Tahapan Persiapan Tinjauan Penelitian Terdahulu

2.1.4 Tahap-tahap Penerapan Good Corporate Governance GCG Dalam pelaksanaannya penerapan GCG di perusahaan adalah penting bagi perusahaan untuk melakukan pertahapan yang cermat berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi perusahaan, dan tingkat kesiapannya, sehingga penerapan GCG dapat berjalan lancar dan mendapatkan dukungan dari seluruh unsur di dalam perusahaan Daniri, 2002. Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan GCG menggunakan tahapan berikut Daniri, 2002:

a. Tahapan Persiapan

Tahap ini meliputi 3 langkah utama: 1 awareness Building 2 GCG Assessment, 3 GCG Manual Building. Awareness Building merupakan langkah sosialisasi awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting GCG dan komitmen bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dalam meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Bentuk kegiatan dapat dilakukan melalui seminar, loka karya, dan diskusi kelompok. GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam penerapan GCG saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik awal atau untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna mempersiapkan infrasrtuktur dan struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan GCG secara efektif. GCG manual Buliding adalah langkah berikut setelah assessment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetakan tingkat kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan manual atau pedoman implementasi GCG dapat disusun. Penyusunan manual dapat dibedakan antara manual untuk organ- organ perusahaan dan manual untuk keseluruhan anggota perusahaan, mencakup berbagai aspek seperti: 1 Kebijakan GCG Perusahaan 2 Pedoman GCG bagi Organ-organ Perusahaan Awarness Building GCG Assesment GCG Manual Development Universitas Sumatera Utara 3 Pedoman perilaku 4 Audit Commite Character 5 Kebijakan Disklosure dan Transparansy 6 Kebijakan dan Kerangka Manajemen Risiko 7 Roadmap Implementasi.

b. Tahapan Implementasi

Setelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah selanjutnya adalah memulai implementasi di perusahaan. Tahap ini terdiri dari 3 langkah utama yakni: 1 sosialisasi; 2 implementasi; 3 internalisasi. Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan berbagai aspek yang terkait dengan implementasi GCG khususnya mengenai pedoman penerapan GCG. Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada dibawah pengawasan Direktur Utama atau salah satu Direktur yang ditunjuk sebagai GCG champion di perusahaan. Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman GCG yang ada, berdasar roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top down appoach yang melibatkan Dewan Komisaris dan Direksi perusahaan. Implementasi hendaknya mencakup pula upaya manajemen perubahan change management guna mengawal proses perubahan yang ditimbulkan oleh implementasi GCG. Internalisasi adalah tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan GCG di dalam seluruh proses bisnis perusahaan melalui berbagai prosedur operasi misalnya proses pengadaan, dan lain-lain, sistem kerja, dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan GCG bukan sekedar dipermukaan atau sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial, tapi banar-benar tercermin dalam seluruh aktifitas perusahaan. c. Tahap Evaluasi Sosialisasi Implementasi Internalisasi Independent GCG Audit GCG ScoringRating Universitas Sumatera Utara Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan GCG telah dilakukan dengan meminta pihak independen melakukan audit implementasi dan scorsing atas praktek GCG yang ada. Dalam hal membangun GCG, dan terkait dengan pengembangan sistem, yang diharapkan akan mempengaruhi perilaku setiap individu dalam perusahaan pada gilirannya akan membentuk kultur perusahaan yang bernuansa GCG, maka diperlukan langkah-langkah berikut Daniri, 2002: 1 Menerapkan visi, misi, rencana strategis, tujuan perusahaan, serta sistem operasional pencapaiannya secara jelas. 2 Mengembangkan suatu struktur yang menjaga keseimbangan peran dan fungsi organ perusahaan check and balance 3 Membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. 4 Membangun sistem audit yang handal, yang tak terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur operasi standar, tetapi juga mencakup pengendalian risiko perusahaan. 5 Membangun sistem yang melindungi hak-hak pemegang saham secara adil fair dan setara di antara para pemegang saham. 6 Membangun sistem pengembangan SDM, termasuk pengukuran kinerjanya. 2.1.5 Sistem Penilaian Pelaksanaan Good Corporate Governance Penilaian terhadap pelaksanaan GCG di Indonesia dilakukan oleh lembaga independen, yaitu: Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI. Penilaian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dijawab oleh pihak manajemen perusahaan. Aspek Self Assessment Corporate Governance yang dinilai adalah http:fcgi.or.id . 2006:diakses pada tanggal 17 April 2013: 1 Pelaksanaaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris Universitas Sumatera Utara Penilaian dilakukan terhadap apakah Dewan Komisaris telah: a Memilki jumlah, komposissi, integritas dan kompetensi sesuai dengan ukuran dan kompleksitas usaha Bank serta telah memenuhi ketentuan yang berlaku. b Mampu bertindak dan mengambil keputusan indepeden c Melaksanakan tanggung jawab sesuai prinsip GCG. d Menyelenggarakan Rapat Dewan Komisaris secara efektif dan efisien e Memenuhi aspek transparansi dan tidak melanggar ketentuan dan perundangan yang berlaku. 2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi Penilaian dilakukan terhadap apakah Direksi telah: a Memiliki jumlah, komposissi, integritas dan kompetensi sesuai dengan ukuran dan kompleksitas usaha Bank serta telah memenuhi ketentuan yang berlaku. b Mampu bertindak dan mengambil keputusan indepeden c Melaksanakan tanggung jawab sesuai prinsip GCG. d Menyelenggarakan Rapat Direksi secara efektif dan efisien e Memenuhi aspek transparansi dan tidak melanggar ketentuan dan perundangan yang berlaku. 3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite Penilaian dilakukan terhadap apakah Komite telah: a Memiliki komposisi dan kompetensi anggota komite sesuai dibandingkan dengan ukuran dan kompleksitas usaha Bank b Melaksanakan tugas dengan efektif c Membuat rekomendasi komite yang bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan keputusan Dewan komisaris d Menyelenggarakan rapat komite-komite sesuai dengan pedoman intern dan terselenggara secara efektif dan efisien. 4 Penanganan benturan kepentingan Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank telah: a Memiliki kebijakan, sistem dan prosedur penyelesaian benturan kepentingan yang lengkap dan efektif. b Mengungkapkan setiap benturan kepentingan dalam keputusan dan telah diadministrasikan dan terdokumentasi dengan baik. 5 Penerapan fungsi kepatuhan bank Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank telah: a Melaksanakan tugas dan independensi Direktur kepatuhan dan Satuan Kerja Kepatuhan secara efektif b Melakukan review berkala dalam hal ini oleh Direktur Kepatuhan dan Satuan Kerja Kepatuhan mengenai kepatuhan mayoritas satuan kerja operasional c Memiliki pedoman, sistem dan prosedur terhadap seluruh jenjang organisasi secara lengkap dan sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara 6 Penerapan fungsi Audit Intern Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank telah: a Melaksanakan fungsi audit intern denagn efektif dan sesuai dengan standar minimum yang telah ditetapkan b Satuan Kerja Audit Internal SKAI telah menjalankan fungsinya secara independen dan obyektif. 7 Penerapan fungsi Audit Ekstern Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank telah: a Memilki kualitas dan cakupan hasil audit Akuntan Publik yang baik b Melaksanakan audit oleh Akuntan PublikKAP yang independen dan telah memenuhi criteria yang ditetapkan 8 Penerapan fungsi manajemen risiko dan sistem pengendalian intern Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank telah: a Memiliki manajemen yang efektif dalam mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh risiko Bank b Memiliki manajemen aktif pemantauan kebijakan, prosedur dan penetapan limit, sistem informasi manajemen yang komprehensif dan efektif untuk memelihara kondisi internal Bank yang sehat c Memiliki manajeman yang efektif dalam memantau kesesuaian kondisi Bank dengan prinsip pengelolaan Bank yang sehat, sesuai denagn ketentuan kebijakan dan prosedur intern Bank d Mengimplementasikan penerapan pengendalian intern dengan baik dan melakukan tindakan korektif bila terdapat kelemahan e Memiliki prosedur dan penerapan pengendalian intern Bank komprehensif sesuai dengan tujuan, ukuran dan kompleksitas usaha dan risiko yang dihadapai Bank. 9 Penyediaan dana pada pihak terkait Related Party dan kredit berskala besar Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank telah: a Memillki kebijakan, sistem dan prosedur tertulis yang up to date dan lengkap untuk penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar b Melakukan diversifikasi penyediaan dana secara merata c Mengambil keputusan dalam penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar 10 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, pelaporan pelaksanaan GCG dan pelapororan internal Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank telah: a Menyampaikan informasi keuangan dan non-keuangan kepada publik melalui homepage Bank dan media secara transparan b Menyediakan cakupan informasi keuangan dan non-keuangan secara tepat waktu, lengkap, akurat, kini dan utuh c Menyampaikan informasi produk dan jasa, menerapkan pengelolaan pengaduan nasabah dengan efektif serta memelihara data dan informasi nasabah dengan memadai Universitas Sumatera Utara d Menyediakan cakupan laporan pelaksanaan GCG secara lengkap, kini dan utuh, telah disampaikan secara tepat waktu kepada shareholder sesuai ketentuan yang berlaku e Memiliki Sistem Informasi Manajemen Bank khususnya terkait Sistem Pelaporan Internal Bank untuk menyediakan data dan informasi dengan tepat waktu, akurat dan lengkap. 11 Rencana strategis Bank Penilaian dilakukan terhadap apakah Bank telah: a Memiliki Rencana Bisnis Bank sesuai dengan visi dan misi Bank serta Rencana Korporasi Bank b Menyusun Rencana Korporasi dan Rencana Bisnis Bank secara realistis dengan memperhatikan faktor-faktor ekternal dan internal, prinsip kehati-hatian dan azas perbankan yang sehat c Merealisasikan rencana bisnis sesuai Rencana Bisnis Bank d Menerapkan Low Strategic Risk Rating Moderate to Law Strategic Risk Rating. Dari hasil pemberian skor dengan aspek yang telah ditetapkan diatas, misalnya diperoleh skornilai untuk setiap aspek penilaian, seperti disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Pemberian SkorNilai Corporate Governance Berdasarkan Aspek Penilaian No Aspek yang dinilai Bobot Peringkat Nilai a b axb 1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris 10,00 2 0,200 2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Direksi 20,00 2 0,400 3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite 10,00 2 0,200 4. Penanganan benturan kepentingan 10,00 1 0,100 5. Penerapan fungsi kepatuhan Bank 5,00 2 0,10 6. Penerapan fungsi audit intern 5,00 2 0,10 7. Penerapan fungsi audit ekstern 5,00 1 0,50 8. Penerapan fungsi manajemen risiko dan sistem pengendalian intern 7,50 2 0,15 9. Penyediaan dana kepada pihak terkait Related Party dan kredit dana besar 7,50 2 0,15 10. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank 15,00 1 0,15 Universitas Sumatera Utara 11. Rencana strategis Bank 5,00 2 0,1 12. Jumlah Nilai Komposit 100 1,7 Bobot, Peringkat dan Nilai dalam keadaan sebenarnya diberikan oleh Indonesian Institute for Corporate Governance IICG - Sumber: Laporan CGPI, 2011 Setelah keseluruhan tahapan penilaian Corporate Governance Perception Index CGPI selesai, maka hasil yang diperoleh dibahas dalam forum panel ahli untuk menentukan hasil riset dan pemeringkatan CGPI. Pemeringkatan didesain menjadi lima kategori berdasarkan tingkatlevel terpercaya yang dapat dijelaskan menurut skor penerapan Good Corporate Governance seperti terlihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Pemeringkatan CGPI Berdasarkan Penerapan GCG Tingkat Nilai Pemeringkatan Komposit Predikat Komposit Nilai Komposit 1,5 Sangat Baik 1,5 ≤ Nilai Komposit 2,5 Baik 2,5 ≤ Nilai Komposit 3,5 Cukup Baik 3,5 ≤ Nilai Komposit 4 Kurang Baik 4,5 ≤ Nilai Komposit 5 Tidak Baik Sumber : Laporan CGPI, 2011 Nilai komposit adalah jumlah bobot hasil penilaian atas unsur-unsur mengenai GCG good corporate governance. Universitas Sumatera Utara

2.1.6 Mekanisme Corporate Governance

Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan control, pengawasan, pengawasan terhadap keputusan tersebut. Mekanisme corporate governance diarahkan untuk menjamin dan mngawasi berjalannya sistem governance dalam sebuah organisasi Arifin, 2005. Mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua kelompok, pertama berupa internal mechanisms mekanisme internal, seperti komposisi dewan direksikomisaris, kepemilikian manajerial, dan kompensasi eksekutif. Kedua, eksternal mechanisms mekanisme eksternal, seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing Barnhart dan Rosernstein, 1998. Menurut Surya dan Yustiavananda 2006 dalam Agoes dan Ardana 2009, adanya organ-organ perusahaan dewan komisaris dan direksi merupakan bukti pengaplikasian prinsip good corporate governance dalam tataran yang minimal. Paling tidak diperlukan empat organ tambahan untuk melengkapi penerapan GCG, yaitu Komisaris Independen, Direktur Independen, Komite Audit dan Sekretaris Perusahaan. Mekanisme corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dewan Komisaris, Dewan Direksi, dan Komite Audit.

2.1.6.1 Dewan Komisaris

Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan Universitas Sumatera Utara komisaris. Dewan komisaris dapat melakukan tugasnya sendiri walaupun dengan mendelegasikan kewenangannya pada komita yang bertanggung jawab pada dewan komisaris. Dewan komisaris harus memantau efektivitas praktek pengelolaan korporasi yang baik yang diterapkan perseroan bilamana perlu melakukan penyesuaian Antonia, 2008. Peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan telah ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Peran komisaris ini diharapkan akan meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham. Oleh karena itu dewan komisaris seharusnya dapat mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan pemegang saham Wardhani, 2006. Berdasarkan The National Committee on Corporate Governance 2000 dalam Siswantaya 2007 menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan dewan komisaris. Diantaranya adalah fungsi dewan komisaris untuk mengawasi direksi baik yang berhubungan dengan kebijakan dan pelaksanaan direksi. Kedua, dewan komisaris berfungsi untuk memberikan saran kepada direksi. Untuk menjalankan fungsi tersebut, maka anggota dewan komisaris merupakan seorang yang berkarakter baik dan memiliki pengalaman yang relevan. Keberadaan komisaris independen diatur dalam peraturan BAPEPAM No: KEP –315BEJ06 – 2000 yang disempurnakan dengan surat keputusan No: KEP – 339BEJ07 – 2001 yang menyatakan bahwa setiap perusahaan publik harus membentuk komisaris independen yang anggotanya paling sedikit 30 dari jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris. Dewan yang terdiri dari dewan Universitas Sumatera Utara komisaris independen yang lebih besar memiliki kontrol yang kuat atas keputusan manajerial.

2.1.6.2 Dewan Direksi

Menurut pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006, dewan direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab dalam mengelola persahaan. Fungsi pengelolaan perusahaan oleh direksi mencakup lima tugas utama, yaitu sebagai berikut Solihin, 2009: a. Kepengurusan, mencakup tugas penyusunan visi dan misi perusahaan, serta penyusunan program jangka pendek dan jangka panjang. b. Manajemen resiko, mencakup tugas penyusunan dan pelaksanaan sistem manajemen resiko perusahaan yang mencakup seluruh aspek kegiatan perusahaan. c. Pengendalian interjal, mencakup penyusunan dan pelaksanaan sistem pengendaslian internal perusahaan dalam rangka menjaga kekayaan dan kinerja perusahaan serta memenuhi peraturan perundang-undangan. d. Komunikasi, mencakup tugas yang memastikan kelancaran komunikasi antara perusahaan dengan pemangku kepentingan dengan memberdayakan fungsi sekretaris perusahaan. e. Tanggung jawab sosial, mencakup perencanaan tertulis yang jelas dan terfokus dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perseroan, anggota direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS, sedangkan keputusan yang diambil dalam Universitas Sumatera Utara RUPS tidak didasarkan atas satu orang satu suara, tetapi didasarkan atas risalah saham yang dimilikinya Agoes dan Ananda, 2009.

2.1.6.3 Komite Audit

Keberadaan komite audit diperusahaan sudah menjadi kewajiban. Seperti dalam pasal 70 Undang-Undang No. 17 tahun 2003, disebutkan bahwa komisaris dan dewan pengawas BUMN wajib membentuk komite audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membentuk komisaris dan dewan pengawas dalam menjalankan tugasnya. Komite audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa: i laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, ii struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, iii pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan iv tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. Komite audit memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris. Jumlah anggota Komite Audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, Komite Audit diketuai oleh Universitas Sumatera Utara Komisaris Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan. Salah seorang anggota memiliki latar belakang dan kemampuan akuntasi dan atau keuangan.

2.1.7 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah merupakan suatu tingkatan prestasi perusahaan itu sendiri atas pendapatan laba perusahan sehingga dapat ,megembangan perusahaan nya ke level yang lebih tinggi lagi atau berkembang sehingga menjadi acuan suatu nilai perusahaan tersebut baik dari segi struktur modal seperti sahamrasio hutang maupun pendapatan lainya yang bersumber dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan itu. Sedangkan penelitian yang dilakukan Caringsih 2008 membuktikan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sedangkan ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan diciptakan oleh perusahaan melalui kegiatan perusahaan dari waktu ke waktu agar mencapai nilai perusahaan yang maksimum di atas nilai buku. Myers 1997 mengemukakan konsep nilai perusahaan sebagai kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi di masa yang akan datang. Alfredo 2011 menjelaskan bahwa nilai perusahaan enterprise valuefirm value merupakan konsep penting bagi investor,karena merupakan indikator bagi pasar dalam menilai perusahaan secara keseluruhan. Kusumadilaga 2010 menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Universitas Sumatera Utara Beberapa variabel kuantitatif yang sering digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan sebagai berikut: 1 Nilai Buku Nilai buku per lembar saham BVS digunakan untuk mengukur nilai shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar. Adapun komponen dari shareholders equity yaitu agio saham paidup capital in excess of par value dan laba ditahan. 2 Nilai Appraisal Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sangat beragam, bagaimanapun nilai ini sering dihubungkan dengan biaya penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan sendirinya karena nilai aktiva individual mempunyai hubungan yang kecil dengan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam kegunaan dalam menghasilkan earnings dan kemudian nilai going concern dari suatu perusahaan. Bagaimanapun nilai appraisal dari suatu perusahaan akan bermanfaat sewaktu digunakan dalam penghubungan dengan metode penilaian yang lain. Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi tertentu seperti dalam perusahaan keuangan, perusahaan sumber daya alam atau bagi suatu organisasi yang beroperasi dalam keadaan rugi. Kegunaan dari nilai appraisal akan menghasilkan beberapa keuntungan. Nilai perusahaan yang berdasarkan appraiser independent juga akan menghasilkan pengurangan good- Universitas Sumatera Utara will dengan meningkatkan harga aktiva perusahaan yang telah dikenal. Good-will dihasilkan sewaktu nilai pembelian suatu perusahaan melebihi nilai buku dari aktivanya. 3 Nilai Pasar Saham Nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam kuotasi pasar modal adalah pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering dipergunakan dalam menilai perusahaan besar. Bagaimanapun nilai ini dapat berubah secara cepat. Faktor analisis berkompetisi dengan pengaruh spekulatif murni dan berhubungan dengan sentimen masyarakat dan keputusan pribadi. 4 Nilai “Chop-Shop” Pendekatan “Chop-Shop” untuk valuasi pertama kali diperkenalkan oleh Dean Lebaron dan Lawrence Speidell of Batterymarch Financial Management. Secara khusus, ia menekankan untuk mengidentifikasi perusahaan multi industry yang dibawah nilai akan bernilai lebih apabila dipisahkan menjadi bagian-bagian. Pendekatan ini mengkonseptualisasikan praktik penekanan untuk membeli aktiva di bawah harga penempatan mereka. 5 Nilai Arus Kas Pendekatan arus kas untuk penilaian dimaksudkan agar dapat mengestimasi arus kas bersih yang tersedia untuk perusahaan yang menawarkan sebagai hasil merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus kas ini kemudian akan Universitas Sumatera Utara ditentukan dan akan menjadi jumlah maksimum yang harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan. Pembayaran awal kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku book value, nilai pasar market value dan nilai intrinsik. Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan emiten. Nilai pasar merupakan pembukuan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham. Menurut Brigham dan Houston 2001 terdapat beberapa pendekatan analisis rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning ratio PER, price book value ratio PBVR, market book ratio MBR, deviden yield ratio, dan deviden payout ratio DPR. Dalam penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan PBV. Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price book value PBV, menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang lebih besar pula Sartono, 2008, secara sederhana menyatakan bahwa price to book value PBV merupakan rasio pasar market ratio yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut Robert, 1997: Universitas Sumatera Utara Ps PBV = BVS Ps merupakan harga pasar saham dan BVS merupakan nilai buku per lembar saham book value per share. BVS digunakan untuk mengukur nilai shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar. PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut : 1 Nilai buku mempunyai ukuran intutif yang relatif stabil yang dapat diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value sebagai perbandingan 2 Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation 3 Perusahaan-perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai dengan menggunakan price earning ratio PER dapat dievaluasi menggunakan price book value ratio PBV.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian Lammindo Jelita 2007 dengan judul Analisis Pengaruh Kebijakan Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN dan Penerapan Good Corporate Governance GCG Terhadap Kinerja Keuangan PTPN menggunakan metodologi regresi linier berganda, diperoleh hasil bahwa kebijakan penilaian tingkat Universitas Sumatera Utara kesehatan BUMN dan penerapan GCG di lingkungan BUMN ternyata memberi dampak meningkatkan angka profitabilitas dan likuiditas PTPN pada sejumlah besar PTPN, tetapi tidak meningkatkan angka rasio aktivitas dan menurunkan angka rasio solvabilitas. Penelitian Ni Wayan Yuniasih dan Made Gede Wirakusuma 2008 dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance GCG Sebagai variabel Pemoderasi menggunakan metodologi regresi linier berganda, diperoleh hasil bahwa Return on asset terbukti berpengaruh positif secara statistis pada nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2005 – 2006. Pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi terbukti berpengaruh positif secara statistis pada hubungan return on asset dan nilai perusahaan atau dengan kata lain CSRI merupakan variabel pemoderas dalam kaitannya dengan hubungan return on asset dan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi tidak terbukti berpengaruh terhadap hubungan return on asset dan nilai perusahaan atau dengan kata lain kepemilikan manajerial bukan merupakan variabel pemoderasi. Penelitian Imelda Pratiwi Sibarani 2009 dengan judul Pengaruh Sistem Pengendalian Internal, Audit Manajemen dan Penerapan Good Corporate Governance GCG terhadap Kinerja Perusahaan Industri, menggunakan metodologi regresi linier berganda, diperoleh hasil bahwa sstem pengendalian internal, audit manajemen, dan penerapan prinsip-prinsip good corporate Universitas Sumatera Utara governance memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan industri besar di Palembang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika sistem pengendalian internal yang diterapkan perusahaan didukung pelaksanaan audit manajemen dan perusahaan juga menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance, maka akan memberi pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian Akshita Arora 2011 dengan judul Relationship between Corporate Governance and Performance: An Empirical Study from India menggunakan metodologi regresi linier sederhana, diperoleh hasil bahwa Results of the analysis suggest that corporate governance has a strong influence on performance in the Indian context. Furthermore, the results report that when boards are dominated by executive directors and frequency of board meetings is high, it enhances firm performance. The board size, institutional ownership and CEO-duality also have a strong influence on firm performance. Iktisar tinjauan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan Pengaruh Good Corporate Governance GCG terhadap Kinerja dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Iktisar Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Lammindo Jelita 2007 Analisis Pengaruh Kebijakan Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN dan Penerapan Good Corporate Governance GCG Terhadap Kinerja Keuangan PTPN Independen: GCG, diproksikan oleh: - Kesehatan BUMN - Penerapan GCG Dependen: Kinerja Keuangan, diproksikan oleh: - Rasio likuiditas - Rasio aktivitas - Rasio solvabilitas - Rasio profitabilitas Kebijakan penilaian tingkat kesehatan BUMN dan penerapan GCG di lingkungan BUMN ternyata memberi dampak meningkatkan angka profitabilitas dan likuiditas PTPN pada sejumlah besar PTPN, tetapi tidak meningkatkan angka rasio aktivitas dan menurunkan angka rasio solvabilitas. Ni Wayan Yuniasih dan Made Gede Wirakusuma 2008 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Independen: Kinerja Keuangan, diproksikan oleh: - ROA Return on asset terbukti berpengaruh positif secara statistis pada nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama Universitas Sumatera Utara Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance GCG Sebagai variabel Pemoderasi Dependen: CSR dan GCG, diproksikan oleh: - Closing Price - Total Liabilities - Inventory - Current Assets - Total Asset tahun 2005 – 2006. Pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi terbukti berpengaruh positif secara statistis pada hubungan return on asset dan nilai perusahaan atau dengan kata lain CSRI merupakan variabel pemoderas dalam kaitannya dengan hubungan return on asset dan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi tidak terbukti berpengaruh terhadap hubungan return on asset dan nilai perusahaan atau dengan kata lain kepemilikan manajerial bukan merupakan variabel pemoderasi. Imelda Pratiwi Sibarani 2009 Pengaruh Sistem Pengendalian Internal, Audit Manajemen dan Penerapan Good Corporate Governance GCG terhadap Kinerja Perusahaan Industri Independen: Audit Manajemen dan Prinsip-prinsip GCG, diproksikan oleh: - sistem pengendalian internal - audit manajemen - penerapan prinsip GCG Dependen: Kinerja keuangan, diproksikan oleh: - kinerja finansial - kinerja non finansial Sistem pengendalian internal, audit manajemen, dan penerapan prinsip-prinsip good corporate governance memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan industri besar di Palembang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika sistem pengendalian internal yang diterapkan perusahaan didukung pelaksanaan audit manajemen dan perusahaan juga menerapkan prinsip- prinsip good corporate governance, maka akan memberi pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Akshita Arora 2011 Relationship between Corporate Governance and Performance: An Empirical Study from India Independen: Corporate governance Dependen: Performance Results of the analysis suggest that corporate governance has a strong influence on performance in the Indian context. Furthermore, the results report that when boards are dominated by executive directors and frequency of board meetings is high, it enhances firm performance. The board size, institutional ownership and CEO-duality also have a strong influence on firm performance. Sumber: Data Peneliti Terdahulu Universitas Sumatera Utara 2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual