berjuang mencari nafkah dengan melakukan segala pekerjaan yang dapat mendatangkan penghasilan apabila nelayan sedang tidak melaut, nelayan tersebut juga harus bekerja menjadi apa saja di daratan, entah sebagai petani, tukang bangunan, berdagang, dll. Strategi ini dilakukan untuk mendapatkan hasil guna kelangsungan hidup keluargaanya. Akan tetapi sejauh mana peluang-peluang kerja tersebut bisa dilakukan oleh anggota keluarga nelayan sangat ditentukan oleh karakteristik struktur sumber daya ekonomi desa setempat, dikarenakan desa-desa di pesisir pantai struktur sumberdaya ekonominya sangatlah tergantung pada laut. Usaha- usaha lain yang bertumpu pada hasil laut ketika tidak musim ikan pun akan berhenti. Melakukan kegiatan hutang piutang merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh keluarga nelayan. Menghutang adalah salah satu strategi nelayan dalam memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup keluarganya. Menurut Kusnadi 2002: 23, nelayan dapat memobilisasikan seluruh jaringan sosial yang dimilikinya untuk memperoleh sumber daya yang diharapkannya. Jaringan sosial 8 menjadikan nelayan akan lebih mudah dalam memperoleh akses sumber daya seperti uang, barang dan jasa. Keluarga nelayan buruh yang tidak memiliki barang- barang yang berharga, jaringan sosial adalah cara satu-satunya yang harus didayagunakan untuk memperoleh bantuan sumberdaya ekonomi, salah satu contohnya bantuan hutang. Keputusan masyarakat nelayan untuk berhutang bukanlah hal yang umum dikalangan mereka. Bahkan hal seperti itu sudah membudaya di masyarakat nelayan. Apalagi kehidupan nelayan yang sering disebut bergaya hidup konsumtif atau boros ketika memperoleh hasil yang cukup banyak. Ketika penghasilan yang dihasilkan sedikit dan kebutuhan keluarga yang mendesak maka hutang adalah salah satu cara yang tepat digunakan oleh nelayan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bagi masyarakat nelayan, kebudayaan merupakan sistem gagasan atau sistem kognitif yang berfungsi sebagai ”pedoman kehidupan”, referensi pola-pola kelakuan sosial, serta sebagai sarana untuk menginterpretasi dan memaknai berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya Keesing, 1989:68-69. Setiap gagasan dan praktik kebudayaan harus bersifat fungsional dalam kehidupan masyarakat. Jika tidak, kebudayaan itu akan hilang dalam waktu yang tidak lama. Kebudayaan haruslah membantu kemampuan dalam penyesuaian diri individu terhadap lingkungan kehidupannya. Kebudayaan juga membentuk sistem pembagian kerja bagi masyarakat nelayan atau the division of labor by sex. Sistem pembagian kerja merupakan kontruksi sosial dari masyarakat nelayan yang terbentuk sebagai hasil evolutif dari suatu 9 proses dialektika antara manusia, lingkungan, dan kebudayaannya. Sebagai produk budaya, sistem pembagian kerja ini diwariskan secara sosial dari generasi ke generasi. Berdasarkan sistem pembagian kerja pada masyarakat nelayan, pekerjaan- pekerjaan yang terkait dengan ”laut” merupakan ”ranah kaum laki-laki”, sedangkan wilayah ”darat” adalah ranah kerja ”kaum perempuan”. Oleh sebab itu dapat dikatakan di dalam keluarga nelayan miskin, kaum perempuan atau istri nelayan, mengambil peranan yang strategis untuk menjaga keutuhan keluarganya. Modernisasi perikanan yang berdampak serius terhadap proses pemiskinan telah menempatkan kaum perempuan sebagai penanggung jawab utama kelangsungan hidup keluarga nelayan Kusnadi, 2002 :69-83. Jika pemerintah menggagas program-program pemberdayaan untuk mengatasi kemiskinan nelayan, kaum perempuan dapat ditempatkan sebagai subjek pemberdayaan sosial-ekonomi. Upaya ini diharapkan untuk mencapai tujuan pemberdayaan dapat ditempuh secara tepat dan efisien. Strategi yang dilakukan pemerintah maupun pihak swasta sudah pernah dilakukan. Beberapa strategi dilakukan guna peningkatan kesejahteraan nelayan, misalnya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya laut seperti pembuatan garam rakyat, pembatasan alat tangkap ikan, pembatasan zona tangkap ikan, pengaturan izin usaha kepada nelayan-nelayan asing, izin pembudidayaan laut, dan pengaturan sistem pemasaran ikan. Akan tetapi sebaiknya program-program dari pemerintah disesuaikan dengan situasi kondisi daerahnya. 10 Dari uraian-uraian di atas, maka pertanyaan pokok yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana strategi keluarga nelayan dalam mengatasi kemiskinan yang mereka hadapi?”. Untuk menjawab penelitian ini maka aspek- aspek yang hendak dikaji meliputi: bagaimana kondisi kemiskinan pada masyarakat nelayan dan mengidentifikasi strategi-strategi seperti apa yang keluarga nelayan lakukan dalam mengatasi faktor-faktor penyebab kemiskinan tersebut.

B. Identifikasi Masalah