Menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Apabila dilihat dari pasal – pasal di dalam KUHP diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa KUHP melindungi dan memberikan keadilan bagi anak korban pemerkosaan. Jika dilakukan perbandingan pasal 285 KUHP yang lebih mengatur kepada pemerkosaan terhadap orang dewasa jelas terlihat apabila pemerkosaan dilakukan terhadap orang dewasa maka sangsi yang dikenakan lebih berat. Pengenaan ancaman pidana penjara terhadap perkosaan anak dibawah umur disamakan keberadaan nya dengan perkosaan terhadap wanita dewasa yang pingsan dan tidak berdaya . Padahal dalam kenyataan nya pemerkosaan terhadap anak jauh lebih memberikan dampak psikologis bagi anak korban pemerkosaan. Perkosaan terhadap anak di bawah umur juga merupakan delik aduan berbeda dengan perkosaan orang dewasa yang merupakan delik biasa . Selain ancaman pidana yang dikenakan dalam berbagai pasal kekerasaan seksual di atas hanya mencamtumkan pidana maksimal tanpa menentukan pidana minimal.

B. Menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak Perlindungan hukum bagi korban tindak pidana pemerkosaan terlebih korban pemerkosaan itu seorang anak merupakan hal yang paling dibutuhkan pada saat ini sebagai bentuk perlindungan hukum yang diberikan Negara kepada seorang anak. Akibat dari buruk nya perlindungan Negara terhadap anak sebagai korban tindak Universitas Sumatera Utara pidana maka banyak pada masa sekarang kita lihat baik di media cetak, telivisi , media online, banyak menanyangkan kasus – kasus pemerkosaan terhadap anak . sehingga lahir lah Undang – Undang No 23 Tahun 2002 yang memberikan perlindungan hukum bagi seorang anak yang menngalami pemerkosaan. Menurut pasal 1 ayat 2 UU No.23 Tahun 2002 perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak – hak nya agar dapat hidup , tumbuh , dan berkembang serta berpartisipasi , secara optimal , sesuai harkat dan martabat kemanusiaan , serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan anak dapat juga diartikan sebagai segala upaya yang ditujukan untuk mencegah , rehabilitasi, dan memberdayakan anak yang mengalami perlakuan salah. Ekspoilitasi dan penalantaran agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara wajar , baik fisik mental dan sosial nya. Perlindungan anak dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1. Perlindungan anak yang bersifat yuridis , yaitu yang meliputi perlindungan dalam bidang hukum public dan dalam bidang hukum keperdataan. 2. Perlindungan anak yang bersifat non yuridis yaitu yang meliputi perlindungan dalam bidang sosial , bidang kesehatan , dan bidang pendidikan. Didalam pasal 13 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 menyebutkan bahwa setiap anak yang selama dalam pengasuhan orang tua, wali , atau pihak Universitas Sumatera Utara manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan berhak mendapatkan perlindungan dan pengakuan 31 a. Diskriminasi Misalnya perlakuan yang membeda – bedakan suku , agama , ras , golongan, jenis kelamin , etnik , budaya dan Bahasa , status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik atau mental . b. Eksploitasi , baik ekonomi maupun seksual Misalnya tindakan atau perbuatan memperalat , memanfaatkan, memeras anak untuk memperoleh keuntungan pribadi , keluarga maupun golongan. c. Penelantaran Misalnya suatu tindakab atau perbuatan yang mengabaikan dengan sengaja kewajiban untuk memelihara , merawat , mengurus dan sebagaimana mesti nya merawat seorang anak. d. Kekejaman ,kekerasan , dan penganiayaan Perlakuan yang kejam missal nya tindakan atau perbuatan yang secarazalim , keji , bengis, atau tidak menaruh belas kasihan kepada anak . Perlakuan kekerasaan dan penganiayaan , misalnya perbuatan melukai dan meciderai anak tidak semata – mata fisik nya tetapi mental dan sosial. 31 Pasal 13, Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Universitas Sumatera Utara e. Keadilan Perlakuan ketidakadilan missal nya , tindakan keberpihakan antara anak yang satu dengan anak yang lalin nnya , atau kesewenang – wenangan terhadap anak , f. Perlakuan salah lain nya , misalnya tindakan pelecehan atau perbuatan tidak senonoh kepada anak . Pasal 20 Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 menentukan bahwa Negara , pemerintah , masyarakat , keluarga , dan orang tua wajib dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. Jadi yang mengusahakan perlindungan anak adalah setiap anggota masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan berbagai macam usaha dan sistuasi dan kondisi tertentu . Kewajiban dan tanggung jawab Negara dan pemerintah dalam usaha perlindungan anak diatur di dalam Undang – Undang No 23 tahun 2002 yang mengatur sebagai berikut : 1. Menghormati dan menjamin hak asasi anak tanpa membedakan suku , agama , ras , golongan , jenis kelamin , etik budaya, dan Bahasa , status , hukum anak , urutan kelahiran anak dan kondisi fisik atau mental terdapat di dalam pasal 21 UU No 23 Tahun 2002 2. Memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak terdapat di dalam pasal 22 UU No 23 Tahun 2002 Universitas Sumatera Utara 3. Menjamin perlindungan , pemeliharaan , dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua , wali atau orang lain yang secara umum bertanggung jawab terhadap anak dan mengawasi penyelenggaraan perlindunngan anak pasal 23 UU No 23 Tahun 2002 4. Menjamin anak untuk mempergunakan hak nya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak pasal 2 UU No 23 Tahun 2002 Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui kegiatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak seperti diatur di dalam pasal 25 UU No 23 Tahun 2002. Sedangkan pasal 26 mengatur mengenai kewajiban keluarga dan tanggung jawab keluarga dan orang tua di dalam usaha perlindungan anak yaitu : 1. Mengasuh , mendidik dan melindungi anak. 2. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan , bakat , dan minat nya. 3. Mencegah terjadi nya perkawinan pada usia anak – anak . Adapun perlindungan khusus bagi korban pemerkosaan sebagaimana dimaksud di dalam pasal 59 menyebutkan bahwa pemerintah dan lembaga Negara lain nya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak di dalam situasi darurat , anak yang berhadapan dengan hukum , anak dari Universitas Sumatera Utara kelompok minoritas dan terisolasi , anak tereksploitasi secara ekonomi dan seksual , anak yang diperdagangkan , anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika , alcohol , psikotropika , dan zat adiktif lain nya , anak korban penculikan, penjualan dan perdangangan , anak korban kekerasan baik fisik dan mental, anak yang menyandang cacat , dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran . Perlindungan khusus bagi anak korban kekerasan sebagaimana dimaksud di dalam pasal 59 tersebut meliputi kekerasan fisik , mental , dan seksual melalui upaya: a. Penyebarluasan dan sosialisasi ketentuan peraturan perundang – undangan yang melindungi anak korban kekerasan b. Pemantauan , pelaporan dan pemberian sangsi. Seperti yang sudah dijelaskan diatas di dalam UU No 23 Tahun 2002 tidak mengenal ada nya istilah pemerkosaan seperti yang tertulis di dalam KUHP melainkan istilah asusila, maka dengan demikian dapat disimpulkan jika pasal 81 ayat 1 dan ayat 2 UU No 23 Tahun 2002 dapat dikatakan sebagai ketentuan yang mengatur mengenai pemaksaan di dalam persetubuhan . Pasal 81 ayat 1 Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 menyebutkan bahwa : “setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengan nya atau dengan orang lain , dipidana dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun dan paling singkat tiga tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000-, Tiga Ratus Juta Rupiah dan paling sedikit Rp 60.000.000 -, Enam Puluh Juta Rupiah “. Universitas Sumatera Utara Adapun unsur unsur yang terkandung di dalam pasal ini adalah : 1. Setiap orang Dalam unndang – undang ini “ setiap orang “ yang dimaksud adalah subjek atau pelaku 2. Dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan Dalam melakukan persetubuhan , terdakwa melakukan kekerasan demi memuluskan perbuatan nya , misalnya memukul , menendang, menusuk dengan sengaja menggunakan pisau, sedangkkan ancaman kekerasan itu merupakan ancaman kekerasan fisik yang dapat berupa kekerasan yang ditujukan pada korban guna memudahkan melakukan suatu perbuatan,dan terdapat unsur kesengajaan. 3. Memaksa untuk melakukan persetubuhan dengan nya atau dengan orang lain Memaksa anak artinya suatu perbuatan untuk menekan kehendak orang lain agar orang tersebut menerima kehendak kita dalam melakukan perrsetubuhan, Sedangkan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih ada di dalam kandungan. 4. Berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat , serangkaian kebohongan , atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengan nya atau dengan orang lain. Universitas Sumatera Utara Selanjut nya diatur di dalam pasal 81 ayat 2 “ketentuan pidana sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 berlaku pula bagi detiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat , serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengan nya atau dengan orang lain “. Pasal 82 yang menyatakan “ setiap orang yang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa, melakukan tipu muslihat ,serangkaian kebohongan,atau membujuk anak melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul , dipidana dengan pidana penjara lima belas tahun dan paling singkat tiga tahundan denda paling banyak Rp 300.000.000 dan paling sedikit Rp 60.000.000 “ Apabila dilihat dari ketentuan pidana pada pasal – pasal yang ada dalam Undang – Undang tersebut dapat disimpulkan bahwa ketentuan pidana yang ada di dalam Undang – Undang Perlindungan Anak tersebut lebih memperhatiakan kepentingan korban pemerkosaan anak di bawah umur karena mengancamkan pidana yang lebih berat yaitu pidana penjara paling lama lima belas tahun dan paling singkat tiga tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000 dan paling sedikit Rp 60.000.000. Ketentuan pidana tersebut dirasakan lebih tepat jika dibandingkan dengan pasal 287 KUHP yang hanya mengancamkan pidana Sembilan tahun.

C. Menurut Undang – Undang No 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan