Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Sales & Marketing Department di Nusa Dua Beach Hotel & Spa.

(1)

PENGARU

TERHADAP P

SALES

DI NUS

PROGRA

ARUH KOMUNIKASI KEPEMIMP

PRODUKTIVITAS KERJA KA

S & MARKETING DEPARTME

NUSA DUA BEACH HOTEL & SP

KADEK DWI BIMA PANDE 1112014055

AM STUDI DIPLOMA IV PARIWISA

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

MPINAN

ARYAWAN

ENT

SPA


(2)

TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

SALES & MARKETING DEPARTMENT

DI NUSA DUA BEACH HOTEL & SPA

Laporan Akhir Program ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Pariwisata (SST.Par).

KADEK DWI BIMA PANDE 1112014055

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PARIWISATA

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

ABSTRAK

Program Studi Diploma IV Pariwisata Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana Laporan Akhir Program A. Nama Penulis : Kadek Dwi Bima Pande

B. Judul Laporan : Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja KaryawanSales & Marketing Deparmentdi Nusa Dua Beach Hotel & Spa C. Jumlah Halaman : xv + 119 halaman (Ilustrasi: Tabel, Gambar dan

Lampiran)

D. Isi Ringkasan :

Latar belakang dalam penelitian ini adalah terjadinya proses komunikasi yang tidak sehat antara atasan dan bawahansales & marketing department di Nusa Dua Beach Hotel & Spa yang berpengaruh terhadap prduktivitas kerja karyawan, oleh karena itu perusahaan pada umumnya dan pimpinan sales & marketing department pada khususnya harus melakukan pembenahan atau peningkatan terhadap apa yang dirasa perlu untuk dibenahi dan ditingkatkan terkait komunikasi kepemimpinan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi kepemimpinan dan mengetahui seberapa berpengaruh komunikasi kepemimpinan terhadap produktivitas kerja karyawan sales & marketing department.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi dan studi kepustakaan. Penentuan sampel dilakukan dengan metode sensus dengan memakai seluruh karyawan sales & marketing department yang berjumlah 22 orang sebagai responden. Teknik analisis yang dipakai adalah analisis kualitatif dengan skala likert

dan kuantitatif dengan uji validitas, uji reliabilitas, analisis regresi linier sederhana, analisis korelasi, analisis koefisien determinasi serta uji t.

Setelah dilakukan pengukuran dengan skala likert terhadap variabel komunikasi kepemimpinan (X) untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi kepemimpinan sales & marketing department didapat total skor rata-rata sebesar 2,62 yang berarti baik dan bedasarkan hasil analisis, diperoleh 6,173 > 1,720 yang terletak pada daerah penolakan Ho, maka Ha diterima yang berarti bahwa variabel komunikasi kepemimpinan berpengaruh terhadap variabel produktivitas kerja karyawansales & marketing department.

Komunikasi kepemimpinan menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan perusahaan untuk ditingkatkan lagi untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan pada khususnya sales & marketing department.

E. Kata Kunci : Komunikasi kepemimpinan, Produktivitas kerja,


(4)

Study Programme of Tourism Diploma IV Tourism of Faculty

Udayana University Final Report

A. Name : Kadek Dwi Bima Pande

B. Title : The Effect of Leadership Communication to Productivity

C. Number of Pages : xiv + 119 pages of Ilustration, Table and Picture

D. Summary :

The background of this research is a process of communication that is not well between the leader of sales & marketing department and the employee on this deparment, so the impact on employee productivity at work. The purposes of this study to find out how the process of leadership communication and to know how influential among the leadership communication to productivity at work of sales & marketing department employee.

The technical to collect data by observation, interviews, questionnaires, documentation and other references. Sampling was done by census method that technical used all the staff of sales & marketing department that is 22 respondents. The data analysis technique used is qualitative analysis by Likert scale and quantitative analysis which consist validity, reliability, simple linear regression analysis, correlation analysis, determination coefficient analysis and .

After analyzed by Likert scale the result found of leadership communication process with a total average score 2,62 means good, and based on analysis obtained _ 6,173> _ 1,720 is located in Ho rejection. So Ha is received, that is means there is truly a positive influence between leadership communication and productivity of sales & marketing department employee.

The leader communication is one important thing to caring and improve for company because very influence to improving company benefit and productivity of employee at work.

E. Keywords : Leadership communication, productivity of Employee, Sales & Marketing Department.


(5)

PENGARUH KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN

TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

SALES & MARKETING DEPARTMENT

DI NUSA DUA BEACH HOTEL & SPA

Nama : Kadek Dwi Bima Pande

NIM : 1112014055

Laporan Akhir Program ini telah diujikan dan dinyatakan LULUS dengan predikat MEMUASKAN pada tanggal 20 Juni 2016 di Program Studi Diploma IV Pariwisata Universitas Udayana.

Disetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. IB. Ketut Astina, M.Si. Ni Made Ariani, SE.,M.Par NIP. 195912311986021006 NIP. 197801282006042027

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pariwisata Ketua Program Studi Diploma IV Pariwisata Universitas Udayana Fakultas Pariwisata universitas Udayana

Drs. I Made Sendra, M.Si. Ni Made Ariani, SE., M.Par NIP.19560222000031001 NIP.197801282006042027


(6)

TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

SALES & MARKETING DEPARTMENT

DI NUSA DUA BEACH HOTEL & SPA

Laporan Akhir Program ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Program Studi Diploma IV Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana pada tanggal 20 Juni 2016 dan dinyatakan LULUS dengan predikat MEMUASKAN.

Tim Penguji

Ketua : Drs. IB. Ketut Astina, M.Si. ( )

Sekretaris : Ni Made Ariani, SE.,M.Par ( ) Anggota : 1. Ida Ayu Trisna Eka Putri, S.TP.,M.Si. ( ) 2. Nyoman Ariana, S.ST.Par.,M.Par. ( ) 3. Fanny Maharani Suarka, S.ST.Par.,M.Par. ( )

Mengetahui,

Ketua Program Studi Diploma IV Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

Ni Made Ariani, SE., M.Par NIP. 197801282006042027


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Sales & Marketing Department di Nusa Dua Beach Hotel & Spa”. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pariwisata `Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan laporan akhir ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si, selaku Dekan Fakultas PariwisataUniversitas Udayana.

2. Ibu Ni Made Ariani, SE.,M.Par, selaku Ketua Program Studi Diploma IV Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana dan Selaku Pembimbing II.

3. Bapak Drs. IB. Ketut Astina, M.si., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan laporan akhir.

4. Ida ayu Trisna Eka Putri, S.ST.Par.,M.Par,selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan arahannya selama menempuh pendidikan pada Program Studi Diploma IV Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

5. Bapak dan Ibu Dosen pengajar Program Studi Diploma IV Pariwisata Universitas Udayana atas segala ilmu yang dilimpahkan.

6. Seluruh Staff, Dosen dan pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Pariwisata Universitas Pariwisata.

7. Ibu Rubianti, selakuDirector of Sales Nusa Dua Beach Hotel & Spa. 8. Bapak IB. Anom Suatika selakuTraining ManagerNusa Dua Beach Hotel


(8)

yang telah membantu dalam memberikan informasi dalam penelitian ini. 10. Seluruh teman-teman Diploma IV angkatan 2011 Fakultas Pariwisata yang

sudah memberikan banyak semangat dan motivasi dalam pengerjaan laporan ini.

11. Kedua orang tua saya yaitu bapak I Made Kemper dan Ibu Ni Nyoman Srinadi yang sudah dengan sabar menunggu dan memotivasi.

12. Saudara saya Ka Ani dan Ka Herad yang selalu mendukung.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masuh kurang sempurna, sehingga kriktik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, Juni 2016


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...i

JUDUL PRASYARAT ... ii

ABSTRAK ...iii

ABSTRACT...iv

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... v

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ...vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

DAFTAR DIAGRAM LINGKARAN...xiv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN AKHIR PROGRAM ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya... 12

2.2 Deskripsi Konsep Komunikasi... 16

2.2.1 Definisi Komunikasi ... 16

2.2.2 Unsur-unsur Proses Komunikasi... 17

2.3 Tinjauan Tentang Kepemimpinan... 19

2.3.1 Definisi Kepemimpinan ... 19

2.3.2 Teori-teori Kepemimpinan... 21

2.3.2.1 Teori Managerial Grid dan Implikasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi... 21

2.3.2.2 Teori X dan Y dan Implikasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi... 23

2.3.2.3 Teori Komunikasi Situasional Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi... 25

2.3.2.4 Teori Kepemimpinan Transaksional ... 27

2.3.2.5 Teori Kepemimpinan Transformasional ... 27

2.4 Hubungan Antara Komunikasi dan Kepemimpinan ... 28

2.5 Tinjauan Tentang Produktivitas Kerja ... 33

2.5.1 Definisi Produktivitas... 33

2.5.2 Indikator Produktivitas... 34

2.5.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan... 35


(10)

2.7.1 Pengertian Sales Person ... 39

2.7.2 Fungsi Dari Seorang Sales ... 39

2.7.3 Tugas-tugas Seorang Sales Person... 42

2.8 Tinjauan Tentang Hotel... 43

2.9 Hipotesis ... 45

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... 47

3.2 Definisi Operasional Variabel... 47

3.2.1 Komunkasi Kepemimpinan ... 47

3.2.2 Produktivitas Kerja Karyawan... 49

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 50

3.3.1 Jenis Data... 50

3.3.2 Sumber Data ... 50

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.5 Teknik Penetuan Sampel... 52

3.6 Teknik Analisis Data... 53

3.6.1 Uji Instrumen Penelitian ... 53

3.6.2 Analisis Kualitatif ... 53

3.6.3 Analisis Kuantitatif ... 55

3.6.3.1 Analisis Rgresi Linier Sederhana... 56

3.6.3.2 Analisis Koefisien Korelasi ... 56

3.6.3.3 Analisis Determinasi ... 58

3.6.3.4 Uji t ... 58

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 60

4.1.1 Sejarah Umum Nusa Dua Beach Hotel & Spa... 60

4.1.2 Visi, Misi dan Komitmen Nusa Dua Beach Hotel & Spa ... 61

4.1.3 Letak & Lokasi Hotel... 62

4.1.4 Fasilitas-fasilitas Nusa Dua Beach Hotel & Spa... 62

4.1.5 Gambaran UmumSales & Marketing DepartmentBeserta Bagan Struktur Organisasi ... 70

4.1.6 Job DeskripsiSales Marketing DepartmentNusa Dua Beach Hotel & Spa... 72

4.2 Pembahasan... 76

4.2.1 Karakteristik Responden ... 76

4.2.2 Deskripsi Variabel Penelitian Komunikasi kepemimpinanSales & Marketing Departmentdi Nusa Dua Beach Hotel & Spa ... 80

4.2.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 83

4.2.4 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 87

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 91

5.2 Saran... 92


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data Room Revenue di Nusa Dua Beach Hotel & Spa Tahun 2012-2015... 8 Tabel 3.1 Variabel, Indikator dan Sub Indikator Komunikasi kepemimpinan ... 48 Tabel 3.2 Variabel, Indikator dan Sub Indikator Produktivitas

Kerja Karyawan ... 49 Tabel 3.3 Skala Sikap... 55 Tabel 3.4 Tingkat Keeratan Antara Variabel Bebas (Komunikasi Kepemimpinan) Dengan Variabel Terikat (Produktivitas Kerja) ... 58 Tabel 4.1 Jenis dan Tipe Kamar Beserta Harganya di Nusa Dua Beach Hotel &

Spa... 63 Tabel 4.2 Jenis dan Kapasitas Ruang Pertemuan di Nusa Dua Beach Hotel & Spa ... 67 Tabel 4.3 Deskripsi Variabel Penelitian Komunikasi KepemimpinanSales &

Marketing Departmentdi Nusa Dua Beach Hotel & Spa ... 80 Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Komunikasi kepemimpinan . 84 Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Produktivitas Kerja ... 84 Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Komunikasi Kepemimpinan

... 86 Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Produktivitas Kerja... 86 Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Menggunakan SPSS Versi 17.0 ... 87 Tabel 4.9Hasil Analisis Koefisien Korelasi ... 88 Tabel 4.10 Hasil Uji t ... 89


(12)

Halaman

Gambar 3.1 Kurva Normal ...59 Gambar 4.1 Struktur OrganisasiSales & Marketing Departmentdi Nusa Dua

Beach Hotel & Spa ...71 Gambar 4.2 Kurva Daerah Penolakan dan PenerimaanH Dengan Uji t...89


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 :Kuesioner Penelitian... 97

Lampiran 2 :Daftar Nama Responden PadaSales & Marketing Department di Nusa Dua Beach Hotel & Spa ... 103

Lampiran 3 :Hasil Data Tabulasi Kuesioner Variabel Komunikasi Kepemimpinan... 104

Lampiran 4 :Hasil Data Tabulasi Kuesioner Variabel Produktivitas Kerja ... 105

Lampiran 5 :Hasil Uji Validitas Variabel Komunikasi Kepemimpinan dan Produktivitas Kerja ... 106

Lampiran 6 :Hasil Uji Reliabilitas Variabel Komunikasi Kepemimpinan dan Produktivitas Kerja ... 112

Lampiran 7 :Hasil Analisis Deskriptif Penelitian ... 114

Lampiran 8 :Hasil Analisis Data Dengan SPSS... 116

Lampiran 9 :T Tabel... 117


(14)

Halaman 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 77 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 78 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 79


(15)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN AKHIR PROGRAM

Saya menyatakan bahwa memang benar laporan akhir ini adalah hasil karya sendiri bukan plagiat hasil karya orang lain. Sepanjang pengetahuan saya di dalam laporan akhir ini hanya mengutip pernyataan tertulis dari sumber/para ahli dan disebut dalam daftar kepustakaan.

Apabila ternyata dalam naskah laporan akhir program ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiat, saya bersedia laporan akhir ini digugurkan dan gelar akademis yang telah saya peroleh (Diploma IV) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, Pasal 25 Ayat 2 dan pasal 70).

Denpasar, 20 Juni 2016 Tertanda: Pembuat pernyataan

Nama: Kadek Dwi Bima Pande NIM: 1112014055


(16)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menghadapi perkembangan pariwisata di Bali, komponen – komponen pariwisata berusaha mengembangkan sumber daya manusianya, dalam memenuhi apa yang menjadi kebutuhan atau keinginan para wisatawan. Pengembangan sumber daya manusia ini, ditekankan pada aspek kemampuannya yang professional agar dapat melahirkan sumber daya yang professional dan berproduktivitas tinggi. Bukanlah suatu pekerjaan yang ringan, melainkan pekerjaan yang sangat berat, membutuhkan proses yang panjang dan disertai pola manajemen yang baik dan profesional pula.

Pengembangan sumber daya manusia, secara makro dilakukan oleh pemerintah dan secara mikro dapat dilakukan oleh organisasi – organisasi yang lebih bersifat teknis dan operasional. Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan oleh organisasi sangat penting untuk menciptakan tenaga kerja yang berproduktivitas, karena dengan tenaga kerja yang berproduktivitas maka tujuan organisasi akan tercapai. Hal ini berarti produktivitas tenaga kerja sangat penting untuk diperhatikan. Dengan kata lain, produktivitas perusahaan sangat bergantung pada produktivitas tenaga kerja, atau produktivitas kerja sangat dominan meningkatkan produktivitas perusahaan.

Secara umum produktivitas merupakan rasio antara hasil kegiatan (output) dan segala pengorbanan (cost) untuk mewujudkan hasil (input).


(17)

2

Sedangkan produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran keberhasilan tenaga kerja menghasilkan suatu produk dalam satuan waktu tertentu ( Moekijat, 1999:112 ). Jadi seseorang dinilai produktif jika untuk satuan waktu yang sama dapat menghasilkan produk yang telah ditentukan kualifikasi standarnya dibandingkan tenaga kerja yang lainnya dalam kualitas yang lebih besar, atau untuk menghasilkan kuantitas tertentu seorang tenaga kerja dapat mengerjakannya dalam satuan waktu yang lebih pendek dibandingkan dengan tenaga kerja lainnya.

Namun demikian upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja akan berubah–ubah dari waktu ke waktu, karena peran serta tenaga kerja berubah pula oleh berbagai faktor. Adapun faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah pendidikan dan latihan, keterampilan, disiplin, sikap, etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan, situsi kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen dan kesempatan berprestasi (Tohardi, 2002:450).

Uraian tersebut dapat diketahui, bahwa begitu banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam suatu perusahaan, namun dalam aspek teknis operasional suatu perusahaan, faktor manajemen dari komunikasi kepemimpinan dalam penelitian ini menjadi penting untuk diperhatikan. Peningkatan produktivitas sangat ditentukan oleh peranan atau kemampuan seorang manajer (atasan) dalam mengakumulasikan semua sumber daya yang ada secara efisien dan efektif untuk menghasilkan sesuatu sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.


(18)

Tugas seorang pimpinan dalam mengakomodasikan semua sumber daya kearah yang produktif bukanlah suatu tugas yang ringan, karena membutuhkan konsentrasi serta tanggung jawab yang besar, terlebih dalam menghadapi persoalan manusia yang di latar belakangi oleh berbagai motif. Untuk menghadapi hal ini sangat diperlukan suatu pendekatan secara manusiawi atau sering dikenal dengan sebutan hubungan manusia (human relation) dengan berbagai mekanismenya.

Salah satu bagian pendekatan Human Relation ini adalah komunikasi. Aspek komunikasi sangat penting bagi seorang manajer terutama dalam menjembatani keterbatasan manajer dalam mengembangkan berbagai usaha pada suatu perusahaan. Aspek komunikasi juga dipandang dapat menjalin suatu hubungan yang intens dan harmonis dalam menghindari berbagai ketegangan –

ketegangan dalam pekerjaan. Jelaslah bahwa kemampuan berkomunikasi bagi seorang pimpinan sangat penting, sebab pihak pimpinan perlu sebanyak mungkin mengadakan kordinasi dan komunikasi untuk dapat mengetahui situasi dan suasana kerja karyawan, situasi sosial di dalam dan di luar organisasi perusahaan (Astrid, 1997 : 73).

Penjelasan tersebut menunjukan bahwa kemampuan berkomunikasi seorang manajer/pimpinan merupakan bagian dari penerapan Human Relation.

Hubungan ini dapat dipahami dari gambaran pengertian human relation, yaitu komunikasi persuasive yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja (work situation) dan organisasi kekaryaan (work organization) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan kegiatan bekerja,


(19)

4

dengan semangat kerja yang produktif dan dengan perasaan bahagia dan puas hati. ( Effendy, 1996 : 93 ).

Lebih lanjut dikemukakan bahwa dipandang dari sisi seorang pimpinan yang bertanggung jawab untuk memimpin sebuah kelompok, human relation

merupakan pengintegrasian orang – orang ke dalam situasi kerja yang menggiatkan mereka untuk bekerja bersama – sama. Atau singkatnya, human relationadalah pengembangan usaha kelompok karyawan secara produktif.

Dengan demikian, komunikasi kepemimpinan merupakan bagian dari

Human Relation seorang manajer/pimpinan dalam suatu perusahaan dan mempunyai hubungan yang erat sekali dalam meningkatkan produktivitas perusahaan atau produktivitas tenaga kerja/karyawan. Ketimpangan tujuan organisasi/perusahaan, disebabkan kurang harmonisnya hubungan dan situasi kerja antara karyawan dengan pimpinan, antara karyawan dengan karyawan atau dengan pihak luar perusahaan, merupakan tanggung jawab dari peranan komunikasi kepemimpinan seorang manajer/pimpinan.Kemampuan seorang manajer dalam berkreatifitas, untuk merancang situasi kerja, menciptakan saluran komunikasi yang baik, merupakan suatu hal yang penting dalam menumbuh-kembangkan kegairahan bekerja yang produktif.

Peranan komunikasi kepemimpinan yang demikian bersifat universal, artinya berlaku untuk semua bentuk atau model kelompok kerja sama yang mempunyai tujuan bersama. Dalam mengkordinasikan dan mengintegrasikan karyawannya, para pimpinan dituntut untuk dapat merancang suatu saluran komunikasi yang baik, melalui bentuk –bentuk komunikasi yang bersifat dialogis


(20)

(two way communication) antara pimpinan dengan bawahan. Diantaranya dalam bentuk pemberian petunjuk, keterangan, perintah, teguran, dan pujian oleh pimpinan dan penyampaian laporan, pendapat, keluhan, dan saran- saran oleh bawahan, baik yang bersifat formal maupun informal. Di samping itu komunikasi kepemimpinan dapat dilihat dari kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan dalam mendelegasikan wewenang dan tugas kepada bawahan, juga melalui kesediaan pihak pimpinan dalam memberikan bimbingan dan dorongan, pengarahan atau contoh-contoh kepada bawahan, yang berarti juga perlunya kreatifitas pimpinan dalam menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang kondusif, sehingga mengundang karyawan untuk lebih berpartisipasi dan memberikan dukungan terhadap perusahaan melalui keterlibatannya secara aktif dalam melaksanakan kerja dan fungsi organisasi perusahaan. Dengan pelaksanaan hal – hal di atas secara otomatis akan dapat menghasilkan suatu hasil dari produktivitas kerja karyawan yang baik melalui pencapain target bulanan dan semangat kerja yang tergambar dalam sikap bekerja sama, kepuasan bekerja, kedisiplinan atau taat dalam melaksanakan tugas.

Variabel – variabel yang disebutkan di atas yaitu komunikasi kepemimpinan dan produktivitas kerja juga diterapkan di Nusa Dua Beach Hotel & Spa khususnya padaSales & Marketing Departemen. Fenomena yang terdapat di lapangan menunjukkan adanya suatu ketidaksesuaian atau penyimpangan dari penerapan kedua variabel tersebut. Adapun penyimpangan – penyimpangan yang dimaksud antara lain seperti kurangnya kesediaan pimpinan dalam memberikan bimbingan dan dorongan dengan pemberian petunjuk dan keterangan tentang


(21)

6

suatu tugas, pujian dan teguran, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap kinerja karyawannya. Misalnya seperti pada saat pemberian petunjuk, yaitu pemberian informasi perubahan harga produk yang akan mengalami potongan harga, tetapi kurang jelas pada penekanannya, sehingga pada tahap operasional ada suatu ketidakyakinan untuk memberikan potongan harga disaat transaksi berlangsung. Hal ini terjadi dikarenakan oleh adanya ketidak jelasan pada saat pemberitahuan petunjuk tentang produk mana saja yang mengalami potongan harga sehingga hal ini akan mempengaruhi karyawan dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan. Selain itu adanya kecenderungan terjadinya salah penafsiran dari pesan yang disampaikan oleh pimpinan atau komunikator kepada bawahan atau komunikan, sehingga hal tersebut akan mempersulit bawahan dalam menindaklanjuti tugas atau suatu pekerjaan tertentu, hal ini dimungkinkan oleh akibat dari kurangnya kemampuan pimpinan dalam menguasai suatu pesan yang akan disampaikan, sehingga pesan tidak diterima dengan baik oleh bawahan. Contoh nyata dari hal di atas adalah terjadinya ambigu makna informasi yang di sampaikan pada saat rapat harian berlangsung sebelum memulai pekerjaan atau adanya anggapan dari atasan bahwa informasi yang telah disampaikan dianggap sudah dimengerti oleh bawahan, misalnya tentang kebijakan peraturan kepada karyawan reservasi Nusa Dua Beach Hotel & Spa yang harus disampaikan kepada mereka.

Menurut Rudy T. May (2005:23) ada dua hambatan komunikasi yang terjadi yaitu:


(22)

1. Hambatan komunikasi antarpribadi.

Hambatan komunikasi antarpribadi (interpersonal Barriers) dsini yang dimaksud lebih kepada mengabaikan atau mengesampingkan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita anggap kita sudah tahu. Banyak orang yang cenderung mengabaikan informasi orang lain, jika menganggap dirinya sudah tahu atau lebih banyak tahu. Padahal informasi yang disampaikan itu adalah benar, karena kondisi lapangan yang sudah berubah dari yang kita tahu.

2. Hambatan komunikasi organisasional. Tingkatan manajemen (management levels).

Berlakunya tingkatan manajemen yang berkotak-kotak (ada batas atau sekat antara peringkat top, upper,danlower Management) atau yang berlangsung secara kaku dalam suatu kegiatan, dapat membuat penyampaian pesan/informasi itu tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar (baik dalam pola atau alur komunikasi top-down dari atas ke bawah maupun sebaliknyabottom-updari bawah ke atas).

Karena adanya dualisme makna informasi pada saat pemberian petunjuk dan anggapan bahwa informasi telah diterima dengan baik oleh atasan terhadap bawahan sehingga terjadi variasi informasi yang terkadang saling berlawanan antara satu informasi dengan informasi lainnya yang berakibat terjadinya kesalahpahaman dari pemberian informasi yang kurang jelas. Hal inilah yang terjadi di lapangan adalah dimana pimpinan yang kurang bisa menciptakan suasana kerja yang kondusif diantara karyawannya, sehingga menyebabkan


(23)

8

hubungan yang kurang harmonis dan mempengaruhi kepuasan karyawan dalam bekerja sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya. Contoh dari kurang harmonisnya hubungan diantara karyawan adalah kurang bisanya bekerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, dan adanya persaingan yang tidak sehat akibat adanya kedekatan beberapa karyawan dengan atasan, sehingga terkesan adanya pilih kasih yang kemudian menimbulkan kecemburuan sosial antara karyawan. Hal ini juga berarti akan mempengaruhi produktivitas perusahaan yang dapat dilihat pada data room revenue yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun, untuk lebih jelasnya pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Data Room Revenue Di Nusa Dua Beach Hotel & Spa Tahun 2012-2015

No. Bulan Room Revenue (USD)

2012 2013 2014 2015

1 Januari 1,204,918 825,357 815,935 803,997 2 Februari 838,996 778,943 765,447 694,370

3 Maret 932,947 700,980 639,875 655,469

4 April 823,104 657,636 650,211 650,563

5 Mei 908,123 763,216 700,632 699,708

6 Juni 1,172,575 879,512 819,279 714,850 7 Juli 1,190,258 885,800 755,941 734,412 8 Agustus 1,113,176 1,156,563 1,123,369 1,115,899 9 September 968,469 1,183,019 971,420 892,113 10 Oktober 1,167,591 1,067,540 995,733 952,317 11 November 900,163 839,110 808,505 800,951 12 Desember 1,241,321 1,109,200 1,404,500 1,299,672

TOTAL 12,470,641 10,846,876 10,450,847 10,014,321 Sumber:Sales&MarketingDepartemen, 2016.

Pada tabel di atas dapat dilihat terjadinya penurunan dalam rentang empat tahun terakhir dari 2012 sampai 2015 yang walaupun tidak terlalu signifikan namun sudah menunjukan kemunduran produktivitas sebuah perusahaan terutama kemunduran produktivitas karyawan sales & marketing department pada


(24)

khususnya. Data tersebut menjadi pendukung dalam penelitian ini yang ingin mengetahui apa hubungan antara komunikasi kepemimpinan dan produktivitas kerja yang menjadi penyebab menurunnya produktivitas perusahaan.

Oleh karena itu, kondisi ini perlu diantisipasi agar apa yang menjadi tujuan baik dipihak manajemen maupun karyawannya bisa tercapai dan terpenuhi sesuai dengan harapan bersama. Salah satu caranya adalah dengan memperbaiki dan meningkatkan proses komunikasi kepemimpinannya sehingga lebih efisien dan efektif yang nantinya secara otomatis akan meningkatkan produktivitas perusahaan dan produktivitas karyawannya. Dalam penelitian ini lebih menitik beratkan kepada satu pimpinan dari tiga kepemimpinan yang ada dalam Sales & Marketing Department yaitu Director of Sales dikarenakan keterbatasan komunikasi peneliti dalam berbahasa asing dengan pimpinan tertinggi yaitu

Director of Sales & Marketing.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut adapun pokok permasalah yang dapat diambil yaitu :

1. Bagaimana respon karyawan Sales & Marketing Departement terhadap komunikasi kepemimpinannya?

2. Bagaimana pengaruh komunikasi kepemimpinan terhadap produktivitas kerja karyawan Sales & Marketing Departement di Nusa Dua Beach Hotel & Spa Bali?


(25)

10

Berdasarkan pokok masalah tersebut adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui tanggapan karyawan terhadap komunikasi kepemimpinan padaSales & Marketing Departementdi Nusa Dua Beach Hotel & Spa Bali. 2. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi kepemimpinan terhadap produktivitas

kerja karyawan Salas & Marketing Departement di Nusa Dua Beach Hotel & Spa Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini mencoba untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dibangku perkuliahan, khususnya mata kuliah Human Relation

dan Sumber Daya Manusia,dengan kenyataan yang ada di lapangan. Di samping itu penelitian ini diharapkan akan berguna dalam membina dan mengembangkan wawasan berfikir dan wahana latihan yaitu dengan merumuskan permasalahan dalam penelitian.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang produktivitas kerja karyawan kaitannya dengan peranan komunikasi kepemimpinan pada Sales & Marketing Departmentdi Nusa Dua Beach Hotel & Spa Bali sehingga bisa dijadikan masukan yang positif.


(26)

1.5 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dari peneliian ini akan disusun dalam 5 bab dan masing–masing akan diuraikan sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

Bab I terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penyajian.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab II berisi tentang telaah hasil penelitian sebelumnya dan deskripsi konsep yang terdiri dari tinjauan tentang komunikasi kepemimpinan, produktivitas kerja, karyawan, sales & marketing

departemen serta tinjauan tentang hotel. BAB III Metode Penelitian

Bab III berisi tentang lokasi penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV berisikan hasil dari penelitian serta pembahasannya. BAB V Simpulan dan Saran

Bab V terdiri dari simpulan dan saran yang diperoleh atas pembahasan dari variabel yang diteliti.


(27)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian tentang peranan komunikasi kepemimpinan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan telah dilakukan oleh Tommy ( 1996 ). Tujuan penelitiannya adalah ingin mengetahui bagaimana implikasi proses komunikasi kepemimpinan terhadap produktivitas kerja karyawan hotel berbintang di kawasan wisata Nusa Dua berdasarkan teori yang sudah ada, teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara dan kuisioner. Variabel bebasnya adalah peranan komunikasi kepemimpinan dan variabel tidak bebasnya adalah produktivitas kerja karyawan. Didapat gambaran proses komunikasi kepemimpinan dan kondisi produktivitas kerja karyawan, data

– data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif dengan menggunakanskala likert,analisis kuantitatif dengan menggunakan rumus produktivitas, analisis koefisien korelasi, determinasi dan .

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui melalui analisis korelasi sebesar 0,5827, ini berarti adanya hubungan yang kuat antara komunikasi kepemimpinan dengan produktivivtas kerja karyawan. Dimana variasi produktivitas kerja karyawan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor komunikasi kepemimpinan dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.


(28)

Penelitian selanjutnya dengan judul :“ Peranan Komunikasi

Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan Di Megastore – Hard Rock Hotel Bali “, dari Fritz ( 1998 ). Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui bagaimana peranan komunikasi kepemimpinan dan implikasinya terhadap produktivitas kerja karyawan di Megastore – Hard Rock Hotel Bali, berdasarkan teori yang sudah ada maka untuk menguji teori tersebut dapat dilakukan melalui data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung, kuesioner dan studi kepustakaan, dimana jenis datanya dibagi dua yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Variabel penelitian dibagi menjadi dua yaitu variabel terikatnya adalah produktivitas kerja karyawan dan variabel tidak terikatnya adalah komunikasi kepemimpinan.

Data –data tersebut diolah dan dianalisis dengan analisis kuantitatif yaitu menggunakan analisis skala likert dan analisis kualitatif dengan menggunakan rumus produktivitas, analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel yaitu variabel komunikasi kepemimpinan dan variabel produktivitas tenaga kerja, analisis determinasi untuk mengetahui seberapa besar variabel komunikasi kepemimpinan terhadap variabel produktivitas kerja karyawan dan yang terakhir dengan menggunakan analisis untuk megetahui apakah hasil perhitungan–perhitungan di atas adalah signifikan atau tidak.

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Megastore – Hard Rock Hotel Bali dapat diketahui bahwa peranan komunikasi kepemimpinan yang dilakukan oleh pimpinan terhadap karyawannya telah dilaksanakan dengan baik. Skor yang didapat melalui analisis skalalikert menunjukan skor 3,90 yang berarti penerapan


(29)

14

komunikasi kepemimpinannya sudah baik. Sedangkan tentang implikasi dari proses komunikasi kepemimpinan itu sendiri terhadap produktivitas didapat koefisien korelasi sebesar 0,73 melalui perhitungan analisis korelasi. Koefisien korelasi sebesar 0,73 tersebut berarti adanya hubungan yang positif dan kuat antara kedua variabel. Untuk analisis determinasi didapat koefisien determinasi sebesar 53,29 % yang berarti 53,29 % variasi variabel produktivitas diterangkan oleh variabel komunikasi kepemimpinan dan sisanya diterangkan oleh fakto –

faktor lain. Hasil analisis menunjukan bahwa hasil perhitungan adalah signifikan sesuai dengan yang diperoleh 3,6414, dimana angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan 1,333.

Selanjutnya penelitian dengan judul : “Pengaruh Gaya Kepemimpinan,

Komunikasi Internal dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pand’s collection Semarang”, dari Siswandi (2011). Tujuan dari penelitiannya adalah : 1) Untuk menganalisis variabel gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. 2) Untuk menganalisis variabel komunikasi internal terhadap kinerja karyawan. 3) Untuk menganalisis variabel motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. 4) Untuk menganalisis varabel gaya kepemimpinan, komunikasi internal dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan.

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa: 1) Gaya kepemimpianan (X1) mempunyai hubungan/korelasi yang signifikan dengan kinerja karyawan (Y) karena (Sig.) = 0,000 (< 0,05) dengan koefisien korelasi sebesar 0,656 atau tergolong sangat kuat; 2) Komunikasi internal (X2) mempunyai


(30)

hubungan/korelasi yang signifikan dengan kinerja karyawan (Y) karena

(Sig.) = 0,044 < 0,05) dengan koefisien korelasi sebesar 0,182 atau tergolong kuat; 3) Motivasi kerja (X3) mempunyai hubungan/korelasi yang signifikan dengan kinerja karyawan (Y) karena (Sig.) = 0,029 (< 0,05) dengan koefisien korelasi sebesar 0,191 atau tergolong kuat; 4) Gaya kepemimpinan (X1), komunikasi internal (X2) dan motivasi kerja (X3) secara simultan memiliki hubungan signifikan dan positif dengan kinerja karyawan (Y) yang ditunjukan oleh nilai sig. 0,000 yang lebih kecil dari pada 0,05 dan (57,343) yang lebih besar dibanding (3,13).

Berdasarkan ketiga penelitian di atas dengan penelitian sekarang adalah sama - sama meneliti tentang komunikasi kepemimpinan dan produktivitas kerja. Persamaan kedua adalah pada teknik analisis data yang sama seperti mengukur skala sikap dengan skala likert, rumus produktivitas, analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel, analisis determinasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel komunikasi kepemimpinan terhadap variabel produktivitas kerja dan terakhir dengan menggunakan untuk mengetahui apakah hasil perhitungan tersebut signifikan atau tidak.

Perbedaan penelitian sekarang dan penelitian sebelumnya adalah terletak pada lokasi / tempat penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dilakukan di Nusa Dua Beach Hotel & Spa, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Tommy (1996) dilakukan di Kawasan Wisata Nusa Dua, penelitian oleh Fritz (2002) dilakukan di Megastore – Hard Rock Hotel Bali dan penelitian Siswandi (2011) dilakukan di


(31)

16

Pand’s Collection Semarang. Sedangkan dalam penelitian Siswandi yang menjadi perbedaan adalah menggunakan 3 variabel. Adapun manfaat dari penelitian sebelumnya bagi peneliti adalah menjadi kerangka dasar dalam penelitiannya dan memberikan beberapa konsep yang bisa digunakan oleh peneliti.

2.2 Deskripsi Konsep Komunikasi

2.2.1 Definisi Komunikasi

Menurut Wiryanto (2004:5) komunikasi mengandung makna

bersama-sama “coomon”. Istilah komunikasi atau “communication” berasal dari bahasa

latin, yaitu “communicatio” yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya“communis”, yang bermakna umum atau bersama-sama

Menurut Keith Davis (1985) yang dikutip oleh Anwar Prabu

Mangkunegara (2005: 145) adalah “communication is the transfer of information

and understanding from one person to another person” yang artinya “komunikasi

adalah pemindahan informasi dan pemahaman dari seseorang kepada orang lain”.

Komunikasi juga diungkapkan oleh Charles R. dan Steven H. Chaffe (1983) yang dikutip oleh Wiryanto (2004: 3) mengemukakan bahwa :

“Communication sciense seek to understand the production, processing and effect

of symbol and signal system by developing testable theories containing lawful

generalization, that explain phenomena associated with production, processing

and effect”.

Artinya Ilmu komunikasi itu mencari untuk memahami mengenai produksi, pemprosesan dan efek dari simbol serta sistem sinyal, dengan


(32)

mengembangkan pengujian teori-teori menurut hukum generalisasi guna menjelaskan fenomena yang berhubungan dengan produksi, pemrosesan dan efeknya.

2.2.2 Unsur-unsur Proses Komunikasi

Unsur-unsur yang terdapat dalam proses komunikasi (Rudy T. May, 2005:3) yaitu :

1. Komunikator (senderatau pengirim pesan/berita).

Yang dimaksud dengan komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang merupakan tempat asal pesan, sumber berita, informasi, atau pengertian yang disampaikan (dikomunikasikan) atau bisa kita sebut sebagai orang atau pihak yang mengirim atau menyampaikan berita.

2. Pesan atau Berita (message).

Message(s) adalah pesan atau pesan-pesan, informasi atau pengertian dari komunikator yang penyampaiannya disampaikan kepada komunikan (audiens/khalayak) melalui penggunaan bahasa atau lambang-lambang. Lambang atau simbol tersebut dapat berupa tulisan, gambar, gerakan tubuh, lambaian tangan, kerdipan mata, sinar, warna, kode morse, bunyi sirene, bunyi peluit, bunyi bedug, bendera, dan tentu suara atau bahasa yang diucapkan manusia.


(33)

18

3. Saluran atau Media Komunikasi.

Saluran atau media komunikasi adalah sarana tempat berlalunya simbol/lambang yang mengandung makna berupa pesan/pengertian. Saluran atau medium komunikasi tersebut berupa alat/sarana yang menyalurkan suara (audio) untuk pendengar, tulisan dan gambar (visual) untuk penglihatan, bau untuk penciuman, wujud fisik untuk perabaan, dan sebagainya.

4. Komunikan (Receiveratau penerima pesan/berita).

Komunikan adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai subjek yang dituju oleh komunikator, yang menerima pesan, berita atau informasi berupa lambang-lambang yang mengandung arti atau makna.

5. Efek (effect) atau Umpan Balik (feedback).

Efek adalah hasil penerimaan pesan dari komunikan, pengaruh atau kesan yang timbuk setelah komunikan menerima pesan. Efek dapat berlanjut dengan member respon yang disebut umpan balik baik positif maupun negatif. Umpan balik adalah arus balik dalam rangka proses komunikasi. Umpan balik ini biasanya sangat diharapkan, dalam arti adanya feddback yang menyenangkan, kalau seseorang yang melakukan kegiatan komunikasi ini melakukannya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian atau memperoleh kesepakatan bersama.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan alat utama yang digunakan dalam rangka melakukan interaksi yang berkesinambungan untuk menyampaikan berbagai


(34)

tujuan menurut kepentingannya, dan pada dasarnya komunikasi adalah proses penyampaian informasi, pesan, dan ide dari seseorang kepada orang lain agar terdapat terjadi interaksi dan saling pengertian.

2.3 Tinjauan Tentang Kepemimpinan 2.3.1 Definisi kepemimpinan

Definisi kepemimpinan sangat bervariasi, sebanding dengan banyak orang yang mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan. Yukl (2010:3) mengemukakan bahwa sebagian besar definisi kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa, “kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari

seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam

kelompok atau organisasi”.

Selanjutnya Engkoswara dan Aan (2011:177) menguraikan beberapa definisi kepemimpinan menurut para ahli, diantaranya:

1. Rauch and Behling (1984:46), mengemukakan bahwa: “Kepemimpinan

adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang

diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan”.

2. Kottler (1988), mengemukakan bahwa: “Kepemimpinan adalah proses

menggerakkan seseorang atau sekelompok orang kepada tujuan-tujuan yang umumnya ditempuh dengan cara-cara yang tidak memaksa”.

3. Jacobs and Jacques (1990), mengemukakan bahwa: “Kepemimpinanadalah sebuah proses memberi arti (pengarahan berarti) terhadap usaha kolektif, dan


(35)

20

yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk

mencapai sasaran”.

4. Dubrin, A.J. (2001:3), mengemukakan bahwa: “Kepemimpinan adalah

kemampuan untuk menanamkan keyakinan dan memperoleh dukungan dari

anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi”.

5. Northouse, P.G. (2003:3), mengemukakan bahwa: “Kepemimpinan adalah

suatu proses dimana individu mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan umum”.

Selanjutnya Oteng Sutisna (1983) menggambarkan kepemimpinan secara umum sebagai suatu proses mempengaruhi atau membujuk (inducing) orang lain menuju pencapaian sasaran atau tujuan bersama. Definisi ini mencakup tiga elemen sebagai berikut :

1. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept).

Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada kepemimpinan.

2. Kepemimpinan merupakan suatu proses.


(36)

2.3.2 Teori-teori Kepemimpinan

2.3.2.1 Teori Managerial Grid dan Implikasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi.

Teori dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”. Pada dasarnya teori managerial grid ini mengenal lima

gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu :

1. Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.

2. Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.

3. Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan.

4. Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai faktor utama keberhasilan organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.


(37)

22

5. Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.

Teori manajerial grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu berfokus pada manusia dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya hubungan antar individu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada bawahan. Sebagai seorang pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap bawahannya, sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Implikasi teori ini terhadap sistem komunikasi organisasi adalah bahwa teori ini memandang pentingnya komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan lima gaya yang berbeda dari para pemimpin.

Adanya orientasi terhadap dua aspek tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus memperhatikan hubungan antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam mengerjakan tugas. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun diberbagai kalangan baik itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset berharga organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki pendekatan perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif.

Menurut Blake dan Mouton, gaya kepemimpinan team merupakan gaya kepemimpinan yang paling disukai. Kepemimpinan gaya ini berdasarkan integrasi dari dua kepentingan yaitu pekerjaan dan manusia. Pada umumnya,


(38)

kepemimpinan gaya team berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu apabila mereka memperoleh kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Selain itu, dalam kepemimpinan gaya teamterdapat kesepkatan untuk melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk memperoleh hasil yang terbaik yang mungkin dapat dicapai.

2.3.2.2 Teori X dan Y dan Implikasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi

Teori ini dikemukakan oleh Douglas Mc. Gregor (1967), yang memiliki pandangan berbeda mengenai manusia yaitu pada dasarnya manusia bersifat negative (Teori X), dan bersifat positif (Teori Y). Mc. Gregor menyimpulkan bahwa pandangan seorang manajer tentang sifat manusia didasarkan pada pengelompokkan asumsi tertentu dan manajer tersebut cenderung membentuk perilakunya terhadap bawahan sesuai dengan asumsi tersebut. Dalam teori X, terdapat empat asumsi, diantaranya :

1. Bawahan tidak suka bekerja dan bilamana mungkin, akan berusaha menghindarinya

2. Karena bawahan tidak suka bekerja, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman

3. Bawahan akan mengelakkan tanggung jawab dan sedapat mungkin hanya mengikuti perintah formal

4. Kebanyakan bawahan mengutamakan rasa aman (agar tidak ada alasan untuk dipecat) dan hanya menunjukkan sedikit ambisi


(39)

24

Sedangkan, dalam teori Y diasumsikan bahwa :

1. Bawahan memandang bahwa pekerjaan sama alamiahnya dengan istirahat dan bermain

2. Seseorang yang memiliki komitmen pada tujuan akan melakukan pengarahan dan pengendalian diri

3. Seseorang yang biasa-biasa saja dapat belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung jawab

4. Kreativitas yaitu kemampuan untuk membuat keputusan yang baik (pendelegasian wewenang dan tanggung jawab)

Teori ini memusatkan bagaimana seorang pemimpin memotivasi orang-orang dengan tipe X dan Y sehingga mampu berkontribusi dalam organisasi. Tipe X yang cenderung malas bekerja dan menyukai diperintah, mungkin akan membutuhkan saluran komunikasi yang formal, dimana pemimpin menginstruksikan berbagai perintah secara formal. Berbeda dengan tipe Y, antara pemimpin dengan bawahan akan lebih sering berkomunikasi secara informal atau partisipatif. Hal ini dilakukan karena kedua belah pihak sudah saling memahami dan bawahan memiliki pengalaman yang sudah baik.

Motivasi yang diberikan kepada tipe X, mungkin akan cenderung dengan pemberian hukuman yang tegas, sehingga berbagai peraturan tertulis sebagai media komunikasi akan sangat dibutuhkan. Sedangkan untuk tipe Y, komunikasi akan sangat mempengaruhi karena motivasi yang diberikan lebih cenderung kepada aktualisasi diri untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atau kebijakan dalam organisasi.


(40)

2.3.2.3 Teori Kepemimpinan Situasional dan Implikasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi

Teori ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan Keneth H. Blanchard (1974, 1977). Teori kepemimpinan situasional merupakan pengembangan dari penelitian kepemimpinan yang diselesaikan di Ohio State University (Stogdill dan Coons, 1957).Teori ini bersaumsi bahwa pemimpin yang efektif tergantung pada kematangan bawahan dan kemampuan pemimpin untuk menyelesaikan orientasinya, baik orientasi tugas maupun hubungan kemanusiaan. Taraf kematangan bawahan tentang dalam satu kontinum dari immatery ke maturity. Semakin dewasa bawahan, semakin matang individu atau kelompok untuk melakukan tugas atau hubungan. Dalam kepemimpinan situasional ini, Hersey dan Blanchard mengemukakan empat gaya kepemimpinan sebagai berikut :

1. Telling (S1), yaitu perilaku pemimpin dengan tugas tinggi dan tugas rendah. Gaya ini mempunyai ciri komunikasi satu arah, dimana pemimpin yang berperan.

2. Selling (S2), perilaku dengan tugas tinggi dan hubungan tinggi. Kebanyakan pengarahan masih dilakukan oleh pemimpin, tetapi sudah mencoba komunikasi dua arah dengan dukungan sosio emosional supaya bawahan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan.

3. Participating(S3), yaitu perilaku hubungan tinggi tugas rendah. Pemimpin dan bawahan sama-sama memberikan kontribusi dalam mengambil keputusan melalui komunikasi dua arah dan yang dipimpin cukup mampu dan berpengalaman untuk melaksanakan tugas.


(41)

26

4. Delegating (S4), yaitu perilaku hubungan dan tugas rendah. Gaya ini memberikan kesempatan kepada yang dipimpin untuk melaksanakan tugas mereka sendiri melalui pendelegasian dan supervise yang bersifat umum. Yang dipimpin adalah orang yang sudah matang dalam melaksanakan tugas dan matang pula secara psikologis.

Sistem komunikasi organisasi, partisipatif telah menggunakan komunikasi dua arah, yaitu sistem atau pola komunikasi yang akan menghasilkan umpan balik secara langsung dari komunikan untuk dijadikan evaluasi. Pemimpin akan sering berkomunikasi dengan bawahan dalam merumuskan hal-hal yang dapat dirumuskan dengan bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa komuniksai harus berfungsi juga sebagai persuatif dan regulative. Kepemimpinan situasional memungkinkan seorang pemimpin melaksanakan kepemimpinannya sesuai dengan kondisi yang terjadi. Untuk komunikasi satu arah seperti Telling, mengharuskan pemimpin untuk lebih banyak mengarahkan, hal ini dilakukan agar tugas yang dilaksanakan sesuai dengan alur atau tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi satu arah akan mengalami kesulitan dalam menerima umpan balik sebagai evaluasi bagi organisasi. Terkadang dengan komunikasi satu arah, kondisi kerja akan terasa kaku karena bersifat formal.

Kepemimpinan situsional yang dikembangkan menjadi empat bagian, membutuhkan komunikasi karena pada dasarnya kepemimpinan mempengaruhi orang. Kepemimpinn ini, Delegating dengan tugas dan perilaku yang rendah menjadi aspek yang paling disukai apabila bawahan memiliki tingkat kesiapan


(42)

yang tinggi, karena ada kebebasan dan kepercayaan dari pemimpin untuk berpartisipasi.

2.3.2.4 Teori Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transaksional, teori yang dikemukakan oleh Karl Kuhnert

dan Philip Lewis dalam Dan O’Hair – Gustav W. Friedrich – Lynda Dee Dixon (2009 : 193) menjelaskan hubungan antara atasan dan bawahan yang didasarkan pada pertukaran untuk mendapatkan keuntungan bersama. Menurut teori ini, pemimpin menawari bawahannya hal-hal yang mereka inginkan seperti gaji yang tinggi, cuti atau tunjangan, ntuk mendapatkan hal-hal tertentu sebagai imbalannya seperti kerja lembur untuk proyek special, kerja tambahan dan loyalitas. Transaksi terjadi ketika masing-masing pihak memberikan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Dalam situasi sulit pemimpin harus mencari alternatif untuk di tawarkan kepada bawahannya, seperti janji kenaikan gaji jika kondisi membaik atau diberi penghargaan lain. Agar gaya kepemimpinan ini efektif, kedua belah pihak harus menyadari hubungan mutual mereka.

2.3.2.5 Teori Kepemimpinan Transformasional

Kuhnert dan Lewis dalam Dan O’Hair –Gustav W. Friedrich–Lynda Dee Dixon (2009 : 193) mengidentifikasi satu tipe kepemimpinan yang disebut transformasional. Berbeda dengan kepemimpinan transaksional, kepemimpinan transformasional berfokus pada upaya pencapaian tujuan melalui penawaran nilai dasar kepada anggota organisasi.Transformasi bermula ketika manajer mengkomunikasikan niainya kepada karyawan. Jika karyawan menyepakati nilai


(43)

28

organisasional ini, mereka akan mendapat inspirasi baru, termotivasi dan bersemangat.

Pemimpin transformasional tidak sekedar mengkomunikasikan nilai mendasar ini kepada bawahannya, namun prilakunya juga harus mencerminkan nilai-nilai itu. Menurut Kuhnert dan Lewis, pemimpin transformasional yang sukses memiliki rasa percaya diri, kepribadian yang dinamis, keyakinan kuat, kemampuan menyampaikan tujuan, mampu membangun citra baik, dan berbakat dalam memotivasi orang lain. Perhatikan bahwa kualitas-kualitas itu tidak dipakai dalam proses pertukaran, pemimpin transformasional tidak menganggap kebutuhan dan keinginan pengikutnya sebagai bahan tawar menawar.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan selalu melibatkan unsur pemimpin, pengikut, dan konteks. Ketiadaan salah satu dari ketiga unsur tersebut akan menghilangkan esensi pemimpin itu sendiri. Pemimpin yang efektif dalam hubungannya dengan bawahan adalah pemimpin yang mampu meyakinkan pengikutnya bahwa kepentingan pribadi dari bawahan adalah visi pemimpin, serta mampu meyakinkan bahwa anggotanya mempunyai andil dalam mengimplementasikannya.

2.4 Hubungan Antara Komunikasi dan Kepemimpinan

Organisasi merupakan suatu wadah yang terdiri dari beberapa individu dengan karakteristik berbeda yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Karakteristik individu yang berbeda dalam organisasi menjadi hal yang sangat menarik dan menjadi suatu tantangan untuk dipersatukan dalam


(44)

persepsi dan pandangan yang sama pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perbedaan tersebut seringkali menjadi hambatan yang menimbulkan konflik.

Salah satu sumber konflik yang sering kali terjadi di antara individu diakibatkan oleh buruknya komunikasi. Bagaimana tidak, hampir dari seluruh kehidupan manusia dilakukan untuk berkomunikasi, terlebih lagi kodrat manusia sebagai makhluk sosial.

Komunikasi yang efektif akan menjadi sumber kekuatan untuk mewujudkan tujuan organisasi karena seluruh aspek manajemen dapat dilaksanakan secara terorganisir. Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi, ide, gagasan untuk dipahami dan menghasilkan umpan balik yang diarahkan pada pencapaian tujuan atau informasi yang dimaksud.

Komunikasi bukan hanya sebatas menyampaikan pesan, melainkan memaknai pesan menjadi suattu pemahaman yang sama. Komunikasi dalam suatu organisasi jelas menjadi kebutuhan dan bahkan satu hal yang wajib dilakukan, terlebih oleh pemimpin kepada para anggotanya. Dengan komunikasi, pimpinan dapat menyampaikan atau mensosialisasikan visi, misi, serta tujuan organisasi kepada anggotanya.Hal tersebut merupakan basis kekuasaan pemimpin dalam organisasi.

Setiap anggota organisasi selalu membutuhkan komunikasi dalam bekerjasama dengan sesama anggota maupun dengan lingkungan yang merupakan sumber kedinamisan organisasi. Oteng Sutisna (1983:190-191) memberikan pernyataan tentang pentingnya komunikasi dalam organisasi, yaitu:


(45)

30

1. Unsur-unsur esensial suatu organisasi melingkupi suatu maksud bersama, orang-orang yang bersedia membantu tercapainya tujuan bersama, saling berkomunikasi. Tanpa komunikasi tiada maksud atau tujuan bersama akan dipahami dan diterima oleh semua anggota organisasi. Juga tidak akan ada usaha yang dikoordinasikan untuk mencapai suatu tujuan.

2. Apabila komunikasi tidak berjalan semestinya, maksud-maksud atau tujuan mungkin tidak akan dipahami sama sekali dan orang akan cenderung untuk berbuat dengan cara sewenang-wenang dan tidak terkoordinasi.

3. Komunikasi dalam organisasi bermaksud memberi pengertian kepada orang-orang di dalam organisasi tentang maksud-maksud atau tujuan organisasi. Setiap anggota organisasi memahami tujuan organisasinya banyak ditentukan oleh lancer/ tidaknya pola-pola komunikasi para anggotanya. Melalui proses komunikasi ini lah, para pimpinan dan anggota organisasi dapat melaksanakan proses-proses organisasi.

Komunikasi merupakan proses dinamis, yang mempengaruhi perilaku orang-orang dalam menjalankan tugas-tugas organisasi. Interaksi diantara anggota organisasi tersebut terdapat dalam kerangka hubungan vertikalsecara timbal balik dari atasan kepada bawahan atau pun sebaliknya, dapat pula dalam hubungan

horizontal diantara anggota, atau hubungan diagonal. Dengan kata lain komunikasi dalam organisasi merupakan urat nadinya organisasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Fakry Gaffar (1982:5) bahwa, komunikasi di dalam organisasi tidak lain adalah suatu kekuatan yang mempertahankan eksistensi organisasi, tanpa komunikasi itu tidak mungkin berfungsi.


(46)

Kepemimpinan merupakan bagian dari fungsi manajemen dalam mengimplementasikan fungsi kepemimpinannya, dipandang bahwa suatu kenyataan kehidupan organisasi, seorang pemimpin memainkan peranan yang sangat penting, bahkan dapat dikatakan sangat menentukan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam hal ini pemimpin membutuhkan orang ( sebagai yang dipimpin ), untuk dapat digerakan sedemikian rupa sehingga yang dipimpin dapat memberikan pengabdian dan sumbangsihnya terhadap organisasi perusahaan terutama dalam berusaha, cara bekerja yang efisien, efektif dan ekonomis serta produktif. Jadi jelas bahwa kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan usaha dan iklim yang kooperatif dalam kehidupan organisasional ( Kartono, 1997 : 41 ).

Berkaitan dengan fungsi dan peranan kepemimpinan dalam suatu perusahaan, ( Sondang P. Siagian, 2010 : 46–72 ) menegaskan sebagai berikut :

Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk:

1. Pemegang kemudi organisasi ke tempat tujuan yang telah ditetapkan. 2. Berperan selaku katalisator yang mampu meningkatkan laju jalannya

organisasi ke tempat yang telah ditentukan. 3. Berperan selaku integrator.

4. Berperan selaku bapak. 5. Peranan selaku pendidik.

Dengan begitu luasnya peranan kepemimpinan dalam perusahaan, maka fungsi kepemimpinan merupakan bagian dari proses manajemen untuk mencapai


(47)

32

tujuan organisasi. Pada dasarnya pengertian kepemimpinan adalah sama yaitu mencakup unsur–unsur :

1. Kemampuan mempengaruhi orang lain, bahan atau kelompok.

2. Kemampuan untuk menggerakkan tingkah laku bawahan atau orang lain

3. Hal–hal di atas dilakukan dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Selain keterampilan mendengar secara efektif dan keterampilan verbal dan nonverbal, elemen penting dari komunikasi adalah membangun kepercayaan, meningkatkan pemahaman, dan memberdayakan orang lain. Kepercayaan (rasa percaya) berasal dari komitmen yang kuat terhadap prilaku etis di dalam sistem nilai organisasi. Pemahaman berasal dari tindakan mendengarkan orang lain, menggunakan bahasa yang jelas dan hormat dan menggunakan teknik control prilaku yang tepat. Pemberdayaan berarti memberi orang kesempatan untuk berpikir dan bertindak bagi dirinya sendiri berdasarkan pedoman nilai dan visi organisasi. Manfaat dari rasa percaya, pemahaman dan pemberdayaan antara lain adalah menambah kreativitas dan produktivitas karena pekerja siap mengambil inisiatif untuk sukses tanpa control langsung atau paksaan dari manajer atau

pimpinan. Menurut Dan O’Hair – Gustav W. Friedrich – Lynda Dee Dixon (2009:205).

Jadi kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi atau menggerakan orang lain atau bawahannya sedemikian rupa, sehingga para bawahan bekerja dengan bergairah, bersedia untuk bekerjasama dan mempunyai


(48)

disiplin tinggi, para bawahan diikat dalam kelompok serta bersama – sama mendorong mereka ke suatu tujuan tertentu. Dalam melaksanakan fungsi dan teknik kepemimpinan, komunikasi merupakan salah satu bagian terpenting untuk diperhatikan. Sebab tanpa kemampuan berkomunikasi yang baik, mustahil tujuan organisasi akan tercapai. Ini Berarti bahwa seseorang yang ingin menjadi pimpinan harus belajar agar bisa berkomunikasi yang efektif.

2.5 Tinjauan Tentang Produktivitas Kerja

2.5.1 Definisi Produktivitas

Menurut Soeprihanto (2009:83) produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara hasil-hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan atau perbandingan jumlah produksi dengan sumber daya yang digunakan.

Sulistiani dan Rosidah (2009:83) berpendapat bahwa, produktivitas menyangkut masalah hasil akhir, yakni seberapa besar hasil akhir yang diperoleh dalam proses produksi. Dalam hal ini tidak lepas dengan eksistensi dan efektifitas.

Sedangkan Sedarmayanti (2001:57) menyatakan “produktivitas kerja

mengandung arti perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan

sumber daya yang digunakan”.

Berdasarkan beberapa konsep diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah kemampuan seseorang dalam memaksimalkan kemampuan yang dimiliki dalam suatu proses produksi.


(49)

34

2.5.2 Indikator Produktivitas

Menurut Sutrisno (2009:104) untuk mengukur produktivitas, diperlukan suatu indicator sebagai berikut:

1. Kemampuan.

Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampuan seorang karyawan sangat bergantung pada keterampilan yang dimiliki serta profesionalisme mereka dalam bekerja. Ini memberikan daya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya kepada mereka.

2. Meningkatkan hasil yang dicapai.

Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah satu yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun yang menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi, upaya untuk memanfaatkan produktivitas kerja bagi masing-masing yang terlibat dalam suatu pekerjaan.

3. Semangat kerja.

Ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini dapat dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapi dalam satu hari kemudian dibandingkan dengan hari sebelumnya.

4. Pengembangan diri.

Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan dengan apa yang akan dihadapi. Sebab semakin kuat tantangannya, pengembangan diri mutlak dilakukan. Begitu juga harapan


(50)

untuk menjadi lebih baik pada gilirannya akan sangat berdampak pada keinginan karyawan untuk meningkatkan kemampuan.

5. Mutu.

Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah lalu. Mutu adalah hasil pekerjaan yang dapat menunjukan kualitas kerja seorang pekerja. Jadi, meningkatkan mutu bertujuan untuk memberikan hasil yang terbaik yang pada akhirnya akan sangat berguna bagi perusahaan dan dirinya sendiri.

6. Efisiensi.

Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi karyawan.

Menurut Gomes (1995:160) indicator untuk mengukur suatu produktivitas dapat dilihat dari:

1. Kemampuan

2. Kemampuan meningkatkan hasil yang dicapai 3. Semangat kerja

4. Pengembangan diri

2.5.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan menurut Soeprihanto (2000:7) sebagai berikut:


(51)

36

1. Pendidikan dan pelatihan karyawan 2. Gizi atau nutrisi dan kesehatan 3. Bakat dan bawaan

4. Motivasi

5. Kesempatan kerja 6. Kebijakan pemerintah

Menurut Wignjosoebroto (2000:25) “mutu sangat mempengaruhi

produktivitas kerja karyawan dikarenakan kualitas hasil kerja seorang karyawan juga sangat dipengaruhi dari mutu pribadi karyawan tersebut.

Menurut Tarwaka (2004:138) “factor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan yaitu efisiensi dalam menyelesaikan pekerjaan itu sendiri”.

Sedangkan menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah yang dikutip oleh Umar (2001:11), terdapat enam faktor utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja, yaitu:

1. Sikap Kerja

2. Tingkat keterampilan

3. Hubungan antara tenaga kerja 4. Manajemen produktivitas 5. Efisiensi tenaga kerja 6. Kewiraswastaan


(52)

2.5.4 Manfaat Pengukuran Produktivitas

Pada suatu perusahaan pengukuran produktivitas sangat penting agar selalu dilakukan. Apa saja manfaat yang akan diperoleh perusahaan apabila melakukan pengukuran produktivitas, berikut jawabannya:

1. Pengukuran produktivitas dapat digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produk.

2. Untuk mengetahui apakah perusahaan tetap berjalan kearah target sasaran atau tujuan yang sudah ditentukan sejak awal.

3. Sebagai pertukaran informasi antara manajemen dan tenaga kerja, tentang permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan perusahaan.

4. Dapat dijadikan petunjuk atau pedoman bagi manajemen untuk mengendalikan permasalahan perusahaan.

2.6 Tinjauan Tentang Karyawan

Berdasarkan Undang– Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 Pasal 1 ayat 3 tentang ketenagakerjaan, pekerja atau buruh adalah setiap orang yang berkerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Menutut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga ( 2001 : 511 ) karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga baik itu kantor, perusahaan dan lain sebagainya dengan mendapatkan gaji atau upah.

Karyawan juga sering disebut pegawai atau pekerja, terbagi dua yaitu karyawan lepas atau tidak tetap atau pegawai harian yakni pegawai yang bekerja


(53)

38

berdasarkan kontrak kerja di waktu tertentu, dan karyawan tetap yakni pegawai yang bekerja disuatu badan atau perusahaan secara tetap berdasarkan surat keputusan.

Berdasarkan definisi di atas maka yang dimaksud dengan karyawan pada penelitian ini adalah semua orang yang terkait untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan perusahaan dan berhak mendapat kompensasi sesuai dengan perjanjian dan karyawan tersebut bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

2.7 Tinjauan Tentang Sales & Marketing Departement

Marketing merupakan salah satu fungsi utama di antara fungsi-fungsi penting lainnya yang ada dalam suatu perusahaan seperti : administrasi, pembukuan, pembelanjaan, produksi dan personalia. Sihite menyebutkan bahwa

Saleadalah : menawarkan sesuatu produk kepada konsumen, sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan untuk menjadikan seseorang sebagai customer atau langganan. Jadi arti sales di sini adalah penjualan. Marketing adalah pemasaran

dan apabila diterjemahkan adalah : “Usaha untuk memasyarakatkan hasil produksi

perusahaan melalui berbagai cara agar hasil produksi tersebut banyak diminati

oleh masyarakat luas”, (Sihite,1996:1). Sedangkan arti dari Department adalah : bagian. Jadi Sales & Marketing Departmentadalah : “Bagian yang menangani penjualan dan pemasaran dalam suatu perusahaan”. Dalam hal ini produk yang

dijual adalah kamar hotel beserta seluruh fasilitas dan pelayanannya.

Industri perhotelan bidang pemasaran ini boleh dikatakan masih merupakan suatu hal yang relatif muda usianya bila dibandingkan dengan industri


(54)

lainnya. Bagian yang melaksanakan penjualan dan pemasaran kemudian disebut

Sales & Marketing Department. Definisi yang lengkap dari manajemen yang terdapat dalam Sales & Marketing Department, menurut Sihite (1996:2) adalah ;

“Merupakan suatu fungsi yang melaksanakan segala perencanaan, penugasan dan

pengawasan terhadap kegiatan penjualan daripada suatu perusahaan, dalam hal penerimaan tenaga penjual (salesman), seleksi (recruiting), pengaturan latihan (training), pengarahan (supervise), pengawasan (control), pembiayaan (cost), dan motivasi parasalesman”.

2.7.1 Pengertian Sales Person

Seperti telah diutarakan bahwa pengertian Sales secara sederhana adalah penjualan. Dalam bukunya Sihite (1996:86) menyebutkan bahwa Sales adalah

Merchandise (Something to be sold)plus Service. Dalam buku yang sama juga dijabarkan mengenai Salesmanship yaitu kecakapan seorang Sales dalam menjual yang meliputi proses dalam penjualan yang dimulai dari langkah pertama sampai dengan terlaksananya suatu penjualan. Jadi pengertian Sales Person atau

Salesman di sini adalah individu yang menawarkan suatu produk dalam suatu proses penjualan.

2.7.2 Fungsi dari seorang sales adalah:

1. Untuk memotivasi calon pelanggan agar ia bertindak dengan suatu cara yang dikehendaki olehnya yaitu membeli.

2. Dapat mengarahkan sasaran mana dan kepada siapa produk akan ditawarkan dan dijual.


(55)

40

4. Dapat meyakinkan calon pelanggan yang diketahui ragu-ragu dalam mengambil keputusan atau menentukan pilihan.

Beberapa hal yang harus dikuasai oleh tenaga penjual / Sales person

adalah (1)product knowledge, (2)price policy, (3)human relation.

1. Product Knowledge (pengetahuan tentang produk) adalah yang meliputi masalah yang berhubungan dengan keadaan fisik, jenis, ukuran,designdan warna, manfaat terhadap konsumen, bahkan kelebihannya dengan produk lain yang sama.

2. Price Policy (kebijaksanaan harga jual) Sejenis produk yang ditawarkan atau dijual mempunyai klasifikasi harga. Adanya suatu design harga tertentu yang ditawarkan untuk suatu volume penjualan. Apakah ada insentif tertentu (discount/commission) bagi pembeli.

3.Human Relationadalahkemampuan tenaga penjual dalam hubungannya dengan masyarakat pasar tertentu untuk mempengaruhinya dan pada akhirnya menjadi konsumen. Pendekatan perorangan sangat membantu keberhasilan dengan ditunjang kemampuan berkomunikasi.

Setelah menguasai tiga hal penting diatas maka ada baiknya melakukan tahapan demi tahapan dalam proses penjualan. Tahapan-tahapan tersebut adalah langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh seorang Sales dalam melakukan proses penjualan yang diharapkan berujung pada keberhasilan. Langkah-langkah tersebut adalah sbb :


(56)

1.Approach (pendekatan kepada prospek) Pendekatan kepada calon pembeli/konsumen memerlukan persiapan dan perencanaan yang baik yang antara lain pengetahuan tentang :

1. Siapakah calon pembeli/konsumen ? 2. Apakah kebutuhan/keinginannya ?

3. Adakah kemungkinan perubahan situasi atas kebutuhan maupun produk yang ditawarkan ?

4. Siapkah kiat dengan penolakan/keberatan.

2.Presentation(penyajian) Dalam tahapan presentasi seorangsalesharus sanggup

menjual “Dirinya” dalam arti mau membantu memuaskan kebutuhan para

konsumen (misalnya membantu memecahkan persoalan para calon konsumen terhadap suatu produk yang dijual). Komunikasi adalah merupakan sarana paling menentukan untuk mengetahui kebutuhan pembeli :

1. Tata bahasa yang baik 2. Courtesy / kesopanan

3. Jelas / tepat, tidak berbelit-belit

4. Memberikan ide, manfaat dan kelebihan produk.

Satu hal lain yang tak kalah pentingnya adalahFirst Impressionatau kesan pertama kepada pelaku penjualan yang positif akan membantu kelancaran proses penjualan.


(57)

42

keyakinan kepada pembeli atas manfaat dan kelebihan produk yang ditawarkan. Dengan bekal Product Knowledge dan pengembangan komunikasi yang efektif diharapkan pembeli menjadi pelaku pembeli.

4.Closing The Sale. Suatu transaksi penjualan terjadi karena penjualan memperoleh persetujuan dari calon pembeli untuk membeli atau menggunakan produk/jasa yang ditawarkan. Tahapan ini merupakan keberhasilan seorang penjual mempengaruhi dan meyakinkan calon pembeli. Langkah-langkah administratif untuk menutup penjualan dapat berupa : statement, order dan tanda terima pembayaran. Dalam jasa pelayanan wisata maka pembeli/konsumen akan menikmati produk wisata setelah terjadinyaclosing the sale.

5. After Sales Service, kesempurnaan dari suatu penjualan yang berhasil adalah ditutup dengan pelayanan purna Jual. Kegiatan tersebut antara lain :

1. Pemberian ucapan terima kasih melalui surat, atas pembelian suatu produk atau jasa.

2. Memberikan suatu kenang-kenangan (souvenir).

3. Mengirim kartu ucapan pada hari-hari besar atau ulang tahun. 4. Megadakandirect contactsecara regular.

2.7.3 Tugas-tugas Seorang Sales Person

Yang akan diuraikan di sini adalah tugas-tugas dari seorang sales secara umum, menurut Sihite (1996:78), yaitu :


(58)

1. Melaksanakan kegiatan penjualan melalui telepon terhadap target konsumen (perusahaan-perusahaan perdagangan dan industri, kantor-kantor pemerintah, asosiasi perkumpulan keagamaan, olahraga, sosial, konsulat) secara sistematik, serta melengkapi laporan kegiatan untuk setiap hubungan yang dilakukan.

2. Memelihara semua hasil analisis penjualan yang telah dibuat.

3. Atas persetujuan pimpinan, dalam melaksanakan kerjasama dengan perwakilan perusahaan lain dalam memperoleh peluang usaha, melakukan penjualan bersama, mendiskusikan strategi dan sebagainya.

4. Melakukan tindak lanjut pelayanan, untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

5. Melakukan tindak lanjut setiap kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh peluang usaha pada saat mendatang.

6. Menghubungi humas setiap saat dan memberikan bantuan apabila diperlukan, misalnya dalam memberikan hadiah-hadiah promosi kepada para pelanggan.

7. Melaksanankan kegiatan pemasaran lainnya sesuai dengan tugas yang diberikan oleh manajer penjualan.

2.8 Tinjauan Tentang Hotel

Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Prancis kuno. Bangunan public ini sudah disebut-sebut sejak akhir abbad ke-17. Maknanya


(59)

44

pondokan dan makanan untuk umum”. Jadi, pada mulanya hotel memang diperuntukan untuk masyarkat.

Menurut Yoeti (2001), menyatakan bahwa: “Hotel adalah sebuah gedung

atau bangunan yang menyediakan penginapan, makan dan pelayanan terhadap orang yang berkepentingan dengan penginapan dan makanan terhadap orang yang mengadakan perjalanan.

Menurut Bartono (2005), menyatakan bahwa: “Hotel merupakan suatu

bagian dari hospitalityindustry, suatu estabilishmentyang bergerak dalam bisinis penjualan jasa yang di dalamnya termasuk penyediaan makanan dan minuman serta fasilitas lainnya.

Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. Sedangkan pengertian yang dimuat oleh Grolier Electronic Publishing Inc.(1995) yang menyebutkan bahwa : Hotel adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan-pelayanan lain untuk umum.

Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lodging Industri bahwa, yang utama hotel terbagi menjadi 4 (tiga) jenis, yaitu :

1. Transient/City Hotel,

adalah hotel yang letak / lokasinya ditengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis.


(1)

1.Approach (pendekatan kepada prospek) Pendekatan kepada calon pembeli/konsumen memerlukan persiapan dan perencanaan yang baik yang antara lain pengetahuan tentang :

1. Siapakah calon pembeli/konsumen ? 2. Apakah kebutuhan/keinginannya ?

3. Adakah kemungkinan perubahan situasi atas kebutuhan maupun produk yang ditawarkan ?

4. Siapkah kiat dengan penolakan/keberatan.

2.Presentation(penyajian) Dalam tahapan presentasi seorangsalesharus sanggup menjual “Dirinya” dalam arti mau membantu memuaskan kebutuhan para konsumen (misalnya membantu memecahkan persoalan para calon konsumen terhadap suatu produk yang dijual). Komunikasi adalah merupakan sarana paling menentukan untuk mengetahui kebutuhan pembeli :

1. Tata bahasa yang baik 2. Courtesy / kesopanan

3. Jelas / tepat, tidak berbelit-belit

4. Memberikan ide, manfaat dan kelebihan produk.

Satu hal lain yang tak kalah pentingnya adalahFirst Impressionatau kesan pertama kepada pelaku penjualan yang positif akan membantu kelancaran proses penjualan.


(2)

keyakinan kepada pembeli atas manfaat dan kelebihan produk yang ditawarkan. Dengan bekal Product Knowledge dan pengembangan komunikasi yang efektif diharapkan pembeli menjadi pelaku pembeli.

4.Closing The Sale. Suatu transaksi penjualan terjadi karena penjualan memperoleh persetujuan dari calon pembeli untuk membeli atau menggunakan produk/jasa yang ditawarkan. Tahapan ini merupakan keberhasilan seorang penjual mempengaruhi dan meyakinkan calon pembeli. Langkah-langkah administratif untuk menutup penjualan dapat berupa : statement, order dan tanda terima pembayaran. Dalam jasa pelayanan wisata maka pembeli/konsumen akan menikmati produk wisata setelah terjadinyaclosing the sale.

5. After Sales Service, kesempurnaan dari suatu penjualan yang berhasil adalah ditutup dengan pelayanan purna Jual. Kegiatan tersebut antara lain :

1. Pemberian ucapan terima kasih melalui surat, atas pembelian suatu produk atau jasa.

2. Memberikan suatu kenang-kenangan (souvenir).

3. Mengirim kartu ucapan pada hari-hari besar atau ulang tahun. 4. Megadakandirect contactsecara regular.

2.7.3 Tugas-tugas Seorang Sales Person

Yang akan diuraikan di sini adalah tugas-tugas dari seorang sales secara umum, menurut Sihite (1996:78), yaitu :


(3)

1. Melaksanakan kegiatan penjualan melalui telepon terhadap target konsumen (perusahaan-perusahaan perdagangan dan industri, kantor-kantor pemerintah, asosiasi perkumpulan keagamaan, olahraga, sosial, konsulat) secara sistematik, serta melengkapi laporan kegiatan untuk setiap hubungan yang dilakukan.

2. Memelihara semua hasil analisis penjualan yang telah dibuat.

3. Atas persetujuan pimpinan, dalam melaksanakan kerjasama dengan perwakilan perusahaan lain dalam memperoleh peluang usaha, melakukan penjualan bersama, mendiskusikan strategi dan sebagainya.

4. Melakukan tindak lanjut pelayanan, untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

5. Melakukan tindak lanjut setiap kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh peluang usaha pada saat mendatang.

6. Menghubungi humas setiap saat dan memberikan bantuan apabila diperlukan, misalnya dalam memberikan hadiah-hadiah promosi kepada para pelanggan.

7. Melaksanankan kegiatan pemasaran lainnya sesuai dengan tugas yang diberikan oleh manajer penjualan.

2.8 Tinjauan Tentang Hotel

Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Prancis kuno. Bangunan public ini sudah disebut-sebut sejak akhir abbad ke-17. Maknanya kira-kira, “tempat penampungan untuk pendatang” atau bias juga “bangunan penyedia


(4)

pondokan dan makanan untuk umum”. Jadi, pada mulanya hotel memang diperuntukan untuk masyarkat.

Menurut Yoeti (2001), menyatakan bahwa: “Hotel adalah sebuah gedung atau bangunan yang menyediakan penginapan, makan dan pelayanan terhadap orang yang berkepentingan dengan penginapan dan makanan terhadap orang yang mengadakan perjalanan.

Menurut Bartono (2005), menyatakan bahwa: “Hotel merupakan suatu bagian dari hospitalityindustry, suatu estabilishmentyang bergerak dalam bisinis penjualan jasa yang di dalamnya termasuk penyediaan makanan dan minuman serta fasilitas lainnya.

Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. Sedangkan pengertian yang dimuat oleh Grolier Electronic Publishing Inc.(1995) yang menyebutkan bahwa : Hotel adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan-pelayanan lain untuk umum.

Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lodging Industri bahwa, yang utama hotel terbagi menjadi 4 (tiga) jenis, yaitu :

1. Transient/City Hotel,

adalah hotel yang letak / lokasinya ditengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis.


(5)

2. Residential Hotel,

adalah hotel yang pada dasarnya merupakan rumah-rumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya dan disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential Hotel juga menyediakan kemudahan-kemudahan, seperti : layaknya hotel, seperti : restoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar.

3. Resort Hotel,

Adalah hotel yang pada umumnya berlokasi dan juga ruang serta fasilitas konfrensi untuk tamu-tamunya.

4. Motel(Motor hotel)

Hotel yang terletak di sepanjang jalan raya yang menghubungkan suatu kota dengan kota besar lainnya, atau di pinggir jalan raya dekat dengan pintu gerbang perbatasan antar kota.

Besrdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hotel merupakan suatu perusahaan yang berbentuk bangunan yang dikelola secara komersial, menyediakan layanan jasa penginapan, makan, minum serta jasa–jasa pendukung lainnya.

2.9 Hipotesis

Menurut Arikunto, hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dari arti katanya hipotesis memang berasal dari dua penggalan kata yaitu “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya


(6)

“kebenaran”. Jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipitesa, dan berkembang menjadi hipotesis.

Berdasarkan landasan teori yang relevan dan penelitian sebelumnya dalam penelitian ini, adapun hipotesis yang dapat dikemukakan bahwa diduga variabel komunikasi kepemimpinan (X) berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan (Y).