PENGGAMBARAN PARODI TUHAN DALAM FILM BRUCE ALMIGHTY (STUDI ANALISIS SEMIOTIK TENTANG PENGGAMBARAN PARODI TUHAN DALAM FILM BRUCE ALMIGHTY).

(1)

Dalam Film Bruce Almighty )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

OLEH :

YUANITA ASTOWO 0643010349

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(2)

Dalam Film Bruce Almighty )

Disusun Oleh :

YUANITA ASTOWO 0643010349

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

Zainal Abidin Achmad,MSi, M.Ed NPT. 997 300 170

Mengetahui, DEKAN

Dra.Ec.Hj.Suparwati,MSi 030 175 349


(3)

Disusun oleh : Yuanita Astowo NPM. 0643010349

Telah dipertahankan dan diterima oleh tim penguji skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 19 Februari 2010

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1. Ketua

Zainal Abidin Achmad,MSi, M.Ed Ir.H. Didiek Tranggono, MSi

NPT. 373 039 301 701 NIP. 030 203 679

2. Sekretaris

Zainal Abidin Achmad,MSi,M.Ed NPT. 373 039 301 701

3. Anggota

Dra. Dyva Claretta,MSi NPT. 366 019 400 251 Mengetahui,

DEKAN

Dra.Ec.Hj.Suparwati,MSi 030 175 349


(4)

Atas berkah rahmat Allah SWT, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggambaran Parodi Tuhan Dalam Film Bruce Almighty (Studi Analisis Semiotik Tentang Penggambaran Parodi Tuhan Dalam Film Bruce Almighty)“. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penyusunan berdasarkan pada teori-teori yang telah didapatkan selama kuliah, literature, bimbingan dari dosen pembimbing, serta pihak-pihak yang telah membantu dan mendorong semangat penyusunannya. Untuk itu penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra.Ec.Hj.Suparwati,MSi Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos,MSi Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

3. Bapak Drs. Syaifudin Zuhri, MSi Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi 4. Bapak Zainal Abidin Achmad,MSi, M.Ed a.k.a abii, Dosen Pembimbing

Utama yang dengan sabar selama ini memberikan saran dan bimbingan kepada penulis.

5. Orang Tua ( mama dan ayah ), banyak cinta dan kasih, doa, dukungan moril dan materil yang menjadi motivator terbesar dalam penyelesaian skripsi ini. “They are one of my big miracle from God”

6. Adikku vina, semua pertengkaran, becandaan dan obrolan kita sangat menghiburku disaat drop. “its all about the quality times that we have spent together”.


(5)

iv

8. Sahabat Tercinta yang selalu membuat saya tidak bisa berhenti tertawa dan support nya yang tiada henti, Cebung, Clo dan kempling. “ u’re the part of my life, I don’t know what to do without all of you!”

9. Teman-teman jurusan ilmu komunikasi angkatan 2006 yang selama ini memberikan masukan, saran, dan dukungan. “ We’ll remember all the time we had together”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan penuh keterbatasan. Dengan harapan bahwa skripsi ini akan berguna bagi rekan-rekan jurusan ilmu komunikasi, maka saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk memperbaiki hasil penelitian.

Surabaya, Februari 2010

Penulis


(6)

HALAMAN JUDUL ………i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ……….ii

KATA PENGANTAR ……….iii

DAFTAR ISI ………v

DAFTAR GAMBAR ……….vii

DAFTAR LAMPIRAN ………..viii

ABSTRAKSI ………ix

BAB I PENDAHULUAN ……….1

1.1 Latar Belakang Masalah ……….1

1.2 Rumusan Masalah ………..9

1.3 Tujuan Penelitian ………....9

1.4 Manfaat Penelitian ………10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………..11

2.1 Landasan Teori ………..11

2.1.1 Film Sebagai Komunikasi Massa ………11

2.1.2 Kontroversi ………..13

2.1.3 Konsep Tuhan ………..14

2.1.4 Diskriminasi dan Diskriminasi Ras ……….15

2.1.5 Semiotika ……….17

2.1.6 Semiotika Roland Barthes ………...19

2.1.7 Pendekatan Semiotik Dalam Film ………...22

2.2 Kerangka Berpikir ………27


(7)

vi

3.2.1 Corpus ………30

3.2.2 Unit Analisis ………..31

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ………31

3.2.4 Teknik Analisis Data ……….32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………...34

4.1 Gambaran Umum dan Penyajian Data ……….34

4.1.1 Gambaran Umum Objek ………34

4.1.2 Penyajian Data ………...36

4.2 Analisis Data ………38

4.2.1 Level Realitas ………38

4.2.1.1 Kostum dan Make Up ……….38

4.2.1.2 Dialog ……….44

4.2.2 Paradigma Level Representasi ………..57

4.2.2.1 Teknik Kamera ………...57

4.2.2.2 Pencahayaan ………...63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...66

5.1 Kesimpulan ………...66

5.2 Saran ……….67

DAFTAR PUSTAKA ………..68


(8)

Gambar 1.1. Signifikasi Dua Tahap Barthes ………21

Gambar 4.1 Kostum Tuhan di ruang kantornya ………..38

Gambar 4.2 Kostum Lain Tuhan ……… 39

Gambar 4.3 Make up Tuhan ………40

Gambar 4.4 Keadaan didalam Ruang Kantor Tuhan ………..41

Gambar 4.5 Permukaan Laut ………...42

Gambar 4.6 Puncak Mount Everest ……….43

Gambar 4.7 Ruang kerja Tuhan ………..45

Gambar 4.8 Tuhan dan Bruce sedang berbincang di permukaan laut. …………50

Gambar 4.9 Tuhan merangkul Bruce dan menasehatinya. ………..53

Gambar 4.10 Tuhan berdiri di ruang kantornya ………58

Gambar 4.11 Tuhan dan Bruce berdiri di lautan. ………..59

Gambar 4.12 Tuhan ketika di puncak Gunung Everest ………60

Gambar 4.13 Tuhan duduk di bangku kerjanya ……….61

Gambar 4.14 Ekspresi keseriusan Tuhan ……….62

Gambar 4.15 Ruang kerja Tuhan ……….64

Gambar 4.16 Rumah Bruce ………...65


(9)

Lampiran 1. Sinopsis Film Bruce Almighty ………...72 Lampiran 2. Artikel 1 Mengenai Kontroversi Film Bruce Almighty …………..74 Lampiran 3. Artikel 2 Mengenai Kontroversi Film Bruce Almighty …………..76 Lampiran 4. Artikel 3 Mengenai Kontroversi Film Bruce Almighty …………..78


(10)

YUANITA ASTOWO. PENGGAMBARAN PARODI TUHAN DALAM FILM BRUCE ALMIGHTY (STUDI ANALISIS SEMIOTIK TENTANG PENGGAMBARAN PARODI TUHAN DALAM FILM BRUCE ALMIGHTY)

Penelitian ini didasarkan pada adanya kontroversi di masyarakat terhadap film Bruce almighty yang merupakan film yang cukup berani memparodikan wujud Tuhan dan memberikan kekuasaanNya kepada seorang manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana film ini memparodikan wujud tuhan melalui penampilannya, lokasinya yang sarat akan makna. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode semiotic. Pendekatan semiotic yang dikemukakan oleh Roland Barthes dan analisis sinema film John Fiske melalui level realitas, level representasi dan level ideology. Fokus perhatian barthes lebih tertuju pada dua tingkat pertandaan yaitu denotasi dan konotasi.

Data yang terdapat dalam objek penelitian diuraikan menjadi beberapa chapter (potongan gambar) berdasarkan symbol-simbol yang menunjukkan adanya sosok Tuhan lalu dimaknai menggunakan barthes. Data yang sudah diuraikan dibagi menjadi 3 level yaitu level realitas, level representasi dan level ideology. Pada level realitas, analisis penandaan yang terdapat pada kostum, make up, setting dan dialog. Pada level representasi dianalisis penandaan yang terdapat pada kerja kamera, pencahayaan dan penataan suara. Sedangkan pada level ideology dianalisis penandaan terhadap ideology Ras yang didasarkan pada sudut pandang penokohan pada tokoh Tuhan.

Kesimpulan pada penelitian ini adalah Tuhan telah diparodikan dengan wujud manusia dengan beragam atribut dan lokasi yang digunakan untuk dimaknai. Selain itu teks bahasa yang digunakan dalam film pun bisa menjadi penilaian dalam memparodikan wujud Tuhan.

Kata Kunci: Semiotika Film, Parodi Tuhan, Bruce Almighty.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah transmisi informasi dari seseorang individu atau kelompok kepada individu atau kelompok lain. Komunikasi merupakan dasar semua bentuk interaksi sosial. Komunikasi tidak saja diperlihatkan melalui penggunaan bahasa semata - mata, tetapi menggunakan juga tanda - tanda tubuh yang membutuhkan interpretasi tentang apa yang dikatakan dan dibuat oleh orang lain. (Liliweri 2003:4)

Komunikasi yang digunakan peneliti sesuai dengan sasaran komunikasi yang dituju atau diarahkan kedalam “komunikasi massa”. Komunikasi massa yaitu komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media massa. Komunikasi massa sangat efektif karena dapat menjangkau daerah yang luas dan audience yang praktis tak terbatas.

Sebagai salah satu bagian dari komunikasi massa, film merupakan aktualisasi perkembangan kehidupan masyarakat pada masanya. Dari zaman ke zaman, film mengalami perkembangan baik dari teknologi yang digunakan maupun tema yang diangkat. Bagaimanapun, film telah merekam sejumlah unsur-unsur budaya yang melatarbelakanginya. Beberapa jenis film diantaranya adalah film bioskop yaitu sebuah produksi media yang ditayangkan secara khusus untuk dipertunjukkan di gedung - gedung pertunjukkan atau gedung bioskop (cinema).


(12)

Film jenis ini berbeda dengan film televisi (television film) atau sinetron ( singkatan dari cinema elektronik) yang dibuat khusus untuk siaran televisi. Film bioskop dibuat secara mekanik sedangkan film televisi dibuat secara elektronik. (Effendy, 2005:201 )

Film merupakan gambar yang bergerak. Film dapat disebut pula sebagai transformasi kehidupan masyarakat, karena dalam film kita dapat melihat gambaran atau cerminan yang sebenarnya dan bahkan kita terkadang tidak menyadarinya sebagai gambar yang bergerak, film juga sebagai reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya. Film memiliki dualisme antara lain sebagai media hiburan dan media pembelajaran (pendidikan). Sebagai media hiburan, film ditempatkan alat pelepas kepenatan dan rileks (santai) serta untuk mengisi waktu senggang masyarakat. Sedangkan penempatan media pembelajaran (pendidikan) dijelaskan oleh Dennis Mcquail adanya unsur-unsur ideology dan propaganda yang terselubung dan tersurat dalam banyak fenomena topik film (Mcquail,1987:63), maksudnya media pendidikan disini segala sesuatu pesan yang terkandung dalam film mempunyai arti penting bagi penonton untuk membedakan baik buruknya pesan yang disampaikan melalui film.

Film sering kali dicurigai sebagai agen perubahan sosial. Akibat dampak dari pemutaran sebuah film menyebabkan perubahan dalam masyarakat, misalnya perubahan dengan cara pandang terhadap suatu budaya, pola pikir dan pemahaman masyarakat terhadap segala sesuatu yang ditampilkan dalam film tersebut.

Pemirsa film dapat melihat, mendengar lebih melalui sajian gambar dan suara yang ada, secara dalam dan detail, bahkan lebih dari yang sutradara film tersebut inginkan. Sebuah scene pendek dalam film dapat diinterpretasikan dan


(13)

dimaknai sebanyak dan sedetail pemirsa film mempunyai kesempatan yang besar untuk ikut berpartisipasi dalam memberikan pemaknaan film secara lebih aktif, karena gambar hidup dalam film adalah objek secara dinamis terus-menerus memproduksi makna. (Monaco 2000:45)

Film sarat akan tanda yang dapat dianalisis maknanya. Film juga merupakan bahan analisis yang sangat menarik karena ia adalah media pembawa pesan yang sangat popular sampai saat ini. Karena kepopulerannya itu, ia ditonton oleh banyak pihak serta dipengaruhi banyak pihak yang memasukkan ide-ide tertentu didalamnya. Sifatnya yang kebanyakan menghibur tidak hanya menjadi sarana pembawa pesan yang disukai tetapi juga sarat dengan lambang yang dapat dimaknai oleh penontonnya.

Seperti dikemukakan oleh Van Zoest (1993:109), film dibangun sebagai tanda semata - mata. Tanda - tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan imajinasi dan sistem penandaan. Menurut Van Zoest bersamaan dengan tanda - tanda arsitektur terutama indeksial, pada film terutama digunakan tanda - tanda ikonis bagi realitas dinotasinya. (Sobur 2003:129)

Film bukan dapat dikatakan tidak menimbulkan efek negatif. Hal ini dapat dilihat dengan melonjaknya tingkat kriminalitas disuatu wilayah yang bergerak seiring dengan maraknya peredaran film - film tertema kekerasan dan kriminalitas diwilayah tersebut. Sampai disini film menjelma menjadi pedang bermata ganda. Disatu sisi film dapat memberikan sumbangan berarti bagi masyarakat dengan memperkaya khasanah kehidupan dengan hal - hal yang baik dan bermanfaat. Film


(14)

pendidikan, eksklopedia, documenter atau film - film yang mengandung nilai - nilai sosialnya positif dapat menjadi media eksplorasi masyarakat dalam menggali kekayaan moral dan kualitas hidup yang baik. Sedangkan disisi lain, film yang hanya sebatas menampilkan nilai yang cenderung negatif, misalnya kekerasan, sadisme, seksualitas yang tidak difilter secara jeli, diskriminasi dan sebagainya sangat jelas berbahaya jika diserap oleh konsumen film dalam kehidupan sehari - hari.

Berdasarkan hal - hal tersebut diatas, muncul sebuah karya film terbitan Universal Picture, Amerika Serikat. Film yang bergenre komedi ini mengangkat tema tentang seorang manusia yang diberi kekuatan oleh Tuhan. Film ini berjudul Bruce Almighty.

Film layar lebar ini mengisahkan pemeran Bruce Nolan ( diperankan oleh Jim Carrey ) seorang reporter TV Buffalo, New York. Sebenarnya ia telah memiliki semuanya seperti pekerjaan, tempat tinggal, mobil bahkan pendamping yang sabar seperti Grace. Tetapi ia tidak puas dengan semua yang dimilikinya, ia merasa selalu sial dan ingin kualitas hidupnya menjadi lebih baik, setelah serangkaian kesialan yang dialaminya Bruce menggerutu pada Tuhan karena ia merasa Tuhan tidak adil dalam mengatur kehidupan. Suatu hari, secara tak terduga ia bertemu dengan Tuhan secara langsung dan benar - benar muncul dihadapan Bruce dalam bentuk manusia dengan sosok laki - laki yang berkulit hitam. Tuhan pun balas menantang Bruce agar mengambil alih pekerjaannya dan diberi kekuatan Tuhan selama satu minggu untuk melihat apakah Bruce bisa melakukannya lebih baik daripada-Nya dalam mengatur dunia.


(15)

Dengan munculnya sosok Tuhan dalam film “Bruce Almighty” ini menimbulkan persepsi bahwa Tuhan itu berwujud manusia, laki - laki yang berkulit hitam. Hal ini menimbulkan kontroversi di Amerika dan memancing perdebatan dari berbagai pihak. Berikut kutipan dari beberapa sumber :

"Hollywood punya banyak cara kontroversial dalam ‘penggambaran’ Tuhan. Seperti dalam Bruce Almighty, misalnya. Seorang Tuhan jenaka, berkulit hitam, dan diperankan dengan kocak oleh Morgan Freeman.Tuhan berkulit hitam? Memang hal itu terkesan kontroversial, tapi mungkin tidak bagi orang negro. Dalam kacamata penganut Nation of Islam-nya Elijah Muhammad, surga hanya diperuntukkan bagi negro. Dan semua kulit putih adalah setan yang pantas masuk neraka. Bisa jadi Tuhan mereka pun seorang negro yang anti kulit putih." (www.muaramata.com/2008/09/ )

Pada suatu level tertentu, masyarakat kulit berwarna diabaikan oleh televisi. Di Amerika, sampai akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an kita belum bisa menemukan keluarga kulit hitam di drama televisi. Komisi Kerner berpendapat bahwa media Amerika Serikat terlalu lama terlena didalam dunia kulit putih. Pada tahun 1980-an di Inggris, komisi Kesetaraan Rasial (1984) mencatat bahwa kendati di Amerika Serikat warga kulit hitam sudah mulai banyak yang muncul di Televisi, tapi di Inggris hanya ada 5 persen tokoh drama berkulit hitam dan hanya 3 dari 62 penampilan non-kulit putih yang memainkan peran utama. Tidak tampaknya warga kulit hitam dalam media bukan hanya tidak sepadan dengan peran demokratis media namun tak ayal lagi juga menunjukkan ketidakpedulian kulit putih terhadap warga kulit hitam dan kebudayaan kulit hitam. Dengan mengabaikan warga kulit hitam, berita di media menempatkan mereka di luar arus utama masyarakat,


(16)

memberi tanda bahwa mereka berada di pinggiran dan tidak relevan. ( Barker, 2004:218-219)

Di Negara barat, warga kulit berwarna ditampilkan sebagai setumpuk persoalan, objek dan korban. Warga kulit hitam dikonstruksi lebih sebagai objek ketimbang subjek sejarah. Tidak mampu berpikir atau bertindak untuk diri mereka sendiri, warga kulit berwarna tidak dianggap mampu mengerjakan aktifitas atau mengendahkan nasib mereka sendiri. Pada gilirannya, sebagai objek dan makhluk asing yang berasal dari bumi lain, warga kulit hitam menimbulkan serangkaian masalah bagi warga kulit putih, misalnya sebagai tampilan budaya asing yang mengkontaminasi atau sebagai pelaku kejahatan. (Barker, 2004:215) Di Inggris, Amerika dan Australia bangunan histories “ras” adalah salah satu kekuasaan dan subordinasi sehingga masyarakat kulit berwarna secara struktural menempati posisi subordinate dalam kaitannya dengan segala dimensi “kesempatan hidup”. (Barker, 2004:200)

Berikut salah satu kutipan kontroversi yang ada di Indonesia :

"Majelis Ulama Indonesia (MUI) mempertanyakan kebijakan LSF yang telah meloloskan film yang secara vulgar memvisualisasikan sosok Tuhan lewat individu Morgan Freeman. Tuhan tidak bisa dipermainkan. Termasuk juga Tuhan tidak boleh diwujudkan dalam bentuk apa pun oleh setiap makhluknya,'' ujar Ma'ruf Amin dari Majelis Ulama Indonesia kepada Republika, kemarin (6/8)." (http://swaramuslim.net/weblog)

Sedangkan di Negara barat berikut salah satu kutipan kontroversinya :

“Bruce Almighty is a typical example of the cold war aiming at destroy 3kedat el Islam in our new generation especially when God (SWT) is criticized, mocked, humanized, and dealt as if he were a street gangster. It is simply does not recognize the morals Islam taught us, namely behaving well with people (Al-Ihsan)


(17)

and submitting totally to God (Al- tawakoul). *Had the character of Bruce applied these basic principles of Islam, all the aesthetic behavior portrayed in the movie would not have existed. Every scene depicts Bruce complaining and never accepting his fate. Every time he would blame God and address Him disrespectfully.“ [Bruce Almighty adalah salah satu contoh khas perang dingin yang bertujuan menghancurkan islam di 3kedat El Islam terutama ketika Tuhan dikritik, diejek, dimanusiakan dan ditangani seakan–akan ia adalah seorang gangster jalanan. Hal ini tidak hanya mengenai moral Islam mengajarkan kepada kita, yaitu untuk bersikap baik dengan orang-orang (Al-Ihsan) dan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan (Al-tawakoul). * Apakah karakter Bruce diterapkan atas dasar prinsip-prinsip Islam ini, semua perilaku estetika yang digambarkan dalam film ini tidak ada yang sesuai. Setiap adegan menggambarkan Bruce mengeluh dan tidak pernah menerima nasibnya. Setiap kali dia akan menyalahkan Tuhan dan menunjukkan ketidak hormatannya pada Tuhan. Terjemahan penulis ] (http://www.independent.co.uk/arts-entertainment/films/reviews/bruce-almighty)

Kata Tuhan merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural, biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagat raya. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep - konsep yang mirip dengan ini misalkan sebuah bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, dimana keberadaan-Nya membuat alam semesta ada, sumber segala yang ada, kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup atau apapun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan. Banyak tafsir daripada nama “Tuhan” ini yang bertentangan satu sama lain. Meskipun kepercayaan akan Tuhan ada dalam semua kebudayaan dan peradaban, tetapi definisinya lain - lain. Istilah Tuhan juga merujuk pada segala sesuatu yang dianggap mutlak kebenarannya. Dengan kemutlakannya, Tuhan tentunya tidak terikat oleh tempat dan waktu.


(18)

Baginya tidak dipengaruhi yang dulu atau yang akan datang. Tuhan tidak memerlukan tempat, sehingga pertanyaan tentang dimana Tuhan hanya akan membatasi kekuasaannya. Maka baginya tidak ada kapan lahir atau kapan mati. Di dunia ini banyak agama yang mengklaim sebagai pembawa pesan Tuhan. Bahkan ada agama yang dibuat manusia, karena banyaknya nama dan ajaran agama yang bervariasi tidak mungkin semuanya benar.

Berikut sepenggal kutipan wawancara antara BBC TV dengan Tom Shadyac:

Is that heavy aura the reason you thought he'd make the perfect God? Morgan has a great sense of humour, this disarming sense of humour about him, and our guy had to be funny. He couldn't just have that presence, and strength, and power. He had to be funny, because the whole movie really is about how God has this sense of humour. I mean, look at who he created.

(apakah ada kesusahan alasanmu dalam membuat karakter Tuhan yang sempurna? Morgan memiliki rasa humor yang tinggi, ini juga menggambarkan rasa humor dari dirinya, dan pemain-penain kita harus lucu. Dia tidak hanya memiliki kehadiran, dan kekuasaan dan kekuatan. Dia harus lucu, karena inti dari film ini benar-benar tentang bagaimana Tuhan memiliki jiwa humor yang tinggi. Maksud ku, lihatlah yang diciptakanNya. ) (http://www.bbc.co.uk/films/2003/06/16/tom_shadyac_bruce_almighty_interview.)

Melalui sosok Tuhan, sutradara Tom Shadyac telah menggambarkan sosok Tuhan yang telah menimbulkan kontroversi dan munculnya berbagai pendapat masyarakat. Meskipun sebenarnya bagi Tom film ini hanyalah sebuah parody tentang Tuhan yang lucu dan memiliki rasa humor yang tinggi. Maka dari itu Tuhan disini digambarkan dan diperankan oleh Morgan Freeman.


(19)

Untuk itu peneliti menggunakan metode analisis semiotic sebagai alat analisis. Sebuah metode yang mempelajari tentang tanda dan lambang. Penggunaan metode ini didasarkan atas kenyataan bahwa film adalah suatu bentuk pesan komunikasi. Komunikasi sendiri adalah suatu proses simbolik, yakni penggunaan lambang - lambang yang diberi makna. Lambang atau simbol adalah suatu yang digunakan untuk menunjukkan atau mewakili sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan bersama. (Mulyana, 1999:79)

Sedangkan semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain itu tidak perlu harus ada, atau tanda itu secara nyata ada disuatu tempat pada waktu tertentu.

Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda - tanda ikonis, yaitu tanda - tanda yang menggambarkan sesuatu. Para semiolog memandang film, program televisi dan radio, poster, iklan dan bentuk lainnya sebagai teks semacam dalam linguistik. Dalam hal ini film dapat berfungsi untuk memperluas bahasa. (Barthes, 2001:53)

Hal - hal ini yang memiliki arti simbolis tidak terhitung dalam film, banyak cara yang diberikan untuk memberikan suatu muatan simbolis dalam film yaitu antara lain lewat tokoh - tokoh yang ada dalam film, cara berpakaiannya dan segala hal yang ada didalamnya sesuai keinginan yang ingin kita maknai. (Monaco, 1977:182) Berdasarkan pertimbangan diatas, maka penelitian semiotik dianggap sangat sesuai untuk menjawab penelitian mengenai adanya kontroversi dalam penggambaran sosok Tuhan melalui lambang audio visual.


(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas penulis menarik suatu rumusan masalah yaitu untuk mengetahui Bagaimana Penggambaran parodi Tuhan dalam film Bruce Almighty yang telah menimbulkan kontroversi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Peneliti bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggambaran parodi Tuhan dalam film Bruce Almighty dengan menggunakan metode penelitian semiotika.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian nantinya diharapkan dapat memberikan masukan pada perkembangan serta pendalaman studi komunikasi mengenai analisis penokohan dalam film Bruce Almighty dengan pendekatan semiotik dan menggunakan teori Roland Barthes.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dimanfaatkan sebagai referensi dalam menginformasikan tentang persepsi kita dalam merepresentasikan makna - makna yang terkandung dalam sebuah film.


(21)

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Film Sebagai Komunikasi Massa

Pengertian film menurut Undang – Undang nomor 8 tahun 1992 (8/1992), tanggal 30 maret 1992 (Jakarta), tentang : perfilman, pasal 1. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang – dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita, video dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk, jenis ukuran melalui proses kimiawi , proses elektronik atau proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik atau lainnya.

Film merupakan media untuk komunikator , yang dalam hal ini adalah orang yang memiliki ide cerita atau creator untuk menyampaikan gagasannya tentang sesuatu , yaitu apa yang menjadi tema suatu film yang dibuat. Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang telah menjadi kebiasaan yang terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum . (McQuail,1994:13)

Media massa sudah lama dianggap sebagai media pembentuk masyarakat, demikian halnya dengan film. Film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa pernah berlalu sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argument


(23)

bahwa film adalah potret dari masyarakat dimana film itu dibuat. Karena film selalu merekam realita yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar. (Sobur,2003:127)

Sebuah film dibuat untuk para penontonnya dan akan bertahan selama penonton merasa film tersebut merupakan karya yang dapat diterima selama penonton merasa film tersebut merupakan karya yang dapat diterima di tengah– tengah mereka. Oleh karena film harus mampu menarik perhatian penontonnya, maka film harus mampu meresonansi mimpi, hal-hal yang ditakutkan dan perhatian sosial penonton, selain itu film juga harus mengindahkan nilai–nilai , konflik, dan ideology sosial masyarakat (penontonnya).

Pesan–pesan dalam film yang dikemas sedemikian rupa, juga mempermudah audience atau khalayak untuk mencerna dan menerima maksud yang dicoba untuk disampaikan kepada mereka.

Saat film sosial di produksi kemudian dilempar ketengah masyarakat dan dimainkan di bioskop, film tersebut seutuhnya sudah menjadi milik masyarakat. Penonton yang memberikan makna penafsiran penonton memiliki kekuasaan absolute untuk memaknai film yang bau saja ditontonnya, bahkan tidak harus sama dengan maksud sutradara. Semakin cerdas penonton itu menafsirkan maka semakin cerdas pula film itu memberikan makna. Marxist memandang bahwa melalui film juga dapat mengubah cara berpikir seseorang.


(24)

2.1.2 Kontroversi

Kontroversi adalah “perbedaan pendapat, pertentangan karena berbeda pendapat atau penilaian” (Badudu dan Zein, 2001:715). Sejarah kontroversial senantiasa muncul akibat perbedaan pandangan tentang suatu peristiwa di kalangan sejarawan atau masyarakat yang dilandasi perbedaan perolehan sumber sampai dengan masalah interpretasi yang berbeda. Secara umum, adanya perbedaan pandangan itu hanya disebabkan adanya ketidaktepatan dan ketidaklengkapan fakta dan interpretasi yang dilakukan, dan biasanya ketidaktepatan itu muncul setelah ada beberapa sejarawan yang mengungkapkan ketidaktepatan itu menurut versi sejarawan itu. Artinya sifat kontroversial ini sangat tergantung dari sejarawan. Ada dua jenis isu kontroversial dalam sejarah, yakni (1) kontroversial mengenai fakta-fakta dan (2) kontroversial mengenai signifikansi, relevansi, dan interpretasi sekumpulan fakta. Isu kontroversial jenis pertama, yakni kontroversi mengenai fakta-fakta terjadi karena kurangnya data atau tidak masuk akalnya suatu penemuan. Di dalam isu kontroversial jenis ini pertanyaan berkaitan dengan “apa”, “siapa”, “kapan”, dan “di mana”. Jenis isu kontroversial kedua adalah kontroversi yang disebabkan oleh interpretasi. Hal ini karena pendekatan yang dilakukan oleh sejarawan tidak ilmiah, bias, dan dipengaruhi prasangka. Kontroversi yang disebabkan oleh interpretasi berada pada pertanyaan tentang “mengapa” dan “bagaimana” peristiwa tersebut terjadi. Terkadang peristiwa atau fenomena dipelajari secara tertutup, sehingga interpretasi sejarawan terhadap suatu peristiwa bisa salah dan mengakibatkan kontroversi.


(25)

2.1.3 Parodi

Parodi merupakan salah satu bentuk humor, parody ada dimana-mana dan dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Parodi sering kali muncul dalm berbagai bentuk serta media yang berlainan. Dalam makna tekstual parody dapat menterjemahkan makna-makna sosial yang erat kaitannya dengan situasi politik, ekonomi, budaya dan agama. Parodi adalah satu bentuk dialog, yaitu satu teks bertemu dan berdialog dengan teks lainnya. Tujuan dari parody adalah untuk mengekspresikan perasaan tidak puas, tidak senang, tidak nyaman berkenaan dengan intensitas atau karya masa lalu yang dirujuk. (http://www.indomedia.com/sripo/)

Film Bruce Almighty berbeda dengan film kebanyakan. Meskipun film ini menceritakan tentang seorang manusia yang diberi kekuatan oleh Tuhan dan dengan munculnya Tuhan yang diwujudkannya Ia sebagai manusia, tetapi di film ini berisikan hal-hal yang berbau parody. Artinya sindiran terhadap fenomena, bukan sekedar plesetan tapi ada isi yang harus dikupas secara cerdas. Merujuk pada definisi Linda Hutcheon dalam A Theory of Parody, parody sebagai salah satu bentuk tiruan atau imitasi yang mengandung unsure-unsur ironi. Di dalam parody terdapat ruang kritik, permainan, kelucuan, rasa humor, plesetan dan olok-olok. (www.mail-archive.com)


(26)

2.1.4 Konsep Tuhan

Banyak tafsir daripada nama “Tuhan” ini, meskipun kepercayaan akan Tuhan ada dalam semua kebudayaan dan peradaban, tetapi definisinya lain - lain Salah satu definisi Tuhan adalah yang tak bisa dideteksi, dilihat, diraba. Yang menciptakan segalanya bahkan memprogram seluruh alam semesta menjadi berproses seperti sekarang ini. Kata Tuhan merujuk kepada suatu zat abadi dan

supranatural, biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta

atau jagat raya. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini misalkan sebuah bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, di mana keberadaan-Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apapun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan. (http://www.mail-archive.com/)

Tuhan ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai (didominir) olehnya (sesuatu itu). Perkataan "dipentingkan" hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberikan definisi Tuhan ialah yang dipuja dengan penuh kecintaan hati; tunduk kepadanya, merendahkan diri di hadapannya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo'a dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari


(27)

padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (http://media.isnet.org/islam/Tauhid1/Tuhan.html)

2.1.5 Parodi Tuhan

Parodi merupakan salah satu bentuk humor, parody ada dimana-mana dan dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari yang erat kaitannya dengan situasi politik, ekonomi, budaya dan agama. Parodi mengenai agama, Tuhan, dan sejenisnya bagi sebagian orang dianggap sebagai hal yang tabu. Bagi mereka sama saja menghina agama atau Tuhan. Tetapi tidak dalam film Bruce Almighty ini yang memparodikan Tuhan dengan wujud manusia yang berkulit hitam. Munculnya tokoh Tuhan ini tak lepas dari adanya mitos dibaliknya. Mitos menurut Barthes ialah cara berpikir kebudayaan tentang sesuatu, sebuah cara mengkonseptualisasikan atau memahami sesuatu hal yang mengandung pesan. Di Negara barat, warga kulit berwarna ditampilkan sebagai setumpuk persoalan, objek dan korban. Warga kulit hitam dikonstruksi lebih sebagai objek ketimbang subjek sejarah. Tidak mampu berpikir atau bertindak untuk diri mereka sendiri, warga kulit berwarna tidak dianggap mampu mengerjakan aktifitas atau mengendahkan nasib mereka sendiri. Pada gilirannya, sebagai objek dan makhluk asing yang berasal dari bumi lain, warga kulit hitam menimbulkan serangkaian masalah bagi warga kulit putih, misalnya sebagai tampilan budaya asing yang mengkontaminasi atau sebagai pelaku kejahatan. (Barker, 2004:215) Di Inggris, Amerika dan Australia bangunan histories “ras” adalah salah satu kekuasaan dan subordinasi sehingga masyarakat kulit berwarna secara struktural menempati posisi subordinate dalam kaitannya dengan segala dimensi “kesempatan hidup”. (Barker, 2004:200)


(28)

2.1.6 Diskriminasi dan Diskriminasi Ras

Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan didasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam

masyarakat, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain. Diskriminasi juga merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Ketika sesorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karakteristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.

Berikut adalah jenis – jenis tindakan diskriminasi yang menurut rancangan Undang – Undang bertentangan dengan hukum, yaitu:

1. Diskriminasi ras langsung

Ketika seseorang yang melakukan tindak diskriminasi [pelaku diskriminasi], atas dasar ras atau etnis, memperlakukan orang lain atau orang yang mendapat perlakuan diskriminasi [si penderita perlakuan diskriminasi] lebih rendah dari pada orang lain yang diperlakukan atau yang akan diperlakukan oleh pelaku diskriminasi tersebut.

2. Diskriminasi ras tidak langsung

Ketika pelaku diskriminasi memberlakukan kepada si penderita perlakuan diskriminasi sesuatu persyaratan atau ketentuan yang,


(29)

(a) secara tidak adil merugikan kelompok ras dari si penderita perlakuan diskriminasi

(b) tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang dapat dibenarkan terlepas dari ras apapun

(c) merugikan si penderita perlakuan diskriminasi.

3. Diskriminasi atas dasar ras pasangan hidup atau sanak keluarga dari seseorang Ketika pelaku diskriminasi memperlakukan si penderita perlakuan diskriminasi lebih rendah atas dasar latar-belakang ras atau etnis dari pasangan hidup atau sanak keluarga dari si penderita perlakuan diskriminasi.

4. Diskriminasi melalui perlakuan tidak adil

Ketika pelaku diskriminasi memperlakukan orang lain [orang yang dirugikan] lebih rendah dari orang lain yang diperlakukan atau yang akan diperlakukan olehnya, karena orang yang dirugikan menuntut hak-haknya berdasarkan perundang-undangan diskriminasi ras [misalnya: dengan mengajukan keluhan kepada Equal Opportunities Commission].

5. Pelecehan ras

Ketika seseorang [peleceh] terlibat dalam kelakuan yang tidak bersahabat terhadap orang lain [orang yang dilecehkan] sehubungan dengan latar belakang ras atau etnis dari orang yang dilecehkan.

6. Fitnah atas dasar ras

Ketika seseorang, melalui setiap kegiatan di dalam masyarakat, menyebarkan kebencian, penghinaan serius, atau ejekan serius terhadap orang lain atas dasar latar belakang ras atau etnis orang tersebut. (www.hab.gov.hk/file_manager/)


(30)

Sedangkan untuk Diskriminasi Ras dalam Rancangan Undang-Undang didefinisikan sebagai diskriminasi berdasarkan atas "ras, warna kulit, keturunan, atau asal-usul kebangsaan atau etnis".

Persoalan diskriminasi ras masih menjadi isu penting di sejumlah Negara bagian Amerika Serikat hingga awal dasawarsa 1950-an. Di Virginia misalnya, warga kulit putih dan kulit hitam dilarang duduk berdampingan. Jika mereka berada di tempat umum seperti kereta api atau bis kota, maka warga kulit hitam harus duduk di bagian belakang atau dalam gerbong khusus yang terpisah dari warga kulit putih. (http://dunia.vivanews.com/news/)

Maka diskriminasi pada dasarnya selalu mempengaruhi setiap individu dalam menentukan pilihan dalam kehidupannya. Namun dapat dimungkinkan dalam melakukan proses penilaian dan pembedaan tersebut mengakibatkan tindakan yang kemudian berakibat merugikan pihak lain sehingga diskriminasi dapat diartikan secara negatif pula.

2.1.7 Semiotika

Semiotika adalah studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to


(31)

communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa

informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53 dalam Sobur,2004:15).

Secara estimologis, istilah Semiotika berasal dari kata Yunani Semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. (Eco dalam Sobur,2004:95)

Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek - objek, peristiwa - peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Eco, 1976:6 dalam alex Sobur 2002:95). Pengertian lain juga ditemukan Van Zoest mengartikan semiotic sebagai “ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”. Semiotika digunakan untuk menganalisa media dan untuk mengetahui bahwa film itu merupakan fenomena komunikasi yang sarat akan tanda. Semiotika pada penelitian ini akan dianalisis dengan teori Roland Barthes, dimana oleh peneliti dirasa cocok dengan menggunakan interpretasi yang tepat dengan menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat.

Pokok perhatiannya disini adalah tanda. Studi tanda, tanda dan cara tanda – tanda itu bekerja dinamakan semiotika atau semiologi. Semiotika, mempunyai tiga bidang studi utama (Fiske,2006:60) :


(32)

1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang tanda yang berbeda, cara tanda – tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara tanda – tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.

2. Kode atau system yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.

3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode – kode dan tanda – tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.

2.1.8 Semiotika Roland Barthes

Dalam hal ini peneliti menggunakan teori Roland Barthes yang dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussure. Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga kelas menengah Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai atlantik di sebelah barat daya Prancis. Teori Barthes menjelaskan dua tingkat pertandaan yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi (denotation) adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan, sedangkan konotasi (connotation) adalah aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi. Dalam salah satu bukunya yang


(33)

berjudul Sarrasine, Barthes merangkai kode rasionalisasi, suatu proses yang mirip dengan yang terlihat dalam retorika tentang tanda. Menurut Lechte dalam (Sobur, 2006: 65-66), ada lima kode yang diteliti Barthes yaitu:

1. Kode Hermeneutik (kode teka-teki), yang berkisar pada harapan pembaca untuk mendapatkan ”kebenaran” bagi pertanyaan yang ada dalam teks.

2. Kode semik (makna konotatif), banyak menawarkan banyak sisi. Pembaca Menyusun tema suatu teks.

3. Kode simbolik merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling khas bersifat struktural.

4. Kode proaretik (kode tindakan), sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang,artinya semua teks bersifat naratif.

5. Kode gnomik (kode kultural), merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui oleh budaya.

Menurut Roland Barthes semiotik tidak hanya meneliti mengenai penanda dan petanda, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka secara keseluruhan (Sobur, 2004: 123). Barthes mengaplikasikan semiologinya ini hampir dalam setiap bidang kehidupan, seperti mode busana, iklan, film, sastra dan fotografi. Semiotika Barthes mengacu pada Saussure dengan menyelidiki hubungan antara penanda dan petanda. Dalam memahami makna, Barthes membuat sebuah model sistematis dimana fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification) yang digambarkan sebagai berikut :


(34)

Gambar 1.1

Signifikasi Dua Tahap Barthes

Sumber: John Fiske, Introduction to communication Studies, 2007, hlm. 122. Menurut Barthes, yang dikutip Fiske dari gambar tersebut menjelaskan bahwa tatanan (signifikasi) tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembicara serta nilai-nilai dari kebudayaan. Konotasi mempunyai makna yang subyektif atau paling tidak inter-subyektif. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang telah digambarkan tanda terhadap sebuah obyek, sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya. ( http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/)


(35)

2.1.9 Pendekatan Semiotik dalam Film

Menurut John Fiske, dalam bukunya Cultural and Communication Studies, disebutkan bahwa terdapat dua perspektif dalam mempelajari ilmu komunikasi. Perspektif yang pertama melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Sedangkan perspektif yang kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Bagi perspektif yang kedua , studi komunikasi adalah studi tentang teks dan kebudayaan. Metode studinya yang utama adalah semiotika ( ilmu tentang tanda dan makna). ( Fiske,2006:9)

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiotika. Seperti dikemukakan Van zoest (van zoest,1993:109 dalam Sobur,2004:128), film dibangun dengan tanda semata – mata. Tanda – tanda itu termasuk berbagai system tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan imaji dan system penandaan. Karena itu, menurut van zoest, bersamaan dengan tanda – tanda arsitektur , terutama indeksial, pada fim terutama digunakan tanda – tanda ikonis, yakni tanda – tanda yang mengambarkan sesuatu (van zoest,1993:109, dalam Sobur,2004:128). Memang, ciri gambar – gambar film adalah persamaannya dengan realitas yang ditunjuknya. Gambar – gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya.

Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda – tanda itu termasuk berbagai system tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek


(36)

yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara : kata yang diucapkan (ditambah dengn suara – suara lain yang serentak mengiringi gambar – gambar) dan musik film. Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda – tanda ikonis, yakni tanda – tnda yang menggambarkan sesuatu. (Sobur,2004:128)

Menurut Fiske dalam bukunya berjudul Television Cultural, analisis semiotika pada sinema atau film layar lebar (wide screen) disetarakan dengan analisis film yang ditayangkan di televisi. Fiske mengkategorikan sign pada film ke dalam tiga kategori, yakni kode – kode sosial (social codes), kode – kode teknis (technical codes), dan kode – kode representasi(representasional codes). Kode – kode tersebut bekerja dalam sebuah struktur hierarki yang kompleks. Analisis yang dilakukan pada film Bruce Almighty ini dapat terbagi menjadi beberapa level, yaitu:

1. Level Realitas (reality)

Pada level ini , realitas dapat berupa penampilan, pakaian dan make up yang digunakan oleh pemain, lingkungan, perilaku, ucapan, gesture, ekspresi, suara dan sebagainya yang dipahami sebagai kode budaya yang ditangkap secara elektronik melalui kode - kode teknis.Kode – kde sosial yang merupakan realitas yang akan diteliti dalam penelitian ini, dapat berupa: a. Penampilan , kostum, dan make up yang digunakan oleh pemain di film

Bruce Almighty. Dalam penelitian ini tokoh yang menjadi objek penelitian adalah Tuhan. Bagaimana pakaian dan tata rias yang mereka gunakan , serta apakah kostum dan make up yang ditampilkan tersebut memberikan signifikasi tertentu menurut kode sosial dan cultural.


(37)

b. Lingkungan atau setting yang ditampilkan dalam cerita tersebut, bagaimana symbol – symbol yang ditonjolkan serta fungsi dan makna didalamnya.

c. Dialog berupa apa makna dari kalimat – kalimat yang diucapkan dalam dialog.

2. Level Representasi (representation)

Level representasi meliputi kerja kamera, pencahayaan, editing, music dan suara yang ditransmisikan sebagai kode – kode representasi yang bersifat konvensional. Bentuk – bentuk representasi dapat berupa cerita , konflik, karakter, action, dialog, setting, casting dan sebagainya. Level representasi meliputi:

a. Teknik Kamera

Ada tiga jenis shot gambar yang paling dasar yaitu meliputi:

1. Long Shot (LS) , yaitu shot gmbar yang jika objeknya adalah manusia maka dapat diukur antara lutut kaki hingga sedikit ruang di atas kepala. Dari jenis shot ini dapat dikembangkan lagi yaitu Extreme Long shot (ELS) , mulai dari sedikit ruang dibawah kaki hingga ruang tertentu di atas kepala. Pengambilan gambar long shot ini menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton mengenai penampilan tokoh (termasuk pada body language , ekspresi tubuh , gerak cara berjalan dan sebagainya dari

ujung rambut sampai ujung kaki) yang kemudian mengarah pada karakter serta situasi dan kondisi yang sedang terjadi pada adegan itu.

2. Medium Shot (MS) , yaitu shot gambar yang jika objeknya adalah manusia, maka dapat diukur sebatas dada hingga sedikit ruang diatas


(38)

kepala. Dari Medium Shot dapat dikembangkan lagi, yaitu wide medium shot (WMS), gambar medium shot tetapi agak melebar kesamping kanan

kiri. Pengambilan gambar medium shot menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton tentang ekspresi dan karakter, secara lebih dekat lagi dibanding long shot.

3. Close- up (CU), yaitu shot gambar yang jika objeknya adalah manusia, maka dapat diukur dari bahu hingga sedikit ruang di atas kepala. Pengambilan gambar close up menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton tentang penguatan ekspresi dan dialog penting untuk lebih diperhatikan penonton.

4. Extreme close-up, menggambarkan secara details ekspresi pemain dari suatu peristiwa (lebih detail pada ekspresi tubuh, contohnya mata, bibir, tangan dan sebagainya)

b. Teknik Kamera : Perpindahan

Zoom : Perpindahan tanpa memindahkan kamera , hanya lensa difokuskan untuk mendekati objek. Biasanya digunakan untuk memberikan kejutan pada penonton.

Following Pan : Kamera beputar untuk megikuti perpindahan objek. Kecepatan perpindahan terhadap subjek menghasilkan mood tertentu yang menunjukkan hubungan penonton dengan subjeknya.

Tracking (dollying) : Perpindahan kamera secara pelan menuju atau menjauhi objek (berbeda dengan zoom). Kecepatan tracking


(39)

mempengaruhi perasaan penonton, jika dengan cepat (terutama tracking in ) menunjukkan ketertarikan, demikian sebaliknya.

c. Pencahayaan

Cahaya menjadi salah satu unsur media visual, karena dengan cahayalah informasi bisa dilihat. Cahaya ini pada mulanya informasi bisa dilihat. Cahaya ini pada mulanya hanya merupakan unsur teknis yang membuat benda bisa dilihat. Maka penyajian film juga , pada mulanya disebut sebagai “painting with light” , melukis dengan cahaya. Namun dalam perkembangan bertutur dengan gambar, ternyata fungsinya berkembang semakin banyak. Yakni mampu menjadi informasi waktu, menunjang mood atau atmosfir set dan bisa menunjang dramatic adegan.

d. Penataan Suara

Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas lebih lanjut tentang penggunaan voice over yang sering di munculkan di beberapa scene film Bruce Almighty. Voice Over (V.O) adalah suara – suara diluar kamera, dapat berupa narasi atau penuturan seorang tokoh. (Effendy,2002:155). Voice over sering digunakan sebagai penjelasan suatu cerita yang berasal dari sudut pandang orang pertama.

Sound Effect (SFX) : Untuk memberikan tambahan ilusi pada suatu kejadian.

Music : Untuk mempertahankan kesan dari suatu fase untuk mengiringi suatu adegan, warna emosional pada music turut mendukung keadaan emosional suatu adegan.


(40)

e. Teknik Editing

Cut : Perubahan secara tiba – tiba dari suatu pengambilan, dari suatu sudut pandang atau lokasi lainnya. Ada bermacam – macam cut yang mempunyai efek untuk merubah scene, mempersingkat waktu , memperbanyak point of view atau membentuk kesan terhadap image atau ide.

Jump cut : Melakukan pemotongan dari suatu pengambilan gambar ke gambar lainnya pada sebuah film tanpa ada penyesuaian (Effendy,2002:140). Untuk membuat suatu adegan yang dramatis.  Motivated Cut : Bertujuan untuk membuat penonton untuk segera

ingin memiliki adegan selanjutnya yang tidak ditampilkan sebelumnya.

3. Level Ideology (ideology)

Pada level ketiga ini semua elemen diorganisasikan dalam koherensi dan kode-kode ideology, seperti individualisme, liberalisme, sosialisme, patriarki, ras, kelas, materialisme, feminisme, maskulinitas, kapitalisme dan sebagainya. Menurut Gianetti menjelaskan ideology dalam sebuah film sebagai bentuk nilai-nilai yang tersirat dalam setiap hasil atau produk buatan manusia termasuk didalam pembuatan sebuah film. Setiap film menyajikan kepada kita model-model peran, nilai-nilai moral, berdasarkan rasa kebenaran dan kesalahan menurut si pembuat film tersebut.


(41)

2.2 Kerangka Berpikir

Sebuah film di bangun dengan tanda semata–mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai system tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai system tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Oleh Roland Barthes kode-kode tanda itu dapat menjelaskan 2 tingkat pertandaan yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi (denotation) adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan, sedangkan konotasi (connotation) adalah aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi. Maka dari itu, peneliti menggunakan studi semiotika dari Roland Barthes mengingat film meliputi symbol-simbol yang sangat kompleks, baik verbal dan non verbal.

Selain itu pada penelitian ini akan menggunakan analisis semiotic pada sinema atau film layar lebar (wide screen) disetarakan dengan analisis film yang ditayangkan ditelevisis, yang dikemukakan oleh John Fiske. Analisis ini terbagi atas 3 level yaitu realitas, representasi dan ideology.


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Didalam menginterpretasikan sosok Tuhan dalam film “Bruce Almighty” dapat diketahui terlebih dahulu tanda-tanda apa saja yang terdapat di dalamnya, ada pun digunakannya metode penelitian kualitatif karena metode ini akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini ditemukan kenyataan ganda, kemudian metode kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong,1995:5). Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode semiotic. Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (Sobur,2004:15).

Dengan menggunakan metode semiotic , peneliti berusaha menggali realitas yang didapatkan melalui interpretasi symbol-simbol dan tanda-tanda yang ditampilkan sepanjang film , selanjutnya akan menjadi corpus dalam penelitian ini. Dan kemudian secara khusus peneliti menggunakan metode penelitian analisis semiotika yang dikemukakan oleh Roland Barthes untuk merepresentasikan adanya sosok Tuhan dalam film “Bruce Almighty”. Karena film merupakan bidang kajian yang sangat relevan bagi analisis atau semiotika. Studi Semiotik Roland Barthes yaitu dengan menggunakan petanda, penanda, konotasi dan denotasi. Denotasi dan konotasi


(43)

menguraikan tanda sebagai definisi secara literal atau nyata. Konotasi mengarah pada kondisi social dan merupakan pengambilan dari salah satu scene yang dipilih oleh peneliti yang dianggap dapat mewakili dari suatu yang akan dimaknai. Konotasi juga sebagai penanda yang dibangun dari system Denotasi. Selanjutnya pengamatan dilakukan dalam level analisis reality dan level representasi. Dari sini dapat kita gali makna yang berada di balik scene-scene tertentu seperti penampilan tokoh, setting lokasi, teknik kamera. Terakhir dilakukan analisis pada beberapa scene sehingga penulis mengetahui apa saja makna-makna yang terangkai dalam film ini tentang sosok Tuhan.

3.2 Kerangka Konseptual 3.2.1 Corpus

Didalam penelitian kualitatif diperlukan adanya suatu pembahasan masalah yang disebut corpus. Corpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsure-unsur akan memelihara sebuah system kemiripan dan perbedaan yang lengkap.

Corpus dalam penelitian ini adalah sosok Tuhan dalam film Bruce Almighty yang ditonton dalam versi VCD (video compact disc). Dipilihnya sosok Tuhan karena dengan munculnya sosok ini telah menimbulkan kontroversi di berbagai pihak. Banyaknya pihak-pihak yang tidak setuju dengan diwujudkannya sosok Tuhan dengan wujud manusia, seorang laki-laki yang berkulit hitam pula. Film Bruce almighty ini merupakan film teatrikal (layer lebar) jenis film cerita dan diproduksi secara khusus


(44)

untuk dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Film jenis ini berbeda dengan film televise (television film) atau sinetron (sinema elektronika) yang dibuat khusus untuk siaran televisi.

3.2.2 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian adalah pemaknaan pada tanda yang ada dalam scene pada sosok Tuhan. Scene sosok Tuhan adalah semua scene yang berjumlah 128. Untuk scene yang tidak mengandung sosok Tuhan tidak akan dijadikan unit analisis dalam penelitian ini. Jumlah scene yang menunjang sosok Tuhan berjumlah 30 scene. Dari jumlah total scene peneliti hanya mengambil gambar dari sosok Tuhan yang dianggap dapat mewakili penggambaran sosok Tuhan.

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini didapatkan dari 2 jenis data, yaitu:

1. Data Primer pada penelitian ini didapatkan dari korpus penelitian berupa objek visual melalui film dan pengamatan yang mengandung makna didalamnya.

2. Data Sekunder berasal dari bahan-bahan referensi seperti buku, artikel-artikel, internet yang berhubungan dengan objek kajian yang sedang diteliti dan dapat dijadikan panduan dan acuan dalam penelitian ini.


(45)

3.2.4 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan berdasarkan tanda atau system tanda yang tampak dalam scene yang menggambarkan wujud sosok Tuhan dalam film “Bruce Almighty”, kemudian dianalisis dengan menggunakan model semiotika yang dikemukakan oleh Roland Barthes, dalam ruang model ini menyatakan bahwa dibagi atas denotasi dan konotasi.

Untuk bisa lebih menginterpretasikan sosok Tuhan dalam film “Bruce Almighty” peneliti juga akan mencari dan memaknai symbol-simbol yang bisa menjawab pertanyaan peneliti dengan menggunakan kerangka analisis semiotika pada film, yang dikemukakan oleh John Fiske. Analisis ini dibagi menjadi level realitas (reality), dan level representasi (representation).

Pada level realitas, di analisis beberapa kode-kode social yang merupakan realitas, dapat berupa:

1. Penampilan, kostum dan make up yang digunakan oleh pemain dalam film “Bruce Almighty”.

2. Lingkungan atau setting yang ditampilkan dari cerita sosok Tuhan. 3. Dialog yang mempunyai hubungan dengan sosok Tuhan.


(46)

Pada level representasi (representation) , yang akan diamati meliputi kerja kamera yaitu Long Shot, Medium Shot dan close Up. Pada penataan suara digunakan Voice over di beberapa scene, selain itu akan ditambahkan juga Sound effect untuk memberikan tambahan ilusi dan juga music untuk mendukung keadaan emosional suatu adegan sedangkan pada teknik editing yang digunakan untuk memilih scene yang ada hubungannya dengan munculnya sosok Tuhan. Level representasi ini membantu dalam melakukan analisis pada level realitas.


(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Objek

Film Bruce Almighty diproduksi oleh Universal Pictures, adalah studio film Amerika tertua yang masih terus berproduksi. Universal Pictures ini berdiri sejak 1912 yang didirikan oleh Carl Laemmle. Salah satu film produksi Universal Pictures adalah Bruce almighty yang disutradarai oleh Tom Shadyac. Pria kelahiran Virginia, USA 1958 ini mengawali debutnya sebagai sutradara dalam film Ace Ventura: Pet Detective dan juga membuat nama Tom semakin melambung. Selain menjadi sutradara Tom juga pernah merambah sebagai produser, aktor bahkan penulis skenario.

Sutradara Tom Shadyac untuk ketiga kalinya berpasangan dengan Jim Carrey setelah Ace Ventura: Pet Detective, 1994, dan Liar Liar, 1997. Kerjasama mereka kembali mengguncang bioskop. Film yang berdurasi 101 menit ini sukses menembus box office dan menuai banyak kritik. Ketika pertama kali dirilis di Amerika mampu menempati posisi pertama di Box Office dan mampu mengalahkan film The Matrix Reloaded yang sudah 1 minggu berada diposisi puncak. Dari hasil penjualan film Bruce Almighty telah membuat record baru sebagai film komedy terlaris sepanjang 17 tahun belakangan.


(48)

Film Bruce almighty ini menceritakan tentang Bruce Nolan – (Jim Carrey), memiliki semuanya. Pekerjaan, tempat tinggal, mobil, bahkan pendamping yang sabar, Grace – (Jennifer Aniston). Jika Grace yang mengelola tempat penitipan anak mensyukuri apa yang dimiliki, tidak demikian dengan Bruce. Dibutakan ambisi, ia berkeinginan kuat menjadi pembawa berita di channel 7. Seolah-olah itu hal paling penting di dunia. Kebencian pada rival beratnya, Evan Baxter – (Steven Carell), begitu besar dan menjadikannya pendengki.

Sampai akhirnya, Bruce mengalami hari paling naas dalam hidup. Setelah kecewa tak terpilih sebagai pembawa berita, ia mengucapkan sumpah serapah yang tak pantas diucapkan di depan kamera dalam acara siaran langsung. Tak heran kalau ia dipecat. Ketika mengemasi barang untuk dimasukkan ke mobil, ia masih sempat menceramahi berandalan yang mengganggu tunawisma. Karuan saja ia dipukuli dan mobilnya dirusak. Dengan kekecewaan mendalam, ia menyerukan kekesalannya kepada Sang Pencipta.

Siapa mengira, kekecewaannya langsung mendapat tanggapan? Berkali-kali Bruce diminta menghubungi nomor telepon yang secara misterius muncul di pager nya. Setelah mengabaikan panggilan itu berkali-kali, Bruce penasaran juga. Bagaimana mungkin pager yang sudah rusak masih bisa berfungsi? Tahu apa yang terjadi kemudian? Singkat kata, umpatan Bruce membuat Tuhan – (Morgan Freeman), menyerahkan kekuasaan padanya. Bruce mengira ia dikerjai orang iseng. Namun sesudahnya Bruce punya kekuatan tak terhingga. Untuk menjajal kemampuan, Bruce membelah sup pesanannya menjadi dua, persis


(49)

Nabi Musa yang membelah dua laut Merah. Ternyata berhasil, Hal-hal sepele dilakukannya dalam perjalanan pulang. Dari menyingkap rok wanita cantik sampai membalas berandalan yang pernah memukulinya. Ia seperti anak kecil yang dapat mainan baru. Tak terpikir oleh Bruce untuk memanfaatkan kekuatannya dengan konstruktif.

4.1.2 Penyajian Data

Dalam mengkaji sebuah film yang proses kerjanya timbul setelah bergantinya gambar-gambar tanda ikonis pada film yang menggambarkan sesuatu realita yang ditujukan untuk mengkaji sosok Tuhan dalam film Bruce Almighty. Bagaimana film dalam Bruce Almighty menggambarkan sosok Tuhan yang dalam pengertian sebenarnya tidak dapat dilihat ,dideteksi bahkan diraba kedalam realitas kehidupan. Bagaimana film dalam mengkomunikasikan tanda dengan melalui pemahaman makna konotasi dan denotasi untuk sosok Tuhan yang akan dibahas peneliti didalam pembahasan tersebut. Penulis juga akan memaparkan bagaimana pembuat film dalam melakukan signifikasi yang dipengaruhi oleh kode sinematografis. Kode ini mempunyai pengertian berupa segala potensi teknis media film yang digunakan untuk menghadirkan sign (tanda) yang sudah diproduksi pada tatanan visualisasi film seperti teknik kamera yang akan dibahas penulis dalam hasil pembahasan.


(50)

A. Tokoh Tuhan

Tuhan ( diperankan oleh Morgan Freeman ) seorang pria berkulit hitam yang berusia 50 tahunan yang menyatakan bahwa dirinya Tuhan. Sosok yang tiba– tiba muncul karena Bruce terus–menerus marah dan komplain kepada Tuhan atas semua kesialan yang menimpanya. Tuhan pun menghubungi Bruce ke pager nya dan menyuruhnya datang ke jalan 23 lantai 7 ruang 7 untuk menemuinya. Disana Bruce malah bertemu dengan seorang cleaning service yang sebenarnya itu adalah salah satu penyamaran Tuhan. Di film ini Tuhan telah menyamar dengan beberapa karakter seperti cleaning service, tukang listrik dan pemulung. Di kantor itu bruce ditawari untuk menggantikan pekerjaan Tuhan, dengan maksud agar Bruce tahu bahwa tidak mudah untuk mengatur semuanya dan semua yang menimpa makhluknya pasti ada hikmahnya. Bruce pun menerimanya walaupun ia hanya menganggap bahwa orang yang baru saja ditemuinya adalah orang gila.

Tuhan memberikan 2 peraturan kepada bruce dalam menggunakan kekuatannya yaitu yang pertama jangan katakan pada siapapun kalau dirimu adalah Tuhan dan yang kedua bruce tidak bisa menggunakan kekuatannya untuk mengendalikan perasaan seseorang.


(51)

4.2 Analisis Data

4.2.1 Pada Level Realitas

4.2.1.1 Kostum dan Make Up

Gambar 4.1 Kostum Tuhan di ruang kantornya

Pada level denotasi dapat dilihat bahwa Tuhan memakai pakaian formal lengkap dengan jas, kemeja lengan panjang, celana panjang, dasi dan sepatu vantovel dan kesemuanya serba putih. Konotasi Tuhan dengan gaya berpakaian seperti itu mengkonstruksikan dirinya layaknya seorang businessman yang professional, penuh wibawa dan berkharisma. Pilihan warna yang serba putih menjelaskan bahwa sosok tersebut di lahirkan sempurna, banyak orang yang mengaguminya karena sifat anggunnya, sifat idealis dan moral yang teramat tinggi, tidak pernah angkuh, dan senang menolong orang atau siapapun yang membutuhkan bantuannya.


(52)

Cara berpakaian memang merupakan wujud dari ekspresi diri bagaimana seseorang mengkonstruksikan dirinya terhadap orang lain. Dengan pilihan pakaian yang tidak dekoratif dan berkesan simple ini menunjukkan bagaimana sosok Tuhan digambarkan dalam film ini.

Gambar 4.2 Kostum Lain Tuhan

Pada level denotasi terlihat Tuhan dengan kostum lain yaitu kaos lengan panjang, celana panjang dan sepatu vantovel, kesemuanya tetap serba putih. Konotasi disini terlihat bahwa gaya berpakaian lain Tuhan memberi kesan casual

atau santai yang menunjukkan sosok Tuhan juga bisa tampil santai saat menghadapi umatnya seperti Bruce.


(53)

Dari shot yang pertama, gaya berpakaian yang dikenakan Tuhan tidak ada perbandingan yang terlalu signifikan. Keduanya tetap terlihat simple, tidak dekoratif dan berwarna putih.

Dilihat dari penampilan Tuhan ketika memakai pakaian formal maupun ketika memakai pakaian casual, Tuhan ditampilkan sebagai sosok yang tampil apa adanya dan memakai pakaian yang nyaman tetapi tetap menonjolkan auranya yang berkharisma, anggun dan idealis. Hal ini tidak lepas dari pemilihan warna yang serba putih.

Gambar 4.3 Make up Tuhan

Denotasi disini dapat dilihat bahwa perawakan Tuhan dengan adanya kumis

dan jenggot. Konotasi Tuhan dengan tampilan seperti itu mengasumsikan bahwa Tuhan adalah sosok yang bijaksana, berstatus tinggi meskipun terkadang adanya kumis dan jenggot beberapa orang mengasumsikan kurang rapi.


(54)

Dari shot diatas akan menjelaskan tentang make up yang digunakan Tuhan. Make up yang digunakan Tuhan merupakan make up yang natural dan dapat digunakan oleh pria manapun dan kapan saja. Dilihat dari dua shot diatas, terlihat sosok Tuhan baik ketika mengenakan pakaian formal maupun casual tampilan make up nya tetap sama yaitu tetap natural dengan tambahan adanya kumis dan jenggot yang warnanya didominasi putih.

Sebagian orang berpendapat bahwa pria yang memiliki kumis dan jenggot dapat membuat dirinya lebih tampan dan berwibawa, terlihat lebih macho, nampak lebih jantan, tetapi terkadang kumis dan jenggot bisa juga membuat seorang pria terlihat seram dan menakutkan.

4.2.1.2 Setting

a. Ruang Kantor Tuhan


(55)

Pada level denotasi disini dapat dilihat ruang kerja Tuhan yang cukup luas, hanya ada 1 meja dan 1 kursi, banyak pilar-pilar dan kesemuanya serba putih. Pada level konotasi adanya ruangan ini menunjukkan bahwa Tuhan bisa berada dimana saja sesuai dengan kehendakNya, termasuk menjadikan salah satu ruangan di gedung ini menjadi kantornya.

Scene diatas menunjukkan keadaan didalam ruang kantor Tuhan. Ruang ini berada di 23rd street lantai 7 ruang 7. Lokasi indoor (dalam ruangan) ini hanya terdapat satu meja dan kursi. Ruangan ini cukup luas dan terdapat banyak pilar – pilar yang kesemuanya berwarna putih. Kesan simple dan tidak dekoratif ini menunjukkan karakter Tuhan yang sempurna, idealis, moral yang tinggi, suka menolong siapapun yang membutuhkan bantuan. Keadaan seperti gambar diatas sebenarnya hanya ditunjukkan ketika Tuhan ingin menemui Bruce.

b. Permukaan Laut

Gambar 4.5 Permukaan Laut


(56)

Denotasi disini dapat dilihat sosok Tuhan yang berada di permukaan laut

sedang berbincang bersama Bruce dan adanya kapal yang melintas. Konotasinya ialah Tuhan tidak hanya bisa berada didaratan tetapi bisa juga berada di lautan bahkan ia bisa berada dimana saja sesuai kehendakNya.

Dari scene tersebut diatas terlihat Tuhan mengajak serta Bruce berjalan-jalan di permukaan lautan dengan menunjukkan sedikit dari kemampuannya. Setting lautan digambarkan secara realistis sesuai dengan realita objek yang sesungguhnya dengan adanya kapal yang melintas disampingnya Tuhan dan bruce ketika sedang berbincang.

c. Puncak Mount Everest

Gambar 4.6 Puncak Mount Everest

Pada level denotasi disini terlihat Tuhan sedang berada di puncak Gunung everest bersama bruce lagi. Dengan dikelilingi oleh tumpukan salju dan gumpalan awan, tanpa menggunakan jaket atau baju hangat dan tanpa menggunakan topeng dan tangki oksigen. Level Konotasi disini menunjukkan bahwa Tuhan sedang


(57)

menunjukkan kemampuannya dengan melakukan apa saja dan dimana saja termasuk bisa berada di puncak gunung tertinggi di dunia.

Dari shot tersebut diatas menunjukkan penggambaran setting dari puncak gunung Everest yang dibuat secara realistis dimana sesuai dengan realita objek yang sesungguhnya. Dengan adanya pegunungan-pegunungan disekitarnya dan adanya banyak tumpukan salju dan adanya gumpalan-gumpalan awan.

4.2.1.3 Dialog

Dialog dapat diartikan sebagai sebuah percakapan timbal balik antara dua orang atau lebih pihak yang saling memahami satu dengan yang lain dalam bertukar informasi. Tidak semua dialog dalam film ini akan dibahas, melainkan hanya beberapa penggalan scene atau adegan yang dapat menunjukkan adanya sosok Tuhan dan kekuatannya, melalui simbol-simbol yang terkait dengan kode-kode yang menunjukkan adanya Tuhan. Dalam menganalisis dialog, ditampilkan per scene secara keseluruhan agar dapat sekaligus memahami konteks dialog.

A. Pada Tokoh Tuhan

a. Penggalan scene di ruang kerja Tuhan


(58)

(Medium Shot) Didalam ruang suatu gedung, Tuhan bertemu dengan bruce untuk pertama kalinya dan disini Tuhan memperkenalkan dirinya bahwa dirinya Tuhan. Di ruangan ini pula Tuhan menawarinya pekerjaannya dalam mengatur dunia karena Tuhan sudah merasa risih dengan semua keluh kesah bruce padanya.

Gambar 4.7 Ruang kerja Tuhan

Dialog :

God : You must be Bruce. I have been expecting you. Bruce : So you’re the bos, the electer and the sweeper?

God : You always funny, Bruce. Its like your father. He is a man who no doubt to do anything in his life even people always under estimated a labourer


(59)

God : I know a lot about you, bruce, almost everything. Anything you have to say, you done and for about it. The last entry was disturb on me “ The God take all of I’ve got and The God take all my wish” “The God is mean a kid with a magnifier glass”

“stroke me, oh Almighty”

Well, I am not much like to bless fleaming, but that last one make me laugh

Bruce : Are you spyer? Who are you?

God : im the One. Created the heaven and the earth. Alfa and omega. Bruce, im God.

Bruce : Bingo. Yahtzee!! Its that your final answer.

Well, its nice to meet you God. Thank you for the Grand Canyon and good luck for the resurrection. And by the why, you suck!! Bruce : ok, how many finger on my hand holding up

God : oh Bruce, don’t to attemteble me Bruce : if you can’t do it man, its ok God : 3…2…4…9…6…8…1.. Bruce : ok, how many now?

God : 7

Bruce : How??

God : you’ve doing complain a lot of me, bruce. And I now im tired. One thing in your life.. you’re ego. Anyway , I’ve a project to give you a job.


(60)

Bruce : what a job?

God : my job, if you think you can do it better, so this is your change. When you leave this building you will be got all my power

Bruce : sure, whatever you say man. That’s never happen. You must be crazy.

Dalam bahasa Indonesia :

Tuhan : kau pasti Bruce. Aku sudah menunggumu.

Bruce : ini menggelikan sekali. Jadi kau bos, juga tukang listrik dan tukang sapunya?

God : Kau selalu lucu, bruce. Seperti ayahmu. Ia juga tak ragu bekerja kasar. Walaupun orang selalu meremehkan pekerjaan buruh.

Bruce : Dari mana kau tahu ayahku dan dapat nomer pager ku ??

God : Aku tahu banyak tentangmu, bruce. Hampur semuanya. Semua yang pernah kau katakan, lakukan bahkan yang baru saja terpikir. Tetapi masukan terakhir cukup menggangguku.

“ Tuhan renggut semua milik dan harapanku “

“ Tuhan adalah anak kecil jahat yang membawa kaca pembesar “ “ Pukul aku, oh, Pemukul Agung “

God : Aku tidak suka dihujat , tetapi yang terakhir membuatku tertawa. Bruce : Kau memata-mataiku? Siapa kau ?


(61)

God : Akulah Dia. Pencipta Surga dan Bumi. Alfa dan Omega. Bruce, Aku Tuhan.

Bruce : Bingo. Yahtzee!! Itu jawabanmu? Senang berkenalan denganmu, Tuhan. Terima kasih untuk Grand Canyon. Dan semoga berhasil dengan hari kiamat. Dan omong-omong , kau menyebalkan !!

Bruce : Baiklah , coba tebak berapa jari yang kuacungkan ? God : Bruce jangan mencobai Tuhan

Bruce : Kalau kau tak bisa , tak apa-apa God : 3…2…4…9…6…8…1.. Bruce : Baiklah, sekarang berapa? God : 7

Bruce : Bagaimana bisa ?

God : kau selalu mengeluhkanku, bruce. Aku sudah bosan mendengarnya. Dan 1 lagi alasan bagi dirimu sendiri bruce, kau egois. Tapi aku membawamu kesini untuk menawarimu pekerjaan. Bruce : pekerjaan apa?

God : pekerjaanku. Kau pikir kau bisa melakukannya lebih baik. Jadi ini kesempatanmu, saat kau tinggalkan gedung ini, kau akan kuberkahi kekuasaanku.

Bruce : Baiklah, terserah katamu saja. Tapi itu tak mungkin terjadi. Kau pasti sudah gila.


(62)

Analisis :

Pada kisah Tuhan yang menemui Bruce di film Bruce Almighty ini, menceritakan Tuhan yang memberikan kuasanya pada Bruce karena Tuhan sudah mulai merasa risih dengan semua keluh kesah Bruce. Pria berkulit hitam dan memakai pakaian serba putih ini menyatakan bahwa dirinya Tuhan. Walaupun seharusnya Tuhan adalah sosok yang tidak dapat dideteksi, dilihat, bahkan diraba. Sosok Tuhan yang ada di film ini adalah sosok yang bijaksana dan sangat peduli kepada umatnya. Hal ini terlihat dari alasan mengapa Tuhan memberikan kuasanya yaitu agar Bruce sadar bahwa pekerjaan Tuhan tidaklah mudah. Tuhan berani mengambil sikap untuk kepentingan umatnya juga.

Dengan intonasi suara yang tenang tapi terlihat tegas, ia ingin menunjukkan keseriusannya dalam mengambil keputusan ini. Pemilihan kata dan intonasi yang tegas merupakan wujud keseriusan dari sikap Tuhan dalam memutuskan keputusannya untuk memberikan kuasanya pada Bruce. Walaupun di awal pertemuannya dengan Bruce penuh dengan canda dengan menyamar sebagai tukang sapu dan tukang listrik. Adanya penggunaan symbol tanda tanya pada dialog diatas menunjukkan adanya kebingungan dan keheranan atas pernyataan-pernyataan yang dikemukakan. Sedangkan untuk penggunaan tanda seru menunjukkan peneguhan, kepastian dan keyakinan atas apa yang diucapkan.


(63)

b. Penggalan scene di permukaan laut

Visual : Eksternal. Berjalan di permukaan laut – Siang

( Medium Shot ) Tuhan dan Bruce sedang berbincang sambil berjalan di permukaan laut. Karena sebelumnya Bruce buru-buru pergi ketika pertemuan mereka pertama kali di gedung itu sehingga kali ini Tuhan menemuinya lagi.

Gambar 4.8 Tuhan dan Bruce sedang berbincang di permukaan laut.

Dialog :

God : Come, take a close walk with me. Let me explain the rules Bruce : rules??

God : ya, you leave to such a rash and im not got a change to explain. Anyway, here’s the deal. You have all my power. Use manyway you want to used. There only 2 rules. You cant tell anybody that you God. Believe me, you don’t wanna get their attention and you can’t makes a free will


(64)

Bruce : can I ask why?

God : yes, you can. That’s the beauty on. Bruce : this is amazing

God : yes, sure. See you around kids Bruce : where are you going?

God : im take a vacation

Bruce : God haven’t vacation, does he?

God : Have you ever hear a dark ages? Beside some covered. You can cleared everything in 5 minute if you want to, right? Bye

Dalam bahasa Indonesia :

God : Ayo, kita berjalan-jalan. Aku akan menjelaskan peraturannya Bruce : Peraturan??

God : Ya, kau begitu tergesa-gesa pergi. Aku tak sempat menjelaskannya Begini peraturannya. Kau dapatkan kekuasaanku, gunakan sesukamu. Aku hanya punya dua peraturan. Jangan katakan pada siapapun kau Tuhan. Percayalah, kau tak ingin perhatian mereka dan jangan main-main dengan kehendak pribadi.

Bruce : Aku boleh bertanya kenapa?

God : Ya!! Boleh saja!! Itulah keindahannya. Bruce : ini hebat sekali


(65)

Bruce : kau mau kemana? God : aku akan berlibur

Bruce : Tuhan tak libur. Benar, bukan? Benarkan, Tuhan?

God : kau pernah mendengar jaman kegelapan? Lagipula sudah ada yang menggantikan aku. Kau dapat selesaikan semua dalam 5 menit, ya kan ? sampai jumpa.

Analisis :

Pada penggalan scene ini, Tuhan kembali mengajak Bruce bertemu malahan Bruce diajak berjalan-jalan di lautan. Di pertemuan antara Tuhan dan Bruce sebelumnya, Tuhan belum sempat menjelaskan peraturan-peraturan yang harus di jalankan oleh bruce dalam memanfaatkan kekuatannya. Peraturan yang pertama ialah jangan sampai siapapun tahu bahwa kau adalah Tuhan. Hal ini dikarenakan akan dapat menarik perhatian banyak orang. Sedangkan peraturan yang kedua ialah bruce tidak boleh bermain-main dengan kehendak pribadi. Kehendak pribadi disini maksudnya bruce tidak dapat menggunakan kekuatannya untuk mengubah perasaan seseorang.

Kita dapat melihat dari dialog diatas menunjukkan bahwa walaupun Tuhan memberikan kuasanya pada Bruce tapi tetap saja ada aturan-aturan yang harus ditaati. Disemua kebebasan harus tetap ada aturan-aturan yang harus berlaku. Bahasa yang digunakan dalam penggalan scene ini adalah bahasa yang sudah cukup baku. Menggunakan bahasa sehari-hari yang biasa digunakan. Pemilihan bahasa disesuaikan dengan usia tokoh dan karakteristik mereka.


(66)

c. Penggalan scene Tuhan merangkul Bruce

Visual : Internal. Lokasi tidak diketahui

( Long Shot ) Tuhan bersama Bruce sedang berada disuatu tempat yang lokasinya tidak ada penjelasan apapun di film ini. Adegan ini terjadi setelah bruce merasa gagal karena tidak dapat mengatur semuanya dengan benar, ia pun putus asa dan akhirnya tertabrak sebuah Truk, kemudian ia berada ditempat ini dan bertemu Tuhan lagi. Disini Tuhan merangkulnya dan memberikan nasehat.

Gambar 4.9 Tuhan merangkul Bruce dan menasehatinya.

Dialog :

Bruce : am i…?

God : you can’t hill down in the middle of high way and talk about it son Bruce : but why? Why now?


(67)

God : Bruce, you have define scar. You have a give to bring joy and laugh to the world. I know. I created you

Bruce : stop talking

God : see, that’s what I am talking. That’s the scar Bruce : what should I do?

God : I want you to pray, son. Go ahead

Bruce : Lord, feed the hungry and bring peace to all of man kind. How was that?

God : great, if you want to be miss America. Oh, come on. What are you really care about?

Bruce : Grace

God : go ahead. Do you want she back?

Bruce : no, I wanna her be happy. No matter what it mean. I wanna she find someone which care of her full of love which she didn’t get from me. I wanna she meet someone who care always as I do now throught your eyes.

God : Good, that’s the pray Bruce : oh, ya?


(68)

Dalam bahasa Indonesia :

Bruce : Apakah aku …..

God : kau ingin berlutut dijalan tol dan hidup untuk membicarakannya? Bruce : Tapi kenapa? Kenapa sekarang?

God : Bruce, kau memiliki bakat yang hebat. Kau berbakat membawa kebahagiaan dan tawa pada dunia. Aku tahu karena aku yang menciptakanmu.

Bruce : Berhentilah menyombongkan diri.

God : Benar, bukan? Itulah maksudku. Bakat itu. Bruce : Apa yang harus kulakukan ?

God : Aku memintamu berdoa, nak. Silakan

Bruce : Tuhan, tolong beri makan orang-orang yang kelaparan. Dan berikan perdamaian untuk seluruh umat manusia. Bagaimana?

God : Bagus. Kalau kau ingin menjadi Miss America. Ayolah, apa yang paling kau sayangi?

Bruce : Grace

God : Teruskan, nak. Apakah kau ingin dia kembali ?

Bruce : Tidak, aku ingin dia bahagia. Apapun artinya. Aku ingin dia menemukan seseorang yang bisa memperlakukannya penuh cinta yang harusnya dulu ia dapat dariku. Aku ingin ia bertemu seseorang yang selalu menjaganya seperti yang kulakukan sekarang melalui mata-Mu.


(1)

Gambar 4.16 Rumah Bruce

Pada gambar di atas menunjukkan setting ruang tamu di rumah Bruce, tampak Bruce sedang menangis dan bersedih karena merasa kecewa ditinggal oleh Grace kekasihnya. Pencahayaan yang temaram (kurang terang) memperkuat mood atau atmosfer set dari tokoh Tuhan dan Bruce. Cahaya yang temaram dapat menguatkan kondisi Tuhan yang prihatin melihat keadaan Bruce yang sedang bersedih. Kondisi yang seperti ini dapat menguatkan nuansa yang lebih dramatic dalam sebuah adegan.

4.2.3 Level Ideologi

Analisis yang dilakukan pada level ideology ini dilakukan secara keseluruhan, namun tetap berpedoman pada tanda dan symbol yang tampak. Makna ideology berdasarkan konsep yang netral nilai adalah sebuah sistem norma, nilai, keyakinan yang mengarahkan sikap dan aksi sosial dan politik suatu kelompok, suatu kelas, atau suatu masyarakat secara keseluruhan.


(2)

68

Menurut Rossi Landi dengan menggunakan sistem tanda inilah ideology ditransmisikan dan dengan bercermin padasistem tanda inilah kita bisa menghilangkan mitos ideology-ideologi tersebut dalam mekanisme internalnya. Menurut Gianetti menjelaskan ideology dalam sebuah film sebagai bentuk nilai-nilai yang tersirat dalam setiap hasil atau produk buatan manusia termasuk didalam pembuatan sebuah film. Setiap film menyajikan kepada kita model-model peran, nilai-nilai moral, berdasarkan rasa kebenaran dan kesalahan menurut si pembuat film tersebut. Pada level ideology, pemaknaan atas symbol-simbol tersebut dihubungkan dengan kesetaraan gender yang dipahami melalui konsep kesetaraan gender dalam sudut pandang ras.

Menurut fiske, ketika kita melakukan penelitian tidak bisa dihindari kemungkinan menggunakan ideology. Sedangkan menurut peneliti ideology yang berusaha ditampilkan dalam film Bruce Almighty adalah ideology Ras. Adapun ideology ras yang dimunculkan dalam film ini digambarkan dalam tokoh Tuhan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil dari analisis dalam penelitian ini adalah diperolehnya bebrapa kesimpulan, antara lain:

1. Penulis menemukan makna-makna dari penggambaran parodi Tuhan. Seperti dari mulai kostum yang dikenakan serba putih menandakan bahwa Tuhan itu sempurna, banyak orang yang mengaguminya karena sifat anggunnya, moralnya yang teramat tinggi, tidak pernah angkuh dan senang menolong siapapun yang membutuhkan bantuan. Warna putih juga dapat manandakan kesucian. Adanya kumis dan jenggotpun menambahkan penampilan Tuhan sebagai sosok yang bijaksana dan berstatus tinggi.

2. Dilihat dari percakapan antara Tuhan dan Bruce, cara dia berbicara, intonasi suaranya yang tenang tetapi tegas dapat menunjukkan bahwa Tuhan sosok yang tegas, ia selalu serius dalam setiap perkataan dan keputusannya.

3. Penggunaan Teknik kamera Long shot dalam dilihat bagaimana Tuhan dalam membawakan diri dan cara dia berinteraksi dengan umatnya. Extreme Long shot pun disini digunakan agar dapat dilihat bagaimana Tuhan menunjukkan kekuatannya seperti dengan berjalan kaki di permukaan laut dan berdiri diatas puncak Gunung Everest.

4. Unsur pencahayaan pun tak lepas dari analisis peneliti, sedari mulai pencahayaan yang terang karena adanya sentuhan warna putih menandakan


(4)

68

kesucian, kemurnian dan kepolosan sampai pencahayaan yang temaram (kurang terang), pencahayaan seperti ini dapat memperkuat mood atau atmosfir set dari Tuhan.

5. Dari film ini penulis menangkap adanya penjelasan bahwa sebenarnya tugas Tuhan itu tidaklah mudah dalam mengatur dunia. Semua yang terjadi untuk umatnya pasti ada hikmah dibaliknya termasuk apa yang terjadi pada Bruce.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap film Bruce Almighty, diperoleh beberapa kesimpulan. Namun disadari bahwa kesimpulan yang didapat tersebut tidak lepas dari penilaian subjektif penulis. Oleh karena itu diberikan pula beberapa saran baik bagi penulis, masyarakat maupun bagi peneliti selanjutnya. Beberapa saran tersebut antara lain :

1. Bahwa isi dari film Bruce Almighty ini hanyalah gambaran kehidupan yang belum tentu terjadi dalam masyarakat. Meski ini hanya sebuah film, setidaknya masyarakat dapat memetik adanya pengetahuan dan pesan, baik positif dan negatif dari film tersebut.

2. Peneliti juga menyadari masih banyak kekurangan yang terjadi dalam penelitian analisis penokohan ini. Karenanya disarankan bagi peneliti selanjutnya, agar bisa memperbaiki untuk penelitian selanjutnya, dengan melakukan kajian literatur serta analisis yang lebih mendalam.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Badudu, J.S. dan Sutan Muhammad Zein, 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Barker, Chris, 2004. Cultural Studies Teori & Praktek, Yogyakarta: Penerbit Kreasi Wacana.

John, Fiske, 2006. Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra. Liliweri, Alo, 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta:

Penerbit LKis.

McQuail, Denis, 1987. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Onong, Uchjana Effendy, 2000. Ilmu, Teori dan Dilsafat Komunikasi, Edisi Kedua, Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.

Sobur, Alex, 2004. Semiotika Komunikasi, Bandung: Penerbit Rosida Karya. Sobur, Alex, 2006. Analisis Teks Media Suatu Pengantar, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Non buku :

http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg00527.html diakses pada tanggal 19 November 2009 pukul 13.18

www.hab.gov.hk/file_manager/en/document diakses pada tanggal 18 November 2009 pukul 20.09

http://dunia.vivanews.com/news/read/36280-as_sahkan_uu_anti_diskriminasi diakses pada tanggal 18 November 2009 pukul 20.53

http://muaramata.wordpress.com/2008/09/ diakses pada tanggal 03November 2009 pukul 19:58

http://swaramuslim.net/weblog.php?id=C8_17_1 diakses pada 03 November 2009 pukul 20:05

http://www.independent.co.uk/arts-entertainment/films/reviews/bruce

almighty-542395.html diakses pada 02 November 2009 pukul 20:32 http://media.isnet.org/islam/Tauhid1/Tuhan.html diakses pada 20 Desember 2009

pukul 11.24

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/skripsi-lainnya/analisis-semiotik-makna-nasionalisme-pada-film diakses pada 20 Desember 2009 pukul 12.19

http://www.indomedia.com/sripo/ diakses pada 23 Februari 2010 pukul 11.45 www.mail-archive.com diakses pada 23 Februari 2010 pukul 11.55


(6)

  72