PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

SAIFUL RIJAL

1013010154/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS

PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2014


(2)

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Disusun oleh : SAIFUL RIJAL 1013010154/FE/AK

telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

pada tanggal 17 April 2014

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks Dra.Ec.Tituk DW, M.Aks Sekretaris

Drs.Ec. Eko Riyadi, M.Aks Anggota

Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM NIP. 19630924 198903 1001


(3)

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga saya berkesempatan menimba ilmu ke jenjang Perguruan Tinggi. Berkah dan rahmat-Nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang diajukan untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. H. Rahman A. Suwaidi, MSi selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, M.Si, selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Dr. Hero Priono, SE. MSi, Aks. CA selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(4)

peneliti

7. Drs. Sjafii MM, Ak. selaku dosen wali yang telah memberikan nasihat, ilmu dan motivasi serta petunjuk sewaktu proses perkuliahan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang berguna bagi peneliti.

9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa Tmur.

10. Bapak, Ibu, Maq Azizi, Maq Sirat, Kak Sofyan, Mbak I’il, Mbak Lilik, Mbah Saniye, Ebu Rahwiya, Anom Zaini, Maq Didik, Maq Roy serta Seluruh Keluarga Besar Bapak dan Ibu adalah orang-orang yang paling saya cintai dan sayangi dalam hidupku. Terima kasih atas semua doa, kasih sayang, kesabaran, pengertian, dukungan, dan keikhlasannya yang telah diberikan dalam mengingatkan dan membimbing peneliti dalam peoses penyelesaian skripsi ini.

11. Teman-teman, Dae, Rezha, Ony, Yuansa, Audi, Dendi, Agung P, Marisha, Adis, Tata, Irma, dan seluruh angkatan 2010 serta seluruh Teman Kos A.25 Perum Ikip Gunung Anyar. Terima kasih atas segala keikhlasan dalam kasih sayang, persahabatan, kebersamaan, doa, semangat tiada henti, dan memberi motivasi bagi peneliti selama kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN “Veteran” Jatim, semoga kita semua selalu menjadi sahabat sejati dimana pun dan kapan pun.


(5)

Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran sangat dihapkan oleh penulis untuk perbaikan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Surabaya, 17 April 2014


(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Penelitian Terdahulu ... 10

2.2 Landasan Teori ... 17

2.2.1 Good Corporate Governance ... 17

2.2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance ... 17

2.2.1.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ... 19

2.2.1.3 Mekanisme Good Corporate Governance ... 23

2.2.1.3.1 Kepemilikan Institusional ... 24

2.2.1.3.2 Dewan Komisaris Independen ... 25

2.2.1.3.3 Kualitas Audit ... 26

2.2.1.3.4 Komite Audit ... 28


(7)

2.2.2.3 Pengukuran Tax Avoidance ... 35

2.2.3 Pengembangan Hipotesis ... 36

2.2.3.1 Pengaruh Kepemilikan institusionla terhadap Tax Avoidance ... 36

2.2.3.2 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance ... 37

2.2.3.3 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tax Avoidance .. 38

2.2.3.4 Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance .... 39

2.3 Kerangka Pemikiran ... 40

2.4 Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Objek Penelitian ... 42

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 42

3.3 Teknik Penentuan Sampel ... 47

3.3.1 Populasi ... 47

3.3.2 Sampel ... 47

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.4.1 Jenis Data ... 49

3.4.2 Sumber Data ... 49

3.4.3 Metode Pengumpulan Data ... 49

3.5 Teknik Analisis dan Uji hipotesis ... 50


(8)

3.5.2.3 Uji Multikolinieritas ... 52

3.5.3 Teknik Analisis ... 53

3.5.4 Uji Hipotesis ... 54

3.5.4.1 Uji F ... 54

3.5.4.2 Uji t ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 57

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Astra Internasional Tbk ... 57

4.1.2 Sejarah Singakat PT. Astra Otoparta Tbk ... 58

4.1.3 Sejarah Singkat PT. Indospring Tbk ... 59

1.1.4 Sejarah Singkat PT. Nipress Tbk ... 60

1.1.5 Sejarah Singkat PT. Selamat Sempurna Tbk ... 61

1.1.6 Sejarah Singkat PT. Tunas Ridean Tbk ... 62

1.1.7 Sejarah Singkat PT. United Tractors Tbk ... 63

1.1.8 Sejarah Singkat PT. Gajah Tunggal Tbk ... 64

4.2 Deskripsi Data Penelitian ... 65

4.2.1 Tax Avoidance ... 65

4.2.2 Kepemilikan Institusional ... 67

4.2.3 Dewan Komisaris Independen ... 69

4.2.4 Kualitas Audit ... 71

4.2.5 Komite Audit ... 72


(9)

4.3.2.2 Herteroskedastisitas ... 78

4.3.2.3 Multikolinieritas ... 79

4.3.3 Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 81

4.3.3.1 Teknik Analisis Regresi Linier Berganda ... 81

4.3.3.2 Koefisien Determinasi (R2) ... 83

4.3.3.3 Uji F ... 85

4.3.3.4 Uji t ... 86

4.4 Pembahasan ... 88

4.4.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance ... 88

4.4.2 Pengaruh Dewan Komisari Independen terhadap Tax Avoidance ... 90

4.4.3 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tax Avoidance ... 91

4.4.4 Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

5.3 Keterbatasan dan Implikasi ... 98

5.3.1 Keterbatasan ... 98

5.3.2 Implikasi Penelitian ... 99 DAFTAR PUSTAKA


(10)

Oleh : SAIFUL RIJAL

Abstrak

Good Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan. Perusahaan merupakan wajib pajak sehingga suatu aturan struktur Corporate Governance mempengaruhi cara suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiaban pajaknya, tetapi di sisi lain perencanaan pajak tergantung pada dinamika corporate Governance. Good Corporate Governance ditandai dengan adanya kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kualitas audit, dan keberadaan komite audit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh dari good corporate governance terhadap tax avoidance pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 perusahaan Otomotif yang terdafar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012. Variabel independen yang digunakan adalah kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kualitas audit dan komite audit yang diduga memberiakan pengaruh terhadap variabel dependen tax avoidance yang diproyeksikan dengan Cash Effective Tax Rate (CETR). Penelitian ini menggunakan kriteria Purposive sampling dan menggunakan uji analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan pengujian hipotesis (uji F), diperoleh hasil bahwa model regresi yang dihasilkan adalah cocok digunakan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kualitas audit, dan komite audit terhadap tax avoidance pada perusahaan otomitif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012; Kepemilikan institusional, Dewan komisaris independen, dan Komite audit secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap tax Avoidance sedangkan Kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012.

Key Words : Good Corporate Governance, Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen,


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Semua sektor mengalami perubahan yang signifikan di era globalisasi sekarang ini terutama adalah sektor ekonomi dan bisnis. Beberapa perubahan yang terjadi menuntut perusahaan-perusahaan berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu perusahaan dalam meningkatkan kinerjanya harus memiliki sistem tata kelola perusahaan yang baik yang disebut dengan Good Corporate Governance. Pada dasarnya Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan ( Haruman, 2008 dalam Annisa 2011).

Isu mengenai corporate governance mulai mengemuka, khususnya di Indonesia pada tahun 1998 ketika Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan. Banyak pihak yang mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek corporate governance. Penerapan Corporate Governance diharapkan dapat mendorong beberapa hal, salah satunya untuk mendorong manajemen perusahaan agar berperilaku profesional,


(12)

transparan dan efisien serta mengoptimalkan fungsi Dewan Komisaris, Dewan Direksi, dan Rapat Umum Pemegang Saham.

Dwitridinda (2007), dalam Jamie Allan (Sekretaris Jenderal The Asian Corporate Governance Association), menyebutkan bahwa penerapan corporate governance di setiap negara dapat berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh peraturan yang berlaku di setiap negara juga faktor internal perusahaan dalam hal jenis usaha, jenis risiko usaha, struktur permodalan, manajemen serta sejarah perusahaan. Keberhasilan penerapan Corporate Governance akan sangat bergantung pada kuatnya hukum sekuritas dan korporasi, standar akuntansi yang baik, peraturan yang kuat, sistem peradilan yang efisien, dan tekad yang kuat untuk melawan korupsi yang diterapkan oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan di Asia (Barton et al., 2004 dalam Annisa 2011).

Perusahaan merupakan wajib pajak sehingg suatu aturan struktur Corporate Governance mempengaruhi cara suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiaban pajaknya, tetapi di sisi lain perencanaan pajak tergantung pada dinamika Corporate Governance dalam suatu perusahaan.

Aspek pajak merupakan faktor yang dipertimbangkan perusahaan karena pajak merupakan beban yang signifikan dalam perusahaan. Sesuai tujuan mengoptimalkan laba, perusahaan baik domestik maupun multinasional berusaha meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan ketentuan pajak yang ada. Pemilik perusahaan akan mendorong


(13)

manajemen untuk melakukan tindakan pajak agresif untuk mengurangi beban pajak yang muncul (Chen et al., 2010)

Strategi pajak yang sering dilakukan perusahaan untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan yaitu dengan melakukan penghematan pajak. Ada dua hal yang dilakukan untuk menghemat jumlah pajak yang dilakukan perusahaan yaitu; Penghindaran pajak dan penggelapan pajak. Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal (Lawful), sedangkan penggelapan pajak (Tax Evasion) adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat tidak legal (Unlawful) (Xynas, 2011 dalam Budiman 2011). Oleh karenanya persoalan penghindaran pajak merupakan persolan yang rumit dan unik. Di satu sisi penghindaran pajak diperbolehkan, tapi di sisi yang lain penghindaran pajak tidak diinginkan.

Aktivitas tax avoidance yang dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan dalam upaya semata-mata untuk meminimalisasi kewajiban pajak perusahaan, akhir-akhir ini menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena strategi pajak yang agresif yang dilakukan oleh manajemen dalam meminimalkan beban pajak, dapat memunculkan resiko bagi perusahaan antara lain denda dan buruknya reputasi perusahaan dimata publik.

Menurut Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan masalah penghindaran pajak (tax avoidance) kini menjadi salah satu isu penting di seluruh negara, termasuk Indonesia. Karena itu, forum global untuk


(14)

membahas masalah pajak menjadi sangat penting untuk memastikan transparansi serta kerja sama melalui pertukaran informasi pajak sesuai standar internasional. Sejumlah modus penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan di antaranya adalah tax avoidance (penghindaran pajak), tax evasion (penggelapan pajak), tax planning (perencanaan pembayaran pajak), dan model anti-avoidance rules (Koran.tempo.co). Mantan Menteri Keuangan Agus Martowardojo sebelum melepas jabatannya mengatakan, ada ribuan perusahaan joint venture, yang bisa dikatategorikan sebagai nasional company atau multinasional company, yang tidak menjalankan kewajibannya kepada negara. Agus Marto menyebut hampir 4.000 perusahaan tidak membayar pajaknya selama tujuh tahun (Merdeka.com). Hal ini akan merugikan terhadap negara dan perusahaan, pendapatan negara akan berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap anggaran suatu neraga sedangkan perusahaan akan dikenakan denda dua kali lipat dari pajak yang dibayar perusahaan.

Dengan demikian fenomina diatas mengindikasikan bahwasanya sebagian penerapan mekanisme Good Corporate governace yang ada di perusahaan masih lemah karena masih ada perusahaan yang melakukan strategi pajak agresif dalam meminimalkan beban pajak bahkan ada perusahaan yang tidak membayar pajaknya kepada negara. Penelitian yang dilakukan oleh Sartori (2010) terkait pengaruh strategi perpajakan terhadap corporate governance menjelaskan bahwa apabila suatu perusahaan memiliki suatu mekanisme corporate governance yang


(15)

terstruktur dengan baik maka akan berbanding lurus dengan kepatuhan perusahaan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Mekanisme Good Corporate Governance ditandai dengan adanya kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dan keberadaan komite audit. Menurut Pohan (2008) makin besar kepemilikan institusional makin baik kualitas corporate governace makin kecil kemungkinan adanya tax avoidance. Keberadaan komite audit dan dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan terbukti efektif dalam mencegah praktek tax avoidance, karena keberadaan komite audit dan dewan komisaris independen bertujuan untuk mengawasi jalannya kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Dan juga salah satu elemen penting dalam corporate governance adalah trasparansi. Transparansi mensyaratkan adannya pengungkapan yang akurat. Salah satu bentuk monitor yang dapat menurunkan biaya agensi adalah audit yang dilakukan oleh KAP tempat auditor bekerja. Auditor yang bekerja di KAP The Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan prosedur serta memiliki program audit yang lebih akurat dan efektif dibandingkan dengan auditor dari KAP non-The Big Four sihingga audit yang dilaksanakan oleh auditor yang bekerja di KAP The Big Four dapat mencegah manajemen dalam melakukan pajak agresif.

Terkait mengenai pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian


(16)

tersebut antara lain dilakukan oleh Sartori (2010); Friese, Link dan Mayer (2006); Bovi (2005); Chai dan Liu, (2010);); Annisa, (2011);Kurniasih dan R Sari, (2013) dan lain-lain. Beberapa diantaranya menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara corporate governance dan tax avoidance. Sebaliknya menurut Sartori (2010) menyimpulkan bahwa hubungan antara corporate governance dan tax avoidance adalah positif jika dan hanya jika diikuti dengan rendahanya biaya agensi dan biaya transaksi. Sejumlah penelitian yang dilakukan di luar negeri telah menunjukkan bahwa dampak corporate governance yang efektif negative pada aktifitas tax avoidance.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada (1) objek penelitian, yaitu perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (2) Variabel yang digunakan, yaitu kepemilikan institusional, dewan komisaris independen , kualitas audit dan komite audit;(3) tahun penelitian, yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2012; (4) pengukuran tax avoidance, jika penelitian sebelumnya menggunakan Book Tax Gap untuk mengukur Tax avoidance perusahaan, pada penelitian ini menggunakan cash effective tax rate (CETR).

Dari uraian yang telah dijabarkan diatas peneliti termotivasi untuk mengangkat tema corporate governance pada tax avoidance. Hal ini dilakukan mengingat minimnya penelitian terkait dengan corporate governance dan tax avoidance yang dilakukan oleh peneliti di Indonesia.


(17)

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka judul penelitian ini adalah “ Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat di ambil suatu perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh good corporate governance yang diproyeksikan dengan kepemilikan institusional terhadap tax avoidance pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI?

2. Bagaimana pengaruh good corporate governace yang diproyeksikan dengan dewan komisaris independen terhadap tax avoidance pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI?

3. Bagaimana pengaruh good corporate governace yang diproyeksikan dengan kualitas audit terhadap tax avoidance pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI?

4. Bagaimana pengaruh good corporate governace yang diproyeksikan dengan komite audit terhadap tax avoidance pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI?


(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang di paparkan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah ingin mendapatkan bukti empiris pengaruh dari good corporate governance terhadap aktivitas tax avoidance pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian mengenai corporate governance dan tax avoidance ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Bagi penulis

Untuk menambah wawasan dan informasi yang berkaitan dengan implementasi dari konsep good corporate governance.

2. Bagi peneliti berikutnya

Dapat menjadi tambahan referensi dan bahan pengembangan penelitian selanjutnya terkait pengaruh good corporate governance terhadap tax avoidance di Indonesia.

3. Bagi perusahaan

Bagi manajemen perusahaan di Indonesia dapat ,menjadi masukan dan dorongan bahwa betapa pentingnya terkait pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kegiatan tax avoidance dalam kegiatan operasiaonal perusahaan, sehingga dapat mencegah perusahaan terjerumus dalam lingkaran ambiguitas yang terdapat dalam peraturan


(19)

perpajakan antara kegiatan yang legal maupun eligal dalam perencanaan pajaknya. Hal ini dapat meminimalkan resiko yang diterima oleh perusahaan terkait hal tersebut, jadi manajemen dapat merancang suatu mekanisme good corporate governance yang sesuai dengan perusahaannya dan dapat terhindar dari penyimpangan hukum pajak dalam kegiatan menentukan besarnya pajak yang harus dibayarkan pada negara.

4. Bagi investor

Memberikan masukan kepada investor dalam menilai dan mengevaluasi corporate governance dalam suatu perusahaan ketika akan melakukan penanaman modal dalam perusahaan tersebut.


(20)

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam menunjang penelitian ini, maka di dukung oleh penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Hotman Tohir Pohan, Universitas Trisakti (2008)

Judul : Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobin Q, Perata Laba Tehadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Publik. Model penelitian yang digunakan adalah kausalitas dengan menggunakan analisastatistik kuantitatif dan uji hipotesa. Dengan metode tersebut diharapkan dapat menemukan model yang menggambarkan secara sistematis dan akurat dan dapat dipakai sebagai alat deteksi dan prediksi mengenai perusahaan yang melakukan penghindaran pajak. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan pemilihan sampel berdasarkan purposive sampling dengan pertimbangan kriteria.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut : variabel dependen adalah Penghindaran


(21)

Pajak (Tax Avoidance). Diproyeksikan dengan menghitung BOOK-TAX GAP dibagi total asset., yaitu perbedaan/selisih antara laba sebelum pajak( Pretax book income) dengan penghasilan kena pajak/PKP(Taxable income). Variabel independen dalam penelitian ini adalah dewan Komisaris Independen, Kepemilikan institusionl, Kepemilkan Manajerial, Komite Audit dan Variabel independen kategorial yang digunakan adalah Tobin Q dan perata laba.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian dalam penelitian ini, terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1). Semua variabel yang diteliti yaitu komponen GCG yang terdiri dari kepemilikan institusi,kepemilikan manajerial,komisaris independen,komite audit , rasio Tobin q dan perata laba mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance atau tax evasion, dimana kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, rasio Tobin q mempunyai pengaruh yang negatif yaitu mengurangi terhadap kemungkinan tax avoidance atau tax evasion, sedangkan komisaris independen, komite audit, dan perata laba mempunyai pengaruh yang positif yaitu menambah kemungkinan adanya tax avoidance atau tax evasion. (2). Penelitian-penelitian terdahulu, Khomsiah(2005) telah menggunakan struktur corporate governance dan indeks Good Corporate Governance sebagai proksi penerapan corporate governance, dalam penelitian ini hanya struktur corporate governance yang di proksi sebagai penerapan GCG, yang meliputi struktur kepemilikan, jumlah komisaris independen, ,keberadan komite audit,


(22)

semua komponen struktur GCG tersebut mempengaruhi tingkat tax avoidance atau tax evasion dapat diterima, komisaris independen dianggap tidak mewakili penerapan corporate governance secara utuh karena tidak mencerminkan penerapan dan tujuan seluruh prinsip-prinsip good corporate governance.

2. Nuralifmida Ayu Annisa, Universitas Sebelas Maret Surakarta (2011) Judul : pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance (Studi pada Perusahaan Terdaftar BEI tahun 2008). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier sederhana. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008. Seluruh data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder dan diambil dari laporan keuangan (financial report), dan laporan tahunan (annual report) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008. Ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pendapat Slovin dalam hal jumlah sampel (Sulianto, 2006).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut : variabel dependen yang digunakan adalah tax avoidance. Pengukuran aktivitas tax avoidance diukur dengan menggunakan proksi kesenjangan atau beda dari laba akuntansi dan laba fiskal (book tax gap). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah corporate governance. Pengukuran corporate


(23)

governance menggunakan proksi antara lain kepemilikan institusional, komite audit, kualitas audit dan dewan komisaris.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian dalam penelitian ini, terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1). Hasil uji analisis regresi menunjukkan bahwa secara statistik terbukti tidak terdapat pengaruh signifikan kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dewan komisaris, terhadap tax avoidance perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008, dengan demikian H1, H2, dan H3 ditolak. (2). Hasil uji analisis regresi menunjukkan bahwa secara statistik terbukti terdapat pengaruh signifikan komite audit dan kualitas audit terhadap tax avoidance perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008, dengan demikian H4 dan H5 diterima.

3. Judi Budiman, Universitas Gajah Mada (2011)

Judul : Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan persamaan regresi, sehingga untuk mengukur ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual maka harus diukur dari goodness of fit nya. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan Non-Banking, Credit Agencies Other Than Bank, Securities, Insurance dan investasi menurut klasifikasi Indonesia Capital Market Directory (ICMD) yang terdaftar di BEI. Penelitian ini dalam penentuan samplenya menggunakan Purpusive sampling.


(24)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut : variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tax Avoidance yang diukur menggunakan Cash ETR (Cash Effective Tax Rate). Variabel independen penelitian ini adalah Karakter Eksekutif. Variabel kontrol adalah : a. Resiko Perusahaan (Corporate Risk) b. Ukuran Perusahaan (Size) c. Leverage d. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) e. Kondisi Rugi Operasi Perusahaan ( Net Operating Loss).

Hasil pengujian pengaruh variabel-variabel independen terhadap keberadaan variabel dependen, baik yang dilakukan secara simultan (uji F) maupun secara individual (uji t) menunjukkan bahwa dari kelima variabel independen yang ada semuanya secara signifikan mampu mempengaruhi nilai penghindaran pajak (CASH ETR) perusahaan. Oleh karena itu didasarkan pada hasil analisa data dan pembahasan yang dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa eksekutif yang memiliki karakter risk taker memiliki pengaruh yang posif terhadap penghindaran pajak (Tax Avoidance).

4. Tommy Kurniasih & Maria M. Ratna Sari, Universitas Udayana (2013) Judul : Pengaruh Return on assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax Avoidance. Penelitian yang digunakan adalah Kuantitatif berupa laporan keuangan perusahaan dan data kualitatif berupa data kepemilikan yang diperoleh dari ICMD. Data sekunder eksternal penelitian yang berupa laporan auditan oleh auditor independen diperoleh melalui website BEI


(25)

dan ICMD. Populasi yang digunakan adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Sampel penelitian ditentukan dengan metode nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling.

Variabel yang digunakan dalam penilitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut : variabel tidak bebas (Y) dalam penelitian ini adalah relevansi Tax Avoidance. Model estimasi pengukuran Tax Avoidance menggunakan model Cash Effective Tax Rate (CETR). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA), Leverage, Corporate Governance (CG), Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal.

Kesimpulan : 1). Returtn on Assets (ROA), Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. 2). Return on Assets (ROA), Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tax avoidance, sedangkan Leverage dan Corporate Governance tidak berpengaruh signifgikan secara parsial terhadap tax avoidance pada perusahaan manufatur yang terdaftar di BEI periode 2007-2010.

Dari penelitian terdahulu diatas peneliti tertarik untuk membuktikan secara empiris Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu karena sampel yang digunakan adalah perusahaan otomotif yang


(26)

terdaftar di BEI selama periode 2009-2012. Variabel Independen yang digunakan adalah kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kualitas audit dan komite audit. Lebih dari itu , jika penelitian sebelumnya menggunakan Book Tax Gap untuk mengukur Tax Avoidance perusahaan, pada penelitian ini menggunakan Cash Effective Tax Rate (CETR).

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian

1 Hotman Tohir Pohan 2008

Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobin Q, Perata Laba Tehadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Publik

Y. Tax Avoidance

X1. Dewan Komisaris Independen

X2. Kepemilikan Institusional

X3. Kepemilikan Manajerial

X4. Komite Audit

X5. Tobin Q

X6. Perata Laba

2 Nuralifmida Ayu Annisa 2011

pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance (Studi pada Perusahaan Terdaftar di BEI tahun 2008)

Y . Tax Avoidance

X1. Kepemilikan Institusional

X2. Prosentase Dewan Komisaris

Independen

X3. Jumlah dewan Komisaris

X4. Kualitas Audit

X5. Komite Audit

3 Judi Budiman 2011 Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Y. Tax Avoidance X1. Corporate Risk

X2. Size (Ukuran Perusahaan)

X3. Leverage

X4. Sales Growth

X5. NOL (Net Operating Loss)

4 Tommy Kurniasih & Maria M. Ratna Sari 2013

Pengaruh Return on assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan

dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax Avoidance

Y . Tax Avoidance X1. Return On Assets

X2. Leverage

X3. Corporate Governance

X4. Ukuran Perusahaan

X5. Kompensasi Rugi Fiskal

5 Saiful Rijal 2014 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Y . Tax Avoidance

X1. Kepemilikan Institusional

X2. Dewan Komisaris Independen

X3. Kualitas Audit

X4. Komite Audit


(27)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Good Corporate Governance

2.2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance

Good corporate Governance (GCG) menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Good Corporate Governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakan maupun terhadap iklim usaha di suatu Negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif (Sulistyanto dan Lidyah, 2002 dalam Annisa 2011). Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Saat ini pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan good corporate governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa (Sulistyanto dan Lidyah, 2002).

Beberapa pakar telah mengemukakan definisi Good Corporate Governance sebagai berikut :

1. Blair (1995) dalam Darmawati (2003) menyatakan bahwa “ Corporate Governance adalah keseluruhan set aransemen legal, kebudayaan, dam institusional yang menetukan apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan publik, siapa yang mengendalikan, bagaimana


(28)

pengendalian dilakukan, dan bagaimana resiko dan return dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dialokasikan.

2. Marthur (1999) dalam Darmawati (2003) Corporate governance is the conduct of directors and its aim as to maximize shareholders value while satisfying stakeholders.

3. Maksum (2005 dalam Laksono 2011) mendifinisikan corporate governance sebagai suatu sistem yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata hubungan yang baik, adil dan transparan di antara berbagai pihak yang terkait dan memiliki kepentingan (stakeholders) dalam perusahaan.

4. Khomsiyah (2007 dalam Laksono 2011 ) mendefinisikan bahwa” Coerporate governance merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan semua pihak”

Berdasarakn definisi-definisi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Corporate Governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antar berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antar pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.


(29)

Menurut Monks, (2003: 102) Corporate Governance (CG) merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (Value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat waktu dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder. Definisi Corporate Governance sesuai dengan Surat keputusan Menteri BUMN No Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan praktik GCG pada BUMN adalah “ Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainya, berdasarkan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”. Definisi ini menekankan pada keberhasilan usaha dengan memperhatikan akuntabilitas yang berlandasan pada perundangan dan nilai-nilai etika serta memperhatian stakeholder yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mewujudkan dan meningkatkan nilai pemegang saham.

2.2.1.2 Prinsip-Prinsip Good Corporae Governance

Meskipun konsep corporate governance telah muncul secara bersamaan dengan konsep korporasi, namun kesadaran terhadap pentingnya konsep ini baru berkembang secara cepat dalam tahun-tahun


(30)

belakangan ini. Terdapat beberapa versi yang menyangkut prinsip-prinsip corporate governance namun pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan.

Pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKCG) pada tahun 2006, menyebutkan terdapat lima asas GCG antara lain :

1. Transparansi ( Transparenscy)

Untuk menjaga obyektifitas dalm menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah disyaratkan oleh peraturan undang-undang, tetapi juga hal yang penting untuk mengambil keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas ( Accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola dengan benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyasarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.


(31)

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate Citizen. 4. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen, sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendiminasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5. Kesetaraan dan Kewajaran ( Fairness)

Dalam melaksanakan kegiantannya, perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemegang saham dari penipuan dan penyimpangan.

Dalam artikelnya Sartori (2010) meringkas prinsip-prinsip corporate governance yang baik adalah sebagai berikut :

1. Kerangka corporate governance harus menggambarkan pasar yang traspasaran dan efisien, konsisten dengan aturan hukum dan dengan jelas menggambarkan pembagian tanggung jawab antara otoritas pengawas, pembuat peraturan dan penegak hukum.

2. Kerangka corporate governance harus melindungi dan memfasilitasi pelaksanaan hak-hak pemegang saham.

3. Kerangka corporate governance harus menjamin perlakuan yang sama dari semua pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas


(32)

dan asing. Semua pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang sesuai atas pelanggaran hak-hak mereka. 4. Kerangka corporate governance harus mengakui ha-hak stackholders

yang ditetapkan oleh hukum atau memiliki kesepakatan bersama dan mendorong kerjasama aktif antara perusahaan dengan dan stackholders dalam menciptakan kekayaan lapangan kerja dan kelanjutan keuangan perusahaan.

5. Kerangka corporteate governance harus memastikan bahwa pengungkapan tepat waktu dan akurat dibuat tentang semua hal menyangkut korporasi, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan dan tata kelola perusahaan.

6. Kerangka corporate governace harus memastikan pedoman strategis perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen oleh dewan dan akuntabilitas dewan terhadap perusahaan serta pemegang saham.

Dengan adanya penerapan corporate governance yang baik dalam suatu perusahaan menghasilkan suatu manfaat yang diperoleh, yaitu :

1. Meningkatkan kinerja perusahaan

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan sehingga meningkatkan nilai perusahaan.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia


(33)

2.2.1.3 Mekanisme Good Corporate Governance

Good corporate governance sebagai variable independen di ukur dengan menggunakan mekanisme corporate governance. Mekanisme good corporate governance adalah syarat-syarat pelaksanaan sistem dalam suatu badan usaha dimana berbagai pihak yang berkepantingan terhadap badan usaha tersebut dapat memastikan bahwa pihak manajer dan pihak internal badan usaha lainyan dapat memenuhi kepentingan stakeholders (Sanda et al, 2005 dalam Faroid 2013). Mekanisme good corporate governance yang baik akan menghasilkan kinerja badan yang lebih baik. Mekanisme good corporate governance terbagi menjadi mekanisme internal dan mekanisme eksternal (Sanda el al. 2005 dalam Faroid 2013). Yang termasuk kedalam mekanisme internal adalah kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, dan konsentrasi kepemilikan. Utang ( leverage) merupakan mekanisme eksternal good corporate governance. Selain menggunakan mekanisme good corporate governance, sanda et al. juga memasukkan variable control dalam penelitiannya, yaitu CEO ekspatriat, ukuran badan usaha, dan sektor.

Kehadiran suatu corporate governance yang baik bagi perusahaan akan menunjang aktifitas operasiaonal perusahaan (Haruman, 2008), selain itu mekanisme pelaksanaan corporate governance suatu perusahaan harus menjadi perhatian perusahaan demi kelancaran kegiatan dalam perusahaan. Mekanisme corporate governance yang baik memiliki


(34)

keterkaitan dengan kemakmuran perusahaan dan para pemegang saham, sehingga penerapannya diharapkan memberikan kontribusi yang positif bagi perusahaan secara keseluruhan.

Dalam penelitian ini yang akan dikaji terkait corporate governance antara lain kepemilikan institusional, komite audit, trasparansi informasi/kualitas audit dan dewan komisaris independen di mana akan dikaji sejauh mana keberadaannya berpengaruh terhadap kebijakan perpajakan yang dilakukan oleh perusahaan.

2.2.1.3 .1 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan tax avoidance. Porsentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen ( Boediono, 2005 dalam Laksono 2011).

Kepemilikan institusional umumnyan bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. (Faisal 2004 dalam Laksono 2011) menyatakan bahwa perusahaan dangan kepemilikan intitusional yang


(35)

besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuanya untuk memonitor Manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan. Tindakan monitoring oleh pihak investor institusional dapat mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh manajer sehingga manajer dapat lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan.

Kempemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain :

1. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi.

2. Memiliki motivasi yang kuat untuk malaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. 2.2.1.3 .2 Dewan Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Kemampuan dewan komisaris independen untuk mengawasi merupakan fungsi yang positif dari porsi dan indenpendensi dari dewan komisaris eksternal. Dewan komisaris independen juga bertanggung jawab atas kualitas laporan yang disajikan. Dewan komisaris independen memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam


(36)

pelaksanaan good corporate governance. Menurut Egon Zehnder dalam Laksono (2011), Dewan komisaris independen merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi menajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas.

FCGI (2001) menyatakan bahwa dewan komisaris independen berada pada posisi untuk memastikan bahwa manajemen sesuai strategi yang telah benar-benar demi kepentinagn perusahaan sesuai strategi yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan para pemegang saham yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomis perusahaan. Menurut peraturan yang di keluarkan oleh BAPEPAM untuk mencegah kerugian pada pihak pemegang saham minoritas menuntut bahwa 30% dari jumlah dewan komisaris haruslah independen dari perusahaan dan pemegang saham mayoritas. disamping hal itu komisaris independen harus memahami undang-undang dan peraturan tentang pasar modal serta diusulkan oleh pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (Pohan, 2008).

2.2.1.3.3 Kualitas audit

Menurut De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi kliennya. Kualitas audit


(37)

merupakan elemen dari efisiensi ekuitas pasar, karena dapat menekan kredibilitas dari informasi keuangan, mendukung praktek Corporate Governance melalui pelaporan keuangan yang transparan.

Deis dan Giroux (2002) dalam suartana (2007) memaparkan hal-hal yang berhubungan dengan kualitas audit antara lain :

a. Lamanya auditor / umur audit, semakin lama maka semakin rendah kualitas auditnya.

b. Jumlah klien, semakin banyak semikin baik kualitas auditnya. c. Kesehatan keuangan klien, makin sehat ada kecenderungan

klien menekan auditor untuk ,mengikuti standar yang berlaku. d. Review oleh pihak ketiga, kualitas audit semakin tinggi apabila

direview oleh pihak ketiga.

Kualitas audit dapat diukur dengan proksi ukuran KAP, karena diasumsikan akan berpengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan oleh auditornya. Auditor yang bekerja di KAP The Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan prosedur serta memiliki program audit yang lebih akurat dan efektif dibandingkan dengan auditor dari KAP non- The Big Four. (Isnanta, 2008 dalam Praptitorini dan Jamarti 2007) menggunakan spesialisasi industry untuk mengukur kualitas audit yaitu dengan prosentase jumlah perusahaan yang diaudit oleh sebuah KAP dalam satu jenis industry. Penelitian yang sama juga dilakuakan oleh


(38)

Mayangsari (2003) dan hasilnya tidak mempengaruhi terhadap integritas laporan keuangan

KAP The Big Four adalah Oligopoly Industry akuntansi dan jasa professional karena mereka menguasai sebagian besar pasar yaitu perusahaan go public di seluruh dunia, dan perusahaan privat lainya

Laporan keuangan yang diaudit oleh KAP The Big Four menurut beberapa referensi dipercaya lebih berkualitas sehingga menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya, oleh karena itu diduga perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big Four (Price Waterhouse Cooper –PWC, Deloite touché Tohmatsu, KPMG, Ernst dan Young-E&Y) memiliki tingkat kecurangan yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non The Big Four.

2.2.1.3 .4 Komite Audit

Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam mengenai masalah pengendalian.

Daniri (2006) dalam Pohan (2008) menyebutkan sejak direkomendasikan GCG di Bursa Efek Indonesia tahun 2000, komite


(39)

audit telah menjadi komponen umum dalam struktur corporate governance perusahaan publik. Pada umumnya, komite ini berfungsi sebagai pengawas proses pembuatan laporan keuangan dan pengawas internal perusahaan. BEI mengharuskan semua emiten untuk membentuk dan memiliki komite audit yang diketahui oleh komisaris independen dengan syarat paling sedikt komite audit tiga orang , kurang dari tiga orang maka tidak sesuai dengan peraturan BEI.

Mayangsari (2003) menjelaskan bahwa komite audit di bentuk oleh perusahaan berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Tujuan pembentukan komite audit adalah:

a. Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum;.

b. Memastikan bahwa control internalnya memadai;

c. Tindak lanjut terhadap dugaan adanya penyimpangan yang material dibidang keuangan dan implikasi hukumnya;


(40)

2.2.2 Tax Avoidance

2.2.2.1 Pengertian Tax Avoidance

Dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan cara baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan maupun yang melanggar peraturan perpajakan. Istilah yang sering digunakan adalah tax avoidance dan tax evasion. Sophar Lumbantoruan (1996: 489) memaparkan definisi terkait dua istilah tersebut. Tax Avoidance (penghindaran Pajak) adalah penghindaran pajak dengan menuruti peraturan yang ada (Lawful). Tax Evasion (penggelapan pajak) adalah penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan perpajakan (Unlawful).

Para ahli mengemukakan definisi tentang penyelundupan pajak dan penghindaran pajak dalam Zain (2005) yaitu penggelapan pajak adalah usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak apakah berhasil atau tidak untuk mengurangi atau sama sekali menghapus utang pajak yang berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang-undangan perpajakan. Penghindaran pajak merupakan usaha yang sama, yang tidak melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan (Harry Graham Balter). penghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan sesuatu peristiwa sedemikian rupa untuk meminimumkan atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat yang


(41)

ditimbulkan., oleh karena itu penghindaran pajak tidak merupakan pelanggaran atas perundang-undangan perpajakan atau secara etik tidak dianggap salah dalam rangka usaha Wajib Pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimkan atau meringankan beban pajak dengan cara-cara yang di mungkinkan oleh undang-undang pajak (Pohan, 2008).

Suandy (2008), Penghindaran pajak merupakan rekayasa tax affairs yang masih berada dalam bingkai ketentuan perpajakan. Penghindaran pajak dapat terjadi di dalam bunyi ketentuan atau tertulis di undang-undang dan berada dalam jiwa dari undang-undang atau dapat juga terjadi dalam bunyi ketentuan undang-undang tetapi berlawanan dengan jiwa undang-undang.

2.2.2.2 Faktor- Faktor Wajib Pajak Melakukan Tax Avoidance

Suandy (2008) memaparkan beberapa faktor yang memotivasi Wajib Pajak (WP) untuk melakuan penghematan pajak dengan ilegal, antara lain :

1. Tax required to pay, Berdasarkan jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Semakin besar pajak yang harus dibayar semakin besar pula kecenderungan WP untuk melakukan pelanggaran.

2. Cost of bribe, Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil untuk menyuap fiskus semakin besar kecenderungan WP untuk melakukan pelanggaran.


(42)

3. Probability of detection, Kemungkinan untuk terdetesi. Semakin kecil kemungkinan suatu pelanggaran terdeteksi maka semakin besar kcenderungan WP untuk melakukan pelanggaran.

4. Size of penalty, Besar sanksi, Semakin ringan sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran maka semakin besar kecenderunagan WP untuk melakukan pelanggaran.

Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Corporation and Development (OECD) menyebutkan ada tiga tipe karakter penghindaran pajak (tax avoidance):

1. Adanya unsur artifisial di mana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak.

2. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopheles dari undang-undang atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-undang.

3. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran pajak dengan syarat Wajib Pajak menjaga serahasia munkin. (Council of Executive Secretaries of Tax Organization, 1991).


(43)

Penghindaran pajak (Tax Avoidance) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Mengambil keuntungan dari berbagai pilihan bentuk badan hukum (legal entity) yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha. Sebagai contoh: pemilihan bentuk usaha perseorangan akan lebih menghemat pajak karena terhindar dari pengenaan pajak berganda seperti yang terjadi pada bentuk usaha perseroan terbatas.

2. Memilih Lokasi perusahaan yang akan didirikan. Misalnya: perusahaan memperluas usahanya dengan mendirikan perusahaan baru didaerah terpencil di Indonesia bagian Timur. Oleh karena daerah tersebut memiliki potensi ekonomi yang layak dikembangkan namun sulit dijangkau, maka pemerintah memberikan beberapa keringanan dalam pajak seperti penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, kompensai kerugian yang lebih lama dari seharusnya.

3. Penghindaran Pajak Secara Yuridis yaitu dengan cara memanfaatkan kekosongan atau ketidak jelasan undang-undang. Sebagi contoh: Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau natura dan kenikmatan (fringe Benefit) dapat sebagai salah satu pilihan untuk menghindari lapisan tarif maksimum (shif to lower bracket).


(44)

Karena pada dasarnya pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan (fringe benefit) dapat dikurangkan sebagai biaya oleh pemberi kerja sepanjang pemberian tersebut diperhitungkan sebagai penghasilan yang dikenakan pajak bagi pegawai yang menerimanya.

Strategi-strategi atau cara-cara yang legal sesuai dengan aturan undang-undang yang berlaku, biasanya dilakuan dengan memanfaatkan hal-hal yang sifatnya ambigu dalam undang-undang sehingga dalam hal ini wajib Pajak memanfaatkan celah-celah yang ditimbulkan oleh adanya ambiguitas dalam undang-undang perpajakan (Suandy, 2008). Strategi penghematan pajak tersebut disebut juga sebagai suatu strategi pajak yang agresif (Crocker dan Slemrod, 2003 dalam Annisa 2011). Strategi pajak seperti ini terkadang kurang disukai oleh para pemegang saham dan investor karena dianggap memiliki resiko yang relatif tinggi (khurana dan Moser, 2009 dalam Annisa 2011). Hal ini di dukung dengan hasil penelitian yang dilakukan Desai dan Dharmapala (2007), yang hasilnya menunjukkan tidak adanya transfer nilai dari kegiatan tersebut kepada pemegang saham dan juga adanya respons negatif dari para investor terkait kebijakan pajak tersebut. Sehingga aktivitas tax avoidance melahirkan dua perspektif alternatif mengenai motivasi dan efek dari aktivitas pajak tersebut, di satu sisi tax avoidance sebagai perluasan dari kegiatan penghematan pajak (Graham dan Tucker, 2006 dalam Desai dan Dharmapala, 2007). Di sisi lain menyebutkan ada beberapa resiko yang


(45)

ditimbulkan oleh kegiatan tax avoidance antara lain : denda, publisitas dan reputasi perusahaan (Friese, Link dan Mayer, 2006).

2.2.2.3 Pengukuran Tax Avoidance

Penghindaran pajak merupakan usaha mengurangi, atau bahkan meniadakan hutang pajak yang harus dibayar perusahaan dengan tidak melanggar undang-undang yang ada . Menurut Dyreng et al, (2010) dalam Budiman (2011) variabel ini dihitung melalui CASH ETR ( Cash effective Tax Rate) merupakan rasio pembayaran pajak secara kas (cash taxes paid) atas laba perusahaan sebelum pajak penghasilan (pretax income). Pembayaran pajak secara kas terdapat dalam Laporan Arus Kas pada pos pembayaran pajak penghasilan di arus kas dari aktivitas operasi. Sedangkan laba perusahaan sebelum pajak tedapat dalam Laporan Laba Rugi pada pos laba sebelum pajak penghasilan. Hal ini diharapkan mampu mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak perusahaan yang dilakukan menggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer. Perhitungan dapat dijabarkan sebagai berikut :

CETRit = CashTaxesPaid it PretaxIncomeit


(46)

2.2.3 Pengembangan Hipotesis

2.2.3.1 Pengaruh kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance

Penelitian yang dilakukan Shleifer dan Vishney (1986) dalam Annisa (2011) menyatakan bahwa pemilik institusional memainkan peran penting dalam memantau, mendisiplinkan dan mempengaruhi manajer. Mereka berpendapat bahwa seharusnya pemilik institusional berdasarkan besar dan hak suara yang dimiliki, dapat memaksa manajer untuk berfokus pada kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk perilaku mementingkan diri sendiri. Adanya tanggung jawab perusahaan kepada fidusia, maka pemilik institusional memiliki intensif untuk memastikan bahwa manajemen perusahaan membuat keputusan yang akan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.

Hasil penelitian yang dilakuakan oleh khurana dan Moser (2009) dalam Annisa (2011) adalah besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan, dan semakin besar konsentrasi Short-term shareholders institusional akan meningkat kebijakan pajak agresif, tetapi semikin besar konsentrasi kepemilkan Long- term shareholders maka akan semakin mengurangi tindakan kebijakan pajak agresif.


(47)

2.2.3.2 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance

Komisaris independen didefinisikan sebagai seorang yang tidak terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direktur pada suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik.

Menurut Fama & Jensen (1983) dalam Wulandari (2005) menyatakan kehadiran komisaris independen dalam dewan komisaris mampu meningkatkan pengawasan kinerja direksi. Dimana dengan semakin banyak komisaris independen maka pengawasan manajemen akan semakin ketat. Manajemen kerapkali bersifat oportunistik dimana mereka memiliki motif untuk memaksimalkan laba bersih agar meningkatkan bonus. Laba selama ini dijadikan indikator utama keberhasilan manajer. Salah satu cara meningkatkan laba bersih adalah dengan menekan biaya-biaya termasuk pajak. Sehingga dapat mendorong manajer menjadi agresif terhadap pajak. Diharapkan semakin besar proporsi komisaris independen dapat meningkatkan pengawasan yang lebih ketat sehingga dapat mencegah agresivitas pajak perusahaan yang dilakukan oleh manajemen.

Pohan (2008) menemukan bahwa Komisaris Independen sebagai mekanisme corporate governance berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tax avoidance. ,yang berarti makin besar atau tinggi komisaris yang berasal dari luar perusahaan makin kurang efektif kinerja


(48)

mereka dalam pengawasan dan pengendalian kinerja direksi atau manajer dalam pengelolan perusahaan.

2.2.3.3 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tax Avoidane

Salah satu elemen penting dalam corporate governance adalah trasparansi. Transparansi mensyaratkan adannya pengungkapan yang akurat. Salah satu bentuk monitor yang dapat menurunkan biaya agensi adalah audit yang dilakukan oleh KAP dimana auditor bekerja. Trasparansi terhadap pemegang saham dapat dicapai dengan melaporkan hal-hal yang terkait perpajakan pada pasar modal dan pertemuan para pemegan saham. Peningkatan trasparansi terhadap pemegang saham dalam hal pajak semakin dituntut oleh otoritas publik (sartori, 2010). Alasannya adalah adanya asumsi bahwa implikasi dari perilaku pajak yang agresif, pemegang saham tidak ingin perusahaan mereka mengambil posisi agresif dalam hal pajak dan akan mencegah tindakan tersebut jika mereka tahu sebelumnya.

Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor KAP The Big Four menurut beberapa referensi dipercaya lebih berkualitas sehingga menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya, oleh karena itu diduga perusahaan yang diaudit oleh KAP The BIG Four memiliki tingkat kecurangan yang lebih rendah di bandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non The Big Four.


(49)

Annisa (2011) dalam penelitianya menemukan bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance, apabila suatu perusahaan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) The Big Four maka semakin sulit perusahaan melakukan kebijakan pajak agresif.

2.2.3.4 Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance

Komite audit yang dipilih oleh komisaris hendaknya sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia, hal ini diharapkan dapat membatasi ruang gerak manajemen untuk melakukan praktek tax avoidance. Selanjutnya dalam pelaksanaan tugasnya, komite audit dengan proporsi anggota eksternal yang cukup besar dan dengan pengetahuan dan pengalaman berkaitan dengan keuangannya, diharapkan dapat mengurangi praktek tax avoidance yang dilakukan perusahaan. Oleh karena itu sebaiknya komite audit memiliki intesitas pertemuan yang cukup untuk dapat lebih baik dalam memonitor masalah seperti manajemen pajak.

Annisa (2011) dalam penelitianya menemukan bahwa komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penghingdaran pajak (Tax Avoidance). Hal ini sesui dengan peraturan BEI mensyaratkan paling sedikit komite audit tiga orang , kurang dari tiga orang maka tidak sesuai dengan peraturan BEI. Jadi jika jumlah komite audit dalam suatu perusahaan tidak sesuai dengan peraturan BEI maka akan meningkatkan tindakan manajemen dalam melakukan minimalisasi laba untuk kepentingan pajak.


(50)

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah serta landasan teori yang di jelaskan di atas, maka dapat digambarkan bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Analisis Regresi Linier Berganda Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan mengacu pada landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang di ajukan adalah :

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari kepemilikan instistusional terhadap aktivitas tax avoidance;

H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari dewan komisaris independen terhadap tax avoidanve;

Kepemilikan Institusional (X1)

Komite Audit (X4) Kualitas Audit (X3)

Dewan Komisaris

Independen(X2) Tax Avoidance


(51)

H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari kualitas audit terhadap aktivitas tax avoidance;

H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari komite audit terhadap tax avoidance.


(52)

2.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Surabaya, yang berlokasi di Jl. Basuki Rahmat No. 46 Surabaya dan di website resminya www.idx.co.id.

Objek penelitian yang digunakan adalah mekanisme Corporate Governace yang dimiliki perusahaan di ukur dengan kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kualiatas audit/Kantor Akuntan Publik yang di tunjuk dan komite audit pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2012. sedangkan Tax avoidance yang diproyeksikan dengan Cash Effective Tax Rate yaitu rasio pembayaran pajak secara kas atas laba perusahaan sebelum pajak penghasilan. Pembayaran pajak secara kas terdapat dalam Laporan Arus Kas sedangkan laba perusahaan sebelum pajak tedapat dalam Laporan Laba Rugi.

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi Operasional menurut michael H. Walizer dan Paul L. (1993:23) merupakan seperangkat petunjuk mengenai apa yang diamati


(53)

dan bagaimana mengukur suatu variabel, sehingga seseorang menggolongkan gejala lingkungan kedalam beberapa variabel.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melakukan pengujian hipotesis. Penelitian ini meliputi analisis pengaruh good corporate governance terhadap tax avoidance, dalam menyusun laporan keuangannya dengan studi kasus perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI.

Untuk menguji beberapa variabel, yaitu kepemilikan institusional (X1), dewan komisaris independen (X2), kualitas audit (X3), komite audit (X4), yang diindikasikan mempengaruhi Tax avoidance (Y) maka akan digunakan analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis) yang terdapat dalam program SPSS (Statistical Program for Social Science).

1. Variabel terikat pada penelitian ini adalah variabel yang dipengaruhi oleh Good Corporate Governance, yaitu Tax Avoidance.

Tax Avoidance adalah rekayasa ‘tax affairs’ yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful). Tax avoidance merupakan bagian dari tax planning yang dilakukan dengan tujuan meminimalkan pembayaran pajak.

Variabel ini di proyeksikan menggunakan CASH ETR (Cash Effective Tax Rate) merupakan rasio pembayaran pajak secara kas (cash taxes paid) atas laba perusahaan sebelum pajak penghasilan (pretax income).


(54)

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio, dengan satuan pengukuranya adalah persen (%), dan rumus yang digunakan (Dyreng et al, 2010) :

2. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Good Corporate Governance. Pengukuran Good Corporate Governance menggunakan proksi antara lain kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kualitas audit dan komite audit. Pengukuran terhadap good corporate governance dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

a. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan jumlah kumulatif dari persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional yang paling sedikit 5% saham perusahaan. Besar kecilnya kepemilikan institusioanal maka akan mempengaruhi kebijakan pajak agresif yang dilakukan perusahaan. Untuk menghitung kepemilikan institusional dengan cara persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional yang terdapat dalam Annual Report atau laporan keuangan.

CETRit = CashTaxesPaid it PretaxIncomeit


(55)

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio, dengan satuan pengukurannya adalah persen (%), dan rumus yang digunakan (Isnanta, 2008 dalam Laksono, 2011) :

b. Dewan Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Untuk menghitung dewan komisaris independen melalui jumlah komisaris independen perusahaan yang terdapat dalam Annual Report..

Skala pengukuran yang dugunakan adalah skala rasio dengan satuan pengukurannya adalah persen (%), dan rumus yang digunakan adalah (Surya dan Yustiavananda,2006 dalam Laksono, 2011)

c. Kualias Audit

kualitas audit adalah sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam Kepemilikan Institusional = Jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusional

Total saham

Komisaris Independen = Jumlah komisaris independen perusahaan Jumlah anggota dewan komisaris


(56)

sistem akuntansi kliennya. Dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas audit menggunakan variabel dummy yaitu angka 1 diberikan jika auditor yang mengaudit perusahaan merupakan auditor dari KAP The Big Four dan 0 jika ternyata perusahaan diaudit oleh KAP Non-The Big Four (Annisa, 2011).

Adapun daftar KAP the big-four dan afiliasi nya di Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 3.1:

Tabel 3.1

KAP The Big Four dan Afiliasinya di Indonesia The Big Four Afiliasi di Indonesia Price Waterhouse Cooper-PWC KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan Deloitte Touche Tohmatsu KAP Osman Bing Satrio & Rekan Ernst and Young KAP Purwantono, Suherman & Surja Klynveld Peat Marwick

Goerdeler (KPMG)

KAP Sidharta & Widjaja

d. Komite Audit

Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap kinerja direksi dan tim manajemen sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.Biasanya pengukuran terhadap komite audit berdasarkan keberadaan komite audit dalam perusahaan. Namun pengukuran tersebut tidak dapat digunakan lagi karena berdasarkan keputusan BAPEPAM Nomor SE-03/PM/2000 dan SE-07/PM/2004


(57)

menyatakan bahwa suatu perusahaan yang telah go public wajib memiliki komite audit. Karena alasan tersebut model pengukuran komite audit dalam penelitian ini menggunakan jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan (Oktadella, 2011).

3.3 Teknik Penentuan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah himpunan individu, unit, elemen yang memiliki ciri atau karkteristik yang sama (Sugiyono, 2004:55 dalam Faroid 2013). Populasi penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan tahunan dan Annual Report perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah 18 perusahaan, yang dipilih dengan purposive sampling method yaitu teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut dengan ciri-ciri atau sifat yang terdapat pada populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representative dari sebuah populasi, (Sumarsono, 2002: 44, dalam Faroid, 2013). Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu menyeleksi objek penelitian


(58)

berdasarkan penelitian berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel. Kriteria yang digunakan adalah :

1. Perusahaan otomotif yang sudah go public yang terdaftar di BEI selama periode 2009-2012.

2. Data laporan keuangan perusahaan tersedia berturut-turut untuk tahun pelaporan dari 2009-2012.

3. Perusahaan sampel tersebut mempublikasikasn laporan auditor dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember. 4. Data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan tersedia pada

publikasi periode 31 Desember 2009-2012), baik data mengenai good corporate governance perusahaan.

5. Perusahaan yang menggunakan uang Rupiah, agar kriteria pengukuran nilai mata uangnya sama.

6. Perusahaan tidak mengalami rugi agar tidak mengakibatkan nilai Cash Effective Tax Rate (CETR) terdistorsi.

Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan diatas maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 8 perusahaan yaitu :

1. PT. Astra Internasional Tbk 2. PT. Astra Otoparts Tbk 3. PT. Indospiring Tbk 4. PT. Gajah Tunggal Tbk 5. PT. Nipress Tbk


(59)

7. PT. Tunas Ridean Tbk 8. PT. Umited Tractors Tbk. 3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang mereupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini berasal dari Bursa Efek Indonesia (BEI) Surabaya dan website resminya di www.idx.co.id.

3.4.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari : a. Metode Dokumentasi

Yaitu mempelajari dokumen-dokumen yang berupa laporan keuangan perusahaan otomotif yang berasal dari Bursa Efek Indonesia (BEI), yang terdiri dari Annual Report setiap perusahaan dan data laporan keuangan tahunan.

b. Studi Pustaka

Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan memahami buku-buku literature dan referensi lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan landasan teori dan berbagai penjelasan mengenai masalah yang diteliti.


(60)

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis. 3.5.1 Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas data adalah untuk menguji kenormalan distribusi data dalam model regresi pada variabel penggangu atau variabel residual (Ghozali, 2009). Pengujian ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen memiliki distribusi normal. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah metode Kolmogorof Smirnov. (Sumarsono, 2004 : 40 dalam Laksono 2011).

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah data mengikuti distribusi normal adalah:

1. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusi adalah tidak nomal.

2. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distribusi adalah normal.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Dalam persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regresi ini tidak bias (sesuai dengan tujuan).

Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan


(1)

3. Kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012, dengan demikian H3 diterima.

4. Komite audit berpengaruh tidak signifikan terhadap tax avoidance pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012, dengan demikian H4 ditolak.

5. Berdasarkan perhitungan pengujian hipotesis (uji F), diperoleh hasil bahwa model regresi yang dihasilkan adalah cocok digunakan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kualitas audit, dan komite audit terhadap tax avoidance pada perusahaan otomitif yang terdaftar di BEI, dengan hasil H0 ditolak dan Ha diterima.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan pada penelitian ini, maka saran yang dapat diajukan adalah:

1. Untuk membangun suatu budaya bisnis yang sehat, hendaknya manajemen perusahaan menerapkan 5 (lima) prinsip yang telah ditetapkan oleh Good Corporate governance (GCG) sebagai tata kelola perusahaan yang sehat yaitu Tatransparansi (transparency), kemandirian (independency). Akuntabilitas (accountability), pertanggung jawaban (responsibility), dan kewajaran (fairness).


(2)

98

Dengan begitu akan memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya dengan benar.

2. Saran bagi investor yang ingin menanamkan modalnya pada perusahaan yang menjalankan prinsip clean and clear dapat menanamkan modalnya pada perusahaa yang memiliki kualitas auditnya bagus. Hal tersebut dikarenakan perusahaan tersebut ternyata terindikasi memiliki tingkat agresivitas pajak perusahaan yang rendah.

3. Untuk penelitian selanjutnya dapat memasukkan variabel-variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini, yang dapat menyempurnakan penelitian.

5.3 Keterbatasan dan Implikasi 5.3.1 Keterbatasan

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan oleh peneliti berikutnya. Beberapa keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut ini :

1. Pada penelitian ini pengujian hanya dilakukan dengan mengujian tiap-tiap komponen Corporate Governance secara terpisah (parsial) terhadap tax avoidance sehingga tidak dapat menangkap pengaruh komponen Corporate Governance secara keseluruhan.


(3)

2. Sampel yang sedikit menjadi salah satu kendala dari penelitian ini, diharapkan penelitiian selanjutnya menambah jumlah sampel dengan memasukkan semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Pengukuran tax avoidance masih bersifat taksiran dan pendekatan, bukan angka yang sebenarnya karena alsan untuk mendapatkan data pajak yang dibayar sebenarnya adalah sulit dan penbgukuran tersebut dikalangan ahli masih diperdebatkan serta oleh para peneliti masih dicari kemungkinan alternatif proksi untuk ukuran tax avoidance.

5.3.2 Implikasi Penelitian

Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dapat diciptakan suasana kondusif bagi kelancaran operasi bisnis perusahaan, termasuk meningkatkan daya saing mereka. Good Corporate Governance menjadi salah satu daya tarik investor dan para kreditor untuk mau meminjamkan dananya kepada perusahaan. Walaupun demikian tidak ada jaminan bahwa setiap perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance akan terhindar dari kesalahan dan kegagalan, karena perbedaan faktor-faktor intern dan ekstern perusahaan, yakni prinsip-prinsip Good Corporate Governance dapat diterapkan secara berhasil di suatu perusahaan belum tentu dapat berhasil jika diterapkan di perusahaan lain, hal


(4)

100

ini tergantung dari faktor-foktor yang mempengaruhinya. (Lestariningsih, 2008)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada masing-masing Negara adalah berbagai macam faktor intern dan ekstern perusahaan, yang termasuk faktor intern diantaranya struktur kepemilikan perusahaan, sedangkan yang termasuk dalam kategiri faktor ekstern antara lain adalah budaya lokal, peranan serta kebijakan pemerintah dalam kehidupan ekonomi dan bisnis serta perkembangan pasar pada masing-masing Negara ( Lestariningsih, 2008). Oleh karena itu hasil penelitian ini memberikan implikasi kepada para investor maupun kreditor untuk lebih selektif dalam menanamkan modalnya atau mau meminjamkan dana terhadap perusahaan yang sudah Go Public agar modal yang di investasikan bisa memberikan return yang baik. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih perusahaan yang menjalankan prinsip clean and clear yaitu perusahaan yang memiliki kualitas auditnya bagus. Hal tersebut dikarenakan perusahaan tersebut ternyata terindikasi memiliki tingkat agresivitas pajak perusahaan yang rendah.


(5)

Annisa, N, A, 2011, Pengaruh Corporate Governance terhadap tax Avoidace, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Anonim, 2013, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

Budiman, J, 2011, Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), Tesis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada.

Darmawati, Deni. 2003, “Corporate Governnce dan Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi , Vol.5. No. 1. April, p: 47-68.

Desai, M. A. dan D. Dharmapala., 2007, “Corporate Tax Avoidance and Firm Value”, Journal of Financial Economiscs.

Dwitridinda., 2007,Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kemungkinan Perusahaan Mengalami Financial Distress, Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok.

2006, Pedoman Good Corporate Governance Indonesia

Friese, A., S. Link, dan S. Mayer., 2006, “Taxation and Corporate Governace”. Working Paper.

Ghozali, Imam., 2009, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Keempat, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Indriato dan Supomo, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE : Yogyakarta.

Kurniasih, T & Sari, Maria, M. R., 2013, ”Pengaruh Return on assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax Avoidance, Jurnal Buletin studi Ekonomi, Vol 18, No. 1, Februari. Kurniasih, L., dan S. V. Siregar., 2007, “Pengaruh Langsung dan Moderasi Mekanisme

Corporate Governance terhadap Kinerja Saham Pasca IPO”, Seminar Nasional


(6)

Laksono, Erdian, A., 2011, Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Earning Manajemen di dalam Perusahaan Telekomonokasi, Skripsi Fakultas Ekonomi dan bisnis UPN “Veteran” Jatim. Mayangsari, Sekar., 2003, “Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta

Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi VI. 16-17 Oktober 2003Surabaya.

Oktadella, D.,2011, Analisis Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Pohan, H, T., 2008, Pengaruh Good Corporate Governace , Rasio Tobin’s q, Perata Laba terhadap Penghindaran pajak pada Perusahaan Publik. http://hotmanpohan. Blogspot.com

Praptitorini, M. D., dan I. Januarti., 2007, Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default dan Opinion Shopping terhadap PenerimaanOpini Going Concern”, Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli 2007. Makassar Sartori, Nicola. 2010. Effect of Strategic Tax Behaviors on Corporate Governance.

www.ssrn.com

Suandy, Erly, 2008, Perencanaan Pajak, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta.

Wulandari, N., 2005, Pengaruh Indikator Mekanisme Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia, Tesis.(Tidak dipublikasikan), Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang. Walizer, Michael H. dan Paul Wiener, 1993, Metode dan Analisis: Alih Bahasa Arief

Sukadi sadiman, Erlangga, Jakarta www.idx. co.id

www.Koran.tempo.co di Akses Tahun 2014 www.Merdeka.com di Akses Tahun 2014