23
label LDKB, penunjukan petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kimia, serta Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja bidang kimia.
2. Potensi Bahaya Lain
Potensi bahaya lain selain berasal dari bahan-bahan berbahaya dan beracun adalah berasala juga dari mesin-mesin yang digunakan serta peralatan
angkat angkut serta potensi-potensi bahaya dari berbagai upaya antara lain berasal dari pemberian tutup pengaman pada mesin-mesin yang berputar, isolasi peralatan
yang terlalu panas atau dingin,
handrail
dan
guardrail
pada tangga dan pada tempat dengan ketinggian lebih dari 2 meter, penyediaan alat pelindung diri yang
disesuaikan dengan potensi bahaya yang mungkin muncul pada saat pekerja melakukan pekerjaannya, pemeliharaan kebersihan lingkungan kerja, penandaan
bahaya, system peringatan penjelasan mengenai siakp kerja yang benar. Hal-hal yang telah disebutkan ini telah sesuai dengan Surat Keputusan Menteri tenaga
kerja dengan seri terbit SK Menaker No. Kep 51 MEN 1999 tentang nilai ambang batas faktor kimia di tempat kerja.
C. Sistem Keselamatan Kerja
Dalam penerapannya, PT Asahimas Chemical sangat memperhatikan aspek pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja. Komitmen untuk terus
bersiaga dalam penjagaan aspek K3 ini bersama-sama disepakati oleh seluruh karyawan dan pihak perusahaan. Partisipasi dari seluruh tenaga kerja akan
perlindungan diri ketika berada dalam lingkungan kerja ini selalu dipelihara oleh setiap orang dan selalu diperingatkan oleh pihak terkait yang berfokus pada
24
program jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, dalam hal ini adalah SEA
Safety, Health and Quality Assurance
Divisi. Program-program yang inovatif selalu dimunculkan dari departemen ini. Upaya untuk melindungi seluruh
karyawan dan setiap orang yang berada di lingkungan perusahaan senantiasa menjadi focus departemen ini. Beberapa hal yang dapat diurai tentang system
keselamatan kerja ini adalah sebagai berikut : a.
Alat Pelindung Diri APD Penyediaan APD oleh perusahaan
yang selanjutnya menjadi tanggungjawab divisi SH ini, disesuaikan dengan faktor serta potensi bahaya
yang muncul dari lingkungan kerja dan proses produksi yang dijalankan oleh perusahaan. Pemenuhan APD ini memang telah menjadi kewajiban pihak
perusahaan untuk melaksanakannya, sebagaimana diatur dalam Undang Undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada pasal 14 huruf C
yang menyatakan bahwa pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tempat kerja yang berada di
bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja.
Masih pada Undang Undang No. 01 tahun 1970 pada pasal 12, diatur mengenai kewajiban tenaga kerja dalam pemakaian alat pelindung diri pada
huruf B yang menyatakan bahwa tenaga kerja wajib memakai alat pelindung diri yang diwajibkan, dan pada huruf C menerangkan bahwa tenaga kerja
25
wajib memenuhi dan menaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
Sehingga dengan adanya regulasi yang mengatur tentang peran serta seluruh jajaran perusahaan ini maka sangat jelas ditegaskan bahwa siapa pun
orang yang berada di lingkungan tempat kerja wajib mengutamakan aspek keselamatan kerja dengan mematuhi ketentuan yang telah diatur dalam
perusahaan. b.
Fasilitas pemadam kebakaran Pengadaan perlengkapan pemadam kebakaran yang dilakukan oleh PT
Asahimas Chemical didasarkan pada besarnya potensi bahaya berupa peledakan dan atau kebakaran yang diakibatkan oleh bahan-bahan yang
digunakan dalam proses produksi merupakan bahan yang tergolong pada bahan kimia yang sangat reaktif dan sensitife terhadap kondisi lingkungan di
sekitarnya serta sangat rentan terhadap kekurangwaspadaan terhadap perlakuan, penyimpanan dan pengangkutan. Kesalahan akan prosedur
terhadap bahan-bahan kimia ini sangat berpotensi terhadap adanya peledakan yang disertai dengan kebakaran, oleh karena itu pengurus perusahaan yang
dalam hal ini diwakili oleh
SH Departement
melakukan pengadaan perlengkapan pemadam kebakaran. Pengadaan perlengkapan pemadam
kebakaran inipun telah diwajibkan oleh pemerintah Indonesia yang tertuang dalam regulasi yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja dalam
Kepmenaker RI No. 186 MEN 1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
26
Komitmen perusahaan untuk senantiasa menjaga dan memelihara aspek keselamatan kerja tercermin pula dalam konsentrasinya dalam perawatan
perlengkapan pemadaman kebakaran, yaitu dengan secara rutin mengadakan pengecekan terhadap semua instalasi pemadaman tersebut, berikut program
yang dilaksanakan oleh pihak perusahaan sebagai bentuk pengejowantahan komitmennya dengan melakukan inspeksi secara rutin terhadap perlengkapan
pemadam kebakaran, yakni : 1
Hydrant air, foam hydrant, sprinkler system
serta
fire truck
dengan periode inspeksi per 3 bulan.
2 Alat pemadam api ringan CO dan Dry Chemical yang mempunyai
periode inspeksi setiap 3 bulan sekali. 3
Detektor asap
smoke detector,
detektor panas
heat detector
dan
fire push button
yang diperiksa dengan jadual per satu tahun. Penyediaan fasilitas pemadam kebakaran ini juga didukung dengan
adanya regu pemadam kebakaran yang secara kualitas merupakan tim yang terlatih dan terampil dalam bidang garapnya. Secara periodik dan
berkesinambungan tim ini mendapatkan pelatihan secara bergilir setiap bulan. Anggota dari tim ini diambil dari perwakilan per departemen yang
mendapatkan pelatihan yang digawangi oleh departemen
Safety Health
. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar regu yang telah dipersiapkan ini bias siap
siaga dan mempunyai tingkat tanggap darurat yang tinggi ketika terjadi kebakaran agar dapat mencegah kerugian yang lebih lanjut.
c. Sistem monitoring gas
27
Kesiapsiagaan dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja ataupun adanya peledakan atau kebakaran juga diterapkan dengan program system
monitoring gas yang dipasang pada setiap plant, yaitu
EDC Ethylene di- chloride gas detector, VCM Vinyl Chloride Monomer gas detector
dan
Chlorine gas detector
. Perangkat-perangkat ini secara otomatis dipantau dengan komputerisasi yang dijalankan oleh operator system di ruang kontrol
control room
, sehingga setiap ada perubahan keadaan terhadap kondisi plant yang dikirim oleh sinyal dari detector, para operator bisa langsung
mengetahuinya, terutama jika terjadi kebocoran gas yang sangat berbahaya. d.
Lembar data keselamatan bahan
MSDS
Proses produksi
PT Asahimas
Chemical menggunakan
dan menghasilkan bahan-bahan kimia yang tergolong berbahaya dan beracun, oleh
karena itu dirasa perlu untuk mengadakan system informasi secara massif kepada seluruh tenaga kerja tentang prosedur perlakuan, penyimpanan serta
pengangkutan bahan kimia tersebut. Setiap bahan kimia mempunyai karakteristik yang berbeda-beda oleh karena itu dalam setiap penggunaannya
perlu adanya sebuah informasi yang menjelaskan tentang sifat setiap bahan tersebut, mulai dari informasi tentang pengaruh kesehatan, titik nyala, dan titik
ledak yang dipicu oleh suhu penyimpanan, serta perlakuan yang diperkenankan dan yang tidak diperkenankan, bahkan sifat dan tingkat
bahayanya pun harus tersaji secara lengkap dan jelas agar setiap orang yang menggunakannya terlindung dan selamat dari bahaya yang mungkin timbul
dari bahan kimia tersebut.
Material Safety Data Sheet MSDS
ini
28
didistribusikan kepada seluruh departemen mulai dari karyawan operator sampai manajer, hal ini sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah lewat keputusan menteri dengan nomer Kepmenakertrans RI No. 187 MEN 1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat
kerja. e.
Sosialisasi keselamatan dan kesehatan kerja Usaha pengurus perusahaan untuk mensosialisasikan seluruh program
keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh karyawan PT ASC bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesadaran para pekerja tentang pentingnya
keselamatan diri pada saat berada di lingkungan kerja atau pada saat bekerja. Upaya perusahaan ini dilakukan dengan melakukan propaganda dengan
intensitas yang cukup tinggi dengan kontinyuitas yang tinggi pula. Program- program yang dilakukan yaitu dengan melakukan pemasangan rambu-rambu
atau tanda-tanda yang bersifat sebagai peringatan kepada semua orang yang berada di lingkungan PT Asahimas Chemical. Selain itu pengurus perusahaan
juga gencar memberikan pengingatan kepada seluruh karyawan serta siapapun yang memasuki perusahaan agar senantiasa mengutamakan keselamatan setiap
berada di lingkungan kerja ataupun pada saat bekerja. Maksud perusahaan ini direalisasikan dengan pemasangan poster-poster, spanduk-spanduk dan
baloho-baliho di setiap titik lokasi perusahaan yang “
eye chatching”
atau tempat yang sering dilewati oleh orang maupun kendaraan serta di tempat-
tempat yang merupakan daerah yang mempunyai potensi bahaya yang besar, yang bertuliskan tentang kiat-kiat menjaga keselamatan saat bekerja ataupun
29
berada di lingkungan kerja, slogan-slogan keselamatan kerja yang mudah diingat, serta sebuah
Platinum Rule
yang merupakan sebuah kewajiban yang harus ditaati oleh siapapun yang memasuki perusahaan ataupun bekerja di
lingkungan kerja di PT Asahimas Chemical. Pelaksanaan program ini sesuai dengan peraturan yang mengikat pengurus perusahaan tentang kewajibannya
untuk mensosialisasikan upaya keselamatan kerja di lingkungan perusahaan, yaitu pada Undang Undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pada pasal 14 huruf B tentang kewajiban untuk memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai
undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku pada tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah terlihat dan
terbaca dan menurut petunjuk pengawas dan ahli keselamatan kerja. f.
Sistem perijinan kerja Dalam proses produksinya, PT Asahimas Chemical menjalankan jenis
pekerjaan yang cukup berbahaya, yaitu melakukan pekerjaan di ketinggian, melakukan pekerjaan di tempat kerja dengan suhu yang tinggi, pekerjaan di
tempat yang tertutup, melakukan pekerjaan pengelasan, pemotongan, dan terdapat jenis pekerjaan yang berada di sekitar laut ketika terdapat unloading
garam dari India maupun Australia yang berlokasi di Jetty. Pekerjaan- pekerjaan tersebut sangat rentan terhadap keselamatan serta mempunyai
potensi bahaya yang tinggi, oleh karena itu PT ASC melakukan pengawasan yang cukup ketat, yaitu dengan melakukan prosedur ijin kerja kepada seluruh
tenaga kerja yang akan melakukan pekerjaan dengan tingkat bahaya yang
30
tinggi tersebut. Setiap pekerja yang akan memulai proses pekerjaannya diwajibkan mengurus administrasi dan kelengkapannya untuk mendapatkan
ijin kerja dari perusahaan, yang dalam hal ini ditangani oleh departemen
SH.
Bagi yang tidak dapat memenuhi persyaratan untuk mendapatkan periijinan kerja, maka pekerja tersebut dilarang keras untuk menangani pekerjaannya.
Perijinan kerja ini didokumentasikan dengan sangat rapi, sehingga pihak perusahaan mempunyai data yang sangat lengkap tentang siapa dan dimana
pekerja tersebut melakukan pekerjaan dengan potensi bahaya yang tinggi tersebut. Penanda visual bagi tenaga kerja yang telah mendapatkan ijin kerja
ini, dia mengenakan tanda pengenal
ID Card
pada saat melakukan pekerjaannya, sehingga bagi tenaga kerja yang belum mendapatkan perijinan
kerja sangat mudah untuk ditemukan.
D. Faktor Bahaya