13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembahasan Tentang Nelayan
1. Pengertian Nelayan
Nelayan merupakan suatu jenis dari pekerjaan yang dimana pekerjaannya ialah mencari ikan di laut. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan
www.dkp.com, dalam perstatistikan perikanan perairan umum, nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan operasi penangkapan ikan di perairan umum.
Orang yang melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat penangkapan ikan ke dalam perahu atau kapal motor, mengangkut ikan dari perahu
atau kapal motor, bukan dikategorikan sebagai nelayan. Nelayan ada juga yang berasal dari daerah setempat maupun nelayan perantauan. Nelayan perantauan yang
sering dikenal dengan sebutan nelayan andun. Nelayan terbagi menjadi dua golongan, yaitu nelayan besar atau yang lebih
dikenal dengan nelayan juragan dan nelayan kecil atau nelayan buruh. Nelayan juragan ialah dia yang memiliki dan menguasai alat-alat sedangkan nelayan buruh
tidak memiliki alat-alat tangkapan. Pada proses mencari ikan nelayan juga terbagi menjadi dua kategori yaitu kategori nelayan modern dan nelayan tradisional.
Dikatakan nelayan modern apabila mereka mencari ikan dengan menggunakan kapal mesin dan peralatan yang canggih. Nelayan tradisional hanya menggunakan
kapal yang tidak bermesin dan alat tangkap yang sederhana.
14 Jumlah nelayan modern relatif lebih kecil dibandingkan dengan nelayan
tradisional. Menurut artikel pada Majalah Samudera 2 Januari 2014, 95 nelayan nasional yang masih menggunakan kapal ikan yang tidak bermesin atau kapal
bermesin dibawah 30 GT dengan alat tangkap yang umumnya tradisional kurang efisien, maka mereka sebagian besar menangkap ikan di perairan laut dangkal
kurang dari 12 mil laut yang pada umumnya telah fully exploited atau overfishing. Konsekuensinya, hasil tangkapan ikan per satuan upaya kapal ikan atau alat
tangkap dan pendapatan pun rendah. Perbedaan-perbedaan tersebut membawa implikasi pada tingkat pendapatan dan kemampuan atau kesejahteraan sosial-
ekonomi, baik nelayan besar dan atau nelayan moderen maupun nelayan kecil dan atau nelayan tradisional, biasanya masing-masing merupakan kategori sosial-
ekonomi yang relatif sama dengan orientasi usaha dan perilaku yang berbeda-beda. Menurut Kusnadi 2002:2-4, pada dasarnya penggolongan sosial dalam
masyarakat nelayan dapat ditinjau dari tiga sudut pandang. Yang pertama dari segi penguasaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap perahu, jaring dan
perlengkapan kapal yang lain, struktur masyarakat nelayan juga terbagi kedalam katagori nelayan pemilik alat-alat produksi dan nelayan buruh.
Nelayan buruh tidak memiliki alat-alat produksi. Dalam kegiatan produksi sebuah unit perahu, nelayan buruh hanya menyumbangkan jasa tenaganya
dengan memperoleh hak-hak yang sangat terbatas. Dalam masyarakat pertanian, nelayan buruh identik dengan buruh tani. Secara kuantitatif, jumlah
nelayan buruh disuatu desa nelayan lebih besar dibandingkan dengan nelayan pemilik.
Kedua, ditinjau dari tingkat skala investasi modal usahanya, struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil.
Disebut nelayan besar karena jumlah modal yang diinvestasikan dalam usaha perikanan relatif banyak, sedangkan nelayan kecil justru sebaliknya.
15 Ketiga, dipandang dari tingkat teknologi peralatan tangkap yang digunakan
masyarakat nelayan terbagi kedalam kategori nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan modern menggunakan teknologi penangkapan yang lebih
canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional.
Adanya perbedaan sosial-ekonomi antar nelayan kecil dan besar terbentuklah hubungan antar nelayan. Hubungan antar nelayan tersebut sering disebutkan
dengan hubungan patron dan klien. Patron adalah orang yang berada dalam posisi untuk membantu kliennya. Kuatnya hubungan tersebut merupakan konsekuensi
dari sifat kegiatan penangkapan ikan yang penuh dengan resiko dan ketidak pastian dalam memperoleh hasil tangkapan. Bagi para nelayan menjaga hubungan ikatan
dengan parton merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menjaga keberlangsungan kegiatannya, dikarenakan pola patron dan klien merupakan
institusi jaminan ekonomi. Nelayan akan menjual barang-barang yang bisa dijual kepada patron apabila ketika hasil tangkapan nelayan kurang baik, sehingga
nelayan kekurangan uang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Selain menjual barang yang bisa dijual, terkadang nelayan juga menghutang kepada patron dengan
jaminan ikatan pekerjaan atau hasil tangkapan yang akan dijual kepada patron dengan harga yang lebih rendah dibandingkan hasil tangkapan yang dijual di
pasaran.
2. Nelayan dan Kemiskinan