Pengumpulan Data Metode Penelitian 1. Rancangan Percobaan

b. Aliran Batang Steam Flow Aliran batang dikumpulkan dengan menggunakan tambang karet yang dililitkan dari atas ke bawah mengelilingi batang pohon sampel dan salah satu ujung lebih rendah di bagian bawah, hal ini dilakukan untuk memperlancar aliran air menuju kantung plastik di ujung tambang karet. Pada ujung tambang yang lebih rendah ujung bagian bawah dipasang plat seng untuk membantu air mengalir menuju ke kantung plastik. Batas tinggi lilitan dari permukaan tanah disesuaikan agar kantung plastik tidak dalam posisi menggantung, hal ini untuk mengantisipasi kerusakan alat apabila volume air yang tertampung cukup besar. Hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan tambang karet untuk aliran batang adalah sudut kemiringan lilitan idelanya adalah 40- 45˚. Bila pemasangan tambang karet terlalu miring atau terlalu datar, maka aliran air tidak akan maksimal menuju alat penampung, hal tersebut dapat menyebabkan aliran air keluar dari lilitan batang. Untuk mengantisipasi lolosnya air aliran batang melalui celah lilitan tambang karet khusus untuk batang yang permukaannya tidak rata, maka ditambahkan lem silikon untuk merekatkan tambang karet dengan permukaan batang pohon. Satuan yang digunakan dalam pengukuran aliran batang adalah mm millimeter. Alat pengukur pengukur aliran batang ditampilkan pada Gambar 2. Gambar 2. Alat pengukur aliran batang steam flow c. Lolosan Tajuk Through Fall Air lolosan tajuk diukur dengan menggunakan ombrometer tipe manual yang terbuat dari kaleng dan diletakkan di bawah tajuk pohon sampel. Jumlah ombrometer untuk setiap sampel pohon adalah lima buah, sedangkan posisi ombrometer akan mengikuti arah dan lebar tajuk pohon sampel. Pemasangan ombrometer untuk mengukur besarnya lolosan tajuk lebih diutamakan pada bagian dalam di bawah tajuk. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan masuknya air hujan dari luar tajuk apabila pemasangan ombrometer terletak pada bagian bawah di ujung tajuk. Satuan yang digunakan dalam pengukuran besarnya lolosan tajuk adalah mm milimeter. Pemasangan alat pengukur air lolosan tajuk ditampilkan pada Gambar 3. Gambar 3. Alat pengukur lolosan tajuk through fall dengan ombrometer tipe manual d. Intersepsi Menurut Lee 1990, intersepsi atau intersepsi tajuk I c tidak bisa langsung diukur di lapangan, maka intersepsi dapat diperkirakan dari pengukuran curah hujan P, aliran batang T, dan lolosan tajuk S. Secara kuantitatif intersepsi dapat diukur dengan persamaan berikut: I c = P – T – S Keterangan : I c = Interception Intersepsi Tajuk P = Presipitation Curah Hujan T = Through Fall Lolosan Tajuk S = Steam Flow Aliran Batang Dengan demikian, untuk mengetahui besarnya intersepsi tajuk harus diketahui terlebih dahulu besarnya curah hujan, aliran batang, dan lolosan tajuk pohon yang diteliti. e. Tinggi Pohon Tinggi pohon diukur dengan menggunakan christen hypsometer dengan cara membaca skala pada alat tersebut berdasarkan hasil dari pembidikan pangkal dan pucuk pohon secara bersamaan. Sedangkan satuan yang digunakan dalam pengukuran tinggi pohon dan tinggi bebas cabang adalah m meter. f. Diameter Batang Diameter batang diukur dengan menggunakan pita ukur meteran yang dililitkan pada batang pokok pohon sampel dengan ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah diameter setinggi dada atau dbh. Besarnya keliling batang dikonversi untuk mengetahui besarnya diameter batang pohon d = Kπ. Pengukuran ini diperlukan sebagai untuk menganalisa besarnya aliran batang pada suatu pohon, yakni dengan membandingkan besarnya diameter dengan besarnya aliran batang pada suatu jenis pohon. g. Diameter Tajuk Diameter tajuk diukur dengan cara memproyeksikan ujung-ujung tajuk arah barat-timur dan utara-selatan di atas tanah atau diameter tajuk terpanjang dan diameter tajuk terpendek untuk bentuk tajuk yang tidak simetris, panjang rata-rata garis tersebut dianggap sama dengan diameter tajuk. Pengukuran besarnya diameter tajuk dilakukan untuk mengetahui luas tajuk Luas tajuk = πr 2 .

3. Pengolahan Data

a. Rancangan Percobaan Data hasil pengamatan berupa curah hujan, intersepsi, aliran batang, dan lolosan tajuk masing-masing ditata dan ditotal jumlah dan rerata perlakuan dan kelompoknya menurut Tabel 1. Tabel 1. Data pengaruh perlakuan terhadap hasil percobaan Perlakuan Kelompok Total Perlakuan Rerata Perlakuan 1 2 3 … 9 Y i. Akasia Karet Kerai Payung Total Kelompok Y .j Rerata Kelompok Sumber: Steel dan Torrie 1993. Untuk menguji faktor pengaruh perlakuan terhadap keragaman data hasil percobaan, maka data dianalisis dengan analisis ragam. Namun sebelum dilakukan analisis ragam, data terlebih dahulu harus memenuhi kriteria uji asumsi. Uji asumsi tersebut antara lain, uji aditifitas dengan menggunakan uji Tuckey dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett. Dalam penelitian ini, dapat diketahui pengaruh perlakuan pohon akasia, kerai payung dan karet terhadap keragaman data intersepsi, aliran batang, dan lolosan tajuk. Selain itu, dengan melakukan analisis ragam akan diketahui pula nilai koefisien keragaman yang menerangkan seberapa besar kevalidan data. Tabel 2. Analisis ragam pada rancangan acak kelompok menurut uji Fisher Uji F Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel 5 1 Kelompok r-1 JKK KTKKTG Perlakuan t-1 JKP KTPKTG Galat r-1 t-1 JKG - Total rt-1 JKT KK = Keterangan : 1 Koefisien Keragaman KK = x 100 Berdasarkan Tabel 2, akan diketahui nilai KK dari percobaan. Semakin kecil KK berarti derajat ketepatan dan keandalan makin tinggi dan akan makin tinggi pula keabsahan validitas kesimpulan yang diperoleh Hanafiah, 2004. b. Uji Lanjutan Untuk mengetahui bahwa benar terdapat pengaruh curah hujan terbesar terhadap intersepsi, aliran batang, dan lolosan tajuk, maka perlu dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji nilai tengah perlakuan. Berikut ini merupakan rumus umum uji nilai tengah perlakuan menurut Steel dan Torrie 1993: BNT α = t αv . S ƌ Di mana t αv = nilai baku t-student pada taraf uji α dan derajat bebas galat v. S ƌ =