Karakteristik Pohon TINJAUAN PUSTAKA

berbentuk bulir dengan panjang 7-10 cm yang selalu berpasangan, dengan panjang tangkai bunga 5-8 mm. Bunga terdiri dari 5 lima helai daun mahkota yang berukuran 1,7-2 mm, merupakan bunga biseksual dengan ukuran bunga yang kecil dan berwarna kuning emas serta wangi. Sedangkan daun kelopak bunga berbentuk bulat berukuran 0,7-1 mm serta memiliki benang sari yang banyak dengan ukuran 3 mm, ruang bakal buah diselaputi banyak rambut-rambut pendek dan halus. Buahnya kering, dengan panjang 6,5 cm dan 1-2,5 cm, berkayu, berwarna coklat, dan tepinya bergelombang, awalnya lurus namun ketika buahnya semakin tua akan terpuntir berbentuk spiral yang tidak teratur. Biji berbentuk bulat telur hingga elips, berukuran panjang 4-6 mm dan lebar 3-4 mm, berwarna hitam mengkilap, keras, tangkai biji panjang berwarna kuning atau merah. Acacia auriculiformis bahkan dapat tumbuh pada kondisi yang sangat jelek di daerah tropis. Pertumbuhan awalnya tinggi, mampu memproduksi nitrogen, toleran terhadap tanah yang tidak subur, asam, basa bergaram atau tergenang, musim kering, dan sangat cocok untuk rehabilitasi lahan kritis. Mampu bersaing dengan alang-alang Imperata cylindrica dan mengurangi rumput yang menutupi seluruh permukaan lahan. Kayunya sangat baik untuk kayu bakar, arang, pulp dan konstruksi ringan Joker, 2001. 2. Karet Hevea brasiliensis Tanaman karet Hevea brasiliensis merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Pohon dewasa dapat mencapai tinggi antara 15-30 m dengan perakaran yang cukup kuat. Akar tunggangnya dalam dengan akar cabang yang kokoh. Pohonnya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Batangnya mengeluarkan getah yang sering disebut lateks. Lateks inilah yang nantinya menjadi bahan baku karet, selain itu kayu tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai kayu pertukangan dan kulitnya bernilai komersil karena mengandung tanin yang digunakan sebagai zat pewarna batik maupun soga Setiawan, 2000. Selanjutnya Setiawan 2000 menyatakan bahwa, karet memiliki daun berwarna hijau yang ditopang oleh tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama antara 3-20 cm, sedangkan tangkai anak daunnya antara 3-10 cm. Menurut Asian Pulp and Paper APP, 2008, dalam Wikipedia.org, 2010, pada umumnya terdapat tiga anak daun yang berada pada sehelai daun karet, dengan bentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah dengan ukuran biji besar dengan kulit keras, warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Akar tanaman karet merupakan akar tunggang, sehingga mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, kekurangan air dan musim kemarau Bina-ukm.com, 2010. Hal ini juga dijelaskan oleh Setiawan 2000, pada musim kemarau pohon karet menggugurkan daunnya yang didahului dengan perubahan warna daun menjadi kuning atau merah. Sistem perakaran yang ekstensif atau menyebar cukup luas membuat tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan lahan yang tidak produktif. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman karet sebagaimana disebutkan oleh Setiawan 2000, yaitu antara 6-700 m dari permukaan laut. Selain itu, tanaman karet cocok pada daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi, antara 2.000-2.500 mm per tahun. Sedangkan suhu harian yang cocok untuk tanaman karet berkisar antara 25-30° C. Selain itu, Setiawan 2000 juga memaparkan, tanaman karet memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap kesuburan tanah. Tanaman ini tidak menuntut kesuburan tanah yang terlalu tinggi dan masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 3,5-7,5. meskipun demikian, tanaman karet akan berproduksi maksimal pada tanah yang subur dengan pH antara 5-6. Keadaan daerah di Indonesia yang cocok untuk pertanaman karet adalah wilayah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sebab iklimnya lebih basah Bina-ukm.com, 2010. 3. Kerai payung Filicium decipiens Merupakan jenis pohon yang baik ditanam di wilayah perkotaan, daunnya mampu mengurangi konsentrasi Pb yang terdapat di udara bebas Nasrullah, 2008. Selain itu bentuk tajuk dari pohon ini cukup indah, percabangan tidak mudah patah, dan memiliki batang yang kuat. Kerai payung juga memiliki daun yang berbentuk sirip memanjang dan bergelombang, berjarak rapat, dan terdapat seperti daun yang menghubungkan anak daun satu dengan lainnya. Namanya yang unik berasal dari tajuk tanaman yang membulat menyerupai payung. Kerai payung atau dalam bahasa ilmiah Filicium decipiens banyak dipakai sebagai pohon peneduh di halaman rumah atau di taman. Pada bulan tertentu antara Maret-Mei, kerai payung mengeluarkan bunga berwarna putih. Habitat asli kerai payung adalah di daerah beriklim tropis dan sub tropis dengan cahaya matahari yang cukup sepanjang tahun Nasrullah, 2008.

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Arboretum Universitas Lampung pada bulan Mei sampai Juni 2010.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ombrometer tipe manual, tambang karet, lem silikon, plat seng, kantong plastik, paku, tali rafia, christen hypsometer, pita ukur meteran, penggaris, stopwatch, gelas ukur dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon akasia, karet, dan kerai payung.

C. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: 1. Tahap persiapan, meliputi kegiatan studi pustaka, observasi lapang menentukan pohon yang akan diteliti, dan penyediaan serta pemasangan alat pengukur curah hujan, aliran batang steam flow dan lolosan tajuk through fall. 2. Tahap pelaksanaan pengamatan, meliputi kegiatan pengambilan data yang telah ditentukan, yaitu aliran batang steam flow, lolosan tajuk through fall, intersepsi interception, tinggi dan diameter pohon, serta luas tajuk pohon. 3. Tahap pengolahan data.

D. Metode Penelitian 1. Rancangan Percobaan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak atau Randomized Complete Block Design RCBD yang terdiri dari 3 tiga perlakuan, yaitu jenis pohon akasia, karet, dan kerai payung. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak sembilan kali, sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Pengamatan aliran batang dan lolosan tajuk dilakukan selama lima hari hujan. Sedangkan penentuan pohon sampel didasarkan pada kondisi tajuk pohon sampel tidak saling tumpang tindih dengan tajuk pohon lainnya overlap.