Paradigma Pada Level Representasi

Contohnya : Gambar 4.10 Tuhan berdiri di ruang kantornya Shot pada gambar diatas menunjukkan adegan saat Tuhan pertama kali bertemu dengan Bruce dan memperkenalkan diri. Dengan pengambilan gambar Long shot seperti itu penonton sudah dapat informasi mengenai penampilan yang dikenakan oleh Tuhan, ruang kerja Tuhan, property apa aja yang ada di ruangan itu dan bagaimana keadaannya. Teknik Long Shot menunjukkan bagaimana kostum yang dikenakan oleh Tuhan. Penampilan Tuhan merupakan symbol dari karakteristik dirinya dengan pakaian formal yang terdiri dari jas, kemeja lengan panjang, celana panjang dan sepatu vantovel. Pemilihan warna pun tampak tidak dekoratif dengan menggunakan warna serba putih. Penampilan Tuhan secara keseluruhan ditonjolkan melalui teknik kamera yang digunakan. Hal ini menimbulkan penilaian yang diberikan penonton terhadap karakter Tuhan. Karakter Tuhan yang anggun, idealis, bijaksana dan tegas dapat dilihat dari body language yang ditampilkan dan gaya pakaiannya. Dengan karakter seperti itu menunjukkan bahwa Tuhan merupakan sosok yang bisa tampil sesuai dengan apa yang menjadi keinginannya. Dalam adegan ini teknik long shot yang digunakan untuk menunjukkan kepada penonton keadaan ruang kerja Tuhan seperti terlihat dengan hanya adanya 1 meja dan 1 kursi. Ruangan ini cukup luas dengan adanya banyak pilar-pilar dan kesemuanya berwarna serba putih. Gambar 4.11 Tuhan dan Bruce berdiri di lautan. Dari potongan adegan diatas ialah kembangan dari teknik kamera long shot yaitu Extreme Long shot ELS digunakan untuk menunjukkan sebuah lokasi yaitu lautan. Lautan merupakan salah satu representasi dari ciptaan Tuhan. Dimana lautan juga merupakan area public yang dapat dilewati kapal-kapal dan sejenisnya dan tidak mungkin dilalui manusia dengan berjalan kaki di permukaannya. Tetapi dalam adegan tersebut ditunjukkan Tuhan sedang berjalan di permukaan laut bersama Bruce. Adegan Tuhan sedang berjalan di permukaan laut ini merupakan symbol dari salah satu kekuatan Tuhan yang ditunjukkan oleh pembuat film kepada penonton. Gambar 4.12 Tuhan ketika di puncak Gunung Everest Teknik Long shot dalam adegan digunakan untuk menunjukkan lokasi puncak gunung everest. Dalam adegan tersebut juga menunjukkan bahwa dalam sekejap saja ia bisa berada di puncak gunung everest, berbeda dengan manusia yang memerlukan waktu berhari-hari untuk mencapai puncaknya bahkan banyak yang meninggal ketika mendaki. Hal ini dikarenakan suhu yang sangat dingin. Berbeda dengan Tuhan yang dengan mudahnya bisa berada di puncak tanpa menggunakan jaket atau baju hangat dan tanpa menggunakan alat bantu pernapasan. Meskipun pada adegan ini dapat terlihat bahwa disekelilingnya terdapat tumpukan salju, gumpalan awan dan deretan pegunungan. Pengambilan gambar secara long shot juga menunjukkan body language Tuhan yang terlihat santai dan sangat menikmati dengan apa yang sedang ia lakukan. 2. Medium Shot MS, yaitu shot gambar yang jika objeknya adalah manusia, dapat diukur sebatas dada hingga sedikit ruang di atas kepala. Pengambilan gambar medium shot menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton tentang ekspresi dan karakter secara lebih dekat lagi dibandingkan long shot. Di sini obyek menjadi lebih besar dan dominan, obyek manusia ditampakkan dari atas pinggang sampai di atas kepala. Latar belakang masih nampak sebanding dengan obyek utama. Contohnya : Gambar 4.13 Tuhan duduk di bangku kerjanya Dalam shot tersebut menunjukkan Tuhan yang sedang duduk di bangku kerjanya. Dengan medium shot pembuat film ingin menunjukkan profesionalitas Tuhan sebagai seorang Tuhan. Sesuai dengan kostum formal yang dikenakan layaknya seorang businessman yang sedang menunjukkan profesionalitasnya. Pembuat film juga ingin menunjukkan sisi ketegasan yang dapat dilihat dari ekspresi wajah Tuhan. 3. Close Up CU, yaitu shot gambar yang jika objeknya adalah manusia, maka dapat diukur dari bahu hingga sedikit ruang di atas kepala. Pengambilan gambar close up menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton tentang penguatan ekspresi dan dialog penting untuk lebih diperhatikan penonton. Contohnya : Gambar 4.14 Ekspresi keseriusan Tuhan Shot pada gambar diatas, pembuat film ingin menunjukkan pada penonton, kekuatan ekspresi Tuhan secara close up. Tampak ekspresi serius Tuhan, Tuhan menunjukkan ekspresi serius ini ketika berbicara dengan bruce tentang memberikan kuasanya kepada bruce untuk mengatur dunia. Dalam menggunakan teknik pengambilan gambar close up, pembuat film ingin menunjukkan begitu seriusnya Tuhan untuk memberikan kekuasaanNya kepada Bruce. Shot pada gambar diatas, pembuat film juga ingin menunjukkan pada penonton make up yang digunakan oleh Tuhan. Dengan menunjukkan gambar secara close up maka terlihat jelas make up Tuhan yang natural dan sederhana, dengan menonjolkan sisi maskulinitas adanya kumis dan jenggot yang menghiasi wajahNya. Sebagian orang berpendapat bahwa pria yang memiliki kumis dan jenggot dapat membuat dirinya lebih tampan dan berwibawa, terlihat lebih macho, nampak lebih jantan, tetapi terkadang kumis dan jenggot bisa juga membuat seorang pria terlihat seram dan menakutkan.

4.2.2.2 Pencahayaan

Cahaya menjadi salah satu unsur media visual, karena dengan cahayalah informasi bisa dilihat. Cahaya ini pada mulanya hanya merupakan unsur teknis yang membuat benda bisa dilihat. Maka penyajian film juga pada mulanya disebut sebagai “painting with light”, melukis dengan cahaya. Namun dalam perkembangannya bertutur dengan gambar, ternyata fungsinya berkembang semakin banyak. Yakni mampu menjadi informasi waktu, menunjang mood atau atmosfir set dan bisa menunjang dramatic adegan. Seperti halnya dalam film Bruce Almighty yang menampilkan sosok Tuhan, tokoh yang telah merepresentasikan wujud Tuhan. Pembuat film ingin menunjukkan Tuhan sebagai sosok yang fleksibel yang bisa berada dimana saja sesuai dengan kehendakNya dan Tuhan juga bisa menunjukkan beragam sikap mulai dari sosok yang lucu, menyenangkan sampai yang serius. Semua ini berdasarkan kekuatan gambar dan sangat dipengaruhi oleh penataan cahayanya. Contohnya : Gambar 4.15 Ruang kerja Tuhan Pada shot diatas menunjukkan setting ruang kerja Tuhan dengan pencahayaan yang cukup terang. Pencahayaan dengan sedikit bantuan adanya lampu tetapi tetap terlihat cukup terang ini menunjukkan ruangan ini mendapatkan bantuan cahaya dari sinar matahari yang masuk melalui jendela. Selain dapat bantuan dari cahaya sinar matahari, sentuhan warna putih pada ruangan ini juga membantu ruang kerja Tuhan semakin terang. Warna putih memang memberikan kesan lebih besar pada ruangan, steril dan dingin. Menggunakan warna ini menggambarkan kebersihan, kepolosan dan kemurnian. Warna putih juga memberikan efek kokoh atau besar karena warna putih bersifat meneruskan cahaya sedangkan warna hitam menyerap cahaya. Gambar 4.16 Rumah Bruce Pada gambar di atas menunjukkan setting ruang tamu di rumah Bruce, tampak Bruce sedang menangis dan bersedih karena merasa kecewa ditinggal oleh Grace kekasihnya. Pencahayaan yang temaram kurang terang memperkuat mood atau atmosfer set dari tokoh Tuhan dan Bruce. Cahaya yang temaram dapat menguatkan kondisi Tuhan yang prihatin melihat keadaan Bruce yang sedang bersedih. Kondisi yang seperti ini dapat menguatkan nuansa yang lebih dramatic dalam sebuah adegan.

4.2.3 Level Ideologi

Analisis yang dilakukan pada level ideology ini dilakukan secara keseluruhan, namun tetap berpedoman pada tanda dan symbol yang tampak. Makna ideology berdasarkan konsep yang netral nilai adalah sebuah sistem norma, nilai, keyakinan yang mengarahkan sikap dan aksi sosial dan politik suatu kelompok, suatu kelas, atau suatu masyarakat secara keseluruhan. Menurut Rossi Landi dengan menggunakan sistem tanda inilah ideology ditransmisikan dan dengan bercermin padasistem tanda inilah kita bisa menghilangkan mitos ideology-ideologi tersebut dalam mekanisme internalnya. Menurut Gianetti menjelaskan ideology dalam sebuah film sebagai bentuk nilai- nilai yang tersirat dalam setiap hasil atau produk buatan manusia termasuk didalam pembuatan sebuah film. Setiap film menyajikan kepada kita model-model peran, nilai-nilai moral, berdasarkan rasa kebenaran dan kesalahan menurut si pembuat film tersebut. Pada level ideology, pemaknaan atas symbol-simbol tersebut dihubungkan dengan kesetaraan gender yang dipahami melalui konsep kesetaraan gender dalam sudut pandang ras. Menurut fiske, ketika kita melakukan penelitian tidak bisa dihindari kemungkinan menggunakan ideology. Sedangkan menurut peneliti ideology yang berusaha ditampilkan dalam film Bruce Almighty adalah ideology Ras. Adapun ideology ras yang dimunculkan dalam film ini digambarkan dalam tokoh Tuhan.