equity. Rasio utang berpengaruh tidak
signifikan dengan return on asset dan laba atas
penjualan. Rasio profitabilitas
berpengaruh signifikan dengan return on asset
dan imbal hasil ekuitas.
Sumber: data yang diolah
2.3 Kerangka Konseptual
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Rasio lancar biasanya digunanakan sebagai
alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai di manakah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya Tunggal, 1995. Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio profitabilitas profitability ratio akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang
pada hasil-hasil operasi Brigham dan Houston, 2009:107. Rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis, yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya
dengan penjualan profitabilitas penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi profitabilitas investasi.
Profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi dalam penelitian ini menggunakan rasio Return on Assets ROA. ROA sering disebut juga dengan ROI Return on
Investment. ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan
kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas.
Likuiditas yang meningkat merupakan biaya dari kemampuan memperoleh laba yang menurun. Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam
jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya
berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat
likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar
bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak
selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-
proyek yang menguntungkan perusahaan Tunggal,1995 : 157. Selain masalah tersebut di atas perusahaan juga dihadapkan pada masalah
penentuan sumber dana. Jika perusahaan menggunakan lebih banyak utang dibanding modal sendiri maka tingkat leverage akan meningkat karena beban
bunga yang harus di tanggung juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya kinerja keuangan.
Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika
perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang negatif dan berdampak
terhadap menurunnya profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif,
hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan.
Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to total asset. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk
menjamin utang. Pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.
Variabel intervening digunakan peneliti untuk menguji apakah leverage dapat dijadikan mediasi secara tidak langsung antara likuiditas dengan kinerja
keuangan. Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan tinjauan
penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual peneltian sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
2.4 Hipotesis