BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Anggaran
Menurut Yuwono 2005:27 mendefinisikan anggaran adalah “suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya
dalam satuan uang perencanaan keuangan untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu organisasi”.
Menurut Mahsun 2006:145 menyebutkan, “anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa depan yang pada umumnya mencakup jangka waktu satu
tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter, dan anggaran ini merupakan perencaan jangka pendek organisasi yang menerjemahkan berbagai program ke
dalam rencana keuangan tahunan yang lebih konkret”. Menurut Anthony dan Govindarajan 2005:73, “anggaran adalah alat
penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi. Suatu anggaran operasi biasanya meliputi waktu satu tahun dan
menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan untuk tahun itu”. Anggaran juga dapat didefenisikan sebagai suatu rencana tindakan plan
of action yang dinyatakan secara kuantitatif mengenai apa yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi perusahaan pada masa yang akan datang yang
berhubungan dengan pendapatan, arus kas, posisi keuangan dan rencana-rencana lainnya yang relevan dengan hal-hal tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan suatu alat penting dalam perencanaan, pengendalian serta penilaian kinerja manajemen
yang dinyatakan dalam suatu ukuran tertentu untuk mencapai tujuan organisasi dalam waktu yang relatif singkat.
2.1.1.1. Karakteristik Anggaran
Menurut Anthony dan Govindarajan 2005:73, anggaran memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
a. Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter mungkin didukung dengan jumlah nonmoneter.
b. Biasanya meliputi waktu selama satu tahun. c. Merupakan komitmen manajemen; manajer setuju untuk menerima
tanggung jawab atas pencapaian tujuan-tujuan anggaran. d. Usulan anggaran ditinjau dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi
wewenangnya dari pembuat anggaran. e. Setelah disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi-kondisi
tertentu.
2.1.1.2. Fungsi Anggaran
Banyak ahli mengemukakan mengenai fungsi dari anggaran. Secara umum anggaran merupakan rencana jangka pendek atau panjang yang disusun oleh
perusahaan. Menurut Supriyono 2000 banyak perusahaan menerapkan sistem anggaran dalam kegiatan operasionalnya karena anggaran memiliki beberapa
fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi Perencanaan Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan jangka pendek dan kesanggupan
manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan program, atau bagian dari program dalam jangka pendek umumnya satu tahun.
2. Fungsi Koordinasi Anggaran berfungsi sebagai alat mengkoordinasikan rencana dan tindakan
berbagai unit atau segmen yang ada dalam organisasi agar dapat bekerja secara selaras kearah pencapaian tujuan.
3. Fungsi Komunikasi Dalam penyusunan anggaran, berbagai unit dan tingkatan organisasi
berkomunikasi dan berperan dalam proses anggaran. Selanjutnya setiap orang yang bertanggung jawab terhadap anggaran harus dinilai mengenai prestasinya
melalui laporan pengendalian produk. 4. Fungsi Motivasi
Anggaran berfungsi sebagai alat memotivasi para pelaksana di dalam melaksanakan tugas-tugas atau mencapai tujuan.
5. Fungsi Pengendalian Anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian, karena anggaran yang
telah disetujui merupakan komitmen dari para pelaksana yang ikut berperan serta dalam penyusunan anggaran tersebut.
6. Fungsi Pendidikan Anggaran berfungsi juga sebagai alat untuk mendidik para manajer mengenai
bagaimana bekerja secara terperinci pada pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinnya dan sekaligus menghubungkan dengan pusat pertanggungjawaban lain didalam organisasi yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Anthony dan Govindarajan 2006 anggaran operasi mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Untuk menyesuaikan rencana strategis 2. Untuk membantu mengkoordinasikan aktivitas dari beberapa bagian
organisasi. 3. Untuk menugaskan tanggung jawab kepada manajer, untuk mengotorisasi
jumlah yang berwenang yang mereka gunakan, dan untuk menginformasikan kepada mereka mengenai kinerja yang diharapkan dari mereka.
4. Untuk memperoleh komitmen yang merupaan dasar untuk mengevaluasi kinerja aktual manajer.
2.1.2. Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran
2.1.2.1. Pengertian Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran
Menurut Robbins 2002:179 ”partisipasi merupakan suatu konsep dimana bawahan ikut terlihat dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu
bersama atasannya”. Partisipasi anggaran memerlukan kerjasama antara seluruh tingkatan organisasi. Manajer puncak biasanya kurang mengetahui bagian sehari-
hari, sehingga harus mengandalkan informasi anggaran yang lebih rinci dari bawahannya. Dari sisi lain, manajer puncak mempunyai perspektif yang lebih luas
atas perusahaan secara keseluruhan yang sangat vital dalam pembuatan anggaran
secara umum.
Partisipasi anggaran merupakan suatu proses yang melibatkan individu- individu secara langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh terhadap
penyusunan tujuan anggaran yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian tujuan anggaran mereka.
Menurut Siegel dan Marconi 1989:139, manfaat dari partisipasi anggaran yaitu :
1. Memacu peningkatan moral dan inisiatif untuk mengembangkan ide dan
informasi pada seluruh tingkat manajemen 2.
Meningkatkan group cohesiveness yang kemudian meningkatkan kerjasama antar individu dalam pencapaian tujuan
3. Terbentuknya group internalization yaitu penyatuan tujuan individu dan
organsiasi 4.
Menghindari tekanan dan kebingungan dalam melaksanakan pekerjaan 5.
Manajer menjadi tanggap pada masalah-masalah sub unit tertentu serta memiliki pemahaman yang lebih baik tentang ketergantungan antar
departemen
Disamping manfaat yang melekat pada partisipasi, tentu saja terdapat keterbatasan. Menurut Hansen dan Mowen 2000:362 ada 3 masalah yang
menjadi kelemahan dalam partisipasi penganggaran antara lain : 1. Pembuatan standar yang terlalu tinggi atau rendah.
2. Slack anggaran, adalah perbedaan antara jumlah sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk menyelesaikan tugas secara efisien dengan
jumlah yang diajukan oleh manajer yang bersangkutan untuk mengerjakan tugas yang sama.
3. Partisipasi Semu, yang mempunyai arti bahwa perusahaan menggunakan partisipasi penganggaran padahal sebenarnya tidak. Dalam hal ini bawahan
terpaksa menyatakan persetujuan terhadap keputusan yang akan diterapkan karena perusahaan membutuhkan persetujuan mereka.
2.1.3. Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi diartikan juga sebagai suatu kekuatan sumber daya
yang menggerakkan dan mengendalikan perilaku manusia. Motivasi sebagai upaya yang dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk mengambil
suatu tindakan yang dikehendaki, sedangkan motif sebagai daya gerak seseorang untuk berbuat. Karena perilaku seseorang cenderung berorientasi pada tujuan dan
didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Berbagai hal yang terkandung dalam definisi motivasi menurut Siagian
1995:142 memiliki tiga komponen utama, yaitu : 1. Kebutuhan.
Kebutuhan timbul dalam diri seseorang apabila orang tersebut merasa ada kekurangan dari dalam dirinya. Menurut pengertian homeostatik, kebutuhan
timbul atau diciptakan apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki, baik dalam arti fisiologis maupun psikologis.
2. Dorongan Usaha untuk mengatasi ketidakseimbangan biasanya menimbulkan dorongan.
Hal tersebut merupakan usaha pemenuhan kekurangan secara terarah yang berorientasi pada tindakan tertentu yang secara sadar dilakukan oleh seseorang
yang dapat bersumber dari dalam maupun dari luar diri orang tersebut. 3. Tujuan
Tujuan, adalah segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan. Mencapai tujuan, berarti mengembalikan keseimbangan dalam diri
seseorang, baik bersifat fisiologis maupun bersifat psikologis. Tercapainya tujuan akan mengurangi atau bahkan menghilangkan dorongan tertentu untuk
berbuat sesuatu.
2.1.3.1. Faktor-faktor Motivasi Kerja
Motivasi timbul karena dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri manusia dan faktor dari luar diri manusia. Faktor dalam diri manusia berupa sikap,
pendidikan, kepribadian, pengetahuan, dan cita-cita. Sedangkan faktor luar dari diri manusia berupa gaya kepemimpinan atasan, dorongan dan perkembangan
situasi Wursanto, 2000:131. Hellriegel dan Slocum sebagaimana dikutip Sujak 1990:249
mengklasifikasikan tiga faktor utama yang mempengaruhi motivasi meliputi 1 perbedaan karakteristik individu, 2 perbedaan karakteristik pekerjaan, dan 3
perbedaan karakteristik lingkungan kerja atau organisasi. Karakteristik individu yang berbeda jenis kebutuhan, sikap dan minat menimbulkan motivasi yang
bervariasi, misalnya pegawai yang mempunyai motivasi untuk mendapatkan uang
sebanyak-banyaknya akan bekerja keras dengan resiko tinggi dibanding dengan pegawai yang mempunyai motivasi keselamatan, dan akan berbeda pada pegawai
yang bermotivasi untuk memperoleh prestasi. Setiap pekerjaan yang berbeda membutuhkan persyaratan keterampilan, identitas tugas, signifikansi tugas,
otonomi dan tipe-tipe penilaian yang berbeda pula. Perbedaan karakteristik yang melekat pada pekerjaan itu membutuhkan pengorganisasian dan penempatan
orang secara tepat sesuai dengan kesiapan masing-masing pegawai. Menurut teori situasi kerja Stoner dan Freeman 1994, situasi kerja yang
dapat mempengaruhi motivasi kerja, yaitu : 1 Kebijakan perusahaan, seperti skala upah dan tunjangan pegawai cuff,
pensiun dan tunjangan-tunjangan, umumnya mempunyai dampak kecil terhadap prestasi individu. Namun kebijaksanaan
ini benar-benar mempengaruhi keinginan karyawan untuk tetap bergabung dengan atau
meninggalkan organisasi yang bersangkutan dan kemampuan organisasi menarik karyawan baru.
2 Sistem balas jasa atau sistem imbalan, kenaikan gaji, bonus, dan promosi dapat menjadi motivator yang kuat bagi prestasi seseorang jika dikelola secara
efektif. Upah harus dikaitkan dengan peningkatan prestasi sehingga jelas mengapa upah tersebut diberikan, dan upah harus dilihat sebagai sesuatu yang
adil oleh orang-orang lain dalam kelompok kerja, sehingga mereka tidak akan merasa dengki dan membalas dendam.
3 Kultur organisasi, meliputi norma, nilai, dan keyakinan bersama anggotanya meningkatkan atau menurunkan prestasi individu. Kultur yang membantu
pengembangan rasa hormat kepada karyawan, yang melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan dan yang memberi mereka otonomi dalam
merencakan dan melaksanakan tugas mendorong prestasi yang lebih baik dari pada kultur yang dingin, acuh tak acuh, dan sangat ketat.
2.1.3.2. Jenis Motivasi
Atas dasar asal dorongan, motivasi dapat dibedakan menjadi dua Ismail dan Prawironegoro, 2009 : 41 yaitu :
1 Intrinsic motivation, yaitu motivasi yang dorongannya berupa faktor-faktor yang berasal dari dalam dirinya. Faktor-faktor intrinsik dalam diri seseorang
itu adalah nilai-nilai hidup yang dihayati dengan sepenuh jiwa. Misalnya hidup untuk bekerja, bekerja adalah dalam rangka ibadah, atau bekerja adalah
jati diri, sikap hidup pantang menyerah dan lain sebagainya. 2 Extrinsic motivation, yaitu motivasi yang dorongannya berupa faktor-faktor
dari luar diri. Faktor pendorong yang berasal dari luar diri manusia misalnya harapan akan karir, gaji, bonus dan penghargaan masyarakat.
Tingkatan motivasi kerja seseorang akan berbeda satu dengan lainnya tergantung seberapa tinggi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal dapat
mempengaruhi perilakunya. Namun peningkatan motivasi dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan motivasi dalam rangka penyegaran dan penyadaran kembali
arti penting untuk apa seseorang bekerja. Karyawan dengan motivasi tinggi akan lebih mudah diajak bersama-sama mencapai tujuan perusahaan. Maka menjadi
kewajiban manajemen untuk menjaga motivasi berprestasi karyawan dan para manajer.
2.1.4. Komitmen Organisasi
Organisasi sering dipahami sebagai suatu kelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama dengan cara yang terstruktur untuk mencapai tujuan
atau sejumlah sasaran tertentu yang telah ditetapkan. Organisasi sektor publik merupakan sebuah entitas ekonomi yang memiliki keunikan tersendiri. Disebut
sebagai entitas ekonomi karena memiliki sumber daya ekonomi yang tidak kecil, bahkan dapat dikatakan sangat besar. Organisasi sektor publik juga melakukan
transaksi-transaksi ekonomi dan keuangan. Berdasarkan Kepmendagri 13 tahun 2006 organisasi adalah unsur pemerintahan daerah yang terdiri dari DPRD, kepala
daerahwakil kepala daerah dan satuan kerja perangkat daerah. Menurut Griffin, komitmen organisasi adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seseorang
individu mengenal dan terikat pada organisasinya. Seorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota
sejati organisasi. Komitmen organisasi yang kuat ataupun tinggi akan mendorong seorang individu untuk berusaha mencapai tujuan organisasi serta juga
meningkatkan kinerja yang tinggi. Menurut Fred Luthans 2006: 249, komitmen organisasi didefinisikan
sebagai “suatu keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi, keyakinan
tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi”. Seorang individu yang ingin menetap dalam organisasi karena keinginannya sendiri, memiliki keinginan
menggunakan usaha agar sesuai dengan tujuan organisasi. Pada aparat pemerintah daerah, seorang inidividu yang memiliki komitmen organisasi yang
tinggi maka dapat menggunakan informasi yang dimiliki untuk menyusun anggaran sehingga dapat mencapai target ataupun tujuan anggaran yang telah
ditetapkan oleh organisasi tersebut.
2.1.5. Kinerja Karyawan PT. Perkebunan Nusantara IV Persero di Tinjowan Kec. Ujung Padang, Kab. Simalungun
PT. Perkebunan Nusantara IV Persero yang berada di Kabupaten Simalungun, Sumatera utara. Bergerak dibidang usaha perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak CPO dan inti PK. Pada mulanya Perkebunan Nusantara IV Persero di Tinjowan ini adalah
milik swasta asing NV, HVA Handle Veroniging Amsterdam dari Negeri Belanda, komoditinya Budidaya Sisal Agave Sisalana. Tanggal 2 Mei 1959
diambil alih oleh pemerintah berdasarkan peraturan nomor 19 dalam lembaran negara nomor 31 tahun 1959 dengan peralihan status menjadi PPN baru sampai
dengan tahun 1963. Pada tahun 1963 bedasarkan peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1963,
Peusahaaan Perkebunan Negara dibagi menurut wilayah dari PPN Aneka Tanaman Antan I sd XIII sampai dengan tahun 1968.
Tahun 1968 sebagaimana peraturan pemerintah nomor 14 tahun 1968, dalam regrouping perkebunan dari PPN Aneka Tanaman III, IV, PPN Karet IV
dan PPN serat sumut menjadi Perusahaan Negara Perkebunan VII PN. Perkebunan VII. Tgl 14 Januari 1985, PN. Perkebunan VII diperserokan menjadi
Perseroan PT. Perkebunan. b. Struktur Organisasi Perusahaan
Organisasi PT Perkebunan Nusantara IV Persero di Tinjowan terdiri dari:
1. Manajer Unit MU 2. Kepala Dinas Tata Usaha KDTU
3. Kepala Dinas Teknik KDT 4. Kepala Dinas PengelolaanKDP
5. Kepala Dinas Tanaman Rayon Utara Kadistan, Rayon Utara 6. Kepala Dinas Tanaman Rayon Selatan Kadistan, Rayon Selatan
7. Asisten SDM dan Umum Selain itu perusahaan didukung oleh sejumlah tenaga kerja yang terbagi
dimasing-masing bagian sesuai dengan bidangnya. Jumlah tenaga kerja ini relatif selalu berubah setiap periode. Hal ini disebabkan karena masuk atau keluarnya
karyawan atau adanya mutasi karyawan yang akan dicatat setiap bulannya. Komposisi sumber daya manusia pada PT. Perkebunan Nusantara IV Persero.
2.1.5.1 Visi dan Misi VISI Perusahaan Perubahan 2010
PT Perkebunan Nusantara IV Persero “menjadi Pusat Keunggulan Pengelolaan Perusahaan Agroindustri Kelapa Sawit dengan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik serta Berwawasan Lingkungan”.
MISI Perusahaan perubahan 2010:
1. Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif. 2. Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan sistem, cara
dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
3. Meningkatkan laba secara berkesinambungan.
4. Mengelola usaha secara profesional untuk meningkatkan nilai perusahaan yang mempedomani etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik Good
Corporate GovernanceGCG. 5. Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
6. Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah pusatdaerah.
2.1.5.2 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan
keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah
untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan instansi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi.
Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan
melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan instansi tersebut dapat dicapai.
Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan, maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan
serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal, melalui saluran tunggal.
2.1.5.3 Job Description
RUPS
DIREKTUR PRODUKSI DIREKTUR KEUANGAN
DIREKTUR PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA
DIREKTUR SDM DAN UMUM
Bagian Pengolahan Bagian Teknik
Bagian Tanaman Bagian Sekretaris
Perusahaan Bagian Satuan
Pengawasan Intern Bagian Akuntansi
Bagian Pemasaran Bagian Keuangan
Bagian Pengembangan Usaha Bagian Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan Bagian Perencanaan
Bagian Bagian Umum Bagian Hukum dan
Pertanahan Bagian Sumber Daya
Manusia
Bagian Pengadaan
Keterangan :
= Garis Komando = Garis Koordinasi
GUU I GUU III
GUU II
Pabrik Mesin
Tenera
GUU V GUU IV
Kantor Perwakilan
PTPN IV Jakarta
Bah Jambi Tonduhan
Pasir Mandoge
Marihat Sei Kopas
Dolok Sinumbah Balimbingan
Gunung Bayu Mayang
Bukit Lima
Tanah Itam Ulu Dolok Ilir
Laras Pabatu
Adolina Air Batu
Aek Nauli Tinjowan
Padang Matinggi Sawit Langkat
Marjandi Bah Butong
Sidamanik Tobasari
Bah Birong Ulu Pulu Raja
Ajamu Meranti Paham
Berangir Sosa
PKS Sosa Proyek Panai
Jaya
Proyek Plasma Madina
Proyek Balap Proyek Timur
Rumah Sakit Laras
Rumah Sakit Pabatu
Rumah Sakit Balimbingan
Yayasan Sekolah
DIREKTUR UTAMA
RUPS ANAK PERUSAHAAN Anak
Perusahaan
KOMISARIS
Bagian Manajemen Resiko dan GCG
Bagian Pembelian Bahan Baku
Bagian Manajemen Sistem Informasi
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu