Microsoft Word BAB I BAB IV

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekuensi meningkatnya intensitas kerja yang mengakibatkn pula meningkatnya resiko kecelakaan kerja di lingkungan kerja. Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beranekaragam bentuk maupun jenis kecelakannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang telah dilaksanakan tersebut maka disusunlah peraturan perundangan yang mengatur tentang ketenagakerjaan sebagai upaya dalam perlindungan keselamatan kerja dan peningkatan derajat kesehatan para tenaga kerja di lingkungan kerja.

Industri petrokimia dengan bahan baku kimia yang diproses dengan suhu dan tekanan tinggi serta mesin-mesin yang berteknologi tinggi dengan metode yang modern, tentunya memiliki potensi bahaya yang dapat mengakibatkan kerugian terhadap orang, harta benda perusahaan dan lingkungan. Dengan melihat potensi bahaya yang besar tersebut, peranan keselamatan kerja sangat diperlukan untuk mencegah dan mengurangi angka kecelakaan kerja atau pun kejadian hampir celaka yang sering mempunyai intensitas yang lebih tinggi.

Dengan maksud untuk memperkecil permasalahan negatif yang ada, maka berbagai upaya harus dilakukan agar tujuan Keselamatan dan Kesehatan


(2)

Kerja dapat tercapai. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut menurut Undang Undang Keselamatan Kerja No.01 tahun 1970 adalah :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Dengan adanya regulasi yang mengikat hukum pelaksanaan upaya keselamatan dan kesehatan kerja tersebut maka diharapkan dapat menjawab kebutuhan akan pemenuhan hak dasar tenaga kerja untuk mendapatkan jaminan keamanan dan kenyamanan di tempat kerja.

Dengan adanya penggunaan bahan – bahan dasar kimia yang tergolong dalam kategori bahan berbahaya dan beracun (B3) maka akan sangat mungkin timbul beberapa kondisi yang menciptakan permasalahan negatif berupa faktor bahaya yang berdampak pada derajat kesehatan para tenaga kerja dan mengurangi stabilitas kondisi lingkungan alam sekitar lokasi industri.

Untuk mencegah adanya dampak negatife dari penggunaan bahan yang tergolong dalam B3 tersebut maka perlu adanya sebuah upaya penjagaan higene dalam perusahaan dan penerapan jaminan derajat kesehatan para karyawan serta perlindungan terhadap lingkungan.

PT Asahimas Chemical (ASC) sebagai salah satu industri yang bergerak di bidang kimia yang menghasilkan Caustic Soda (NaOH), Vinyl Chloride Monomer (VCM), Polyvinil Chloride (PVC), Ethylene Dichloride (EDC), Hydro


(3)

Chlorid Acid (HCl), Liquid Chlorine dan Sodium Hypochloride (NaCLO) juga telah menerapkan usaha-usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan pemeliharaan lingkungan hidup. Hal ini terlihat dari adanya Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, penyediaan peralatan perlindungan diri (APD), pelayanan kesehatan, training-training tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta pengelolaan lingkungan. Dalam pelaksanaannya, PT Asahimas mengacu pada regulasi dalam negeri yang telah ditetapkan sebagai peraturan wajib bagi seluruh perusahaan yang berada di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia serta beberapa ketentuan yang telah dibakukan oleh dunia perindustrian internasional sebagai ketentuan yang menjadi syarat utama dalam pengelolaan perusahaan, seperti ISO dan ACGIH, dan lain sebagainya. Dalam penerapannya pun, PT Asahimas Chemical diawasi dan diaudit oleh lembaga atau instansi terkait baik internal maupun eksternal.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan di PT Asahimas Chemical adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui program kerja dan kegiatan pelaksanaan K3LH (Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup).

2. Mengetahui dan mempelajari faktor-faktor bahaya yang terdapat di perusahaan.

3. Membandingkan antara teori yang telah dipelajari di perkuliahan dengan pola penerapannya di perusahaan.


(4)

4. Mengetahui upaya perusahaan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja.

C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Hasil dari Praktek Kerja Lapangan di PT Asahimas Chemical ini diharapkan dapat memberi manfaat pada :

1. Perusahaan

Sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi perusahaan terhadap upaya penanganan K3LH (Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup).

2. Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang penerapan K3LH (Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup) di perusahaan.

3. Program DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan proses belajar-mengajar.


(5)

BAB II

METODE PENGAMBILAN DATA

A. Sumber Data

Proses penulisan laporan, penulis memperoleh data dengan cara :

1. Wawancara

Dalam hal ini mengadakan wawancara dengan koordinator PKL maupun dengan orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Penulis juga mendapatkan kesempatan memperoleh materi yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara terjadwal.

2. Observasi

Penulis mengadakan pengamatan langsung di lapangan dengan didampingi salah seorang pembimbing.

3. Kepustakaan

Selain dengan cara-cara di atas, penulis mendapatkan sumber data dari membaca referensi-referensi yang menunjang.

B. Lokasi Praktek Kerja Lapangan

Lokasi pengambilan data dilakukan di area PT Asahimas Chemical AGC Group dengan alamat Jalan Raya Anyer 122 Ciwandan, Cilegon-Banten.

C. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan


(6)

1. Tahap Persiapan Pada tahap ini diadakan :

a. Permohonan ijin Magang di PT Asahimas Chemical AGC Group.

b. Membaca dan mempelajari kepustakaan yang berhubungan dengan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan meliputi :

a. Orientasi secara umum di perusahaan tempat diadakannya Magang.

b. Pemberian materi yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja oleh pembimbing Magang dan orang-orang yang berkompeten dibidangnya yang dipersiapkan dari perusahaan.

c. Wawancara dan observasi pendahuluan.

d. Pengamatan langsung terhadap kondisi lingkungan kerja di perusahaaan dan buku-buku referensi.

3. Tahap Pengolahan Data

Data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai bahan penulisan laporan.


(7)

BAB III HASIL MAGANG

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Asahimas Chemical (PT. ASC) didirikan pada tanggal 8 September 1986, dengan nama PT. Asahimas Subentra Chemical. Perubahan nama dilakukan sejak tanggal 1 Juli 1999.

PT. ASC didirikan dengan investasi awal sebesar US$ 200 juta, dan pada saat sekarang nilai investasinya berkembang menjadi sebesar US$ 535 juta.

PT. ASC memulai produksi pada bulan Juli 1989 dan diresmikan oleh presiden Soeharto (Presiden ke-2 Republik Indonesia) pada tanggal 26 Agustus 1989. Dan tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahirnya PT. ASC.

PT ASC merupakan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang terdiri dari 4 (empat) perusahaan swasta dari tiga negara asing dan 1 (satu) perusahaan swasta nasional, yaitu:

1. Asahi Glass Co. Ltd. (Japan): 52,5%. 2. PT. Rodamas Co. Ltd. (Indonesia): 18%. 3. Ableman Finance, Ltd. (Virgin Islands): 18%. 4. Mitsubishi Corporation (Japan): 11,5%.

PT. ASC berkantor pusat di Summitmas Tower I Lt. 9, Jl. Jend. Sudirman Kav. 61 - 62, Jakarta Selatan. Sedangkan Pabriknya berlokasi di


(8)

kawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), Jl. Raya Anyer Km.122 Cilegon 42447 - Banten.

Pada awalnya Pabrik dibangun di atas lahan seluas 24 hektar, setelah mengalami perluasan dalam tahap (phase) II, III dan IV, luas area yang ditempati berkembang menjadi 90 hektar.

PT. ASC beroperasi secara terus-menerus dalam 24 jam, yang dioperasikan oleh 1.062 karyawan yang dibagi dalam 3 jadwal shift dan daily di Pabrik Cilegon, 61 karyawan di Kantor Pusat Jakarta, dan ditambah 6 orang

expatriate (pekerja asing).

Karyawan PT. ASC direkrut dari lulusan Perguruan Tinggi atau Universitas, Akademi atau Politeknik dan SLTA atau sederajat dari area propinsi Banten dan atau diluar Propinsi Banten.

Struktur organisasi di PT ASC adalah sebagai berikut : 1. Dewan Komisaris, yang terdiri dari:

a. Presiden Komisaris b. Wakil Presiden Komisaris c. Komisaris

2. Dewan Direktur, yang terdiri dari: a. Presiden Direktur

b. Wakil Presiden Direktur c. Direktur

3. Direktur Pabrik (Plant Director) 4. Manajer Divisi (Division Manager)


(9)

5. Asisten Manajer Divisi

6. Manajer Departemen (Department Manager)

7. Asisten Manajer Departemen

8. Kepala Seksi (Section Chief)

9. Staff

10. Operator/Teknisi

Dalam pengaturan kondisi kerja, Manajemen PT. Asahimas Chemical bersama dengan Serikat Pekerja (SP-KEP Unit Kerja PT. ASC) membuat kesepakatan bersama yang menghasilkan Perjajian Kerja Bersama (PKB).

Beberapa Ketentuan Pokok yang diatur antara lain:

1. Hubungan Kerja

2. Hari Kerja, Jam Kerja dan Jam Istirahat

Kelompok Kerja Jam / Hari Kerja

Hari Kerja Karyawan Daily Senin - Jum'at

Karyawan Shift Mengikuti Pola Shift

Jam Kerja Karyawan Daily 07:30 - 16:30

Karyawan Shift Shift 1: 22:45 - 07:00 Shift 2: 06:45 - 15:00 Shift 3: 14:45 - 23:00

3. Perjalanan Dinas 4. Sistem Pengupahan


(10)

5. Pemeliharaan Kesehatan

6. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 7. Jaminan Sosisal Dan Kesejahteraan 8. Pendidikan Dan Latihan

9. Tata Tertib Kerja

10.Dll. Yang berhubungan dengan hak dan kewajiban bekerja.

PT Asahimas Chemical merupakan pabrik petrokimia yang terpadu mempunyai resiko yang cukup besar terhadap terjadinya kebakaran karena adanya bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti ethylene, VCM, EDC, Hydrogen

dan LPG. Selain itu terdapat juga bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatan dan membahayakan keselamatan manusia seperti, gas Cl, VCM, EDC,

Caustic Soda, Asam Sulfat, Asam Klorida dan NaClO.

Upaya pencegahan terhadap kebakaran dan kecelakaan sangat perlu dilakukan karena pencegahan terhadap kecelakaan merupakan pelindungan bagi tenaga kerja maupun asset perusahaan serta lingkungan sekitarnya. Hal ini seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No 1 tahun 1970, tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Bahwa pengusaha/perusahaan wajib melindungi tenaga kerja dan orang yang berada dilingkungannya dari kecelakaan dan gangguan kesehatan serta menggunakan sumber-sumber produksi secara aman dan efisien.

Untuk menjamin terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat maka PT Asahimas Chemical mempunyai visi dan misi yang tertuang didalam:

Kebijakan Mutu, Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatamn Kerja. “PT.


(11)

internasional, mempunyai komitment untuk memenuhi kepuasan pelanggan, melestarikan lingkungan dan meminimalkan resiko pada aktivitas bisnis yang relevan melalui penerapan Sistem Manajemen Mutu, Lingkungan dan keselamatan dan kesehatan kerja”.

Dalam mendukung prinsip diatas, PT Asahimas Chemical akan:

ndalkan kualitas yang prima untuk memuaskan pelanggan dan memenuhi semua peraturan dan perundang-undangan yang relevan di Indonesia dan ketentuan lain yang berlaku bagi perusahaan.

tandardkan pencapaian mutu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dengan cara mencegah polusi, menghemat energi, dan mempertimbangkan aspek bahaya dan resiko sebagai sikap kerja bagi seluruh karyawan.

iptakan perbaikan terus menerus pada penerapan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu, Lingkungan dan Keselamatan Kerja dengan melibatkan partisipasi seluruh karyawan.

Visi dan misi perusahaan di atas menggambarkan bahwa PT Asahimas Chemical sangat perduli terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya. Untuk menjalankan kebijakan tersebut PT ASC Menerapkan Sistem Manajement K3 yang mengacu kepada PER 05/MEN/1996 dan membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang didasarkan pada PER 04/Men/1987 dimana Departemen Safety & Health sebagai sekretariatnya.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dipabrik maka pihak manajemen membuat beberapa program kegiatan keselamatan dan kesehatan A

S


(12)

kerja. Masing-masing kegiatan mempunyai tujuan dan sasaran tertentu dan melibatkan seluruh pihak.

Adapun kegiatan K3 tersebut antara lain ;

1. Management Safety Committee Meeting (MSCM).

MSCM ini merupakan rapat bulanan yang dihadiri oleh level manager sampai Factory manager. Dalam MSCM ini dibahas mengenai, laporan kecelakaan, safety performance, evaluasi kegiatan K3 selama sebulan, dan memberi arahan bagi terlaksananya seluruh program K3.

2. Safety Coordinator Meeting.

Forum ini merupakan sarana komunikasi diantara para Safety Coordinator

lintas department untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan K3 dan untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang K3.

3. Joint Safety Patrol (JSP)

Kegiatan ini rutin dilakukan setiap sebulan sekali dengan tujuan untuk mencari tindakan dan kondisi yang tidak aman di area kerja untuk kemudian diambil tindakan perbaikan.

4. Emergency Response Drill

Emergency Response Drill ini bertujuan untuk melatih ketrampilan karyawan dalam menghadapi kejadian emergensi. Latihan ini dilakukan sebulan sekali sebelum MSCM dimulai untuk level department dan setahun sekali untuk level pabrik.


(13)

Program cleaning day ini bertujuan untuk menjaga agar lingkungan kerja selalu dalam keadaan bersih dan rapi.

6. Regular Join Patrol (RJP)

Kegiatan ini dilakukan sehari 2 kali patrol, yaitu pagi pukul 10:00 dan sore hari pukul 15:00. Anggota tim patrol ini terdiri dari, satu orang staff safety, satu orang staff environment dan satu orang security. Tujuan dari RJP ini untuk memantau kondisi plant dari segi safety, environment dan faktor keamanannya.

7. Safety Orientasi

Safety orientasi ini adalah pemberian materi tentang safety & environment

kepada kontraktor. Dengan tujuan agar kontraktor tahu bagaimana cara bekerja secara aman, mengetahui apa yang harus dilakukan bila terjadi keadaan darurat dan dapat menilai potensi bahaya di area kerjanya serta tidak mencemari lingkungan.

8. Inspeksi Peralatan Emergency

Untuk memastikan semua peralatan emergency berkerja dengan baik maka diadakan inspeksi rutin dari semua peralatan emergency.

Di Health section juga ada beberapa kegiatan yang bertujuan untuk memantau kondisi lingkungan kerja dan kesehatan karyawan:

1. Walk Through Survey (WTS)

Kegiatan ini dilakukan oleh Staff health, dokter perusahaan dan staff dari departemen yang terkait. Dalam kegiatan ini mereka mendata potensi-potensi apa saja yang dapat mengganggu kesehatan pekerja di tempat kerja, Mulai dari bahaya fisik, kimia dan biologi.


(14)

2. Pengukuran Lingkungan Kerja

Pada kegiatan ini diadakan pengukuran dari parameter-parameter yang telah ditentukan pada kegiatan WTS di atas untuk mengetahui apakah parameter-parameter tersebut melebihi ambang batas yang dapat mengganggu kesehatan atau tidak.

3. Medical Check up

Medical check up dilakukan setiap tahun sekali. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah ada karyawan yang terganggu kesehatannya akibat bekerja di pabrik ASC. Apabila ada yang terganggu kesehatannya maka dokter perusahaan akan mengadakan pengobatan dan terapi untuk memulihkan kesehatannya.

4. Training Hygiene Industri

Tujuan dari training ini adalah untuk membangun kesadaran kepada semua karyawan untuk bekerja dengan baik dan benar, terutama dalam penanganan bahan kimia.


(15)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Ketenagakerjaan

Seluruh tenaga kerja di PT Asahimas Chemical telah mendapatkan sarana dan fasilitas serta kesejateraan yang layak. Seluruh pekerja bisa bekerja dengan jaminan keselamatan yang telah terselenggara dan menjadi sebuah system yang wajib dipatuhi oleh siapa pun yang berada di lingkungan perusahaan tanpa terkecuali, dan penerapan sisyem ini telah terorganisir dengan baik.

Selain jaminan keselamatan kerja, para pekerja juga mendapatkan sarana dan fasilitas dalam melaksanakan tugasnya, sehingga mereka dapat bekerja dengan kenyamanan yang penuh, hal ini jelas bertujuan pada peningkatan produktivitas dan motivasi para tenaga kerja.

Seluruh hak dan kewajiban para pekerja telah diatur dengan sangat sistematis dan jelas. Diatur dalam surat atas perjanjian antara pihak tenaga kerja dengan perusahaan, adanya perjanjian ini dimediatori oleh organisasi internal PT Asahimas Chemical, yaitu Serikat Pekerja Kimia, Energi, Pertambangan Minyak dan Gas (SP-KEP). Dalam perjanjian yang bersifat mengikat antara kedua belah pihak tersebut, telah diatur seluruh hal yang wajib diterima dan dipenuhi oleh tenaga kerja PT ASC. Permasalahan tentang hubungan kerja, jam kerja, upah kerja, perlindungan tenaga kerja, tunjangan kerja, fasilitas kerja, pelayanan kerja, dan segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja di lingkungan kerja PT


(16)

ASC, telah tertuang dengan jelas dan tegas serta mempunyai batasan yang lugas di dalam nota perjanjian bersama oleh tenaga kerja dan pihak perusahaan yang selanjutnya disebut dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

2. Proses Produksi

Sebagai perusahaan petrokimia, PT Asahimas Chemical menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya dengan jumlah yang sangat besar dalam proses produksinya, agar di dalam proses produksi tersebut tidak menimbulkan potensi bahaya yang dapat merugikan baik dari segi materiil maupun nonmaterial serta dalam penghematan bahan baku yang digunakan dalam proses produksinya, segala proses produksinya dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah dibuat dan ditetapkan oleh Factory Manager untuk dipatuhi. Hal ini telah sesuai dengan Kepmenaker No. 187 tahun 1999 tentang pengendalian dan penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja, dalam pasal 2 menjelaskan bahwa pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di temapt kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja serta penyakit yang timbul akibat kerja.

B. Potensi Bahaya

1. Bahan Berbahaya dan Beracun

Faktor bahaya yang ada di PT Asahimas Chemical terrutama ditimbulkan oleh addanya penggunaan bahan kimia dalam setiap proses produksinya, bahan – bahan kimi tersebut diantaranya adalah penggunaan LPG,


(17)

VCM, EDC, Chlorine, NaOH dan asam sulfat. Bahan-bahan tersebut termasuk ke dalam golongan bahan berbahaya dan beracun, karena bahan kimia tersebut memiliki criteria sebagai bahan yang mudah terbakar, mudah meledak, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi atau gangguan kesehatan yang lain serta dapat menimbulkan korosi.

a. Bahan kimia mudah terbakar dan meledak

Bahan mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran. Bahan mudah meledak adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi sehingga menimbulkan kerusakan pada sekelilingnya.

Bahan-bahan kimia yang ada di PT Asahimas Chemical yang merupakan bahan yang mudah meledak dan terbakar adalah :

1) LPG

Bahan ini terdapat pada lokasi C/A plant, VCM plant dan Utility. LPG merupakan gas yang tidak berwarna dan berbau tajam merangsang, sangat mudah terbakar dan meledak. Gas ini mempunyai titik nyala -19˚ C, LEL 2,2 %, UEL 9,5 % dan temperature menyala sendiri 466˚ C dengan nilai ambang batas pemaparan 1000 ppm.

2) Ethylene

Bahan ini terdapat di lokasi VCM plant. Ethylene merupakan gas yang dalam bentuk cair pada temperature sangat rendah, tidak berwarna, berbau


(18)

tajam dan mudah terbakar. Gas ini mempunyai titik nyala -135 ˚ C, LEL 2,7 %, UEL 34 % dan temperatur menyala sendiri 543˚ C.

3) VCM

Bahan kimia ini terdapat pada lokasi VCM plant, VCM merupakan gas yang disimpan dalam bentuk cair dengan cara ditekan, gas ini tidak berwarna dan berbau tajam merangsang dan mudah sekali terbakar, VCM mempunyai titik nyala -77˚ C, LEL 3,6%, UEL 33%, temperature menyala sendiri 472˚ C dan nilai ambang batas pemaparan 5 ppm.

4) EDC

Bahan kimia ini dapat ditemukan pada lokasi VCM plant. EDC merupakan cairan bening tidak berwarna dan berbau tajam merangsang, mudah terbakar dan beracun, EDC mempunyai titik nyala 133˚ C, LEL 6,2%,

UEL 16%, temperatur menyala sendiri 412˚ C dan nilai ambang batas pemaparan 10 ppm.

Untuk penanggulangan terhadap bahaya kebakaran yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia tersebut, maka disediakan berbagi fasilitas pemadama kebakaran di dalam pabrik dan didukung oleh regu pemadam kebakaran yang terlatih. Karena bahan-bahan tersebut mudah sekali terbakar dan meledak maka untuk melaksankan pekerjaan di temapt yang panas (hot work) seperti pengelasan, penggeriindaan, pemotongan dan pengamplasan harus dilengkapi dengan ijin kerja panas, disamping itu juga dilengkapi dengan tindakan pertolongan pertama bila terkena bahan kimia tersebut, yaitu dengan penyediaan safety shower (eye shower dan body shower). Hal ini sesuai


(19)

dengan Kepmenaker No.187 tahun 1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.

b. Bahan kimia korosif

Bahan kimia korosif adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak langsung dengan jaringan atau bahan lainnya.

1) Caustic Soda

Terdapat di lokasi C/A plant dan VCM plant. Bahan ini merupakan cairan bening atau padatan putih yang tidak berwarna dan tidak berbau. Bila terkena kulit dapat mengakibatka luka bakar dan bila mengenai mata dapat mengakibatkan kebutaan.

2) Asam Klorida

Bahan ini terdapat pada lokasi produksi C/A plant, VCM utility, dan WWT. Asam klorida merupakan cairan berwarna bening tidak berwarna dan berbautajam. Bila terkena kulit dapat mengakibatkan iritasi dan kerusakan kornea mata.

3) Asam Sulfat

Senyawa ini terdapat pada lokasi C/A plant. Merupakan cairan yang tidak berwarna dan tidak berbau. Bila terkena kulit dapat mengakibatkan luka bakar dan bila terkena mata dapat mengakibatkan kemingkinan kebutaan.

Untuk melindungi tenaga kerja dari bahan-bahan kimia yang bersifat berbahaya ini, tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan bahan kimia tersebut dilengkapi dengan alat pelindung diri yang tahan terhadap reaksi


(20)

bahan kimia tersebut. Pemakaian alat pelindung diri ini bersifat wajib bagi seluruh tenaga kerja yang mempunyai potensi bahaya terkena bahan-bahan kimia ini secara langsung. Alat pelindung diri ini antara lain yaitu baju Vinyl, sarung tangan karet, sepati boot karet, spectacle dan kacamata (goggle). Untuk tindakan pertolongan pertama bila tenaga kerja terkena cairan-cairan tersebut adalah disediakannya safety shower (eye shower dan body shower) di area sekitar palnt dimana potensi untuk terkena bahan kimia tersebut ada, selain itu pihak manajemen juga mengupayakan terjadinya kecelakaan tersebut dengan menggunakan lembar data keselamatan kerja atau yang biasa disebut dengan MSDS. Lembar yang berisi tentang informasi tentang segala hal karakteristik bahan-bahan kimi ayng digunakan ini diharapkan dapat menjadi perhatian bagi tenaga kerja untuk selalu berhati-hati dan memperhatikan sifat bahan kimia yang sedang digunakan. Apa yang telah dilakukan PT Asahimas Chemical ini telah sesuai dengan regulasi tentang penanganan bahan kimia, yaitu pada Kepmenaker Nomer 187 tahun terbit 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya Di Tempat Kerja.

c. Bahan kimia beracun

Bahan kimia beracun adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap manusia atau menimbulkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, terhirup melalui pernapasan atau kontak langsung melalui jaringan kulit. Yang termasuk dalam golongan bahan kimia beracun adalah :


(21)

Merupakan gas tidak berwarna dan berbau tajam merangsang. Jenis bahayanya adalah bila terhirup dalam jumlah yang nerlebih dapat mengakibatkan pingsan. Zat ini mempunyai nilai ambang batas paparan sebesar 1000 ppm. Di PT Asahimas Chemical, gas ini terdapat pada lokasi

C/A plant, VCM plant dan area Utility.

2) VCM

VCM merupakan gas beracun tidak berwarna dan berbau tajam wangi merangsang dengan nilai ambang batas pemaparan sebesar 5 ppm. Bila terbakar dapat mengeluarkan gas phosgene dan Chlor. Teradpat pada lokasi VCM plant.

3) EDC

Merupakan cairan tidak berwarna serta barbau tajam merangsang dengan nilai ambang batas 10 ppm. Terdapat di lokasi VCM plant.

4) Gas Chlorine

Merupakan gas yang berwarna kekuning-kuningan dan berbau tajam. Bila terhirup menyesakkan nafas dan iritasi tenggorokan. Terdapat di lokasi

C/A plant, Utility, VCM plant, dan WWT.

Untuk memberikan informasi tentang sifat-sifat dari bahan-bahan kimia ini, di dalam Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS) dicantumkan tentang nama kimia yang umum dipakai, data bahaya kebakaran dan peledakan, data bahaya terhadap kesehatan, prosedur P3K, reaktivitas dan prosedur penanganan bila terjadi kebocoran. MSDS ini didistribusikan ke seluruh departemen dan wajib diketahui oleh semua karyawan.


(22)

Agar bahan-bahan berbahaya dan beracun ini dapat mencegah dari potensi terhadap kecelakaan dan gangguan kesehatan para karyawan serta pencemaran terhadap lingkunga sekitar, maka dilakukan upaya penanganan sebagai berikut:

1) Menyimpan bahan-bahan berbahaya dan beracun dalam tanki atau bejana yang terpisah dengan bahan kimia yang lain. Tempat penyimpanan hendaknya jauh dari sumber api, sumber panas dan nyala api yang terbuka. 2) Inspeksi vessel atau tangki secara berkala. Hal-hal yang perlu diperhatikan

antara lain suhu sekitar, besarnya tekanan bejana, serta kondisi fisiknya. 3) Penyediaan safety shower di setiap plant sebagai pertolongan pertama bila

terkena cairan B3, yang langkah selanjutnya adalah segera mendapatkan pertolongan medis dari klinik perusahaan.

Sebagai peralatan penanggulangan kebakaran maka bejana atau tangki dilengkapi dengan foam chamber dan deluge system. Juga apabila akan melakukan pekerjaan panas (pengelasan, pengamplasan, serta pemotongan) harus dilengkapi dengan ijin kerja pada tempat yang panas (hot work permit).

Langkah-langkah yang telah diterapkan oleh pihak pengurus perusahaan ini telah sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan pemerintah melalui versi keputusan menteri tenaga kerja RI dengan nomer Kepmenaker No. 187 tahun terbit 1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja, pada pasal 3 yang menyatakan bahwa pengendalian bahan kimis sebagaimana yang dimaksud pasal 2 meliputi : penyediaan lembar data keselamatan bahan dan


(23)

label (LDKB), penunjukan petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kimia, serta Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja bidang kimia.

2. Potensi Bahaya Lain

Potensi bahaya lain selain berasal dari bahan-bahan berbahaya dan beracun adalah berasala juga dari mesin-mesin yang digunakan serta peralatan angkat angkut serta potensi-potensi bahaya dari berbagai upaya antara lain berasal dari pemberian tutup pengaman pada mesin-mesin yang berputar, isolasi peralatan yang terlalu panas atau dingin, handrail dan guardrail pada tangga dan pada tempat dengan ketinggian lebih dari 2 meter, penyediaan alat pelindung diri yang disesuaikan dengan potensi bahaya yang mungkin muncul pada saat pekerja melakukan pekerjaannya, pemeliharaan kebersihan lingkungan kerja, penandaan bahaya, system peringatan penjelasan mengenai siakp kerja yang benar. Hal-hal yang telah disebutkan ini telah sesuai dengan Surat Keputusan Menteri tenaga kerja dengan seri terbit SK Menaker No. Kep 51/ MEN/ 1999 tentang nilai ambang batas faktor kimia di tempat kerja.

C. Sistem Keselamatan Kerja

Dalam penerapannya, PT Asahimas Chemical sangat memperhatikan aspek pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja. Komitmen untuk terus bersiaga dalam penjagaan aspek K3 ini bersama-sama disepakati oleh seluruh karyawan dan pihak perusahaan. Partisipasi dari seluruh tenaga kerja akan perlindungan diri ketika berada dalam lingkungan kerja ini selalu dipelihara oleh setiap orang dan selalu diperingatkan oleh pihak terkait yang berfokus pada


(24)

program jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, dalam hal ini adalah SEA (Safety, Health and Quality Assurance) Divisi. Program-program yang inovatif selalu dimunculkan dari departemen ini. Upaya untuk melindungi seluruh karyawan dan setiap orang yang berada di lingkungan perusahaan senantiasa menjadi focus departemen ini. Beberapa hal yang dapat diurai tentang system keselamatan kerja ini adalah sebagai berikut :

a. Alat Pelindung Diri (APD)

Penyediaan APD oleh perusahaan yang selanjutnya menjadi

tanggungjawab divisi S&H ini, disesuaikan dengan faktor serta potensi bahaya yang muncul dari lingkungan kerja dan proses produksi yang dijalankan oleh perusahaan. Pemenuhan APD ini memang telah menjadi kewajiban pihak perusahaan untuk melaksanakannya, sebagaimana diatur dalam Undang Undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada pasal 14 huruf C yang menyatakan bahwa pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tempat kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja.

Masih pada Undang Undang No. 01 tahun 1970 pada pasal 12, diatur mengenai kewajiban tenaga kerja dalam pemakaian alat pelindung diri pada huruf B yang menyatakan bahwa tenaga kerja wajib memakai alat pelindung diri yang diwajibkan, dan pada huruf C menerangkan bahwa tenaga kerja


(25)

wajib memenuhi dan menaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

Sehingga dengan adanya regulasi yang mengatur tentang peran serta seluruh jajaran perusahaan ini maka sangat jelas ditegaskan bahwa siapa pun orang yang berada di lingkungan tempat kerja wajib mengutamakan aspek keselamatan kerja dengan mematuhi ketentuan yang telah diatur dalam perusahaan.

b. Fasilitas pemadam kebakaran

Pengadaan perlengkapan pemadam kebakaran yang dilakukan oleh PT Asahimas Chemical didasarkan pada besarnya potensi bahaya berupa peledakan dan atau kebakaran yang diakibatkan oleh bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi merupakan bahan yang tergolong pada bahan kimia yang sangat reaktif dan sensitife terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya serta sangat rentan terhadap kekurangwaspadaan terhadap perlakuan, penyimpanan dan pengangkutan. Kesalahan akan prosedur terhadap bahan-bahan kimia ini sangat berpotensi terhadap adanya peledakan yang disertai dengan kebakaran, oleh karena itu pengurus perusahaan yang dalam hal ini diwakili oleh S&H Departement melakukan pengadaan perlengkapan pemadam kebakaran. Pengadaan perlengkapan pemadam kebakaran inipun telah diwajibkan oleh pemerintah Indonesia yang tertuang dalam regulasi yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja dalam Kepmenaker RI No. 186 / MEN / 1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja.


(26)

Komitmen perusahaan untuk senantiasa menjaga dan memelihara aspek keselamatan kerja tercermin pula dalam konsentrasinya dalam perawatan perlengkapan pemadaman kebakaran, yaitu dengan secara rutin mengadakan pengecekan terhadap semua instalasi pemadaman tersebut, berikut program yang dilaksanakan oleh pihak perusahaan sebagai bentuk pengejowantahan komitmennya dengan melakukan inspeksi secara rutin terhadap perlengkapan pemadam kebakaran, yakni :

1) Hydrant air, foam hydrant, sprinkler system serta fire truck dengan periode inspeksi per 3 bulan.

2) Alat pemadam api ringan (CO dan Dry Chemical) yang mempunyai periode inspeksi setiap 3 bulan sekali.

3) Detektor asap (smoke detector), detektor panas (heat detector) dan fire push button yang diperiksa dengan jadual per satu tahun.

Penyediaan fasilitas pemadam kebakaran ini juga didukung dengan adanya regu pemadam kebakaran yang secara kualitas merupakan tim yang terlatih dan terampil dalam bidang garapnya. Secara periodik dan berkesinambungan tim ini mendapatkan pelatihan secara bergilir setiap bulan. Anggota dari tim ini diambil dari perwakilan per departemen yang mendapatkan pelatihan yang digawangi oleh departemen Safety & Health. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar regu yang telah dipersiapkan ini bias siap siaga dan mempunyai tingkat tanggap darurat yang tinggi ketika terjadi kebakaran agar dapat mencegah kerugian yang lebih lanjut.


(27)

Kesiapsiagaan dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja ataupun adanya peledakan atau kebakaran juga diterapkan dengan program system monitoring gas yang dipasang pada setiap plant, yaitu EDC (Ethylene di-chloride) gas detector, VCM (Vinyl Chloride Monomer) gas detector dan

Chlorine gas detector. Perangkat-perangkat ini secara otomatis dipantau dengan komputerisasi yang dijalankan oleh operator system di ruang kontrol

(control room), sehingga setiap ada perubahan keadaan terhadap kondisi plant yang dikirim oleh sinyal dari detector, para operator bisa langsung mengetahuinya, terutama jika terjadi kebocoran gas yang sangat berbahaya. d. Lembar data keselamatan bahan (MSDS)

Proses produksi PT Asahimas Chemical menggunakan dan

menghasilkan bahan-bahan kimia yang tergolong berbahaya dan beracun, oleh karena itu dirasa perlu untuk mengadakan system informasi secara massif kepada seluruh tenaga kerja tentang prosedur perlakuan, penyimpanan serta pengangkutan bahan kimia tersebut. Setiap bahan kimia mempunyai karakteristik yang berbeda-beda oleh karena itu dalam setiap penggunaannya perlu adanya sebuah informasi yang menjelaskan tentang sifat setiap bahan tersebut, mulai dari informasi tentang pengaruh kesehatan, titik nyala, dan titik ledak yang dipicu oleh suhu penyimpanan, serta perlakuan yang diperkenankan dan yang tidak diperkenankan, bahkan sifat dan tingkat bahayanya pun harus tersaji secara lengkap dan jelas agar setiap orang yang menggunakannya terlindung dan selamat dari bahaya yang mungkin timbul dari bahan kimia tersebut. Material Safety Data Sheet (MSDS) ini


(28)

didistribusikan kepada seluruh departemen mulai dari karyawan operator sampai manajer, hal ini sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah lewat keputusan menteri dengan nomer Kepmenakertrans RI No. 187 / MEN / 1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.

e. Sosialisasi keselamatan dan kesehatan kerja

Usaha pengurus perusahaan untuk mensosialisasikan seluruh program keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh karyawan PT ASC bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesadaran para pekerja tentang pentingnya keselamatan diri pada saat berada di lingkungan kerja atau pada saat bekerja. Upaya perusahaan ini dilakukan dengan melakukan propaganda dengan intensitas yang cukup tinggi dengan kontinyuitas yang tinggi pula. Program-program yang dilakukan yaitu dengan melakukan pemasangan rambu-rambu atau tanda-tanda yang bersifat sebagai peringatan kepada semua orang yang berada di lingkungan PT Asahimas Chemical. Selain itu pengurus perusahaan juga gencar memberikan pengingatan kepada seluruh karyawan serta siapapun yang memasuki perusahaan agar senantiasa mengutamakan keselamatan setiap berada di lingkungan kerja ataupun pada saat bekerja. Maksud perusahaan ini direalisasikan dengan pemasangan poster-poster, spanduk-spanduk dan baloho-baliho di setiap titik lokasi perusahaan yang “eye chatching” atau tempat yang sering dilewati oleh orang maupun kendaraan serta di tempat-tempat yang merupakan daerah yang mempunyai potensi bahaya yang besar, yang bertuliskan tentang kiat-kiat menjaga keselamatan saat bekerja ataupun


(29)

berada di lingkungan kerja, slogan-slogan keselamatan kerja yang mudah diingat, serta sebuah Platinum Rule yang merupakan sebuah kewajiban yang harus ditaati oleh siapapun yang memasuki perusahaan ataupun bekerja di lingkungan kerja di PT Asahimas Chemical. Pelaksanaan program ini sesuai dengan peraturan yang mengikat pengurus perusahaan tentang kewajibannya untuk mensosialisasikan upaya keselamatan kerja di lingkungan perusahaan, yaitu pada Undang Undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada pasal 14 huruf B tentang kewajiban untuk memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku pada tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah terlihat dan terbaca dan menurut petunjuk pengawas dan ahli keselamatan kerja.

f. Sistem perijinan kerja

Dalam proses produksinya, PT Asahimas Chemical menjalankan jenis pekerjaan yang cukup berbahaya, yaitu melakukan pekerjaan di ketinggian, melakukan pekerjaan di tempat kerja dengan suhu yang tinggi, pekerjaan di tempat yang tertutup, melakukan pekerjaan pengelasan, pemotongan, dan terdapat jenis pekerjaan yang berada di sekitar laut ketika terdapat unloading garam dari India maupun Australia yang berlokasi di Jetty. Pekerjaan-pekerjaan tersebut sangat rentan terhadap keselamatan serta mempunyai potensi bahaya yang tinggi, oleh karena itu PT ASC melakukan pengawasan yang cukup ketat, yaitu dengan melakukan prosedur ijin kerja kepada seluruh tenaga kerja yang akan melakukan pekerjaan dengan tingkat bahaya yang


(30)

tinggi tersebut. Setiap pekerja yang akan memulai proses pekerjaannya diwajibkan mengurus administrasi dan kelengkapannya untuk mendapatkan ijin kerja dari perusahaan, yang dalam hal ini ditangani oleh departemen S&H.

Bagi yang tidak dapat memenuhi persyaratan untuk mendapatkan periijinan kerja, maka pekerja tersebut dilarang keras untuk menangani pekerjaannya. Perijinan kerja ini didokumentasikan dengan sangat rapi, sehingga pihak perusahaan mempunyai data yang sangat lengkap tentang siapa dan dimana pekerja tersebut melakukan pekerjaan dengan potensi bahaya yang tinggi tersebut. Penanda visual bagi tenaga kerja yang telah mendapatkan ijin kerja ini, dia mengenakan tanda pengenal (ID Card) pada saat melakukan pekerjaannya, sehingga bagi tenaga kerja yang belum mendapatkan perijinan kerja sangat mudah untuk ditemukan.

D. Faktor Bahaya

1. Kebisingan

Sesuai dengan SK Menaker No. Kep 51/ MEN/ 1999 tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja, pada pasal 3 disebutkan bahwa nilai ambang batas kebisingan ditetapkan sebesar 85 dB, untuk waktu pemaparan 8 jam/ hari atau 40 jam/minggu. Intensitas kebisingan di tempat kerja pada area produksi di PT Asahimas Chemical sebagian besar masih berada di bawah atau sama dengan nilai ambang batas yang telah ditetapkan, akan tetapi pada beberapa area misal pada area PVC 3 plant, intensitas kebisingan lebih dari 85 dB, terutama pada area drying, pihak perusahaan pun telah mewajibkan semua pekerja yang memasuki


(31)

area tersebut untuk menggunakan alat pelindung telinga, baik earmuff maupun

earplug, akan tetapi pengawasan dari pihak perusahaan masih dinilai kurang, karena para pekerja masih ada yang belum menggunakan alat pelindung telinga tersebut.

2. Penerangan

Dari data yang didapatkan dari keterangan petugas safety, penerangan ruang S&H Department adalah sebesar 365 Lux. Dan pada pekerjaan yang dikerjakan di ruang tersebut bisa digolongkan ke dalam pekerjaan yang memerlukan ketelitian, sehingga penerangan yang ada dalam ruangan S&H Department telah sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan Nomer 07 tahun 1964 tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja, yaitu bahwa pekerjaan kantor yang berganti-ganti antara menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat harus sedikit mempunyai kekuatan intensitas kekuatan 300 Lux. Sedangkan penerangan di tempat proses produksi telah memadai.

3. Suhu

Berdasarkan pengamatan kami di beberapa contoh area di PT Asahimas Chemical bahwa keadaan suhu yang ada di dalam ruang kerja berpengaruh terhadap tenaga kerja, karena suhu yang ada di ruangan tersebut dapat diatur dengan Air Condition sesuai dengan kebutuhan di ruangan tersebut.

Suhu untuk pekerjaan yang dilakukan di luar ruangan, keadaan suhunya berkisar pada nilai ambang batas yang diperkenankan, yaitu anatar 37 ˚C. Hal ini bisa dibuktikan dengan tidak adanya keluhan dari tenaga kerja tentang efek yang


(32)

mereka rasakan karena adanya pengaruh suhu ruang kerja mereka. Berdasar data yang kami dapatkan melalui tanya jawab dengan salah satu staf S&H Department, data dari hasil Medical Check Up kondisi fisik tenaga kerja, tidak ditemukan keluhan-keluhan fisik sebagai akibat dari paparan suhu panas yang mengenai para tenaga kerja yang berada di area dengan suhu sekitar 50˚C, ini disebakan karena adanya pengaturan jam kerja pada area tersebut, sehingga para tenaga kerja yang berada di ruangan tersebut tidak terpapar suhu yang cukup tinggi dengan waktu paparan yang lama, ini jelas mengurangi efek paparan suhu tinggi pada tenaga kerja.

4. Kadar Debu

Berdasarkan pengamatan di lapangan, kadar debu yang berada di area PT Asahimas Chemical, kami kira masih berada pada batas yang masih diperkenankan untuk tempat kerja yang setiap hari diakses oleh tenaga kerja. Selain kadar yang tidak terlalu besar, pihak perusahaan juga mengharuskan para tenaga kerja untuk menggunakan masker pelindung alat pernapasan setiap memasuki area plant. Hal ini jelas dapat menanggulangi terpaparnya tenaga kerja terhadap factor kimia berupa debu, sehingga gangguan organ pernapasan dapat dicegah.

E. Pelayanan Kesehatan

1. Klinik

Upaya perusahaan untuk menjaga derajad kesehatan para karyawan agar dapat optimal baik kesehatan fisik, mental maupun sosial diadakan usaha-usaha


(33)

preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh factor pekerjaan, lingkungan dan penyakit umum, maka PT Asahimas Chemical memberikan pelayanan perawatan kesehatan bagi seluruh karyawan. Hal ini telah sesuai dengan Permenakertrans Nomer Per 03/ MEN/ 1982 pada pasal 3 ayat 1 yang menerangkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja, dalam ayat 2 juga disebutkan bahwa pengurus perusahaan wajib memberikan pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.

Adapun tujuan dari pelayanan kesehatan tersebut berdasarkan Permenakertrans No. 03/ MEN/ 1982 pada pasal 1 adalah sebagai berikut :

a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja. b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari

pekerjaan dan atau lingkungan.

c. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga krja yang menderita sakit.

Mengingat hal tersebut untuk meningkatkan derajat kesehatan para karyawan maka PT Asahimas Chemical menyediakan sebuah klinik dengan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Klinik ini dipimpin oleh seorang dokter dengan dibantu oleh tenaga kerja paramedis dilengkapi dengan peralatan periksa serta obat-obatan, gedung dan 2 unit mobil ambulance. Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan sebelum kerja, pemeriksaan berkala serta pelayanan umum.


(34)

Adapun pelayanan medis klinik perusahaan ditujukan kepada karyawan, baik yang sedang bertugas maupun yang sedang tidak bertugas, termasuk mereka yang sedang di perjalanan. Pelayanan ini dimaksudkan untuk pertolongan pertama, maupun sebagai fasilitas untuk keadaan-keadaan dimana diperlukan rujukan selanjutnya ke rumah sakit. Dengan demikian diharapkan melaui pelayanan yang optimal, cepat, dan tepat mampu menanggulangi dan mencegah terjadinya cacat maupun kematian.

2. Pemeliharaan Tempat Kerja

Untuk menjaga dan memelihara kebersihan tempat kerja maka PT Asahimas Chemical bekerja sama dengan pihak kontraktor dalam hal kebersihan lingkungan perusahaan. Dengan usaha-usaha kebersihan ini diharapkan penyakit akibat kerja yang dipicu karena adanya lingkungan yang tidak sehat dapat dicegah. Kebersihan tersebut meliputi kebersihan di luar dan di dalam gedung sehingga tercipta lingkungan kerja yang bersih, indah dan rapi serta nyaman untuk ditempai. Selain itu, diadakan juga Hari Kebersihan setiap bulan sekali pada setiap departemen. Dengan kondisi tempat kerja yang demikian diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja serta menciptakan etos kerja yang tinggi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.

F. Gizi Kerja

Dalam melakukan aktivitasnya, maka tenaga kerja perlu asupan nutrisi dan makanan yang memenuhi standar gizi sesuai dengan beban kerja yang diterima. Sehingga diharapkan kesehatan dan daya tahan tubuh menjadi optimal terhadap


(35)

serangan penyakit. Untuk memenuhi gizi kerja karyawan tersebut maka PT Asahimas Chemical bekerjasama dengan pihak ketiga atau catering yang menyelenggarakan kantin perusahaan. Letak kantin terpisah dari tempat produksi sehingga diharapkan tidak terkontaminasi dari bahan barbahaya dan beracun dari proses produksi. Hal tersebut telah sesuai dengan SE Menaker No. 01 tahun 1979 tentang penyediaan ruang makan dan kantin bagi tenaga kerja, serta Permenkes RI no. 715 tahun 1986 tentang persyaratan jasa boga di tempat kerja.

Susunan dari menu yang disediakan terdiri dari makanan pokok (nasi), lauk pokok, lauk sampingan, sayur pokok, sayur sampingan, sambal dan lalap, buah serta krupuk. Menu makanan yang disajikan telah mengandung unsur-unsur gizi yang cukup yang diperlukan oleh tubuh manusia, yang meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Waktu makan bagi karyawan diberikan pada saat jam istirahat yaitu setelah tenaga kerja bekerja selama 4 jam, sebab setelah 4-5 jam kerja energi tubuh cenderung mengalami penurunan produktivitas karena penurunan kadar glukosa yang diperlukan untuk menghasilkan tenaga. Hal tersebut juga telah sesuai dengan Permenkes RI No. 329 tahun 1976 tentang produksi dan peredaran makanan.

Peralatan untuk makan yang digunakan telah disediakan oleh perusahaan. Kondisi ruang makan dan peralatan dalam keadaan bersih dan teratur dengan ventilasi udara yang cukup dan pendingin ruangan yang menjadikan suasana terasa nyaman.


(36)

1. Jam Kerja

Jam kerja normal dalam sehari yang ditetapkan oleh pemerintah adalah 8 jam kerja. Penetapan ini disesuaikan dengan kemampuan kerja seseorang dalam sehari yaitu rata-rata 8-10 jam per hari. Lebih dari durasi tersebut maka efektivitas kerja tenaga kerja akan menurun.

Proses produksi yang berlaku di PT Asahimas Chemical adalah selama 24 jam penuh, oleh karena itu untuk memenuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan oleh perusahaan, maka diberlakukan pembagian shift kerja untuk karyawan shift. Shift kerja dibagi menjadi 3 kloter. Untuk karyawan shift I mempunyai jam kerja mulai jam 23.00-07.00, untuk shift II dengan jam kerja dari 07.00-15.00 dan untuk karyawan shift III dengan jam kerja antara 15.00-23.00. Pemberlakuan pembagian shift ini dibagi dengan sistem 7 : 2, yaitu 2 hari shift I, 2 hari shift II, dan 3 hari shift III dan 2 hari mendapatkan hari libur. Pemberlakuan sistem ini bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan tingkat produktuvitas karyawaan dengan waktu produksi yang tidak pernah berhenti ini. Dengan diberlakukan pembagian waktu kerja ini diharapkan dapat menghindari terjadinya

workload yang dapat melebihi kapasitas kerja para karyawan sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kelelahan kerja yang dirasakan oleh para tenaga kerja.


(37)

2. Sikap Kerja

Dalam melakukan pekerjaannnya sebagian besar karyawan tidak melakukan gerakan yang monoton. Pekerjaan dilakukan dengan sikap duduk, berdiri dan bergerak atau berpindah-pindah. Untuk pekerjaan yang cenderung untuk duduk sudah disediakan kursi yang dapat disesuaikan dengan ukuran tubuh karyawan. Sedangkan untuk mengurangi beban kerja karyawan dalam mengangkat dan mengangkut barang atau material disediakan alat angkat dan angkut antara lain hand truck, forklift dan belt conveyor.

3. Kondisi Lingkungan Kerja

Untuk menciptkan lingkungan kerja yang nyaman maka pemeliharaan lingkungan kerja dilakukan dengan bekerja sama dengan kontraktor melakukan pemeliharaan tempat kerja baik di dalam ruangan ataupun di luar ruangan.

G. Managemen K3 dan P2K3

Adanya kebijakan dari factory manager merupakan wujud dari langkah adanya penerapan sistem manajemen K3 dan untuk mendukung program-program K3 maka perlu adanya organisasi P2K3. Organisasi itu sendiri merupakan suatu badan pertimbangan di perusahaan yang mempunyai tugas pokok untuk memberikan saran dan pertimbangan serta masukan kepada pihak perusahaan dalam rangka penyelanggaraan program keselamatan dan kesehatan kerja, baik diminta oleh pihak perusahaan atau pun tidak diminta kepada pengusaha, pengurus tempat kerja yang bersangkutan. Organisasi P2K3 di PT Asahimas Chemical dibentuk pada tanggal 21 Juli 1989 dan disahkan oleh Depnaker pada


(38)

tanggal 16 Agustus 1993. Fungsi dari organisasi ini menurut Permenaker No. 04/MEN/1987 dalah sebagai berikut :

1. Menghimpun dan mengolah data tentang keselamtan dan kesehatan kerja. 2. Membantu dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja tentang :

a. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta penaggulangannya.

b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja para tenaga kerja.

c. Alat pelindung diri untuk tenaga kerja yang bersangkutan.

d. Cara dan sikap kerja yang benar dan aman dalam melakukan

pekerjaannnya.

3. Membantu pemimpin perusahaan dalam :

a. Mengevaluasi cara kerja, proses produksi serta lingkungan kerja.

b. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif jalanm keluar yang dapat diterapkan.

c. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan kerja. d. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, pemyakit akibat kerja atau

akibat hubungan kerja serta mangambil langkah-langkah yang diperlukan. e. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamtan kerja,

higene perusahaan, kesehtan kerja dan ergonomi. f. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja.


(39)

g. Mengembangkan pelayanan kesehatan kerja, mengembangkan laboratorium kesehatan dan kesehatan kerja, melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan.

h. Menyenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene perusahaan dan kesehatan kerja.

4. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijakan manajemen dan

pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja.

Dalam usaha menjalankan tugas dan fungsinya tersebut, organisasi P2K3 di PT Asahimas Chemical telah melaksanakan program dan kegiatan-kegiatan seperti rapat bulanan, inspeksi bulanan, pelatihan keselamatan kerja, analisa kerja, safety audit, sistem pemberian hadiah, inspeksi peralatan, hari kebersihan, sistem perijinan kerja serta kegiatan-kegiatan khusus pada bulan kampanye K3.

H. Penyelidikan, Pelaporan dan Analisa Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakan yang berhubungan dengan proses kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui (Undang Undang No. 03 tahun 1992). Kecelakaan yang terjadi harus dilaporkan kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja sebagaimana yang tercantum dalam Undang Undang No.01 tahun1970 pasal 1 yang menyatakan bahwa pengurus


(40)

diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut PT Asahimas Chemical telah melakukan penyelidikan, pelaporan dan analisa kecelakaan.

1. Penyelidikan Kecelakaan Kerja

Menurut Permenaker RI No. Per 03/ MEN/ 1998 tentang tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan kerja, pasal 2 yang menyebutkan bahwa pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi baik yang menyebabkan cidera karyawan maupun rusaknya peralatan dilakukan penyelidikan dengan cara segera dengan tujuan untuk mencegah masalah yang ada dan mencari penanggulangannya agar kecelakaan yang sama tidak terulang kembali.

2. Laporan Kecelakaan Kerja

Setiap kecelakaan yang terjadi baik ringan sekalipun harus dilaporkan ke atasan masing-masing untuk dibuat laporan resmi yang diketahui oleh pihak terkait sampai dengan level factory manager. Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi dibahas dan didiskusikan dalam rapat bulanan yang diselenggarakan oleh P2K3 dan dihadiri oleh Factory Manager, semua manajer divisi, semua manajer departemen, kepala seksi., ketua SPSI, staff yang terkait dan PT Sankyu ASC Inside. Hasil rapat kemudian dipersiapkan, disusun dan disempurnakan oleh sekretais dan dilaporkan ke Departemen Tenaga Kerja RI.


(41)

3. Analisa Kecelakaan Kerja

Setiap akhir tahun, S&H Department membuat analisa kecelakaan yang pernah terjadi dan diinformasikan kepada semua departemen untuk diketahui karyawan sebagai bahan pelajaran atau diskusi kelompok.

I. Emergency Respon Team

Setiap industri yang mengandung potensi bahaya yang tinggi maka sudah sewajarnya mempunyai prosedur untuk mangahadapi keadaan darurat dan untuk mendukung hal tersebut maka diperlukan pelatihan yang rutin untuk semakin meningkatkan keterampilan dan kesigapan semua personil dalam menghadapi keadaan darurat. PT Asahimas Chemical telah membentuk prosedur penanggulangan darurat untuk mengahadapi kecelakaan, kebakaran, peledakan, dan kejadian lain yang darurat. Untuk mendukung hal tersebut, maka PT Asahimas Chemical telah mengadakan pelatihan yang rutin tentang penanganan tindakan darurat. Selain itu untuk meningkatkan kerjasama dengan tim tanggap darurat perusahaan lain, maka PT ASC juga telah menjalin kerjasama dengan CERT (Ciwandan Emergency Respon Team) sehingga diharapkan bila suatau saat tim tanggap darurat perusahaan memerlukan bantuan dari luar maka dengan cepat dapat menghubungi tim CERT dengan jalur komunikasi yang cepat.


(42)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil Praktek Kerja Lapangan dan pembahasan mengenai pelaksanaan higene perusahaan, keselamatan serta kesehatan kerja di PT Asahimas Chemical, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal diantaranya adalah :

1. Faktor Bahaya dan Potensi Bahaya

a. Faktor bahaya utama adalah bahan kimia yang bersifat beracun dan berbahaya atau yang biasa disebut dengan bahan kimia beracun dan berbahaya (B3) serta limbah dari hasil proses yang digunakan. Untuk mengetahui bahaya, sifat dan tindakan yang diperlukan maka dibuat Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS/ Material Safety Data Sheet).

b. Potensi bahaya terbesar dari bahan kimia yang berada di PT Asahimas Chemical adalah kebakaran dan peledakan. Oleh karena itu maka diperlukan upaya pencegahan serta penanggulangan bahaya kebakaran di lokasi pabrik serta adanya tim pemadam kebakaran yang terlatih secara rutin.

c. Penanganan terhadap faktor bahaya lain seperti kebisingan, bahaya mesin dan peralatan dilakukan dengan pemberian tutup pengaman pada mesin yang berputar dan isolasi pada mesin genzet, penandaan bahaya paa bagian-bagian area tertentu dengan sistem peringatan, insulasi peralatan yang terlalu panas ataudingin, pemberian handrill dan guardrill pada tangga dan temapt yang


(43)

berada pada ketinggian lebih dari 2 meter, penyediaan alat pelindung diri, pemeliharaan tempat kerja serta penjelasan kepada karyawan mengenai sikap kerja yang baik. Hal ini telah sesuai dengan Kepmenaker No. Kep 187/ MEN/ 1999 tentang pengendalian penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja, pada pasal 2 dan pasal 3 yang menyatakan bahwa pengusaha atau pengurus yang menggunakan, meyimpan, memakai, memproduksi, dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan nahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, pengendalian nbahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 meliputi : Penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label, Penunjukan petugas K3 kimia dan ahli kimia.

2. Kesehatan Kerja

Dalam usaha memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja, maka PT Asahimas Chemical memberikan berbagai pelayanan kesehatan berupa penyediaan klinik, penyelenggaraan kantin perusahaan, serta pemeliharaan dan perawatan lingkungan tempat kerja mengenai kebersihan, keindahan, kerapian dan kenyamanan tempat kerja baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Tetapi dalam upaya penyediaan klinik beserta dokter perusahaannya, perusahaan ini masih belum memenuhi standar yang tercantum dalam regulasi Permenakertrans RI No. Per. 03/ MEN/ 1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja, dalam peraturan ini pelayanan klinik dengan adanya dokter belum memenuhi ketentuan yang berlaku, yaitu bila perusahaan tersebut mempunyai jumlah karyawan lebih dari 500 orang maka klinik harus dipimpin oleh seorang


(44)

dokter yang berjaga setiap hari di klinik tersebut, namun di PT ASC dokter hanya berjaga dengan sistem parttime, tidak setiap hari selama 24 jam.

3. Pelaksanaan Program Keselamatan Kerja Sistem keselamatan kerja dilakukan dengan :

a. Penyediaan alat pelindung diri di tempat kerja sesuai dengan faktor bahaya yang ada. Sesuai dengan Permenakertrans No. 01/ MEN/ 1981 tentang kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja, pada pasal 4 ayat 3

b. Gas monitoring system.

c. Pembuatan Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS). Sesuai dengan

Kepmenaker No. Per 187/ MEN/ 1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.

d. Sosialisai keselamatan dan kesehatan kerja melalui pemasangan poster-poster K3, training K3, serta slogan-slogan K3 yang terpasang di setiap sudut area yang sering dilewati oleh banyak karyawan, serta adanya Buletin K3. Untuk metode sosialisai ini, pengadaan buletin lah yang mengalami gangguan sehingga tidak bisa rutin dalam penerbitannya.

e. Sistem perijinan kerja.

4. P2K3

a. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) telah terbentuk dan telah menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 04/ MEN/ 1978 dengan melaksanakan kegiatan rapat bulanan, pelatihan keselamatan kerja, penyelidikan, pelaporan dan inspeksi


(45)

kecelakaan kerja, safety audit, sistem pemberian hadiah, hari kebersiahan, sistem perijinan kerja.

b. PT Asahimas Chemical telah melakukan pendataan mengenai kecelakaan yang terjadi yaitu dengan penyelidikan, pelapotran dan analisa kecelakaan kerja dan dilaporkan ke Instansi Pemerintah (Depnaker, Kandepnaker Serang, Depnaker Pusat Jakarta). Sesuai dengan Permenaker RI No. Per 03/ MEN/ 1908 tentang tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan. Dan Permenaker RI No. Per 01/ MEN/ 1982 tentang kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja.

B. Saran

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan tentang pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Asahimas Chemical maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Penerbitan kembali Buletin Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja oleh S&H Department secara rutin untuk mensosialisasikan seluruh program-program K3, pembudayaan K3 kepada seluruh karyawan serta menambah pengetahuan dan wawasan seluruh tenaga kerja tentang permasalahan keselamatn dan kesehatan kerja, dan juga sebagai alat komunikasi dan penyaluran ide atau gagasan dari seluruh karyawan kepada pihak pengurus perusahaan.


(46)

2. Untuk memaksimalkan peran klinik dalam melayani karyawan di perusahaan, ada baiknya PT Asahimas Chemical memberikan tambahan dokter perusahaan yang berjaga untuk melayani para karyawan.

3. Meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan APD agar segala peraturan dalam pengadaan dan kewajiban penggunaan APD dapat dipatuhi.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Bird, E.Frank and Germain, 1990. Practical Loss Control Leadership. Georgia: Division of International Loss Control Institute.

Departemen Perburuhan RI, 1964. Peraturan Menteri Perburuhan No. 07

tahun 1964 tentang Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan di Tempat Kerja. Jakarta : Departemen Perburuhan RI.

Departemen Tenaga Kerja RI, 1980. Undang Undang No. 01 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja. Jakarta : Depnaker RI

Hidayat, Taufik. 2007. Laporan Khusus Penerapan Sistem Manajemen

Kesehatan Dan Keselamtan Kerja di PT Pertamina UP IV Cilacap.

Surakarta: Program D-III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret

Sahab, Sukri . 1997, Teknik Menejemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PT CV Haji Mas Agung

Silalahi, Bennet, 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo

Suma’mur., 1989. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji Mas Agung


(48)

(1)

berada pada ketinggian lebih dari 2 meter, penyediaan alat pelindung diri, pemeliharaan tempat kerja serta penjelasan kepada karyawan mengenai sikap kerja yang baik. Hal ini telah sesuai dengan Kepmenaker No. Kep 187/ MEN/ 1999 tentang pengendalian penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja, pada pasal 2 dan pasal 3 yang menyatakan bahwa pengusaha atau pengurus yang menggunakan, meyimpan, memakai, memproduksi, dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan nahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, pengendalian nbahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 meliputi : Penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label, Penunjukan petugas K3 kimia dan ahli kimia.

2. Kesehatan Kerja

Dalam usaha memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja, maka PT Asahimas Chemical memberikan berbagai pelayanan kesehatan berupa penyediaan klinik, penyelenggaraan kantin perusahaan, serta pemeliharaan dan perawatan lingkungan tempat kerja mengenai kebersihan, keindahan, kerapian dan kenyamanan tempat kerja baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Tetapi dalam upaya penyediaan klinik beserta dokter perusahaannya, perusahaan ini masih belum memenuhi standar yang tercantum dalam regulasi Permenakertrans RI No. Per. 03/ MEN/ 1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja, dalam peraturan ini pelayanan klinik dengan adanya dokter belum memenuhi ketentuan yang berlaku, yaitu bila perusahaan tersebut mempunyai


(2)

dokter yang berjaga setiap hari di klinik tersebut, namun di PT ASC dokter hanya berjaga dengan sistem parttime, tidak setiap hari selama 24 jam.

3. Pelaksanaan Program Keselamatan Kerja Sistem keselamatan kerja dilakukan dengan :

a. Penyediaan alat pelindung diri di tempat kerja sesuai dengan faktor bahaya yang ada. Sesuai dengan Permenakertrans No. 01/ MEN/ 1981 tentang kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja, pada pasal 4 ayat 3

b. Gas monitoring system.

c. Pembuatan Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS). Sesuai dengan Kepmenaker No. Per 187/ MEN/ 1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.

d. Sosialisai keselamatan dan kesehatan kerja melalui pemasangan poster-poster K3, training K3, serta slogan-slogan K3 yang terpasang di setiap sudut area yang sering dilewati oleh banyak karyawan, serta adanya Buletin K3. Untuk metode sosialisai ini, pengadaan buletin lah yang mengalami gangguan sehingga tidak bisa rutin dalam penerbitannya.

e. Sistem perijinan kerja.

4. P2K3

a. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) telah terbentuk dan telah menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 04/ MEN/ 1978 dengan melaksanakan kegiatan rapat


(3)

kecelakaan kerja, safety audit, sistem pemberian hadiah, hari kebersiahan, sistem perijinan kerja.

b. PT Asahimas Chemical telah melakukan pendataan mengenai kecelakaan yang terjadi yaitu dengan penyelidikan, pelapotran dan analisa kecelakaan kerja dan dilaporkan ke Instansi Pemerintah (Depnaker, Kandepnaker Serang, Depnaker Pusat Jakarta). Sesuai dengan Permenaker RI No. Per 03/ MEN/ 1908 tentang tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan. Dan Permenaker RI No. Per 01/ MEN/ 1982 tentang kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja.

B. Saran

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan tentang pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Asahimas Chemical maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Penerbitan kembali Buletin Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja oleh S&H Department secara rutin untuk mensosialisasikan seluruh program-program K3, pembudayaan K3 kepada seluruh karyawan serta menambah pengetahuan dan wawasan seluruh tenaga kerja tentang permasalahan keselamatn dan kesehatan kerja, dan juga sebagai alat komunikasi dan penyaluran ide atau gagasan dari seluruh karyawan kepada pihak pengurus perusahaan.


(4)

2. Untuk memaksimalkan peran klinik dalam melayani karyawan di perusahaan, ada baiknya PT Asahimas Chemical memberikan tambahan dokter perusahaan yang berjaga untuk melayani para karyawan.

3. Meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan APD agar segala peraturan dalam pengadaan dan kewajiban penggunaan APD dapat dipatuhi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bird, E.Frank and Germain, 1990. Practical Loss Control Leadership. Georgia: Division of International Loss Control Institute.

Departemen Perburuhan RI, 1964. Peraturan Menteri Perburuhan No. 07

tahun 1964 tentang Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan di Tempat Kerja. Jakarta : Departemen Perburuhan RI.

Departemen Tenaga Kerja RI, 1980. Undang Undang No. 01 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja. Jakarta : Depnaker RI

Hidayat, Taufik. 2007. Laporan Khusus Penerapan Sistem Manajemen

Kesehatan Dan Keselamtan Kerja di PT Pertamina UP IV Cilacap.

Surakarta: Program D-III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret

Sahab, Sukri . 1997, Teknik Menejemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PT CV Haji Mas Agung

Silalahi, Bennet, 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo

Suma’mur., 1989. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji Mas Agung


(6)