yang tinggi, karena ada kebebasan dan kepercayaan dari pemimpin untuk berpartisipasi.
2.3.2.4 Teori Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional, teori yang dikemukakan oleh Karl Kuhnert dan Philip Lewis dalam Dan O’Hair – Gustav W. Friedrich – Lynda Dee Dixon
2009 : 193 menjelaskan hubungan antara atasan dan bawahan yang didasarkan pada pertukaran untuk mendapatkan keuntungan bersama. Menurut teori ini,
pemimpin menawari bawahannya hal-hal yang mereka inginkan seperti gaji yang tinggi, cuti atau tunjangan, ntuk mendapatkan hal-hal tertentu sebagai imbalannya
seperti kerja lembur untuk proyek special, kerja tambahan dan loyalitas. Transaksi terjadi ketika masing-masing pihak memberikan sesuatu untuk mendapatkan
sesuatu yang lain. Dalam situasi sulit pemimpin harus mencari alternatif untuk di tawarkan kepada bawahannya, seperti janji kenaikan gaji jika kondisi membaik
atau diberi penghargaan lain. Agar gaya kepemimpinan ini efektif, kedua belah pihak harus menyadari hubungan mutual mereka.
2.3.2.5 Teori Kepemimpinan Transformasional
Kuhnert dan Lewis dalam Dan O’Hair – Gustav W. Friedrich – Lynda Dee Dixon 2009 : 193 mengidentifikasi satu tipe kepemimpinan yang disebut
transformasional. Berbeda dengan kepemimpinan transaksional, kepemimpinan transformasional berfokus pada upaya pencapaian tujuan melalui penawaran nilai
dasar kepada anggota organisasi.Transformasi bermula ketika manajer mengkomunikasikan niainya kepada karyawan. Jika karyawan menyepakati nilai
organisasional ini, mereka akan mendapat inspirasi baru, termotivasi dan bersemangat.
Pemimpin transformasional tidak sekedar mengkomunikasikan nilai mendasar ini kepada bawahannya, namun prilakunya juga harus mencerminkan
nilai-nilai itu. Menurut Kuhnert dan Lewis, pemimpin transformasional yang sukses memiliki rasa percaya diri, kepribadian yang dinamis, keyakinan kuat,
kemampuan menyampaikan tujuan, mampu membangun citra baik, dan berbakat dalam memotivasi orang lain. Perhatikan bahwa kualitas-kualitas itu tidak dipakai
dalam proses pertukaran, pemimpin transformasional tidak menganggap kebutuhan dan keinginan pengikutnya sebagai bahan tawar menawar.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan selalu melibatkan unsur pemimpin, pengikut, dan konteks. Ketiadaan salah satu
dari ketiga unsur tersebut akan menghilangkan esensi pemimpin itu sendiri. Pemimpin yang efektif dalam hubungannya dengan bawahan adalah pemimpin
yang mampu meyakinkan pengikutnya bahwa kepentingan pribadi dari bawahan adalah visi pemimpin, serta mampu meyakinkan bahwa anggotanya mempunyai
andil dalam mengimplementasikannya.
2.4 Hubungan Antara Komunikasi dan Kepemimpinan