Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Komponen Pembelajaran kontekstual CTL

23 Pembelajaran kontekstual Contextual Teacbing and learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari- hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni : konstruktivisme constructivism, bertanya Questioning, menemukan Inquiry, masyarakat belajar Learning Community, pemodelan Modeling, dan penilaian sebenarnya Authentic assessment. Nurhadi2002: 5

b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Menurut Muslich 2007:42 Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1 Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks otentik, yaitu pembelajaran diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau alamiah learning in real life setting. 2 Pembelajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna meaningful learning 3 Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna pada siswa learning by doing 4 Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengkoreksi antar teman learning in a group 24 5 Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, kerja sama, dan saling memahami antar satu dengan yang lain secara mendalam learning to know each other deeply 6 Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama learning to ask, to inquiry, to work together 7 Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan learning as an enjoy activity Secara lebih sederhana Nurhadi 2002 mendeskripsikan karakteristik pembelajaran kontekstual dengan cara mendekatkan sepuluh kata kunci, yaitu : ‐ Kerja sama, ‐ Saling menunjang, ‐ Menyenangkan, tidak membosankan, ‐ Belajar dengan gairah, ‐ Pembelajaran terintegrasi, ‐ Menggunakan berbagai sumber, ‐ Siswa aktif, ‐ Sharring dengan teman, ‐ Siswa kritis, dan ‐ Guru kreatif. 25

c. Komponen Pembelajaran kontekstual CTL

1. Konstruktivisme. Komponen ini merupakan landasan filosofis pendekatan CTL. Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang harus dipraktikannya. Manusia harus mengkonstruksikannya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya Muslich, 2007:44. 2. Bertanya questioning. Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus untuk mengetahui perkembangan berpikir anak Muslich, 2007:44. 26 3. Menemukan inquiry Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya Muslich, 2007:45. 4. Mayarakat belajar learning community. Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Oleh karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam diskusi kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah yang bervariasi, sangat mendukung komponen ini Muslich, 2007:46. 5. Pemodelan modeling. Komponen ini menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang ditiru oleh siswa. Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh, misalnya tentang cara mengoperasikan sesuatu, menunjukan hasil karya. Cara Pembelajaran semacam 27 ini akan lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukan modelnya atau contohnya Muslich, 2007:46. 6. Refleksi reflection. Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas apa yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari, menelaah dan merespon semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahakan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini penting ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka pada pengetahuan-pengetahuan baru Muslich, 2007:47. 7. Penilaian otentik authentic assessment . Merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan belajar siswa. Penilaian otentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran Muslich, 2007:47.

d. Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 01 SUKAAGUNG BARAT KECAMATAN BULOK

0 4 42

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA ( KONSEP PESAWAT SEDERHANA ) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SDN 01 WIDODAREN TAHUN PELAJARAN 2009 2010

2 31 92

PENERAPAN METODE CTL UNTUK MENINGKATKAN MINATBELAJAR IPA TENTANG GAYA PADA SISWA KELAS V Penerapan Metode Ctl Untuk Meningkatkan Minat Belajar Ipa Tentang Gaya Pada Siswa Kelas V Sdn Mintomulyo Kecamatan Juwana Pati Tahun 2014/2015.

0 3 16

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUALUNTUK Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Ipa Pada Siswa Kelas III SDN 3 Bero Tahun 2012/2013.

0 1 13

PENDAHULUAN Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Ipa Pada Siswa Kelas III SDN 3 Bero Tahun 2012/2013.

0 1 5

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUKMENINGKATKAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Ipa Pada Siswa Kelas III SDN 3 Bero Tahun 2012/2013.

0 0 14

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA MATERI JENIS-JENIS TANAH DI KELAS V.

0 0 51

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN PAMINGGIR V KECAMATAN GARUT KOTA KABUPATEN GARUT

0 0 6

(ABSTRAK) Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SDN 01 Sumurbanger 01 Kabupaten Batang.

0 1 1

PENERAPAN METODE CIRCUIT LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 01 SANTONG TAHUN PELAJARAN 2013/2014. - Repository UNRAM

0 0 10