58
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Kondisi Umum Kehidupan Nelayan
Jumlah masyarakat Desa Parangrtitis yang bermata pencaharian sebagai nelayan tangkap di Pantai Depok sebanyak 93 orang, yang terbagi dari 42 nelayan
juragan dan 51 nelayan buruh. Umur nelayan pantai Depok mulai dari umurv 16 –
65 tahun. Tingkat pendidikan nelayan yang selama ini nelayan dikategorikan sebagai nelayan mempunyai pendidikan rendah, nelayan pantai Depok rata
– rata pendidikannya ialah SMP. Terdapat 46 kelompok nelayan tanggkap yang
mengandalkan pantai untuk keberlangsungan hidupnya beserta keluarganya, sedangkan tercatat sebanyak 49 perahu yang masih dapat beroperasi untuk melaut
dan mendapatkan hasil kekayaan bawah laut. Selain nelayan tanggap terdapat juga buruh dorong perahu atau yang sering disebut dengan nelayan dorong. Tercatat 21
orang yang menjadi buruh dorong di Pantai Depok yang dimana mereka membantu para nelayan setiap akan berlayar dan berlabuh.
Kehidupan sehari-hari mereka sudah dimulai pada pagi hari hingga siang hari. Kegiatan nelayan setelah melaut mereka melakukan kegiatan rutin seperti berbenah
peralatan tangkap dan menjual hasil tangkapanya di pinggir pantai maupun koperasi TPI. Nelayan yang memiliki 2 golongan, yaitu juragan dan buruh, yang mempunyai
perbedaan yaitu: nelayan buruh ialah nelayan yang tidak mempunyai peralatan tangkap seperti kapal dan peralatan tangkap yang lainnya. Nelayan buruh hanya
turut serta dalam proses penangkapan ikan, sedangkan nelayan juragan ialah nelayan yang mempunyai peralatan tangkap seperti kapal, jaring dll, nelayan
59 juragan juga yang mengeluarkan biaya kontribusi untuk bahan bakar, rokok dan
makan bagi para nelayan dalam setiap proses penangkapan ikan. Di dalam sistem pembagiannya nelayan buruh mendapatkan 25 dari total hasil tangkapan,
sedangkan nelayan juragan mendapatkan 50 dari total hasil tangkapan. Pendapatan nelayan yang tidak pasti menurut hasil penelitian di pengaruhi oleh
beberapa faktor seperti faktor alam dan non alam. Penghasilan yang diperoleh nelayan ditentukan oleh faktor-faktor tersebut menjadikan pendapatan nelayan
tidak bisa dipastikan. Pendapatan yang tidak menentu ini menjadikan kurang maksimalnya kebutuhan yang harus dipenuhi oleh rumahtangga nelayan, oleh
karena itu banyak nelayan yang masih belum bisa memenuhi kebutuhan rumahtangganya.
Kehidupan masyarakat nelayan di Pantai Depok, dimana para nelayan berlatar belakang dari wilayah yang beranekaragam sangatlah terjalin kehidupan yang
harmonis, mempunyai jiwa tenggang rasa, dan rasa tolong menolong yang sangat baik dan patut dicontoh. Kegiatan nelayan seperti mencari ikan di laut juga
tergambar jelas bagaimana interaksi saling tolong menolong terhadap sesama nelayan juragan maupun nelayan buruh dan buruh dorong. Interaksi saling tolong
menolong tidak hanya dilakukan oleh komunitas nelayan saja, akan tetapi interaksi sosial nelayan yang terjalin dengan baik digambarkan dengan rasa tolong menolong
antara anggota keluarga nelayan, pedagang-pedagang yang berada di sekitar Pantai Depok, dan masyarakat sekitarnya.
60 Menurut hasil penelitian bahwa semua nelayan tangkap maupun nelayan
dorong di Pantai Depok mengikuti atau terdaftar sebagai anggota KUB Kelompok Usaha Bersama. KUB merupakan wadah dimana kegiatan-kegiatan para nelayan
yang berupaya dalam meningkatkan kesejahteraan para nelayan. KUB juga terbentuk karena peran modal sosial yang dimiliki semua manusia yang ditunjukan
dengan interaksi sosial antar manusia. Interaksi sosial yang terjalin dengan baik khususnya interaksi para nelayan sehingga terbentuklah suatu komunitas atau
kelompok yang dibentuk oleh nelayan itu sendiri. Kelompok yang ada sangatlah membantu kegiatan bahkan kesejahteraan masyarakat nelayan. Kelompok nelayan
yang sering disebut dengan KUB juga merupakan mitra kerja yang dapat membantu usaha-usaha yang dilakukan oleh nelayan. Sehingga nelayan sangatlah terbantu
dengan adanya KUB yang ada. Kesejahteraan masyarakat nelayan yang dirasa sangatlah kurang dikarenakan
persoalan-persoalan keluarga nelayan yang kompleks menjadikan nelayan harus terjerumus pada lubang kemiskinan. Hal ini yang menjadikan masalah utama pada
kemiskinan yang dialami oleh keluarga nelayan. Seperti yang diungkapkan oleh nelayan buruh P
antai Depok’’ KS ‘’ mengungkapkan: “Hasil yang diperoleh ketika melaut tidaklah pasti, terkadang hasil tersebut
hanya cukup untuk makan sehari-hari, bilamana hasil yang didapat tergolong banyak saya pergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang lain seperti
mengirim nafkah untuk anak istri di kota asal, membeli kebutuhan primer seperti baju dan rokok karena saya tidak bisa hidup tanpa rokok. Selain itu
sedikit-sedikit saya bisa menabung untuk keperluan yang mendesak. Nelayan buruh seperti saya memang harus benar-benar bekerja keras, meski tidak
musim ikan pun dapat tidak dapat pun harus melaut siapa tau masih rezeki
saya,”
61 Pernyataan dari istri
“KS” yaitu “DN” mengatakan : “Hasil yang diperoleh suami saya dari hasil menjadi nelayan ya kurang
untuk mencukupi kebutuhan primer, seperti biaya pendidikan anak saya, beli keperluan jangka panjang seperti kulkas, tv, dsb.”
Nelayan lainnya “KR” menguatkan pernyataan diatas yakini: “Saya yang nelayan asli daerah sini yang sudah memiliki rumah dan hanya
bekerja sebagai nelayan saja juga kadang merasa tidak cukup dengan hasil yang didapat apa lagi ketika tidak musim ikan seperti saat ini, paling-paling dalam
satu hari penghasilan bersih yang didapat sekitar Rp. 100.000,00 padahal saya tergolong nelayan juragan karena saya mempunyai kapal dan peralatan tangkap
lainya. Oleh sebab itu saya dan istri saya harus benar-benar pintar dalam mengelola keuangan untuk kebutuhan keluarga saya
.” Yang didukung dengan pernyataan dari istrinya “TH” yaitu :
“Keluarga saya yang sudah memiliki rumah sendiri tanpa harus menyewa saja saya rasa dengan pendapatan yang diperoleh suami saya sangat pas-pasan
malah terkadang kurang untuk kebutuhan sehari-hari apa lagi nelayan yang masih harus memikirkan biaya sewa rumah
.” Ketidakpastian pendapatan dan sedikit hasil pendapatan yang diperoleh oleh
nelayan buruh maupun nelayan juragan seperti inilah yang seringkali menjadikan nelayan tersebut mengalami kekurangan dalam mencukupi kebutuhannya. Padahal
nelayan merupakan kepala keluarga yang seharusnya dapat menafkahi istri dan anak
–anaknya serta mencukupi kebutuhan keluarganya. Pendapatan yang tidak menentu setiap harinya tersebut yang seringkali menjadikan nelayan mengalami
kemiskinan akibat kurangnya keterpenuhinya kebutuhan yang harus tercukupi, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan. Apabila hasil yang diperoleh
tidak cukup maka kebutuhan pokok atau primer belum dapat tercukupi.
62
2. Strategi Keluarga Nelayan dalam Mengatasi Kemiskinan