Akta di bawah tangan adalah suatu surat yang ditandatangani dan dibuat dengan maksud untuk dijadikan bukti dari suatu peristiwa atau peristiwa hukum. Akta di
bawah tangan tidak dibuat di hadapan pejabat umum. Akta di bawah tangan tidak mempunyai kekuatan bukti sempurna seperti akta otentik, kecuali apabila pihak-pihak
yang bersangkutan mengakuinya mengenai tanggal dan penandatanganan serta isi akta itu.
c. Surat lain bukan akta Hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara tidak mengatur mengenai surat-surat
lainnya bukan bersifat akta otentik maupun akta di bawah tangan, demikian juga dalam ordonansi Staatsblad 1867 serta dalam KUHPer, sehingga menimbulkan
persoalan seberapa jauh kekuatan pembuktian surat-surat lain tersebut yang tidak ada penandatanganan, tidak diberi penanggalan dagtekening, serta tidak dikuatkan
legalisasi oleh pejabat umum mengenai kekuatan sebagai alat bukti.
7
5. Keterangan Ahli dan Keterangan Saksi
A. Keterangan Ahli Di dalam undang-undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, Pasal 102 dijelaskan, bahwa keterangan ahli adalah pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam persidangan tentang hal yang ia ketahui menurut
pengalaman dan pengetahuannya. Termasuk keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh juru taksir.
8
Kehadiran seorang ahli di persidangan adalah atas permintaan kedua belah pihak atau atau salah satu pihak atau karena jabatannya.
Hakim ketyua dsidang dapat menunjuk beberapa orang ahlui untuk memberikan keterangan baik dengan surat maupun tulisan, yang dikuatkan dengan sumpah atau
janji menurut kebenaran sepanjang pengetahuan da pengalamannya Pasal 103 UPTUN.
Keterangan ahli diperlukan untuk menambah keyakinan hakim mengenai suatu persoalan di bidang tertentu, yang memang hanya biusa dijelaskan oleh ahli di bidang
7
Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara dan UU PTUN 2004, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005, hlm. 84-87.
8
C.S.T. Kansil, Hukum Acara Peradilan Tata Usah Negara, Jakarta: Pradnya Paramita, 2008, hlm. 59.
Pembuktian Hukum Acara TUN | 14
yang bersangkutan, unmpamanya ahli di biadang perbankan, ahli di bidang komputer, dan ahli balistik. Dalam hal ini keterangan juru taksir daapapt digolongkan sebagai
keterangan ahli. Tetapi mereka yang tidak dapat didnganr sebagi saksi Pasal 88 UPTUN dalam perkara itu, juga tidak dapat diangkat sebagai ahli.
B. Keterangan saksi Saksi adalah orang yagn memnerikan keterangan di muka sidang dengan
memenuhi syarat-syarat tertentu, tentang suatu peristiwa atau keadaan yang ia lihat, dengan dan ia alami sendiri, sebagai bukti terjadinya peristiwa atau keadaan tersebut.
Setiap orang pada prinsipnya wajib untuk memberikan kesaksian apabila dibutuhkan oleh pengadilan, tetrapi tidak semua orang dapat menjadi saksi. Ada
beberoapa sakasi yang dilaran gatau tidak diperbolehkan didenganr keterangannya sebagi saksi sebagaimana sdiatur dlam pasal 88 UPTUN sebagaii berikut:.
1. Keluarga sedarah atua semenda menurut garis keturunan lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat kedua dari salah satu yagn bersengketa.
2. Isteri atau suami salah satu pihak yang bersangkutan meskipun sudah bercerai. 3. Anaka yang belum berusia tujuh belas tahun.
4. Orang sakit ingatan Ada beberapa orang yang meskipun berhak menajdi saksi tertapi berhak pula
mengundurkan diri sebagai saksi Pasal 89 UPTUN, yaitu: 1. Saudara laki-laki dan perempuan, ipar laki-laki dan perempuan salah satu pihak.
2. Setiap orang yang karena martabat, pekerjaan atau jabatannya diwajibkan merahasiakan segala sesuatu yang berhubugnan dengan hal itu.
Adakalanya, orang yagn dijadikan saksi itu tidak mengerti bahsa Indonesia, hakim daapt menunjuk seseorang yang akan bertindak sebagai penerjemah dan
sebelum melaksanakannya tugasnya ia harus disumpah terlebih dahulu. Dan apabila seoran gsaksi dalam keadaan bisu tuli sdan tidak bisa menulis, maka demi
kepentingan pemeriksaan , hakim menunjuk seseorang yang sudah biasa bergaul dengan saksi sebagai juru bahasa.
Pembuktian Hukum Acara TUN | 15
Sebelum melaksanajan tugasnya, ia wajib mengucapokan sumpah atau janji menurut agama dan kepercayaannya. Adapun apabila yang dipanggila sebagai saksi
adalah pejabat TUN, maka pejabat tersebut tidak boleh mewakili orang lain, ia wajib datang sendiri ke persidangan.
Sehubungan degna uraian di atas, terdaapt perbedaan antara keterangan saksi dan keteranbgan ahli. Perbedaan tresebut ditunjuk pada tabel berikut.
Perbedaan keterangnan saksi dan keterangna ahli
Keteraangan Saksi Keterangan Ahli
1. Seseorang beberapa saksi dipanggil ke muka pengadilan
untuk mengemukakan keterangn tentang hal-hal yang ia lihat,
denganr atau dialami sendiri. 2. Keterangan saksi harus lisan, bila
tertulis maka jadi alat bukti tertulis.
3. Kedudukan ssaksi tidak boleh diganti degnan saksi lain kecuali
sanma-sam melihat, mendengar, dan menyaksikan peristiwa itu.
1. Seseorang beberapa saksi ahli dipanggil ke muka pengadilan
untuk mengemukakan keterangan berdasarkan keahliannya terhadap
suatu peristiwa. 2. Keterangan saksi ahli bisa secara
lisan ataupun tertulis. 3. Kedudukan seorang ahli dapat
diganti dengan yagn lain yagn sesuai dengan keahliannya.
6. Pengakuan Para Pihak dan Pengetahuan Hakim