Potensi Bahaya Microsoft Word BAB I BAB IV

16 ASC, telah tertuang dengan jelas dan tegas serta mempunyai batasan yang lugas di dalam nota perjanjian bersama oleh tenaga kerja dan pihak perusahaan yang selanjutnya disebut dengan Perjanjian Kerja Bersama PKB. 2. Proses Produksi Sebagai perusahaan petrokimia, PT Asahimas Chemical menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya dengan jumlah yang sangat besar dalam proses produksinya, agar di dalam proses produksi tersebut tidak menimbulkan potensi bahaya yang dapat merugikan baik dari segi materiil maupun nonmaterial serta dalam penghematan bahan baku yang digunakan dalam proses produksinya, segala proses produksinya dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah dibuat dan ditetapkan oleh Factory Manager untuk dipatuhi. Hal ini telah sesuai dengan Kepmenaker No. 187 tahun 1999 tentang pengendalian dan penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja, dalam pasal 2 menjelaskan bahwa pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di temapt kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja serta penyakit yang timbul akibat kerja.

B. Potensi Bahaya

1. Bahan Berbahaya dan Beracun Faktor bahaya yang ada di PT Asahimas Chemical terrutama ditimbulkan oleh addanya penggunaan bahan kimia dalam setiap proses produksinya, bahan – bahan kimi tersebut diantaranya adalah penggunaan LPG, 17 VCM, EDC, Chlorine, NaOH dan asam sulfat. Bahan-bahan tersebut termasuk ke dalam golongan bahan berbahaya dan beracun, karena bahan kimia tersebut memiliki criteria sebagai bahan yang mudah terbakar, mudah meledak, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi atau gangguan kesehatan yang lain serta dapat menimbulkan korosi. a. Bahan kimia mudah terbakar dan meledak Bahan mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran. Bahan mudah meledak adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi sehingga menimbulkan kerusakan pada sekelilingnya. Bahan-bahan kimia yang ada di PT Asahimas Chemical yang merupakan bahan yang mudah meledak dan terbakar adalah : 1 LPG Bahan ini terdapat pada lokasi CA plant, VCM plant dan Utility . LPG merupakan gas yang tidak berwarna dan berbau tajam merangsang, sangat mudah terbakar dan meledak. Gas ini mempunyai titik nyala -19 ˚ C, LEL 2,2 , UEL 9,5 dan temperature menyala sendiri 466 ˚ C dengan nilai ambang batas pemaparan 1000 ppm. 2 Ethylene Bahan ini terdapat di lokasi VCM plant. Ethylen e merupakan gas yang dalam bentuk cair pada temperature sangat rendah, tidak berwarna, berbau 18 tajam dan mudah terbakar. Gas ini mempunyai titik nyala -135 ˚ C, LEL 2,7 , UEL 34 dan temperatur menyala sendiri 543 ˚ C. 3 VCM Bahan kimia ini terdapat pada lokasi VCM plant, VCM merupakan gas yang disimpan dalam bentuk cair dengan cara ditekan, gas ini tidak berwarna dan berbau tajam merangsang dan mudah sekali terbakar, VCM mempunyai titik nyala -77 ˚ C, LEL 3,6, UEL 33, temperature menyala sendiri 472 ˚ C dan nilai ambang batas pemaparan 5 ppm. 4 EDC Bahan kimia ini dapat ditemukan pada lokasi VCM plant. EDC merupakan cairan bening tidak berwarna dan berbau tajam merangsang, mudah terbakar dan beracun, EDC mempunyai titik nyala 133 ˚ C, LEL 6,2, UEL 16, temperatur menyala sendiri 412 ˚ C dan nilai ambang batas pemaparan 10 ppm. Untuk penanggulangan terhadap bahaya kebakaran yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia tersebut, maka disediakan berbagi fasilitas pemadama kebakaran di dalam pabrik dan didukung oleh regu pemadam kebakaran yang terlatih. Karena bahan-bahan tersebut mudah sekali terbakar dan meledak maka untuk melaksankan pekerjaan di temapt yang panas hot work seperti pengelasan, penggeriindaan, pemotongan dan pengamplasan harus dilengkapi dengan ijin kerja panas, disamping itu juga dilengkapi dengan tindakan pertolongan pertama bila terkena bahan kimia tersebut, yaitu dengan penyediaan safety shower eye shower dan body shower. Hal ini sesuai 19 dengan Kepmenaker No.187 tahun 1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja. b. Bahan kimia korosif Bahan kimia korosif adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak langsung dengan jaringan atau bahan lainnya. 1 Caustic Soda Terdapat di lokasi CA plant dan VCM plant . Bahan ini merupakan cairan bening atau padatan putih yang tidak berwarna dan tidak berbau. Bila terkena kulit dapat mengakibatka luka bakar dan bila mengenai mata dapat mengakibatkan kebutaan. 2 Asam Klorida Bahan ini terdapat pada lokasi produksi CA plant, VCM utility , dan WWT. Asam klorida merupakan cairan berwarna bening tidak berwarna dan berbautajam. Bila terkena kulit dapat mengakibatkan iritasi dan kerusakan kornea mata. 3 Asam Sulfat Senyawa ini terdapat pada lokasi CA plant . Merupakan cairan yang tidak berwarna dan tidak berbau. Bila terkena kulit dapat mengakibatkan luka bakar dan bila terkena mata dapat mengakibatkan kemingkinan kebutaan. Untuk melindungi tenaga kerja dari bahan-bahan kimia yang bersifat berbahaya ini, tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan bahan kimia tersebut dilengkapi dengan alat pelindung diri yang tahan terhadap reaksi 20 bahan kimia tersebut. Pemakaian alat pelindung diri ini bersifat wajib bagi seluruh tenaga kerja yang mempunyai potensi bahaya terkena bahan-bahan kimia ini secara langsung. Alat pelindung diri ini antara lain yaitu baju Vinyl, sarung tangan karet, sepati boot karet, spectacle dan kacamata goggle . Untuk tindakan pertolongan pertama bila tenaga kerja terkena cairan-cairan tersebut adalah disediakannya safety shower eye shower dan body shower di area sekitar palnt dimana potensi untuk terkena bahan kimia tersebut ada, selain itu pihak manajemen juga mengupayakan terjadinya kecelakaan tersebut dengan menggunakan lembar data keselamatan kerja atau yang biasa disebut dengan MSDS. Lembar yang berisi tentang informasi tentang segala hal karakteristik bahan-bahan kimi ayng digunakan ini diharapkan dapat menjadi perhatian bagi tenaga kerja untuk selalu berhati-hati dan memperhatikan sifat bahan kimia yang sedang digunakan. Apa yang telah dilakukan PT Asahimas Chemical ini telah sesuai dengan regulasi tentang penanganan bahan kimia, yaitu pada Kepmenaker Nomer 187 tahun terbit 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya Di Tempat Kerja. c. Bahan kimia beracun Bahan kimia beracun adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap manusia atau menimbulkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, terhirup melalui pernapasan atau kontak langsung melalui jaringan kulit. Yang termasuk dalam golongan bahan kimia beracun adalah : 1 LPG 21 Merupakan gas tidak berwarna dan berbau tajam merangsang. Jenis bahayanya adalah bila terhirup dalam jumlah yang nerlebih dapat mengakibatkan pingsan. Zat ini mempunyai nilai ambang batas paparan sebesar 1000 ppm. Di PT Asahimas Chemical, gas ini terdapat pada lokasi CA plant, VCM plant dan area Utility. 2 VCM VCM merupakan gas beracun tidak berwarna dan berbau tajam wangi merangsang dengan nilai ambang batas pemaparan sebesar 5 ppm. Bila terbakar dapat mengeluarkan gas phosgene dan Chlor . Teradpat pada lokasi VCM plant . 3 EDC Merupakan cairan tidak berwarna serta barbau tajam merangsang dengan nilai ambang batas 10 ppm. Terdapat di lokasi VCM plant. 4 Gas Chlorine Merupakan gas yang berwarna kekuning-kuningan dan berbau tajam. Bila terhirup menyesakkan nafas dan iritasi tenggorokan. Terdapat di lokasi CA plant, Utility, VCM plant , dan WWT. Untuk memberikan informasi tentang sifat-sifat dari bahan-bahan kimia ini, di dalam Lembar Data Keselamatan Bahan MSDS dicantumkan tentang nama kimia yang umum dipakai, data bahaya kebakaran dan peledakan, data bahaya terhadap kesehatan, prosedur P3K, reaktivitas dan prosedur penanganan bila terjadi kebocoran. MSDS ini didistribusikan ke seluruh departemen dan wajib diketahui oleh semua karyawan. 22 Agar bahan-bahan berbahaya dan beracun ini dapat mencegah dari potensi terhadap kecelakaan dan gangguan kesehatan para karyawan serta pencemaran terhadap lingkunga sekitar, maka dilakukan upaya penanganan sebagai berikut: 1 Menyimpan bahan-bahan berbahaya dan beracun dalam tanki atau bejana yang terpisah dengan bahan kimia yang lain. Tempat penyimpanan hendaknya jauh dari sumber api, sumber panas dan nyala api yang terbuka. 2 Inspeksi vessel atau tangki secara berkala. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain suhu sekitar, besarnya tekanan bejana, serta kondisi fisiknya. 3 Penyediaan safety shower di setiap plant sebagai pertolongan pertama bila terkena cairan B3, yang langkah selanjutnya adalah segera mendapatkan pertolongan medis dari klinik perusahaan. Sebagai peralatan penanggulangan kebakaran maka bejana atau tangki dilengkapi dengan foam chamber dan deluge system . Juga apabila akan melakukan pekerjaan panas pengelasan, pengamplasan, serta pemotongan harus dilengkapi dengan ijin kerja pada tempat yang panas hot work permit. Langkah-langkah yang telah diterapkan oleh pihak pengurus perusahaan ini telah sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan pemerintah melalui versi keputusan menteri tenaga kerja RI dengan nomer Kepmenaker No. 187 tahun terbit 1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja, pada pasal 3 yang menyatakan bahwa pengendalian bahan kimis sebagaimana yang dimaksud pasal 2 meliputi : penyediaan lembar data keselamatan bahan dan 23 label LDKB, penunjukan petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kimia, serta Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja bidang kimia. 2. Potensi Bahaya Lain Potensi bahaya lain selain berasal dari bahan-bahan berbahaya dan beracun adalah berasala juga dari mesin-mesin yang digunakan serta peralatan angkat angkut serta potensi-potensi bahaya dari berbagai upaya antara lain berasal dari pemberian tutup pengaman pada mesin-mesin yang berputar, isolasi peralatan yang terlalu panas atau dingin, handrail dan guardrail pada tangga dan pada tempat dengan ketinggian lebih dari 2 meter, penyediaan alat pelindung diri yang disesuaikan dengan potensi bahaya yang mungkin muncul pada saat pekerja melakukan pekerjaannya, pemeliharaan kebersihan lingkungan kerja, penandaan bahaya, system peringatan penjelasan mengenai siakp kerja yang benar. Hal-hal yang telah disebutkan ini telah sesuai dengan Surat Keputusan Menteri tenaga kerja dengan seri terbit SK Menaker No. Kep 51 MEN 1999 tentang nilai ambang batas faktor kimia di tempat kerja.

C. Sistem Keselamatan Kerja