Pengaruh Merger Terhadap Return Saham Perusahaan Pengakuisisi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening

(1)

PENGARUH MERGER TERHADAP RETURN SAHAM

PERUSAHAAN PENGAKUISISI YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN

KINERJA KEUANGAN SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING

TESIS

Oleh

RAMADONA SIMBOLON

087017027/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

S

E K O L

A

H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

PENGARUH MERGER TERHADAP RETURN SAHAM

PERUSAHAAN PENGAKUISISI YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN

KINERJA KEUANGAN SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

RAMADONA SIMBOLON

087017027/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : PENGARUH MERGER TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN PENGAKUISISI YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING

Nama Mahasiswa : Ramadona Simbolon

Nomor Pokok : 087017027

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, MEc, Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 19 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, MEc, Ak

Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:

PENGARUH MERGER TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN

PENGAKUISISI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya, sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 19 Agustus 2010 Yang membuat pernyataan


(6)

PENGARUH MERGER TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN PENGAKUISISI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

ABSTRAK

Tujuan investor menanamkan dananya pada sekuritas saham adalah memperoleh tingkat pengembalian tertentu dengan resiko minimal. Tingkat pengembalian atas kepemilikan saham dapat diperoleh dalam dua bentuk, yaitu dividen dan capital gain (harga jual saham lebih tinggi dari harga belinya). Saat melakukan investasi saham, investor akan memilih saham perusahaan mana yang akan memberikan return yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh merger terhadap return saham dan menguji pengaruh merger terhadap return saham perusahaan pengakuisisi dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening.

Pengujian hipotesis diuji dengan menggunakan derajat signifikan 5%. Populasi terdiri dari 334 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel menggunakan purpossive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 perusahaan dengan periode pengamatan 6 (enam) tahun yaitu periode 2000-2006. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis jalur dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa merger berpengaruh terhadap return saham perusahaan pengakuisisi yang berarti merger berpengaruh langsung terhadap return saham perusahaan pengakuisisi. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa merger berpengaruh terhadap return saham didukung secara empiris atau diterima. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa merger tidak berpengaruh terhadap return saham dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa merger berpengaruh terhadap return saham perusahaan pengakuisisi melalui kinerja keuangan sebagai variabel intervening tidak didukung secara empiris atau ditolak.


(7)

THE EFFECT OF MERGER ON ACQUIRER STOCK RETURNS COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

BY FINANCIAL PERFORMANCE AS AN INTERVERNING VARIABEL

ABSTRACT

The objective of investors invest their funds in securities of shares is to obtain a certain level of return with minimal risk. Rate of return on stock ownership can be obtained in two forms, namely dividends and capital gains (stock price is higher than the purchase price). When investing in stocks, investors will choose which companies stocks will provide a high return. This study aims to empirically examine the effect of mergers on stock return and tested the effect of mergers on acquirer stock returns of financial performance as an intervening variable.

Testing the hypothesis was tested by using 5% significant degree. The population consists of 334 companies listed in Indonesia Stock Exchange. Sampling method using purpossive sampling. The number of samples in this study were as many as 34 companies with the observation period 0f 6 (six) years of the period 2000-2006. Hypothesis testing is done by using path analysis and t test.

The result showed that the merger effect on acquirer stock return, which means the merger directly influence the acquirer stock return. Thus the hypothesis that mergers effect the stock return are empirically supported of accepted. The result also show that the merger does not effect the stock returns of financial performance as an intervening variable. Thus the hypothesis that mergers effect the acquirer stock returns through financial performance as an intervening variable is not empirically supported or rejected.


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Merger terhadap Return Saham Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening”.

Penelitian ini dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi prasyarat untuk meraih gelar Magister Sains (M.Si) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka tesis ini dapat terselesaikan. Selanjutnya melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

4. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, MEc, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. 6. Bapak Drs. Idhar Yahya, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan yang konstruktif, motivasi dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan yang konstruktif, motivasi dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

8. Istriku Sri Elviani, SE, M.Si yang telah memberikan doa, dorongan, perhatian, kesabaran dan selalu membantu dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Orang tua tercinta Hotman Simbolon (Ayah) dan Karni Manurung (Ibu) yang telah memberikan doa, dorongan, perhatian, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

10.Rasyad Akbar Ar Ravi buah hatiku yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

11.Bapak/Ibu mertua tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.


(10)

12.Keluarga yang kucintai Bang Ronal HT Simbolon, Kak Rahmaida Simbolon, Dek Rido, Roi, Kak Sri, Kak Dewi, Fitri, Bang Bari terima kasih atas doa dan semangatnya.

13.Semua pihak yang telah memberi masukan dan dorongan guna penyelesaian tesis ini.

Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan rahmat dan karunia dari Allah SWT, Amin. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak menutup kemungkinan bila tesis ini masih banyak kekurangan.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Medan, 19 Agustus 2010 Penulis/Peneliti

Ramadona Simbolon


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ramadona Simbolon

Tempat/Tanggal Lahir : Rajamaligas/16 Juni 1982

Alamat : Jl. Garu III No. 99E Medan

Agama : Islam

Pendidikan : 1. SD Negeri 0697333 Tamat Tahun 1994 2. SMP Negeri 8 Medan Tamat Tahun 1997 3. SMU Darussalam Medan Tamat Tahun 2000

4. Universitas Islam Sumatera Utara Tamat Tahun 2005 5. Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Originalitas ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Tinjauan Teori ... 9

2.1.1. Return Saham ... 9

2.1.1.1. Pengertian return saham ... 9

2.1.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi return saham . 11 2.1.2. Kinerja Keuangan... 14

2.1.2.1. Pengertian kinerja keuangan ... 14

2.1.2.2. Analisis kinerja keuangan dengan rasio keuangan 16 2.1.2.3. Jenis-jenis rasio keuangan ... 17

2.1.2.4. Return on assets ... 22


(13)

2.1.3.1. Pengertian Merger ... 23

2.1.3.2. Tipe-tipe merger... 25

2.1.3.3. Faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan merger 28 2.1.3.4. Motif melakukan merger ... 34

2.1.3.5. Keunggulan dan kelemahan aktivitas merger ... 36

2.1.4. Merger dan Kinerja Keuangan ... 40

2.1.5. Merger dan Return Saham ... 42

2.1.6. Kinerja Keuangan dan Return Saham ... 43

2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 44

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 48

3.1. Kerangka Konseptual ... 48

3.2. Hipotesis Penelitian ... 50

BAB IV METODE PENELITIAN ... 51

4.1. Jenis Penelitian ... 51

4.2. Lokasi Penelitian ... 51

4.3. Populasi dan Sampel ... 51

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 54

4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 54

4.6. Metode Analisis Data ... 57

4.6.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 57

4.6.1.1. Uji normalitas data ... 57

4.6.1.2. Uji multikolinearitas... 57

4.6.1.3. Uji heteroskedastisitas ... 58

4.6.1.4. Uji autokorelasi ... 59

4.6.2. Pengujian Hipotesis ... 60


(14)

4.6.2.3. Uji koefisien determinan ... 62

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

5.1.Hasil Penelitian ... 63

5.1.1. Deskripsi Data ... 63

5.1.1.1. Deskripsi lokasi ... 63

5.1.1.2. Deskripsi statistik ... 64

5.1.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 66

5.1.2.1. Uji normalitas ... 66

5.1.2.2. Uji multikolinearitas ... 67

5.1.2.3. Uji heteroskedastisitas ... 69

5.1.2.4. Uji autokorelasi ... 70

5.1.3. Pengujian Hipotesis ... 71

5.1.3.1. Pengujian hipotesis dengan analisis jalur ... 71

5.1.3.2. Pengujian hipotesis dengan uji t ... 74

5.1.3.3. Analisis koefisien determinan ... 75

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

6.1. Kesimpulan ... 85

6.2. Keterbatasan Penelitian ... 86

6.3. Saran ... 87


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Review Penelitian Terdahulu ... 47

4.1. Daftar Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian ... 52

4.2. Daftar Perusahaan Pengakuisisi yang Merger Periode 2000-2006 ... 53

4.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 56

5.1. Statistik Deskriptif ... 64

5.2. Uji Kolmogorov-Smirnov ... 67

5.3. Uji Multikolinearitas ... 68

5.4. Uji Autokorelasi ... 70

5.5. Hasil Uji Regresi (Analisis Jalur Persamaan 1) ... 71

5.6. Hasil Uji Regresi (Analisis Jalur Persamaan 2) ... 72

5.7. Hasil Uji t ... 74


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual ... 48 5.1. Uji Normalitas Data ... 66 5.2. Uji Heteroskedastisitas ... 69 5.3. Hasil Pengaruh Merger terhadap Return Saham dengan Kinerja


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Sampel Perusahaan Pengakuisisi yang Merger Periode

2000-2006... 92

2 Data Perusahaan Pengakuisisi yang Merger Periode 2000-2006... 93

3. Descriptive Statistic... 94

4. Uji Normalitas... 95

5. Uji Multikolinerietas... 96

6. Uji Heterokedastisitas... 97

7. Uji Autokorelasi... 98

8. Uji Analisis Jalur (Persamaan 1)... 99

9. Uji Analisis Jalur (Persamaan 2)... 100


(18)

PENGARUH MERGER TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN PENGAKUISISI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

ABSTRAK

Tujuan investor menanamkan dananya pada sekuritas saham adalah memperoleh tingkat pengembalian tertentu dengan resiko minimal. Tingkat pengembalian atas kepemilikan saham dapat diperoleh dalam dua bentuk, yaitu dividen dan capital gain (harga jual saham lebih tinggi dari harga belinya). Saat melakukan investasi saham, investor akan memilih saham perusahaan mana yang akan memberikan return yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh merger terhadap return saham dan menguji pengaruh merger terhadap return saham perusahaan pengakuisisi dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening.

Pengujian hipotesis diuji dengan menggunakan derajat signifikan 5%. Populasi terdiri dari 334 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel menggunakan purpossive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 perusahaan dengan periode pengamatan 6 (enam) tahun yaitu periode 2000-2006. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis jalur dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa merger berpengaruh terhadap return saham perusahaan pengakuisisi yang berarti merger berpengaruh langsung terhadap return saham perusahaan pengakuisisi. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa merger berpengaruh terhadap return saham didukung secara empiris atau diterima. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa merger tidak berpengaruh terhadap return saham dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa merger berpengaruh terhadap return saham perusahaan pengakuisisi melalui kinerja keuangan sebagai variabel intervening tidak didukung secara empiris atau ditolak.


(19)

THE EFFECT OF MERGER ON ACQUIRER STOCK RETURNS COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

BY FINANCIAL PERFORMANCE AS AN INTERVERNING VARIABEL

ABSTRACT

The objective of investors invest their funds in securities of shares is to obtain a certain level of return with minimal risk. Rate of return on stock ownership can be obtained in two forms, namely dividends and capital gains (stock price is higher than the purchase price). When investing in stocks, investors will choose which companies stocks will provide a high return. This study aims to empirically examine the effect of mergers on stock return and tested the effect of mergers on acquirer stock returns of financial performance as an intervening variable.

Testing the hypothesis was tested by using 5% significant degree. The population consists of 334 companies listed in Indonesia Stock Exchange. Sampling method using purpossive sampling. The number of samples in this study were as many as 34 companies with the observation period 0f 6 (six) years of the period 2000-2006. Hypothesis testing is done by using path analysis and t test.

The result showed that the merger effect on acquirer stock return, which means the merger directly influence the acquirer stock return. Thus the hypothesis that mergers effect the stock return are empirically supported of accepted. The result also show that the merger does not effect the stock returns of financial performance as an intervening variable. Thus the hypothesis that mergers effect the acquirer stock returns through financial performance as an intervening variable is not empirically supported or rejected.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pasar Modal Indonesia memiliki peranan yang signifikan dalam proses penyaluran dana dari investor kepada perusahaan (pihak yang kekurangan dana). Pertimbangan investor dalam melakukan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka untuk saat ini maupun di masa yang akan datang. Jadi, investasi dapat diartikan sebagai kegiatan penanaman modal, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan pada waktunya nanti investor akan memperoleh keuntungan ekonomis dari penanaman modal tersebut.

Tujuan investor menanamkan dananya pada sekuritas saham adalah memperoleh tingkat pengambalian (return) tertentu dengan resiko minimal. Tingkat pengembalian (return) atas kepemilikan saham dapat diperoleh dalam dua bentuk, yaitu dividen dan capital gain (harga jual saham lebih tinggi dari harga belinya). Saat melakukan investasi saham, investor akan memilih saham perusahaan mana yang akan memberikan return yang tinggi. Harga pasar saham memberikan ukuran yang objektif mengenai nilai investasi pada sebuah perusahaan (Resmi, 2002). Oleh karena itu harga saham merupakan harapan investor. Investor harus dapat menganalisa apakah harga saham yang terjadi cukup layak untuk dibeli dan harus pula mendeteksi pergerakan harganya, mengetahui variabel apa saja yang menjadi penentu terhadap harga saham tersebut, apakah bersifat fundamental, teknikal, maupun sosial politik.


(21)

Setiap variabel mempunyai efek yang relatif berbeda, sehingga adanya harga saham yang bersifat overvalued ataupun undervalued pada hakikatnya disebabkan adanya kekuatan variabel penentu yang berbeda.

Salah satu fakta yang mempengaruhi return saham adalah kebijakan merger, karena merger dianggap jalan cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan di mana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru. Merger juga dianggap dapat menciptakan sinergi, yaitu nilai keseluruhan perusahaan setelah merger yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger. Selain itu merger dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi.

Di Amerika Serikat, aktivitas merger merupakan hal yang biasa terjadi. Bahkan di era 1980an telah terjadi kira-kira 55.000 aktivitas merger sehingga tahun 1980an sering disebut sebagai dekade merger (Hitt, 2002). Sementara di Indonesia aktivitas merger mulai marak dilakukan seiring dengan majunya pasar modal di Indonesia. Beberapa contoh perusahaan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang melakukan merger diantaranya adalah PT Semen Gresik yang mengakuisisi PT Semen Padang, PT Gudang Garam merger dengan PT Surya Pamenang dan PT Nutricia yang mengakuisisi PT Sari Husada.


(22)

Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger yang dilakukan, dapat dilihat pengaruhnya secara langsung terhadap return saham perusahaan yang melakukan merger dan secara tidak langsung melalui kinerja keuangan. Beberapa penelitian yang menjadi acuan diantaranya adalah Payamta dan Setiawan (2004) yang meneliti kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dari rasio-rasio keuangan dan return saham di sekitar peristiwa terjadinya merger. Hasil penelitiannya menunjukkan rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum dan sesudah peristiwa merger tidak mengalami perubahan yang signifikan. Sedangkan return saham sebelum merger positif, namun setelah merger justru negatif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widjanarko (2006) yang menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dari kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dari rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum dan sesudah merger.

Penelitian yang membandingkan antara akuisitor dan non akuisitor dilakukan Wibowo dan Pakereng (2001) yang meneliti return saham perusahaan akuisitor dan non akuisitor. Hasilnya menunjukkan bahwa baik akuisitor dan non akuisitor sama-sama memperoleh return yang negatif di seputar pengumuman merger. Penelitian lainnya dilakukan Sutrisno dan Sumarsih (2004) yang meneliti return saham perusahaan yang melakukan merger dalam jangka panjang yaitu dengan jangka waktu pengamatan satu tahun sebelum dan dua tahun sesudah merger, menunjukkan hasilnya bahwa merger memberi pengaruh pada return saham yang bisa bernilai positif dan negatif walaupun tidak signifikan secara statistik.


(23)

Selanjutnya penelitian yang menyangkut kinerja keuangan serta pengaruhnya terhadap return saham antara lain dilakukan Raharjo (2005) yang meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa return on asset (ROA) mempunyai pengaruh terhadap return saham. Asna dan Nu Graha (2006) menguji pengaruh rasio keuangan terhadap return saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan hasil penelitian rasio loan to deposit ratio (LDR) dan beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap return saham perbankan yang terdaftar di BEJ, sedangkan capital adequacy ratio (CAR) dan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham serta LDR memiliki pengaruh yang dominan terhadap return saham. Ulupui (2007) menguji pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham (studi pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi di BEJ) dengan hasil penelitian bahwa current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan, variabel return on asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan, variabel debt to equity rasio menunjukkan hasil yang positif, tetapi tidak signifikan, variabel total asset turn over menunjukkan hasil yang negatif dan tidak signifikan.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu terlihat adanya fenomena berupa ketidakkonsistenan antara hasil-hasil penelitian dengan teori yang ada, terutama pengaruh langsung variabel merger terhadap return saham perusahaan pengakuisisi.


(24)

perusahaan setelah merger yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger. Selain itu merger dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi yang tentunya akan meningkatkan return saham perusahaan-perusahaan yang melakukan merger. Sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa baik akuisitor dan non akuisitor sama-sama memperoleh return yang negatif setelah dilaksanakannya merger.

Fenomena praktis yang terjadi terkait dengan penelitian ini adalah akan dikeluarkannya undang-undang pemberian insentif terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan merger khususnya industri perbankan sebagai salah satu upaya memperkuat struktur dan permodalan perusahaan khususnya bank. Sementara para pihak lain masih banyak yang menguji kelayakan pemberian insentif tersebut, karena pada dasarnya merger bertujuan untuk mengembangkan usaha.

Banyak pemilik perusaaan khususnya bank merasa masih saja bimbang memutuskan opsi mana yang akan menjadi pilihan, apakah merger, menjual saham atau membikin induk usaha (holding company). Ketiga pilihan itu memang sama-sama bukan hal yang mudah dilakukan. Bila keputusan yang mereka ambil adalah merger, maka mereka harus mampu untuk mengurangi dampak pemutusan hubungan pekerja (PHK) dengan para karyawannya. Permasalahan yang muncul bila perusahaan mem-PHK karyawan akibat merger. Aksi penolakan karyawan mungkin sekali terjadi. Bahkan kalaupun pemegang saham memberikan pesangon yang


(25)

lumayan, para karyawan belum tentu bisa langsung menerima. Permasalahan lain yang mungkin akan timbul akibat merger adalah masalah perpajakan.

Fenomena lain adalah bahwa minimnya pelaku pasar modal sangat mempengaruhi operasional perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan yang membutuhkan tambahan dana. Diharapkan dengan adanya informasi merger akan meningkatkan kinerja keuangan dan mempengaruhi perilaku para investor untuk berinvestasi dengan cara memilih jenis saham yang layak untuk dijadikan lahan investasi. Perubahan perilaku investor tersebut tentunya akan menghindarkan para investor lain dari capital loss dan kebangkrutan perusahaan sebagaimana yang terjadi pada saat krisis global tahun 2008.

Dengan ketidakkonsistenan antara hasil-hasil penelitian terdahulu dengan teori yang ada dan fenomena-fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh merger terhadap return saham perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung melalui kinerja keuangan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah merger berpengaruh terhadap return saham perusahaan pengakuisisi? 2. Apakah merger berpengaruh terhadap return saham perusahaan pengakuisisi


(26)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menguji pengaruh merger terhadap return saham perusahaan pengakuisisi. 2. Menguji pengaruh merger terhadap return saham perusahaan pengakuisisi

melalui kinerja keuangan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti, khususnya tentang merger, return saham dan kinerja keuangan.

2. Sebagai bahan informasi bagi manajer dan investor dalam pengambilan keputusan, khususnya terkait dengan merger, return saham dan kinerja keuangan. 3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk peneliti dan calon

peneliti sesuai dengan topik penelitian ini dengan variabel yang berbeda.

1.5. Originalitas

Disadari bahwa penelitian mengenai pengaruh merger terhadap return saham perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening belum pernah dilakukan, sehingga peneliti menjadi tertarik untuk menelitinya. Adapun ide yang dijadikan dasar dilakukannya penelitian ini adalah Wibowo dan Pakereng (2001).

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka yang menjadi perbedaan dengan penelitian ini adalah:


(27)

1. Penelitian-penelitian sebelumnya tidak memiliki variabel intervening, sedangkan penelitian ini menggunakan variabel intervening yaitu kinerja keuangan.

2. Analisis data penelitian-penelitian sebelumnya hanya menggunakan uji beda sedangkan penelitian ini menggunakan analisis regresi dan analisis jalur (path analysis).


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Return Saham

2.1.1.1. Pengertian return saham

Menurut Brigham et al., (1999: 192), pengertian dari return adalah “measure the financial performance of an investment”. Pada penelitian ini, return digunakan pada suatu investasi untuk mengukur hasil keuangan suatu perusahaan. Horne dan Wachoviz (1998: 26) mendefinisikan return sebagai:“return as benefit which related with owner that includes cash dividend last year which is paid, together with market cost appreciation or capital gain which is realization in the end of the year”. Menurut Jones (2000: 124) “return is yield dan capital gain (loss)”. (1) Yield, yaitu cash flow yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham (dalam bentuk dividen), (2) Capital gain (loss), yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian dengan harga saham pada saat penjualan. Hal tersebut diperkuat oleh Corrado dan Jordan (2000: 5) yang menyatakan bahwa “return from investment security is cash flow and capital gain/loss. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham investor atas investasi yang dilakukannya, yang terdiri dari dividen dan capital gain/loss.


(29)

Return saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu return sesungguhnya (realized return) dan return yang diharapkan atau return ekspektasi. return sesungguhnya merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung dari selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Sedang return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang.

Return tersebut memiliki dua komponen yaitu current income dan capital gain (Wahyudi, 2003). Bentuk dari current income berupa keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil kinerja fundamental perusahaan. Sedangkan capital gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli saham. Besarnya capital gain suatu saham akan positif, bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya.

Menurut Jogiyanto (2003: 109) saham dibedakan menjadi dua: (1) return realisasi merupakan return yang telah terjadi, (2) return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, maka dapat ditulis rumus (Ross et al., 2003: 238).

1 1

 

t t t t

P

P

P

R


(30)

Keterangan: R

t = Return saham pada periode ke-t

P

t = Harga saham periode pengamatan

P

t-1 = Harga saham periode sebelum pengamatan

2.1.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi return saham

Informasi yang tersedia di pasar modal memiliki peranan yang penting untuk mempengaruhi segala macam bentuk transaksi perdagangan di pasar modal tersebut. Hal ini disebabkan karena para pelaku di pasar modal akan melakukan analisis lebih lanjut terhadap setiap pengumuman atau informasi yang masuk ke bursa efek tersebut. Informasi atau pengumuman-pengumuman yang diterbitkan oleh emiten akan mempengaruhi para (calon) investor dalam mengambil keputusan untuk memilih portofolio investasi yang efisien.

Menurut Jogiyanto (2000: 351), para pelaku pasar modal akan mengevaluasi setiap pengumuman yang diterbitkan oleh emiten, sehingga hal tersebut akan menyebabkan beberapa perubahan pada transaksi perdagangan saham, misalnya adanya perubahan pada volume perdagangan saham, perubahan pada harga saham, proporsi kepemilikan, dan lain-lain. Hal ini mengindikasikan bahwa pengumuman yang masuk ke pasar memiliki kandungan informasi, sehingga direaksi oleh para pelaku di pasar modal. Suatu pengumuman memiliki kandungan informasi jika pada saat transaksi perdagangan terjadi, terdapat perubahan terutama perubahan harga


(31)

saham. Berubahnya harga saham akan mempengaruhi return saham yaitu semakin tinggi harga saham berarti semakin meningkat return yang diperoleh investor.

Menurut Alwi (2003: 87) bahwa pergerakan naik-turun harga saham dari suatu perusahaan go public menjadi fenomena umum yang sering dilihat di lantai bursa efek yang tidak banyak orang yang mengerti atau banyak yang masih bingung mengapa harga saham suatu perusahaan bisa berfluktuasi secara drastis pada periode tertentu. Sebagai salah satu instrumen ekonomi ada faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham di suatu bursa efek, baik harga saham individual maupun harga saham gabungan misalnya IHSG dan indeks LQ45, yaitu faktor internal (lingkungan mikro) dan eksternal (lingkungan makro).

Lingkungan mikro yang mempengaruhi harga saham antara lain (Alwi, 2003): 1. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian

kontrak, produk baru, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk dan laporan penjualan.

2. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang, sekuritas yang hybrid, leasing, kesepakatan kredit, pemecahan saham, penggabungan saham, pembelian saham, joint venture dan lainnya.

3. Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director announcements), seperti perubahan dan penggantian direksi, manajemen dan struktur organisasi.


(32)

4. Pengumuman penggabungan pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisi dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.

5. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan pengembangan, penutupan usaha dan lainnya. 6. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negosiasi baru,

kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

7. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share, price earning ratio, net profit margin, return on asset, return on equity, dan lain-lain.

Sedangkan lingkungan makro yang mempengaruhi harga saham antara lain (Alwi, 2003: 88):

1. Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan pemerintah.

2. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

3. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume/harga saham perdagangan, pembatasan/penundaan trading.


(33)

4. Gejolak sosial politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya volatilitas harga saham di bursa efek suatu negara.

5. Berbagai issue, baik dari dalam dan luar negeri, seperti issue lingkungan hidup, hak asasi manusia, kerusuhan massal, yang berpengaruh terhadap perilaku investor.

2.1.2. Kinerja Keuangan

2.1.2.1. Pengertian kinerja keuangan

Pengertian kinerja berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001). Kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan). Berdasarkan pengertian tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan.

Kinerja keuangan adalah suatu tampilan tentang kondisi keuangan perusahaan selama periode tertentu. Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keungannya di samping data-data non keuangan lain yang bersifat sebagai penunjang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada. Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran,


(34)

perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik, laporan berupa neraca, rugi laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden di masa mendatang dan risiko atas penilaian tersebut (Brigham, 1993: 86). Dengan demikian pengukuran kinerja dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat prediksi pertumbuhan kekayaan pemegang saham.

Kinerja keuangan pada perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan pendekatan analisis rasio keuangan. Jika kinerja perusahaan publik meningkat maka nilai perusahaan akan semakin tinggi. Di bursa efek hal seperti itu akan direspon oleh pasar dalam bentuk kenaikan harga saham.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 1996 dalam Febriyani dan Zulfadin (2003: 54), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan


(35)

dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan dan terkait dengan distribusi kesejahteraan diantara mereka. Helfert dalam Lidiadni (2003: 36) mengemukakan bahwa dalam menilai kinerja perusahaan yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan dalam hal ini investor, manajer, kreditor, pemerintah dan masyarakat umum. Mereka akan menilai perusahaan dengan ukuran keuangan tertentu sesuai dengan tujuannya. Ketentuan tingkat kesehatan perusahaan dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai tolok ukur bagi pihak-pihak yang berkepentingan tersebut. Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan akuisisi.

2.1.2.2. Analisis kinerja keuangan dengan rasio keuangan

Metode umum yang digunakan untuk mengukur dan menganalisis kinerja perusahaan di bidang keuangan adalah rasio keuangan. Rasio keuangan adalah studi tentang informasi yang menggambarkan hubungan diantara berbagai akun dari laporan keuangan yang mencerminkan keadaan serta hasil operasional perusahaan. Sumber data yang digunakan untuk melakukan analisa rasio keuangan adalah laporan keuangan yang telah melalui proses pemeriksaan (auditing).


(36)

(1998: 24) mendefinisikan rasio keuangan sebagai suatu indek yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka keuangan. Sedangkan Riyanto (1998: 52) menyatakan bahwa rasio adalah alat yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua data bila dihubungkan dengan masalah keuangan maka data tersebut adalah data keuangan. Dengan demikian bila hubungan tersebut adalah hubungan matematik antara pos keuangan dengan pos lainnya, atau antara jumlah-jumlah di neraca dengan jumlah-jumlah di laporan laba rugi atau sebaliknya maka yang timbul adalah rasio keuangan. Rasio keuangan ini berfungsi sebagai ukuran dalam menganalisis laporan keuangan suatau perusahaan. Rasio keuangan yang dimaksud dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA (Return On Assets).

2.1.2.3. Jenis-jenis rasio keuangan

Rasio keuangan dapat dibagi menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Jumlah rasio keuangan tersebut meningkat bersamaan dengan meningkatnya data keuangan. Berikut adalah analisis rasio keuangan terpenting dan yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan.

1) Rasio likuiditas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran likuiditas yang biasa digunakan yaitu:


(37)

a. Current ratio

Current ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk menutup kewajiban lancar. Rasio yang rendah menunjukkan kurangnya modal untuk membayar hutang. Namun rasio yang tinggi tidak selalu berarti perusahaan sedang dalam keadaan yang baik. Hal tersebut dapat berarti bahwa kas tidak digunakan sebaik mungkin. Perhitungan current ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

s liabilitie Current

asset Current ratio

Current

b. Quick ratio

Quick ratio dihitung dengan mengurang persediaan dari aktiva lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan dihilangkan karena dianggap aktiva yang sulit dikonversi menjadi kas dengan cepat. Perhitungan quick ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

s liabilitie Current

inventori asset

Current ratio

Quick  

2) Rasio aktivitas

Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan dengan berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio aktivitas yang biasa digunakan yaitu:


(38)

a. Total asset turn.

Rasio ini mengukur efektivitas perusahaan dalam penggunaan total aktiva. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik manajemen dalam mengelola aktivanya, sedangkan semakin rendah rasio menunjukkan buruknya kinerja manajemen dalam mengelola aktivanya. Untuk menghitung total asset turn over digunakan rumus sebagai berikut:

asset Total

Sales turnover

asset

Total

b. Fixed asset turnover

Fixed asset turn over mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin rendah fixed asset turn over, berarti penggunaan aktiva tetapnya semakin kurang efisien. Untuk mengukur besarnya fixed asset turn over dihitung dengan rumus sebagai berikut:

asset fixed Net

Sales turnover

asset

Fixed

3) Rasio leverage

Rasio leverage dihitung dari perbandingan hutang dengan total aktiva dan modal sendiri perusahaan. Rasio ini menyangkut jaminan, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang bila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana dari pihak luar atau kreditor.


(39)

a. Debt to total asset ratio.

Debt to total asset ratio mengukur seberapa besar seluruh hutang dijamin oleh seluruh aktiva perusahaan. Kreditur lebih menyukai rasio yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Namun, di sisi lain pemilik saham lebih menyukai rasio yang tinggi karena dapat meningkatkan laba yang diharapkan. Untuk mengukur besarnya debt to total asset dihitung dengan rumus sebagai berikut:

asset total s liabilitie total ratio asset total to Debt

b. Debt to equity ratio

Rasio ini merupakan imbangan antara hutang dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan ukuran hutang sebaiknya tidak melebihi dari modal sendiri karena resiko menjadi tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk membayar hutang. Perhitungan debt to equity ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

equity s owner s liabilitie Total ratio equity total to Debt ' 

4) Rasio profitabilitas

Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol penerimaannya rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(40)

a. Operating profit margin

Operating profit margin mengukur berapa laba usaha yang dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Semakin rendah rasio ini, semakin kurang baik karena biaya-biaya operasi naik. Kemungkinan hal ini terjadi karena ada pemborosan. Perhitungan operating profit margin dapat dirumuskan sebagai berikut:

Sales profit Operating in m profit

Operating arg 

b. Net profit margin

Net profit margin mengukur seberapa banyak laba bersih setelah pajak dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Rasio yang rendah bisa disebabkan karena penjualan turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya. Setiap perusahaan berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi. Untuk menghitung net profit margin digunakan rumus sebagai berikut:

Sales profit Net in m profit

Net arg 

c. Return on asset

Return on asset mengukur keuntungan yang dihasilkan dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan aktiva yang buruk oleh manajemen, sedangkan rasio tinggi menunjukkan kinerja atas penggunaan aktiva yang baik. Untuk menghitung return on assett digunakan rumus sebagai berikut:

asset Total profit Net asset on turn  Re


(41)

d. Return on equity

Return on equity mengukur seberapa banyak laba bersih yang dapat dihasilkan dari investasi para pemegang saham dalam perusahaan. Rasio yang rendah dapat diartikan bahwa manajemen kurang efisien dalam penggunaan modal, sedangkan rasio yang tinggi dapat menunjukkan bahwa sebagian besar modal diperoleh dari pinjaman atau manajemen sangat efisien. Untuk menghitung return on equity digunakan rumus sebagai berikut:

equity Owners

profits Net

equity on

turn

Re

Rasio keuangan yang dimaksud dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on assets (ROA).

2.1.2.4.Return on asset

Return on assets (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba (profitabilitas) pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003: 27). Semakin besar ROA perusahaan, semakin besar pula posisi perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset. (Dendawijaya, 2000: 120). Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Hanafi dan Halim, 2003):

asset Total

profit Net Assets on

turn


(42)

Kaitannya dengan harga saham, ROA mempunyai hubungan yang positif. Karena dengan ROA yang tinggi berarti profitabilitas (laba) juga tinggi. Kondisi seperti itulah yang akan berdampak pada kenaikan harga saham karena pada hakikatnya dalam ekonomi konvensional motif investasi adalah untuk memperoleh laba yang tinggi. Apabila rasio keuangan dalam kinerja keuangan perusahaan mengalami pertumbuhan dengan menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai, maka hal yang sama akan terjadi pada pergerakan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Dengan rasio keuangan yang baik akan mencerminkan kondisi keuangan yang baik pula, sehingga akan mempengaruhi harga saham (Ang, 1997: 34).

2.1.3. Merger

2.1.3.4. Pengertian merger

Merger merupakan salah satu strategi yang diambil perusahaan untuk mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata “mergere” (Latin) yang artinya (1) bergabung bersama, menyatu, berkombinasi (2) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. Merger didefinisikan sebagai penggabungan dua atau perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar.

Menurut Moin (2003: 5), merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai


(43)

badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas menyebut merger sebagai penggabungan, akuisisi sebagai pengambilalihan, dan konsolidasi sebagai peleburan (Moin, 2003: 5). Definisi merger menurut peraturan pemerintah tersebut adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada, dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.

Menurut Coyle (2003: 26) merger dapat diartikan secara luas maupun secara sempit. Dalam pengertian yang luas, merger juga menunjuk pada setiap bentuk pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya pada saat kegiatan usaha dari kedua perusahaan tersebut disatukan. Pengertian yang lebih sempit merujuk pada dua perusahaan dengan ekuitas yang hampir sama menggabungkan sumber-sumber daya yang ada pada kedua perusahaan menjadi satu bentuk usaha. Pemegang saham atau pemilik dari kedua perusahaan sebelum merger menjadi pemilik dari saham perusahaan hasil merger, dan top manajemen dari kedua perusahaan tetap menduduki posisi senior dalam perusahaan setelah merger (Widjaja, 2002: 45).

Selanjutnya Coyle (2003: 27) menjelaskan bahwa suatu penggabungan usaha disebut merger jika:

a. Tidak ada salah satu perusahaan yang bergabung dapat disebut sebagai perusahaan pengambil alih atau perusahaan yang diambil alih.


(44)

b. Kedua perusahaan berpartisipasi dalam membentuk struktur manajemen perusahaan hasil penggabungan tersebut.

c. Kedua perusahaan yang bergabung pada umumnya memiliki ukuran yanghampir sama, yang artinya tidak ada dominasi aset antara satu perusahaan atas perusahaan yang lain.

d. Hampir semua atau sebagian besar melibatkan “share swap”, di mana tidak terjadi pembayaran tunai, melainkan yang terjadi adalah penerbitan saham baru yang ditukar dengan kepemilikan saham dalam perusahaan yang lain.

Merger adalah salah satu bentuk absorbsi (penyerapan) oleh satu perusahaan terhadap perusahaan lain. Jika dua perusahaan, A dan B, melakukan merger, maka hanya akan ada satu perusahaan saja, yaitu A atau B. Pada sebagian besar kasus merger, perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar yang dipertahankan hidup dan tetap mempertahankan nama dan status hukumnya, sedangkan perusahaan yang ukurannya lebih kecil (perusahaan yang dimerger) akan menghentikan aktivitasnya atau dibubarkan sebagai badan hukum. Pihak yang masih hidup atau yang menerima merger dinamakan surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham (issuing firm) atau perusahaan pengakuisisi. Sementara itu, perusahaan yang berhenti dan bubar setelah terjadinya merger dinamakan merged firm atau perusahaan diakuisisi. Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran (size) yang semakin besar karena seluruh aset dan kewajiban dari merged firm dialihkan ke surviving firm. Perusahaan yang dimerger akan menanggalkan status hukumnya sebagai entitas yang terpisah, dan setelah merger statusnya berubah menjadi bagian (unit bisnis) di bawah surviving


(45)

firm. Dengan demikian ia tidak lagi bisa bertindak hukum atas namanya sendiri (Moin, 2003: 6).

2.1.3.5. Tipe-tipe merger

Moin (2003: 8) menyatakan bahwa merger berdasarkan aktivitas ekonomik dapat diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu:

1) Merger horisontal. Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama. Salah satu tujuan utama merger horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas administrasi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah pada monopoli.

2) Merger vertikal. Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Merger tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya. Merger vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka stabilisasi pasokan


(46)

mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan input berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan pemasok. Merger vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah (backward/downward integration) dan integrasi ke depan atau ke atas (forward/upward integration).

3) Merger konglomerat. Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Merger konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula. Apabila merger konglomerat ini dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang berbeda.

4) Merger ekstensi pasar. Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan. Merger dan akusisi ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-perusahan lintas negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor


(47)

karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri.

5) Merger ekstensi produk. Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan pengembangan masing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas riset sehingga lebih produktif dalam inovasi.

2.1.3.6. Faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan merger

Keberhasilan atau kegagalan suatu merger dapat dilihat pada saat proses perencanaan. Pada saat proses ini biasanya terjadi sudut pandang yang berbeda-beda antara fungsi organisasi dalam menanggapi pengambilan keputusan merger seiring dengan meningkatnya momentum, selanjutnya terjadi rancunya pengharapan di mana terjadi perbedaan-perbedaan harapan di pihak manajemen. Adams & Neely (2000: 123) mengidentifikasi ada sejumlah sumber kegagalan merger era tahun 1990an dan 2000an yaitu lemahnya konsep-konsep strategik yang dirancang dan dimplementasikan dalam proses merger, adanya masalah-masalah personalitas pada level top manajemen, perbedaan-perbedaan kultural yang tidak mampu diintegrasikan, miskinnya moral karyawan dan tidak kompatibelnya information systems. Hal-hal tersebut menyebabkan kegagalan dalam melakukan integrasi dua


(48)

(2000: 73) yang menganalisis perilaku dari faktor-faktor organisasional dan proses pemikiran sebelum, selama dan sesudah merger, rendahnya tingkat kesuksesan dan miskinnya hasil-hasil dari merger terhadap kinerja ekonomi disebabkan oleh miskinnya perencanaan sumberdaya manusia (SDM).

Whalen (2000: 69) menyimpulkan bahwa komunikasi strategik adalah sangat penting untuk kesuksesan implementasi merger dan dalam integrasi terhadap para karyawan yang diakuisisi ke dalam budaya korporat yang baru. Konflik budaya adalah penyebab utama kegagalan merger, dan lemahnya komunikasi merupakan penyebab utama dari konflit tersebut.

Faktor leadership style juga berpengaruh besar terhadap sukses-gagalnya merger. Covin et al, (1997: 49) menginvestigasi apakah gaya kepemimpinan tertentu dapat menjamin bahwa para karyawan puas dengan pekerjaan mereka dan prospek karir pekerjaan setelah merger. Selain itu, mereka juga mempertanyakan apakah ada satu gaya kepemimpinan tertentu yang dapat menjadi prediktif terhadap kesuksesan merger. Hasilnya menunjukkan bahwa power yang berasal dari expert atau referent power berasosiasi dengan kepuasan karyawan dengan suatu merger; sementara sumber lain memiliki sedikit pengaruh atau berpengaruh negatif. Studi ini menyimpulkan bahwa perilaku yang berasosiasi dengan transformational leadership memiliki dampak yang sangat besar terhadap kepuasan karyawan. Gaya kepemimpinan sangat penting untuk kesuksesan suatu merger dan seorang pemimpin membutuhkan pelatihan untuk gaya kepemimpinan yang tepat untuk diadopsi. Selain


(49)

faktor-faktor di atas, kesulitan dan ketidakcocokan dalam integrasi atau transfer teknologi dapat menyebabkan terjadinya kegagalan merger (Bruno, 1997: 122)

Keberhasilan suatu merger sangat bergantung pada ketepatan analisis dan

penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras atau kompatibilitas antara organisasi yang akan bergabung. Kay (1997: 45), dalam bukunya Pattern in Corporate Evolution, mengungkapkan bahwa merger akan berlangsung sukses apabila diantara perusahaan yang akan bergabung memiliki market link dan technological link. Sementara Robins (2000: 39), menambahkan bahwa kompatibilitas budaya organisasi yang akan bergabung dalam sebuah merger seringkali menjadi faktor non ekonomi yang krusial dalam mendukung keberhasilan sebuah proses merger. Sedangkan Pringle dan Harris (1987: 27), memandang bahwa kinerja keuangan pada perusahaan hasil merger merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih akan bergabung.

1) Faktor Pasar dan Pemasaran

Menurut Kay (1997: 53), perusahaan dapat berhasil dalam melakukan merger apabila terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal pasar yang ia sebut sebagai market linkages. Salah satu hasil yang diharapkan dari merger adalah sinergi yang dihasilkan oleh meningkatnya akses perusahaan ke pasar baru yang selama ini tidak tersentuh.

Sumber-sumber potensial yang dalam hal ini menggabungkan kesempatan pasar dengan saling berbagi pasar yang ditekuni masing-masing selama ini (cross


(50)

lebih banyak produk kepada pelanggannya dari yang selama ini telah dilakukannya. Cross-marketing ini memungkinkan secara cepat masing-masing perusahaan untuk meningkatkan pendapatannya dengan sangat cepat. Sehingga memungkinkan terjadinya cross selling yang akan meningkatkan pendapatan perusahaan hasil merger. Sebagai contoh sarana cross-marketing adalah kekuatan merk salah satu produk akan memberikan efek kepada produk yang lain yang didapat dari hasil merger.

Sustainability perusahaan sangat tergantung pada respon pasar yang positif terhadap apa yang mereka tawarkan. Meskipun memiliki kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa yang berkualitas namun bila pasar tidak memberikan respon yang positif

2) Faktor Teknologi

Menurut Kay (1997: 54), perusahaan dapat melakukan merger apabila terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal sumber daya teknologi dan produksi yang ia sebut sebagai technological linkages. Technological linkages ini dapat meliputi penggabungan proses produksi karena proses yang sama seperti halnya yang terjadi pada horizontal merger.

Proses pengembangan produk juga dapat menjadi sarana terjadinya sinergi teknologi informasi dalam satu organisasi. Ketika teknologi yang digunakan sama maka potensi sinergi dapat diciptakan. Dengan melakukan proses merger secara sehat dan suka rela, potensi sinergi akan menghasilkan skala dan ruang lingkup ekonomi (economy of scale and scope) yang bermanfaat. Teknologi dapat juga didefinisikan


(51)

sebagai kemampuan produksi dan inovasi yang dimiliki oleh perusahaan yang tercermin dari kualifikasi sumberdaya manusia, skill dan keahlian yang mereka miliki, jenis produk yang mereka tawarkan serta peralatan barang modal yang mereka gunakan.

3) Faktor Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan salah satu aspek non ekonomis yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih melakukan merger. Dalam banyak kasus merger di berbagai perusahaan, masalah budaya seringkali menjadi masalah yang sangat krusial. Latar belakang budaya yang sangat berbeda diantara karyawan dapat menyebabkan karyawan enggan untuk melakukan kerja sama, masing-masing berusaha melakukan sesuatu berdasarkan cara metode yang selama ini telah mereka lakukan diperusahaan lama mereka, untuk bisa beradaptasi seringkali membutuhkan waktu yang lama.

Robins (2000: 41) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu persepsi bersama yang dianut anggota-anggota organisasi tersebut. Schein (1997: 47), menyebutkan bahwa budaya organisasi mengacu kepada suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi lainnya. Sementara Kotter dan Heskett (1992: 32) menjelaskan bahwa dalam organisasi, budaya mempresentasikan value dan cara yang dimiliki bersama oleh orang-orang yang terlibat dalam organisasi. Value sendiri dipandang sebagai keyakinan dasar tentang apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan dan


(52)

Perbedaan budaya ini dapat menyebabkan konflik. Akibatnya kerja sama tidak mudah terbangun, kohesivitas organisasi lemah, sinergi tidak tercipta, akhirnya produktivitas perusahaan hasil merger juga menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Perbedaan budaya organisasi tentu dapat diselesaikan. Karena memang budaya sendiri adalah sesuatu yang dapat berubah. Namun hal tersebut membutuhkan waktu dan kemampuan mengelola perubahan yang baik. Karenanya sebelum merger dilakukan kiranya perlu dipersiapkan model transisi budaya yang bisa diterima dan diikuti oleh segenap komponen dalam masing-masing perusahaan yang akan merger. 4) Faktor Keuangan

Pringle dan Harris (1987: 24) menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa merger dilakukan adalah harapan akan terjadinya sinergi melalui penggabungan sumber daya beberapa perusahaan. Dari sisi finansial, sinergi ini bermakna kemampuan menghasilkan laba perusahaan hasil merger yang lebih besar dari kemampuan laba masing-masing perusahaan sebelum merger. Sinergi inilah yang menjadi syarat awal terjadinya sebuah merger. Sinergi ini kemudian memungkinkan perusahaan hasil merger dapat membiayai proses merger serta mampu memberikan deviden yang premium kepada pemilik modal perusahaan. Efek sinergi dari sebuah merger bersumber pada dua aktivitas yaitu sinergi dalam hal operasional dan sinergi dalam hal finansial. Sinergi operasional dapat terjadi berupa peningkatan pendapatan (revenue enhancement) dan pengurangan biaya (cost reduction).

Dalam prakteknya, usaha peningkatan pendapatan ini lebih sulit dibanding usaha mengurangi biaya produksi. Hal ini karena yang kedua lebih kasat mata dan


(53)

terukur sehingga lebih mudah diidentifikasi. Sementara sinergi dalam hal finansial berhubungan dengan kemungkinan lebih rendahnya biaya memperoleh modal bagi perusahaan hasil merger dibanding biaya bagi perusahaan sebelum merger.

Para perencana merger cenderung melihat pengurangan biaya sebagai sumber utama sinergi operasional. Pengurangan biaya ini lebih banyak bersumber dari skala ekonomi yaitu penurunan biaya per unit produk yang dihasilkan oleh peningkatan volume produksi atau skala operasional perusahaan. Biaya per unit produk yang tinggi muncul akibat biaya tetap operasional yang hanya menghasilkan output yang sedikit. Proses yang meningkatkan jumlah output yang kemudian berakibat penurunan biaya per unit ini biasa disebut spreading overhead. Sumber lain yang dapat mengurangi biaya adalah peningkatan spesialisasi tenaga kerja dan manajemen, serta penggunaan barang modal yang lebih efisien, yang tidak mungkin terjadi pada tingkat output yang rendah (Pringle dan Harris, 1987: 27).

2.1.3.7. Motif melakukan merger

Pada prinsipnya terdapat beberapa motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger. Menurut Moin (2003: 17) motif perusahaan melakukan merger adalah sebagai berikut:

1. Motif ekonomi

Esensi tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger memiliki motif ekonomi yang tujuan


(54)

seluruh aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk mencapai tujuan ini. Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas merger dilakukan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Biasanya perusahaan melakukan merger untuk mendapatkan economies of scale dan economies of scope yang secara ekonomis dapat meningkatkan penerimaan dan mengurangi pengeluaran (Moin, 2003: 18).

2. Motif sinergi

Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan merger adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri.

Pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber (1) Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi; (2) Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas; (3) Perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan (4) Peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya persaingan (Brigham, 2001: 29).


(55)

3. Motif diversifikasi

Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui merger. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi inti (core competence). Di samping memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi silang (Moin, 2003: 21). 4. Motif non-ekonomi

Aktivitas merger terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. a. Hubris hypothesis. Hipotesis ini menyatakan bahwa merger dilakukan karena

“ketamakan” dan kepentingan pribadi para eksekutif perusahaan. Mereka menginginkan ukuran perusahaan yang lebih besar. Dengan semakin besarnya ukuran perusahaan, semakin besar pula kompensasi yang mereka terima. Kompensasi yang mereka terima bukan hanya sekedar materi saja tapi juga berupa pengakuan, penghargaan dan aktualisasi diri.

b. Ambisi pemilik. Adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai berbagai sektor bisnis. Menjadikan aktivitas merger sebagai strategi perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang ada untuk membangun “kerajaan


(56)

bisnis”. Hal ini biasanya terjadi dimana pemilik perusahaan memiliki kendali dalam pengambilan keputusan perusahaan (Moin, 2003: 22).

2.1.3.8. Keunggulan dan kelemahan aktivitas merger

Alasan mengapa perusahaan melakukan merger adalah ada “manfaat lebih” yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara spesifik Moin (2003: 24) menyatakan bahwa keunggulan dan manfaat merger antara lain adalah:

1) Mendapatkan cash flow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas. Salah satu hasil yang diharapkan dari merger adalah sinergi yang dihasilkan oleh meningkatnya akses perusahaan ke pasar baru yang selama ini tidak tersentuh. Sumber-sumber potensial yang dalam hal ini menggabungkan kesempatan pasar dengan saling berbagi pasar yang ditekuni masing-masing selama ini. Dengan lini produk yang lebih luas, setiap perusahaan dapat menjual lebih banyak produk kepada pelanggannya dari yang selama ini telah dilakukannya, sehingga memungkinkan masing-masing perusahaan untuk meningkatkan pendapatannya dengan sangat cepat. Meningkatnya pendapatan perusahaan hasil merger akan memberikan bertambahnya kontribusi kas.

2) Memperoleh kemudahan dana/pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. Selain meningkatnya sinergi pasar, merger juga akan meningkatkan sinergi atas sumberdaya-sumberdaya perusahaan. Dengan adanya sinergi sumberdaya tentunya akan meningkatkan kepercayaan


(57)

kreditor kepada perusahaan, sehinggal hal ini akan memudahkan untuk pendanaannya.

3) Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman. Melalui proses merger perusahaan tidak perlu lagi melakukan rekruitmen pegawai, sebagaimana pada saat membentuk perusahaan baru. Hal ini tentunya akan memudahkan perusahaan untuk memperoleh karyawan yang berpengalaman dan berkompeten.

4) Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa dengan melaksanakan merger, maka tidak perlu lagi membentuk perusahaan dari awal. Bahkan dengan adanya merger dan akuisis perusahaan akan memperoleh sinergi pasar yang memudahkan perusahaan untuk pendapatkan pelanggan yang mapan.

5) Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan. Melalui proses merger perusahaan tidak perlu lagi disibukkan dengan sistem operasional dan administratif, karena sistem-sistem tersebut telah tersedia dengan baik dan mapan. 6) Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru. Merger akan menciptakan sinergi pasar dan konsumen yang mapan yang akan meningkatkan pangsa pasar, mengurangi pesaing dan akan meningkatkan pendapatan. Dengan merger perusahaan tidak harus mencari konsumen baru sebagaimana pada saat menciptakan perusahaan baru.

7) Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru. Melalui proses merger perusahaan dapat melakukannya melalui konglomerasi yaitu mengakuisisi


(1)

perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan digabung bersama. Jika “size” bertambah besar ditambah sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga semakin meningkat. Oleh karena itu, kinerja keuangan perusahaan dalam hal ini adalah ROA pasca merger diprediksi akan semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger. Dengan adanya kinerja keuangan perusahaan berupa ROA yang tinggi, maka ketertarikan investor juga akan meningkat, sehingga kondisi tersebut akan berdampak pada peningkatan harga dan return saham.

6.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain adalah:

1. Hasil penelitian ini hanya dapat dijadikan analisis pada obyek penelitian yang terbatas pada perusahaan pengakuisisi dan tidak mengikutsertakan perusahaan yang diakuisisi, sehingga penelitian ini tidak dapat melihat pengaruh merger terhadap return saham dengan kinerja keuangan yang diukur dengan ROA sebagai variabel intervening pada perusahaan yang diakuisisi.

2. Variabel yang digunakan untuk mengukur pengaruhnya terhadap return saham pada penelitian ini, hanya sebatas merger sebagai variabel dependen dan kinerja keuangan yang diukur dengan ROA sebagai variabel intervening, sehingga masih banyak kemungkinan faktor lain yang dapat mempengaruhi return saham.


(2)

3. Jumlah periode pengamatan penelitian ini adalah enam tahun (periode 2000-2006). Ini menyebabkan perusahaan-perusahaan yang merger pada periode 2007-2009 tidak dijadikan sampel pada penelitian ini. Sementara berdasarkan informasi-informasi yang ada bahwa pada periode 2006-2009 ada perusahaan-perusahaan yang melakukan merger.

6.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Memperluas obyek penelitian yang tidak terbatas pada perusahaan pengakuisisi saja dengan menambah perusahaan yang diakuisisi sebagai sampel, sehingga memungkinkan adanya perbandingan pengaruh merger terhadap return saham dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening antara perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi.

2. Penelitian ini perlu dikembangkan lebih jauh lagi, untuk mendapatkan hasil empirik yang lebih kuat yaitu dengan menambah variabel-variabel lain seperti pengumuman dividen, stock split dan current ratio.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan perlu memperpanjang periode pengamatan, sehingga jumlah sampel perusahaan lebih besar dan lebih beragam. Perpanjangan periode penelitian dan penambahan jumlah sampel mungkin akan memberikan hasil yang lebih baik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, C. and A. Neely. 2000. “The Performance Prism to Boost M&A Success”. Measuring Business Excellence. Vol. 4 No. 3 pp. 19-23.

Alwi, Z. Iskandar. 2003. Pasar Modal Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Penerbit Yayasan Pancur Siwah. Jakarta.

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Media Soft Indonesia. Jakarta.

Appelbaum, A.H., J. Gandel, B.T. Shapiro, P. Bellsle & E. Hoeven. 2000. “Anatomy of a Merger. Behavior of Organizational Factors and Processes throughout the pre-during-post-Merger Part 1 & 2”. Management Decision. Vol. 38 No. 10 pp. 649-661 & 674-684

Asna and Nugraha. 2006. “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Ekonomi Modernisasi, Vol. 2 No. 3 (Oktober 2006).

Brigham, Eugene F dan Joel F Houston (terj). 2001. Manajemen Keuangan. Jilid 2. Edisi 8. Erlangga. Jakarta.

Brigham, Eugene F., Gapenski, Louis C., dan Ehrnart, Michel C. 1999. Financial Management Theory and Practice. The Dryden Press. Orlando.

Corrado, Charles J. and Jordan, Bradford D. 2000. Fundamentals of Investment Analysis. Fourth Edition. Mc Graw Hill. Singapore.

Covin, T,J., T.A. Kolenko, K.W. Sightler and R.K. Tudor. 1997. “Leadership Style and Post-Merger Satisfaction”. Journal of Management Development. Vol. 16 No.1 pp. 22-33

Coyle, Brian. 2000. Mergers and Acquisition. Amacom. New York. Dendawijaya, L. 2001. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta.


(4)

Febryani, Anita dan Zulfadin, Rahadian. 2003. “Analisis Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia”. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume 7 No. 4. Jakarta.

Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Salemba Empat. Jakarta.

Hanafi, Mamduh dan Halim, Abdul. 2003. Analisis Laporan Keuangan. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Hitt, Michael A., Jeffey S. Harrison dan R. Diane Ireland (terj). 2002. Merger dan Akuisisi: Penduan Meraih Laba Bagi Para Pemegang Saham. Jilid 1, Edisi 1. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Horne, James C.V and Wachoviz Jr, John M. 1998. Fundamental of Financial Management. 8th ed. Prentice Hall International. New Jersey.

Hoyle, Schaefter and Doupnik. 2004. Advance Accounting. Seventh Edition. International Edition: Mc Graw Hill. Singapore.

Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek). BPFE. Yogyakarta.

_________. 1994. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Kedua. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. (Edisi Ketiga). BPFE. Yogyakarta.

Kotter, J.P. and J.L. Heskett. 1992. Corporate Culture and Performance. The Free Press. New York.

Kuncoro, Mudrajat. 2001. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta. Moin, Abdul. 2003. Merger, Akuisisi dan Divestasi. Jilid 1. Ekonisia. Yogyakarta. Muhammad, Swarsono. 2004. Manajemen Strategik: Konsep dan Kasus. Jilid 1. Edisi

Ketiga. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 3. Bagian Penerbitan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.


(5)

Neil, M. Kay. 1997. Pattern in Corporate Evolution. Oxford University Press. New York.

Payamta, dan Doddy Setiawan. 2004. “Analisis Pengaruh Merger dan Akuisis Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia”. Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7 No. 3 (September). Hal. 265-282.

Pringle, J.J. and Harris, R.S. 1987. Essential of Managerial Finance. 2nd. Illinois. London.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. BPFE. Yogyakarta.

Robbins, S.T. 2000. Organizational Behaviour. Prentice Hall Inc. New Jersey. Ross, S.A, Westerfield, R.W & Jaffe. 2002. Corporate Finance. (6th Edition). Mc

Graw-Hill, Inc. USA.

Rubrik Eurika. 2002. Investasi Saham di Pasar Modal. Jakarta: Http:/www.redaksi@ sinarharapan.co.id.

Schein, E.H. 1997. Organizational Culture and Leadership. Jossey-Bass. Fransisco. Sudarsanam, P.S (terj). 1999. The Essence of Mergers and Acquisitions. Jilid 1. Edisi

1. ANDI. Yogyakarta.

Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Ketiga. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Sutrisno, dan Sumarsih. 2004. “Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi terhadap Pemegang Saham di BEJ Perbandingan Akuisisi Internal dan Eksternal” Akuntansi & Auditing Indonesia, Vol. 8 No. 2 (Desember). Hal. 189-210.

Tandelin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Ulupui. 2006. “Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman


(6)

dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta”. Kinerja, Vol. 11 No. 2 (2007). Hal. 98-112.

Wahana. 2006. Belajar Praktis Menguasai SPSS 13 untuk Statistik. Jilid 1. Edisi 1. Salemba Infotek. Jakarta.

Wahyudi, Sugeng. 2003. “Pengukuran Return Saham”. Jurnal Ekonomi. Suara Merdeka.

Wibowo, Amin dan Yulita Milla Pakereng. 2001. “Pengaruh Pengumuman Merger dan Akuisisi terhadap Return Saham Perusahaan Akuisitor dan Non Akuisitor dalam Sektor Industri yang Sama di Bursa Efek Jakarta”. Ekonomi & Bisnis Indonesia, Vol. 16 No. 4 (Oktober). Hal. 373-387.

Widjanarko, Hendro. 2006. “Merger, Akuisisi dan Kinerja Perusahaan Studi Atas Perusahaan Manufaktur Tahun 1998-2002.” Utilitas, Vol. 14 No. 1 (Januari). Hal. 39-49.

Whalen, P.T. 2000. Study to Explore How Communication Drive Merger Success. Working Paper.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan, dengan Leverage sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 66 86

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

5 56 98

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 37 72

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN KOSMETIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2010-2012.

0 3 13

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN KOSMETIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2010-2012.

0 5 14

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

0 3 15

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 13

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN SUSTAINABILITY REPORT DISCLOSURE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 24

PENGARUH PENGUMUMAN MERGER DAN AKUISISI TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM PERUSAHAAN PENGAKUISISI PENGARUH PENGUMUMAN MERGER DAN AKUISISI TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM PERUSAHAAN PENGAKUISISI DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ).

0 2 11