Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. ABB Libek Project Terhadap Pendapatan Masyarakat Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

(1)

PERANAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. ADONARA BAKTI BANGSA LIBEK PROJECT TERHADAP PENDAPATAN

MASYARAKAT KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

LOUISE BERNADETH BUDIARTI 050501068

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2009


(2)

ABSTRAK

LOUISE BERNADETH BUDIARTI, PERAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. ABB LIBEK PROJECT TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS di bawah bimbingan Bapak Prof. DR. Siro Juzilam, SE.

PT. ABB merupakan perusahaan swasta nasional yang aktivitasnya bergerak di bidang pengamanan terhadap aset-aset perusahaan-perusahaan besar yang tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya PT. Chevron Pacific Indonesia. PT. ABB Libek Project mulai beroperasi di Kecamatan Mandau sejak tahun 2006 dan telah melaksanakan program CSR kepada masyarakat. Meskipun program CSR meningkat namun masih banyak masyarakat yang hidup dengan pendapatan rendah. Hal ini yang menjadi dasar pemikiran penelitian. Tujuan Penelitian adalah: 1) Mendeskripsikan konsep CSR PT. ABB Libek Project yang telah diimplementasikan pada masyarakat 2) Menganalisis peran CSR terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

Metoda/Teknik Analisis Data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dan Analisis Uji Beda Rata-Rata (Compare Mean).

Hasil penelitian menunjukkan CSR PT. ABB Libek Project belum memiliki dokumen perencanaan dan strategi, masih dianggap biaya (cost) dan belum dianggap sebagai Investasi Sosial (Social Investment), tingkat pengetahuan (awareness) dan keterlibatan masyarakat masih rendah dan belum memiliki konsep pembangunan kesejahteraan masyarakat. Pendapatan nominal dan pendapatan riil masyarakat sebelum dan sesudah adanya program CSR berbeda nyata. Untuk mendukung berhasilnya pengembangan masyarakat (community development) dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) PT. ABB, diperlukan sebuah solusi kemitraan antara pemerintah, PT. ABB dan masyarakat (kemitraan tripartit) dan program CSR dengan mengembangkan ekonomi masyarakat lokal yang sifatnya produktif.

Kata Kunci:

Corporate Social Responsibility, Pendapatan Masyarakat, Kemitraan Tripartit.

ABSTRACT

LOUISE BERNADETH BUDIARTI, THE ROLE OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) OF PT. ABB LIBEK PROJECT ON THE INCOME COMMUNITY OF MANDAU SUBREGENCY OF BENGKALIS REGENCY under consulate of Mr. Prof. Dr. Siro Juzilam, SE.

PT. ABB Libek Project is a national private company. It’s business core in security for the assets of big companies in Indonesia, such as CHEVRON PACIFIC INDONESIA, Ltd. ABB Libek Project has started operation in Sub-regency of Mandau since 2006 and has done CSR Program to the community. Although the CSR


(3)

program has increased, however, many people was still have low income. It is the rationale of the present study. The objectives of the study are 1) To describe CSR form and concept of PT. ABB Libek Project that have been implemented to the community of Mandau Subregency. 2) To analyze the role of CSR in income of the community.

The metode/technique of data analysis used in this study included descriptive analysis and Compare Mean Analysis.

The results of study showed that CSR of PT. ABB Libek Project still not has a planning document and stratey yet, CSR is still considered to be a cost and still not considered it to be a social investment, including lower knowledge (awareness) and participation of the community is still lower and it still not has a concept of welfare development of the community. Nominal and real incomes of the community prior and after implementaion of CSR program was significantly different. To support the success of community development in Corporate Social Responsibility (CSR) of PT. ABB Libek Project, a solution of partnership among government, PT. ABB Libek Project and community is significantly required (tripartied partnership) by developing the productive local community.

Keywords :


(4)

KATA PENGANTAR

Syukur dan Puji kepada Tuhan Yesus Kristus penulis panjatkan telah memberikan berkat-berkatNya kepada hamba untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. ABB Libek Project Terhadap Pendapatan Masyarakat Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu saya menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang sangat berperan dalam proses penyusunan tesis ini, yaitu kepada Bapak Prof. DR, Siro Juzilam, SE, sebagai Pembimbing Penulisan Skripsi, yang banyak memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan ini dan kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa maupun isinya, oleh karena itu penulis dengan senang hati akan menerima kritikan sehat, saran dan masukan dari semua pihak. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Medan, Juni 2009


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK …...……… i

KATA PENGANTAR ...………….………... iii

DAFTAR ISI ………..……….. iv

DAFTAR TABEL …………..……….. vi

DAFTAR GAMBAR ………..………. vii

DAFTAR LAMPIRAN ………..……….. viii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Perumusan Masalah ……… 5

1.3. Tujuan Penelitian ……… 6

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) ……… 7

2.2. Pengembangan Masyarakat (Community Development) dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) ...…. 18

2.3. Kemitraan dalam Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan Governance ……... 21

2.4. Penelitian Terdahulu…………... ……… 27

2.5. Kerangka Pemikiran Penelitian ………... 29

2.6. Hipotesis Penelitian………... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 31

3.2. Populasi dan Sampel ... 31

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.3.1. Pengumpulan Data Primer ... 33

3.3.2. Pengumpulan Data Sekunder ... 33

3.4. Teknik Analisis Data ... 34

3.5. Definisi Variabel Operasional Penelitian ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Bengkalis dan Kecamatan Mandau ... 36

4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Mandau... 39

4.2. Profil Perusahaan PT. ABB Libek Project... 42

4.3. Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) PT. ABB Libek Project ………... 43


(6)

4.4. Kebijakan Pelaksanaan Program... 47

. 4.5. Tingkat Pengetahuan (Awareness) dan Keterlibatan Responden terhadap Keberadaan Program CSR... 52

4.5.1. Tingkat Pengetahuan (Awareness) Responden terhadap Keberadaan Program CSR... 52

4.5.2. Tingkat Keterlibatan Responden terhadap Keberadaan Program CSR... 55

4.6. Peran Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja Masyarakat Lokal... 57

4.6.1. Peran Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Tingkat Pendapatan Nominal... 57

4.6.2. Peran Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Tingkat Pendapatan Riil... 58

4.6.3. Peran CSR terhadap Pengembangan Ekonomi Lokal... 60

4.7. Kemitraan antara Pemerintah, Perusahaan PT. ABB dan Masyarakat... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1. Kesimpulan... 66

5.2. Saran... 67


(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1 Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial ... 21 2. Jumlah Populasi dan Sampel Menurut Desa ... 32 3. Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Nominal

Masyarakat...

57

4. Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Riil

Masyarakat... 58 5 Komposisi Tenaga Kerja PT. ABB Libek Project Berdasarkan


(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1 Hubungan Garis Segitiga (Triple Bottom Line)... 8 2 Empat Kriteria Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Model

Carrol ... 15 3 Garis Hubungan antar sektor dalam Program Corporate

Social Responsibility ... 26 4 Kerangka Pemikiran Corporate Social Responsibilty (CSR)

PT. ABB Libek Project... 29 5 Peta Wilayah Kabupaten Bengkalis Berdasarkan Batas

Wilayah Kecamatan ... 36 6 Tingkat Pengetahuan (Awarness) Responden tentang

Program Kerohanian...

52

7 Tingkat Pengetahuan (Awareness) Responden terhadap

Program Pembangunan Infrastruktur ... 53 8 Tingkat Pengetahuan (Awareness) Responden tentang

Program Kepemudaan dan Olahraga... 54 9 Tingkat Pengetahuan (Awareness) Responden terhadap

Keberadaan Program Bidang Ekonomi... 54 10 Tingkat Keterlibatan Masyarakat dalam Program

CSR... 55 11 Komposisi Tenaga Kerja PT. ABB Libek Project Berdasarkan


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Jumlah Pendapatan Nominal Masyarakat Tahun 2005 dan Tahun 2008.. 72 2 Pendapatan Nominal Masyarakat Tahun 2005 dan Tahun 2008, T-Test 73 3 Jumlah Pendapatan Riil Masyarakat Tahun 2005 dan Tahun 2008..

74 4 Pendapatan Riil Masyarakat Tahun 2005 dan Tahun 2008, T-Test


(10)

ABSTRAK

LOUISE BERNADETH BUDIARTI, PERAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. ABB LIBEK PROJECT TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS di bawah bimbingan Bapak Prof. DR. Siro Juzilam, SE.

PT. ABB merupakan perusahaan swasta nasional yang aktivitasnya bergerak di bidang pengamanan terhadap aset-aset perusahaan-perusahaan besar yang tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya PT. Chevron Pacific Indonesia. PT. ABB Libek Project mulai beroperasi di Kecamatan Mandau sejak tahun 2006 dan telah melaksanakan program CSR kepada masyarakat. Meskipun program CSR meningkat namun masih banyak masyarakat yang hidup dengan pendapatan rendah. Hal ini yang menjadi dasar pemikiran penelitian. Tujuan Penelitian adalah: 1) Mendeskripsikan konsep CSR PT. ABB Libek Project yang telah diimplementasikan pada masyarakat 2) Menganalisis peran CSR terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

Metoda/Teknik Analisis Data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dan Analisis Uji Beda Rata-Rata (Compare Mean).

Hasil penelitian menunjukkan CSR PT. ABB Libek Project belum memiliki dokumen perencanaan dan strategi, masih dianggap biaya (cost) dan belum dianggap sebagai Investasi Sosial (Social Investment), tingkat pengetahuan (awareness) dan keterlibatan masyarakat masih rendah dan belum memiliki konsep pembangunan kesejahteraan masyarakat. Pendapatan nominal dan pendapatan riil masyarakat sebelum dan sesudah adanya program CSR berbeda nyata. Untuk mendukung berhasilnya pengembangan masyarakat (community development) dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) PT. ABB, diperlukan sebuah solusi kemitraan antara pemerintah, PT. ABB dan masyarakat (kemitraan tripartit) dan program CSR dengan mengembangkan ekonomi masyarakat lokal yang sifatnya produktif.

Kata Kunci:

Corporate Social Responsibility, Pendapatan Masyarakat, Kemitraan Tripartit.

ABSTRACT

LOUISE BERNADETH BUDIARTI, THE ROLE OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) OF PT. ABB LIBEK PROJECT ON THE INCOME COMMUNITY OF MANDAU SUBREGENCY OF BENGKALIS REGENCY under consulate of Mr. Prof. Dr. Siro Juzilam, SE.

PT. ABB Libek Project is a national private company. It’s business core in security for the assets of big companies in Indonesia, such as CHEVRON PACIFIC INDONESIA, Ltd. ABB Libek Project has started operation in Sub-regency of Mandau since 2006 and has done CSR Program to the community. Although the CSR


(11)

program has increased, however, many people was still have low income. It is the rationale of the present study. The objectives of the study are 1) To describe CSR form and concept of PT. ABB Libek Project that have been implemented to the community of Mandau Subregency. 2) To analyze the role of CSR in income of the community.

The metode/technique of data analysis used in this study included descriptive analysis and Compare Mean Analysis.

The results of study showed that CSR of PT. ABB Libek Project still not has a planning document and stratey yet, CSR is still considered to be a cost and still not considered it to be a social investment, including lower knowledge (awareness) and participation of the community is still lower and it still not has a concept of welfare development of the community. Nominal and real incomes of the community prior and after implementaion of CSR program was significantly different. To support the success of community development in Corporate Social Responsibility (CSR) of PT. ABB Libek Project, a solution of partnership among government, PT. ABB Libek Project and community is significantly required (tripartied partnership) by developing the productive local community.

Keywords :


(12)

1.1 . Latar Belakang

Perkembangan dunia industri dewasa ini telah mendorong setiap perusahaan untuk dapat mengoptimalkan keuntungannya di tengah-tengah persaingan dunia usaha yang semakin tinggi. Berbagai konsep manajemen diterapkan oleh perusahaan agar operasional perusahaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Namun untuk mewujudkan keuntungan yang optimal dan berkesinambungan, perusahaan tidak dapat hanya memperhatikan kepentingan perusahaan semata, melainkan harus juga memperhatikan kepentingan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya yakni pemerintah dan masyarakat setempat. Oleh karena itu maka perusahaan yang kini kian menyadari pentingnya keberadaan pemerintah dan masyarakat setempat dalam membantu terciptanya sustainable (keberlanjutan) dan pertumbuhan perusahaan, melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan.

Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah komitmen perusahaan untuk membanguan kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat disekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada, yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan (Arif Budimata, 2008). Namun keberadaan CSR oleh sebagian perusahaan masih dianggap sebagai


(13)

alat reaktif jika ada ketidakpuasan masyarakat terhadap perusahaan. Tidak heran jika selama ini yang rajin melakukan program (CSR) ini hanyalah perusahaan yang rawan konflik dengan masyarakat. Padahal jika program ini dilaksanakan dengan efektif dan efisien, bukan hanya masyarakat yang diuntungkan, perusahaan pun bisa mendapatkan manfaat yang signifikan.

Setelah sepuluh tahun terakhir ini CSR telah menjadi salah satu isyu sosial maupun isyu pembangunan, yang menggelilitik begitu banyak pihak di Indonesia, kemudian negara memutuskan untuk mengaturnya melalui UU No. 40 mengenai Perseroan Terbatas pada tahun 2007. Melalui undang-undang tersebut CSR lebih difokuskan kepada kewajiban perusahaan untuk melaksankan Tanggung Jawab sosial dan Lingkungan (TSL) yaitu perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam ataupun kegiatannya terkait dengan sumber daya alam sehingga undang-undang tersebut dirasakan diskriminatif sementara di lain pihak, hal ini membahagian bagi perusahaan-perusahaan yang merasa bahwa bidang usahanya tidak terkena kewajiban untuk melakukan CSR.

Pada pertengahan tahun 2008, Rancangan Peraturan Pemerintah tentang CSR yang merupakan implementasi dari Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas akhirnya mendapat dukungan dari pengusaha, karena pembahasan mengenai besaran "tarif" CSR dalam rancangan peraturan tersebut ditiadakan. Mereka akhirnya setuju dan tidak mempermasalahkan lagi klausul yang


(14)

menyatakan CSR bersifat wajib (mandatory), dengan alasan kewajiban tersebut dapat mengajak perusahaan yang belum menjalankan CSR, untuk segera mejalankannya.

Kasus pemblokiran jalan oleh warga di Papua terhadap kendaraan-kendaraan milik Freeport, kasus gugatan warga terhadap Newmont di Buyat dan kasus PT. Inti Indo Rayon di Kecamatan Porsea yang mengalami konflik dengan masyarakat sekitar sehingga operasi pabrik sempat dihentikan, menggambarkan bagaimana kekecewaan warga terhadap ketidakpekaan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di wilayah-wilayah tersebut. Dalam bahasa praksis, kepekaan sosial ini diwujudkan melalui program Corporate Social Responsibilities (CSR). Program sejatinya merupakan manifestasi dari kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dimana ia melaksanakan usaha. Hanya sayangnya, kepedulian ini kerap baru muncul setelah timbul masalah dengan masyarakat. Jadi, ada preseden buruk yang secara umum terjadi bahwa CSR dijadikan senjata untuk memadamkan keresahan sosial akibat keberadaan suatu perusahaan. Hal ini mengakibatkan antara masyarakat dan perusahaan seolah terdikotomi. Pada akhirnya program CSR akan menjadi tidak efektif. Terbukti akibat lemahnya program CSR yang dimiliki oleh PT Freeport Indonesia, operasi perusahaan sempat terhenti. Kalau sudah begitu, perusahaan juga yang rugi. Padahal, dari sisi korporat sebenarnya Freeport sudah menjalankan program CSR ke masyarakat, hanya saja berjalan tidak efektif.

Demikian juga dengan PT. Adonara Bakti Bangsa (PT. ABB) Libek Project, sebuah perusahaan kontraktor nasional yang bergerak dalam bidang jasa pengamanan


(15)

untuk PT. Chevron Pacific Indonesia ini telah menerapkan berbagai program-program sebagai wujud tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat yang berada di kawasan operasional perusahaan tersebut yakni di Kecamatan. Mandau Kabupaten Bengkalis.

PT. ABB Libek Project yang mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan pengamanan terhadap segala asset PT. Chevron Pacific Indonesia yang meliputi asset-aset personil, materil, dokumen, serta kegiatan operasional sehingga terlaksana suasana aman dan tenteram, merupakan salah satu dari ratusan perusahaan kontraktor yang menjadi bisnis partner perusahaan raksasa penghasil minyak bumi, PT. Chevron Pacific Indonesia. Selain kepada PT. Chevron Pacific Indonesia, PT. ABB juga telah banyak digunakan jasanya oleh perusahaan-perusahaan besar di seluruh Indonesia.

Pada awal tahun 2000 PT. ABB berdiri di Jakarta sebagai pusatnya dan mulai beroperasi di area Libek yang terletak di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis sejak tahun 2006. Dalam aktivitasnya, sejak awal beroperasi di Kecamatan Mandau, PT. ABB Libek Project telah memberikan bantuan CSR kepada masyarakat yang kebanyakan bersifat seremonial dalam bentuk bantuan-bantuan pada HUT RI, Hari Besar dan kegiatan keagamaan dan sebatas layanan sosial lainnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan ABB Libek Project meningkatkan CSRnya dengan memberikan bantuan secara rutin bulanan terhadap masyarakat pemuda desa dimana perusahaan ini beroperasi. Hal tersebut dimaksudkan demi kelancaran pihak perusahaan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari yaitu untuk menjaga dan mengamankan aset-aset PT. Chevron Pacific Indonesia dari gangguan masyarakat.


(16)

Sejak tahun 2007, PT. ABB Libek Project mempunyai program pengembangan masyarakat (community development) yaitu merekrut masyarakat lokal (putra daerah) baik yang memiliki ijasah/berpendidikan maupun yang tidak memiliki ijasah (khususnya suku Sakai) untuk dilatih sebagai security dan kemudian diangkat menjadi karyawan PT. ABB. Libek Project. Melalui program ini PT. ABB Libek Project disamping bertujuan agar semakin mempermudah dalam menjalankan tugasnya karena beroperasi di daerahnya sendiri, juga untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal yang sebelumnya menggantungkan hidup dari hasil memancing di sungai, kini memperoleh pendapatan yang tetap setiap bulannya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Adonara Bakti Bangsa Libek Project terhadap pendapatan masyarakat Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis”.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka diperoleh permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. ABB Libek Project yang telah diimplementasikan di Kecamatan Mandau?

2. Bagaimana peranan program CSR terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di Kecamatan Mandau?


(17)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan wujud CSR PT. ABB Libek Project yang telah diimplementasikan pada masyarakat Kecamatan Mandau.

2. Menganalisis pengaruh CSR PT. ABB Libek Project terhadap peningkatan pendapatan masyarakat Kecamatan Mandau.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan.

2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut untuk meneliti topik yang sama.

3. Bagi penulis, sebagai proses pembelajaran dan penambah wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.


(18)

2.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi trend global dikarenakan perusahaan/korporasi sesungguhnya tidak hanya memiliki tanggung jawab ekonomis kepada para Stakeholder seperti memperoleh profit dan menaikkan harga saham, tanggung jawab kepada pemerintah seperti membayar pajak, memenuhi persyaratan Amdal (Analisis Dampak Lingkungan) dan ketentuan lain harus disertai tanggung jawab yang bersifat sosial dan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line saja.

Istilah Corporate Social Responsibility (CSR) dipopulerkan oleh Jhon Elkington, (1997) melalui bukunya “Cannibal with Forks, the Tripple Bottom Line of Twentieth Century Business”. Elkington mengembangkan konsep Triple Bottom Line dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan social justice. Melalui buku tersebut, Elkington memberi pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan, haruslah memperhatikan “3P”. Selain mengejar profit, perusahaan juga mesti memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkonstribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Hubungan ini diilustrasikan dalam bentuk segitiga sebagai berikut:


(19)

Sumber: Elkington, 1997

Gambar 1. Hubungan Garis Segitiga (Triple Bottom Line)

Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi diharapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi financial-nya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya.

Achwan (2006), mengemukakan dua tesis yang melatarbelakangi perkembangan wacana CSR, yang pertama adalah bahwa konsep CSR merupakan suatu bentuk kemampuan adaptasi perubahan perusahaan modern dalam menyesuaikan dirinya dengan perubahan sosial politik yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Tesis kedua mengatakan, konsep CSR sebagai bentuk respon perusahaan modern dalam ekonomi pasar untuk mempertahankan dominasinya terhadap setiap tantangan publik yang mengganggu kekuasaannya (Corporate Power) dengan membangun aliansi dengan lembaga atau aktor strategis.

Lingkungan

(Planet) Ekonomi (Profit)


(20)

Pergulatan wacana tersebut bermuara pada tiga definisi dan praktik CSR, definisi yang pertama berangkat dari asumsi the business of business is business, bahwa setiap perusahaan pada hakekatnya memiliki tujuan tunggal yaitu memaksimalkan keuntungan kepada pemiliknya dan keberadaannya dipercaya dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Inti dari definisi yang pertama ini lebih merupakan penolakan terhadap prinsip-prinsip kedermawanan perusahaan, Community Development atau donasi yang dianggap bertentangan dengan hakekat perusahaan.

Definisi kedua adalah Corporate Voluntarism yang menekankan aspek kebajikan (virtue) dalam mengejar keuntungan. Asumsi dasar definisi ini yang pertama adalah bahwa setiap perusahaan dengan sukarela sesuai dengan kekuatan dan kelemahannya dapat mengembangkan CSR dan menolak campur tangan negara dalam mengatur perusahaan. Asumsi yang kedua beranggapan bahwa kepedulian terhadap masyarakat atau konsumen dapat mendorong keuntungan ekonomi suatu perusahaan, dan yang ketiga adalah bahwa keberadaan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari masyarakat tempat perusahaan beroperasi.

Defenisi yang ketiga adalah Corporate Involuntarism dengan asumsi dasar bahwa setiap perusahaan memiliki kewajiban menjalankan tanggung jawab sosial yang harus dituangkan dalam bentuk undang-undang karena self regulation dan voluntarism dianggap sudah tidak lagi mencukupi karena dalam konteks kekinian pengaruh multi national corporation dianggap jauh berpengaruh dibanding negara/ bangsa.


(21)

Ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya.

Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan ekploratif, di samping sebagai kompensasi sosial karena timbulnya ketidaknyamanan (discomfort) pada masyarakat, semua ini diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa karena adanya market driven. Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR ini menjadi tren seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial.

Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya license to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontibusi positif kepada masyarakat sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan. Implementasikan program karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven), perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi


(22)

untuk menciptakan keuntungan (profit) demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan, dan dipraktekkan lebih karena faktor eksternal (external driven). Hampir bisa dipastikan implementasi adalah sebagai upaya dalam konteks kehumasan (public relation) merupakan kebijaksanaan bisnis yang hanya bersifat kosmetik.

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), lembaga internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih dari 120 multinasional company yang berasal dari 30 negara, dalam publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan CSR atau Tanggung Jawab Sosial perusahaan, sebagai “Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large.” Maksudnya adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.

Implementasi CSR di perusahaan pada umumnya dipengaruhi beberapa faktor. Yang pertama, adalah terkait dengan komitmen pimpinannya. Yang kedua,


(23)

menyangkut ukuran dan pematangan perusahaan, Ketiga, regulasi dan sistem perpajakan yang diatur oleh pemerintah.

Kotler (2005), mengungkapkan bahwa CSR hendaknya bukan merupakan aktivitas yang hanya merupakan kewajiban perusahaan secara formalitas kepada lingkungan sosialnya, namun CSR seharusnya merupakan sentuhan moralitas perusahaan terhadap lingkungan sosialnya. Selanjutnya Philip Kotler dan Nancy Lee (2005), berpendapat bahwa aktivitas CSR haruslah berada dalam koridor strategi perusahaan yang diarahkan untuk mencapai bottom line business goal seperti mendongkrak penjualan dan pangsa pasar, membangun positioning merk, menarik, membangun, memotivasi loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional hingga membangun citra korporat dipasar modal. Dengan argumentasi tersebut dapat dilihat bahwa CSR bukan merupakan aktivitas tempelan atau yang terpinggirkan, tapi merupakan denyut nadi perusahaan.

LEAD Indonesia dan LABSOSIO FISIP UI (2005), menyebutkan bahwa dalam banyak kasus yang melibatkan industri ekstraktif dengan masyarakat sering kali program Community Development mendominasi praktek CSR sebagai upaya pendekatan khusus untuk mencegah konflik. Hal tersebut menyebabkan konsepnya menjadi tersederhanakan atau disamakan dengan kegiatan Community Development, padahal CSR merupakan konsep yang mencakup berbagai kegiatan dimana salah satunya adalah kegiatan Community Development.

Poerwanto (2006), menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial adalah tindakan-tindakan dan kebijakan-kebijakan perusahaan dalam interaksi dengan


(24)

lingkungannya yang didasarkan pada etika. Secara umum etika dipahami sebagai aturan tentang prinsip-prinsip dan nilai-nilai moral yang mengarahkan perilaku seseorang atau kelompok masyarakat mengenai baik atau buruk dalam pengambilan kebijakan atau keputusan.

Terdapat tiga pendekatan dalam proses pembentukan tanggung jawab sosial tersebut:

1. Pendekatan moral, yaitu kebijakan atau tindakan yang didasarkan pada prinsip kesantunan dengan pengertian bahwa apa yang dilakukan tidak melanggar atau merugikan pihak-pihak lain secara sengaja.

2. Pendekatan kepentingan bersama, yaitu bahwa kebijakan-kebijakan moral harus didasarkan pada standar kebersamaan, kewajaran dan kebebasan yang bertanggung jawab.

3. Pendekatan manfaat, adalah konsep tanggungjawab sosial yang didasarkan pada nilai-nilai bahwa apa yang dilakukan oleh perusahaan menghasilkan manfaat besar bagi pihak-pihak berkepentingan secara adil.

Suharto (2005), menyebutkan konsep CSR merupakan bentuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di seputar perusahaan yang keberadaannya telah memunculkan masalah sosial ekonomi yang tajam antara ‘masyarakat’ perusahaan dengan penduduk lokal, dan pemiskinan struktural masyarakat setempat lewat ekploitasi dan perusakan lingkungan yang dilakukan perusahaan.

Munculnya konsep tanggung jawab sosial perusahaan didorong oleh terjadinya kecenderungan pada masyarakat industri yang dapat disingkat sebagai


(25)

fenomena DEAF (dalam Bahasa Inggris disebut tuli) sebuah akronim dari Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumsasi dan Feminisasi (Suharto, 2005), dimana munculnya fenomena-fenomena tersebut adalah karena terciptanya persoalan hubungan, tuntutan dan lain-lain antara masyarakat perusahaan dan masyarakat sekitar perusahaan.

Carrol dalam Poerwanto (2006) membagi Tanggung Jawab Sosial perusahaan ke dalam empat kriteria:

1. Tanggung jawab sosial ekonomi, dimana perusahaan harus dioperasikan dengan berbasis laba serta dengan misi tunggal untuk meningkatkan keuntungan selama berada dalam batas-batas peraturan pemerintah.

2. Tanggung jawab sosial sebagai tanggungjawab legal, dimana kegiatan bisnis diharapkan untuk memenuhi tujuan ekonomi para pelaku dengan berlandaskan kerangka kerja legal maupun nilai-nilai yang berkembang di masyarakat secara bertanggung jawab.

3. Tanggung jawab sosial sebagai tanggungjawab etika, yang didefinisikan sebagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang didasarkan pada keadilan, bebas dan tidak memihak, menghormati hak-hak individu, serta memberikan perlakuan berbeda untuk kasus yang berbeda yang menyangkut tujuan perusahaan.

4. Tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab sukarela atau diskresioner, dimana kebijakan perusahaan dalam tindakan sosial yang murni sukarela dan didasarkan pada keinginan perusahaan untuk memberikan kontribusi sosial yang tidak memiliki kepentingan timbal balik secara langsung.


(26)

Tanggungjawab Sukarela Tanggungjawab Etik Tanggungjawab Legal

Tanggungjawab Ekonomi

Sumber: Poerwanto, 2006

Gambar 2. Empat Kriteria Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Model Carrol Dari keempat kriteria tanggung jawab sosial perusahaan tersebut, tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab sukarela menjadi kriteria ideal untuk membangun suatu pola kemitraan dalam suatu model program pemberdayaan masyarakat. Melalui kriteria tersebut kemitraan akan menjadi garis tegas yang memisahkan motif tanggung jawab sosial perusahaan, antara tindakan ekonomi untuk memaksimalkan keuntungan dengan tindakan sosial sukarela.

Sebagai tindakan sosial sukarela, kemitraan cenderung akan melibatkan partisipan yang tidak berorientasi ekonomi seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat serta masyarakat itu sendiri. Sebaliknya apabila tanggung jawab sosial lebih berorientasi pada pencapaian tujuan ekonomi perusahaan maka partisipan yang terlibat tentunya merupakan pelaku-pelaku ekonomi. Tindakan sosial sukarela akan menjamin adanya kesesuaian tindakan masing-masing partisipan dengan tujuan pemberdayaan masyarakat sebagai tujuan bersama, sementara dalam tindakan


(27)

ekonomi masing-masing partisipan lebih menyesuaikan tindakannya dengan nilai ekonomi yang diharapkan dari kemitraan.

Konsep tanggungjawab sosial pada perkembangannya telah memunculkan konsep baru, yakni konsep Investasi Sosial Perusahaan (Corporate Social Investment). Konsep ini lebih merupakan suatu kritik terhadap konsep CSR yang dianggap filantropis dengan hanya melibatkan program-program sosial jangka pendek dan pemberian uang atau barang dari perusahaan bagi sekelompok masyarakat. Konsep CSI (Corporate Social Investment) umumnya memiliki dampak yang berdimensi lebih luas dan jangka panjang (sustainable). Konsep CSI juga tidak dipandang semata-mata sebagai bentuk pelunasan tanggung jawab sosial perusahaan, namun lebih jauh sebagai bagian dari rekayasa sosial dan strategi perusahaan yang rasional, terencana dan berorientasi pada keuntungan sosial jangka panjang bagi pihak perusahaan maupun masyarakat. Masyarakat juga mempunyai peran penting sebagai pendukung sosio-ekonomi sustainability dimana masyarakat diharapkan dapat mengoreksi dampak negatif perusahaan serta aktif menjadi dinamisator keberdayaan publik. Partisipasi aktif dari komunitas lokal dalam setiap pelaksanaan CSR sangat diperlukan sehingga memberi manfaat hubungan timbal balik (mutual benefit) dengan perusahaan atau korporasi.

Peran pemerintah sangat menentukan dalam membangun usaha yang kondusif dan tidak manipulatif. Sinergi yang paling diharapkan adalah kemitraan antara perusahaan, pemerintah dan komunitas (masyarakat) yaitu sinergi yang disebut kemitraaan tripartit. Warhurst (1998), mengajukan prinsip-prinsip Corporate Sosial


(28)

Responsibility (CSR) dengan adanya prioritas corporate, manajemen terpadu, proses perbaikan, pendidikan bagi karyawan, pengkajian, produk dan jasa, informasi publik, fasilitas operasi, penelitian, prinsip pencegahan, kontraktor dan pemasok, siaga menghadapi darurat, transfer best practise, memberi sumbangan, dan keterbukaan serta pencapaian dalam pelaporan.

Kasali (2005), menyatakan stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Ibarat sebuah jagad yang di kelilingi planet-planet, maka perusahaan juga di kelilingi dengan stakeholders dan membagi stakeholders menjadi sebagai stakeholder internal dan stakeholders eksternal.

Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam lingkungan organisasi perusahaan, misalnya karyawan, manajer dan pemegang saham (shareholder) serta keluarga karyawan. Stakeholders eksternal adalah pihak-pihak yang berada di luar kendali perusahaan (uncontrollable). Pemimpin perusahaan perlu membekali diri dengan teknik untuk mendesain organisasinya sesuai dengan keadaan lingkungan eksternalnya. Beberapa stakeholders eksternal diantaranya adalah konsumen, penyalur, pemasok, pemerintah, pers, pesaing dan komunitas atau masyarakat.

Mempraktekkan CSR dengan cara yang paling sederhana dapat dimulai dari aktivitas karitas (charity). Langkah awal bisa dimulai dari lingkungan internal perusahaan dengan memperhatikan kebutuhan karyawan. Programnya misalnya memberikan fasilitas kerja karyawan diatas standar, menyediakan beasiswa untuk


(29)

anak-anak karyawan dan menyediakan ruang perawatan bayi atau taman bermain anak dan setelah itu baru melihat dan mengimplementasikan CSR ke luar perusahaan secara eksternal (Koestoer, 2007 dalam www. swa.co.id)

2.2. Pengembangan Masyarakat (Community Development) dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)

Pengembangan Masyarakat (Community Development) dapat digambarkan sebagai berikut: dari aspek keterlibatan masyarakat, praktek Community Development dapat dikelompokkan ke dalam 3 bentuk, yaitu: development for community, development with community dan development of community.

Development for community adalah bentuk Community Development dimana masyarakat pada dasarnya menjadi objek pembangunan karena berbagai inisiatif, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan dilaksanakan oleh aktor luar. Aktor luar ini dapat saja telah melakukan penelitian, melakukan konsultasi, dan melibatkan tokoh setempat namun apabila keputusan dan sumber daya pembangunan berasal dari luar maka pada dasarnya masyarakat tetap menjadi objek.

Development with community ditandai secara khusus dengan kuatnya pola kolaborasi antara aktor luar dan masyarakat setempat. Keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama dan sumber daya yang dipakai berasal dari kedua belah pihak.

Development of community adalah proses pembangunan yang baik inisiatif, perencanaan, dan pelaksanaannya dilaksanakan sendiri oleh masyarakat. Masyarakat


(30)

membangun dirinya sendiri. Peran aktor dari luar dalam kondisi ini lebih sebagai sistem pendukung bagi proses pembangunan.

Ketiga pendekatan tersebut pada dasarnya memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu memperbaiki kualitas kehidupan dan kelembagaan masyarakat lokal. Perbedaan yang ada lebih berada pada sarana (means) yang dipakai. Efektivitas sarana ini sangat ditentukan oleh konteks dan karakteristik masyarakat yang dihadapi. Pada masyarakat tertentu mungkin pendekatan development for community lebih sesuai sementara pada masyarakat yang lain development with community justru yang dibutuhkan.

Faktor utama yang menentukan pemilihan ketiga pendekatan tersebut adalah seberapa jauh kelembagaan masyarakat telah berkembang. Pada masyarakat yang kelembagaannya sudah lebih berkembang development of community akan lebih tepat. Pada saat ini community development telah mengalami proses pengkayaan sehingga menjadi sebuah pendekatan yang multi aspek, dan sekarang secara umum terdiri dari beberapa aspek kunci sebagai berikut:

a. Adalah sebuah proses ”akar rumput”. b. Menjadi lebih swadaya (self reliance).

c. Berkembang menjadi komunitas pembelajar (learning Community). d. Berkurangnya kerentanan dan kemiskinan.

e. Terciptanya peluang ekonomi dan mata pencaharian yang berkelanjutan. f. Menguatnya modal sosial.


(31)

Sering terjadi Pengembangan Masyarakat (Community Development) justru mengubah keseimbangan elemen-elemen dalam masyarakat yang ada dalam jangka panjang akan merugikan masyarakat. Community Development sebaiknya dilaksanakan dengan mempertahankan perspektif keseimbangan yang ada dalam masyarakat lokal.

Secara umum Pengembangan Masyarakat (Community Development) dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan, sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraannya.

Dengan community development sebuah aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna dari pada sekedar aktivitas charity ataupun dimensi-dimensi lainnya, antara lain yaitu community relation yang hanya mengembangkan hubungan yang dinamis. Dalam pelaksanaan community development bersama-sama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktifitas dan keberlanjutan.

Dalam aktualisasi Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG), kontribusi dunia usaha untuk turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorfosis, dari aktivitas yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekankan penciptaan kemandirian masyarakat, yakni program pemberdayaan.


(32)

Metamorfosis aktualisasi kontribusi Sumbangan Sosial Perusahaan dapat di lihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial

Paradigma Charity Philanthropy Good Corporate Citizenship (GCC)

Motivasi Agama, tradisi, adaptasi

Norma, etika dan hukum universal

Pencerahan diri & rekonsiliasi dengan ketertiban sosial

Misi Mengatasi masalah

setempat

Mencari dan mengatasi akar masalah

Memberikan kontribusi kepada masyarakat Pengelolaan Jangka pendek,

mengatasi masalah sesaat Terencana, terorganisir dan terprogram Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan

Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/dana abadi/ profesionalitas

Keterlibatan baik dana maupun sumber daya lain

Penerima Manfaat

Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan

Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial & pembangunan serta keterlibatan sosial)

Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama

Sumber: Zaidi, 2003

2.3. Kemitraan dalam Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

Governance

Perlunya upaya aktif diarahkan pada pemberdayaan potensi dan kekuatan sosial-ekonomi masyarakat dan butuh dukungan dari usaha skala besar (perusahaan) dan bermitra dengan pemerintah sebagai fasilitator, dinamisator, stimulator dan


(33)

koordinator dalam perekayaaan perkembangan masyarakat dalam pengentasan masyarakat miskin (proverty community).

Sulistiyani (2004), menyatakan model kemitraan idealnya mencerminkan pembagian yang setara kepada tiga aktor pembangunan, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Model kemitraan yang setara akan memberi citra positif bagi pemerintah dengan berlaku transparan dan mengembangkan kemitraan yang partisipatif.

Budimanta, Prasetijo dan Rudito (2004), mengibaratkan corporate social responsibility dan good governance sebagai dua sisi dari satu mata uang yang menjadikan masyarakat sebagai komunitas dan sebagai warga negara sebagai fokusnya serta pendekatan stakeholders sebagai pelakunya. Konteks implementasi corporate sosial responsibility, partisipasi masing-masing stakeholdelrs sangat menentukan berjalannya usaha pengembangan masyarakat yang sekaligus juga memberikan keuntungan bagi perusahaan dan masyarakat.

Lebih jauh mengenai prinsip kemitraan Budimanta (2004) juga menjelaskan bahwa kemitraan menciptakan keuntungan bersama, dan tidak menciptakan persaingan negatif yang berpengaruh pada keberlanjutan perusahaan. Kemitraan yang berwujud interaksi antar stakeholders pada dasarnya merupakan suatu bentuk pemberdayaan masyarakat (community development) sebagai muara dari corporate sosial responsibility. Pemberdayaan dimaksud sebagai upaya peningkatan kemampuan atau kualitas anggota-anggotanya yang tergabung dalam komuniti-komuniti untuk dapat bermitra dan berfungsi satu dengan lainnya sebagai keseluruhan anggota masyarakat. Konsep partisipasi menyangkut kesamaan dan kesepakatan


(34)

program dalam struktur pengembangan yang sudah terpadu dan terencana dalam program community development yang dibangun secara bersama.

Tiga skenario kemitraan menurut Wibisono (2007), yaitu kemitraan antara perusahaan dengan pemerintah maupun dengan komunitas/masyarakat sebagai berikut:

1. Pola Kemitraan Kontra Produktif

Pola ini akan terjadi jika perusahaan masih berpijak pada pola konvensional yang hanya mengutamakan kepentingan pemilik modal (shareholders) yaitu mengejar keuntungan (profit) sebesar-besarnya. Fokus perhatian perusahaan memang lebih tertumpu pada bagaimana perusahaan bisa meraup kentungan secara maksimal, sementara hubungan dengan pemerintah dan komunitas atau masyarakat hanya sekedar pemanis belaka. Perusahaan berjalan dengan targetnya sendiri, pemerintah juga tidak ambil peduli, sedangkan masyarakat tidak mempunyai akses apapun kepada perusahaan.

2. Pola Kemitraan Semi Produktif

Dalam skenario ini pemerintah dan komunitas atau masyarakat dianggap sebagai obyek dan masalah di luar perusahaan. Perusahaan tidak tahu program-program pemerintah, pemerintah juga tidak memberikan iklim yang kondusif kepada dunia usaha dan masyarakat yang bersifat pasif. Pola kemitraan ini masih mengacu pada kepentingan jangka pendek dan belum atau tidak menimbulkan rasa memiliki (sense of belonging) di pihak masyarakat dan low benefit dipihak pemerintah. Kerjasama lebih


(35)

mengedepankan aspek kariatif atau public relation dimana pemerintah dan komunitas atau masyarakat masih lebih dianggap sebagai objek. Dengan kata lain, kemitraan masih belum strategis dan masih mengedepankan kepentingan sendiri (self interest) perusahaan, bukan kepentingan bersama (common interest) antara perusahaan dengan mitranya.

3. Pola Kemitraan Produktif

Pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai subjek dan dalam paradigma kepentingan umum (common interest). Prinsip saling menguntungkan (simbiosis mutualisme) sangat kental pada pola ini. Perusahaan mempunyai kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi, pemerintah memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha dan masyarakat memberikan support positif kepada perusahaan. Bahkan bisa jadi mitra dilibatkan pada pola hubungan berbasis sumber daya (resource-based partnership) dimana mitra diberi kesempatan menjadi bagian dari shareholders.

Menurut Parson (2005), sistem delivery model campuran sektoral, merupakan model yang sangat dinamis dan paling sempurna. Sistem ini terdiri dari campuran tanggung jawab publik dan privat, dan antara sektor sukarela (lembaga swadaya) dengan agen komunitas. Kerjasama keempat sektor tersebut sangat dimungkinkan terjadi dalam bidang kebijakan yang bersifat sosial dengan sifat hubungan yang saling menguntungkan.

Dalam konteks kerjasama tersebut pemerintah (lokal) dapat mengambil keuntungan berupa kemungkinan dana tambahan dan keahlian dari sektor privat,


(36)

sedangkan sektor privat selain bisa mendapatkan keuntungan finansial juga bisa mendapatkan keuntungan dari promosi dan pengakuan akan tanggung jawab sosial dan etika bisnis mereka.

Kompleksitas model kemitraan dalam pembiayaan sektor privat dapat mendukung aktivitas sukarela yang berasosiasi dengan pemerintah dan pemerintah dapat memilih dan menyampaikan kebijakan melalui sektor sukarela dan mendapatkan dana dari hibah, jejaring pendanaan dan dukungan yang memfasilitasi pertukaran dana, keahlian dan komitmen.

Namun kompleksitas hubungan kepentingan di antara stakeholders dan motif perusahaan merealisasi program CSR tidak terlepas dari substansi serta pendekatan yang diadopsi dalam merealisasi program. Menurut Mulyadi (2003) rendahnya tingkat partisipasi stakeholders, khususnya masyarakat dan pemerintah daerah, mengakibatkan tidak terkoordinasinya program yang dijalankan perusahaan dengan program pembangunan regional yang dijalankan pemerintah daerah serta ketidak sesuaian program dengan kebutuhan masyarakat. Namun sebaliknya, banyaknya stakeholders yang terlibat sebagai partisipan dalam program CSR perusahaan dapat menjadi potensi konflik baru apabila setiap stakeholders memiliki kepentingan yang berbeda, saling berseberangan dan sangat mungkin saling merugikan satu sama lain.

Pada era otonomi hubungan antara perusahaan dengan pemerintah kabupaten akan lebih mudah untuk diwujudkan karena semua pihak yang berkepentingan terhadap implementasi program lebih leluasa mengambil keputusan bersama. Prinsip saling mendukung dalam sebuah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) melalui


(37)

garis hubungan antar sektor (secara timbal-balik) dengan memahami fungsi masing-masing sektor dan sektor di sebelahnya. Hubungan dari berbagai pihak tersebut dapat dilihat pada skema garis hubungan di bawah ini:

Sumber: Modifikasi dari Soepomo, 2002

Gambar 3. Garis Hubungan antar sektor dalam Program Corporate Social Responsibility

Pemerintah pusat (Government)

Pemerintah daerah (Government)

DAU, Desentralisasi OTDA Legitimasi

Masyarakat (Community)

Pajak, Royalty, Kemitraaan

Perusahaan (Corporate) Konsensi, Lisensi

Investasi, Regulasi Demokrasi,

Pelayanan Publik

Demokrasi Kepercayaan

Tenaga kerja, Jaminan Keamanan

TSP (CSR) Keamanan + Promosi


(38)

Dwiyanto (2004) menyebutkan tiga dimensi yang menjadi ciri governance: 1. Dimensi kelembagaan dimana sistem administrasi dilaksanakan dengan

melibatkan banyak pelaku (multi stakeholders) baik dari pemerintah maupun dari luar pemerintah.

2. Dimensi nilai yang menjadi dasar tindakan administrasi lebih kompleks dari sekedar pencapaian efisiensi dan efektifitas namun lebih mengakodomir nilai-nilai universal seperti keadilan, partisipasi, kesetaraan, demokratisasi dan nilai-nilai lain yang terkandung dalam norma kehidupan masyarakat.

3. Dimensi proses, dimana proses administrasi merupakan suatu tindakan bersama yang dikembangkan dalam bentuk jaringan kerja untuk merespon tuntutan dan kebutuhan publik melalui upaya formulasi dan implementasi kebijakan publik.

Selanjutnya Dwiyanto (2004) menekankan konsep governance pada pelaksanaan fungsi memerintah (governing) yang dilaksanakan secara bersama-sama (kolaboratif) oleh lembaga pemerintah, semi pemerintah, dan non pemerintah yang berlangsung setara (balance) dan multi arah (partisipatif).

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian Ichsan (2007), dalam penelitiannya yang berjudul Implementasi Program Community Development di Pertamina UPMS IV Semarang menyimpulkan bahwa kinerja implementasi program community development tidak berjalan dengan baik, sehingga program tersebut gagal dan perlu ditinjau ulang dalam pelaksanaan


(39)

program, karena terdapat bias dari implementasi program community development tersebut dilihat dari indikator output, disebabkan Pertamina tidak memiliki mekanisme dan kriteria standar baku yang dibuat menjadi kebijakan formal.

Zaleha (2008), dalam penelitiannya yang berjudul ”Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Inalum Divisi PLTA Siguragura Terhadap Pengembangan Sosio Ekonomi Masyarakat Pintupohan Meranti Kabupaten Toba Samosir ” menyimpulkan bahwa CSR PT. Inalum belum memiliki dokumen perencanaan dan strategi, masih dianggap biaya (cost) dan belum dianggap sebagai Investasi Sosial (Social Investment), tingkat pengetahuan (awareness) dan keterlibatan masyarakat masih rendah dan belum memiliki konsep pembangunan kesejahteraan masyarakat. Pendidikan, pendapatan nominal dan pendapatan riil karyawan sebelum dan sesudah adanya program CSR berbeda nyata. Pendidikan dan pendapatan nominal masyarakat sebelum dan sesudah adanya program CSR berbeda nyata, tetapi pendapatan riil masyarakat tidak berbeda nyata. Peningkatan pendidikan masyarakat lebih tinggi dari karyawan karena didukung oleh faktor sosial budaya masyarakat (Batak Toba) yang sangat mengutamakan pendidikan anak.

Ditinjau dari pendapatan nominal, bantuan memberi peran terhadap ekonomi karyawan dan masyarakat, namun secara riil belum berperan akibat inflasi yang tinggi pada tahun 2005. Peran CSR terhadap pengembangan ekonomi lokal (local economic development) adalah adanya 17 unit usaha mitra kontraktor sebagai rekanan PT. Inalum yang dapat menyerap tenaga kerja masyarakat. Korelasi modal CSR terhadap aktivitas (buka jam) pasar berbeda secara nyata (signifikan) dengan nilai


(40)

korelasi negatif. Hal ini menunjukkan aktivitas pasar cenderung turun seiring kenaikan modal CSR, karena pembangunan pasar sebagai pusat aktivitas ekonomi masyarakat dan infrastruktur pendukung lainnya tidak bermanfaat dalam mengembangan masyarakat. Program CSR yang diluncurkan masih lebih banyak bersifat konsumtif.

2.5. Kerangka Pemikiran Penelitian

Berkenaan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka digambarkan kerangka pemikiran yang menjelaskan peranan Corporate Social Responsibilty (CSR) PT. ABB Libek Project terhadap Peningkatan Pendapatan masyarakat Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Corporate Social Responsibilty (CSR) PT. ABB Libek Project

CSR PT. ABB LIBEK PROJECT

1. Bidang Pengembangan Ekonomi

2. Bidang Sosial (Pendidikan, Sosial

dan SDM)

3. Bidang Pembangunan Infrastruktur

4. Bidang Keamanan Lingkungan

Pendapatan

PT. ABB LIBEK PROJECT

Metode/Pendekatan PT. ABB LIBEK PROJECT

Pendekatan Ekonomi

Pendekatan Agama

Pendekatan Budaya


(41)

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian, yang kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah maka hipotesis yang akan menjadi pedoman awal dalam penelitian adalah CSR PT. ABB Libek Project berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.


(42)

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di tiga desa yakni Desa Petani, Desa Pematang Pudu, dan Desa Air Jamban di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Daerah tersebut dipilih karena merupakan daerah operasional PT. ABB Libek Project dimana terdapat masyarakat yang menerima bantuan CSR dari PT. ABB Libek Project.

3.2. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah rumah tangga/masyarakat yang menerima manfaat program CSR PT. ABB Libek Project secara langsung maupun tidak langsung di bidang pembangunan peningkatan ekonomi, pembangunan sosial, infrastruktur, dan keamanan lingkungan di ketiga desa yakni Desa Petani, Desa Pematang Pudu, dan Desa Air Jamban Kecamatan Mandau. Karena populasi yang begitu besar maka dipilih sejumlah sampel yang mewakili populasi rumah


(43)

tangga. Banyaknya sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2003) yaitu:

1 Nd N n 2  

Dimana : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi rumah tangga d = presesi (10%)

Dengan rumus tersebut maka jumlah sampel penelitian adalah: 1 ) 1 , 0 ( 20599 20599 n 2   99 , 206 20599 n n = 99

Dari 99 Rumah Tangga (RT) sampel, didistribusikan ke tiga desa tersebut. Jumlah sampel Rumah Tangga menurut desa (penerima manfaat CSR) diambil berdasarkan Proporsional Random Sampling, jumlah populasi dan sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel berikut

Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Menurut Desa No Level/Jabatan Jumlah Populasi

(KK)

Jumlah Sampel (KK)

1 Desa Petani 2.598 12

2 Pematang Pudu 4.952 24

3 Air Jamban 13.049 63

Jumlah 20.599 99


(44)

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan Data Primer yaitu data yang diperoleh dengan melakukan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti, yang dapat dilakukan dengan:

a. Wawancara

Melakukan wawancara tentang besarnya bentuk dan jumlah bantuan, pelaksanaan kegiatan, pengetahuan dan keterlibatan masyarakat, kebijakan-kebijakan dalam menjalankan program, dan lain-lainnya dengan nara sumber yang representatif sebagai informan kunci (key informan) untuk mempresentasikan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yaitu masyarakat, karyawan di PT. ABB Libek Project, lembaga-lembaga dan instansi terkait di Desa dan Kecamatan yang terlibat dalam program CSR PT. ABB Libek Project.

b. Penyebaran Kuisioner.

Alat bantu kuisioner disebarkan kepada responden yang dimaksudkan untuk menyaring data dari masyarakat dan karyawan PT. ABB Libek Project yang berhubungan dengan variabel yang akan diteliti.

3.3.2. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan Data Sekunder yaitu dengan studi kepustakaan untuk mendapatkan data melalui buku, dokumen-dokumen dan laporan-laporan hasil rapat maupun pelaksanaan CSR PT. ABB Libek Project, internet serta media lainnya.


(45)

3.4. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui bagaimana konsep pelaksanaan CSR yang telah diimplementasikan oleh PT. ABB Libek Project pada masyarakat Kecamatan Mandau digunakan analisis secara deskriptif.

Untuk menganalisis peran CSR terhadap peningkatan kondisi ekonomi masyarakat maka yang dianalisis adalah variabel pendapatan masyarakat. Untuk melihat apakah ada perbedaan pendapatan masyarakat melalui adanya program CSR PT. ABB Libek Project, maka dalam penelitian ini pendapatan yang dibandingkan adalah pendapatan Tahun 2005 dengan pendapatan tahun 2008. Adapun alasan peneliti menggunakan tahun 2005 dan tahun 2008 ialah karena CSR PT. ABB Libek Project mulai dilaksanakan di Kecamatan Mandau setelah tahun 2005 dan program tersebut masih berjalan sampai pada tahun 2008.

Untuk mengetahui apakah CSR berperan atau tidak akan dilihat apakah adanya CSR dapat meningkatkan pendapatan maka digunakan uji beda rata-rata (compare means) sebelum Program CSR dan setelah adanya Program CSR dengan rumus t-test (Gosset, 1998 dalam Sugiono, 2005):

                    2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 n s n s r 2 n s n s x x1 2

t

Dimana :

1

x = rata-rata sampel data sebelum Program CSR

2

x = rata-rata sampel data setelah Program CSR

1


(46)

2

s = simpangan baku sampel setelah Program CSR

2 1

s = varians baku sampel data sebelum Program CSR

2 2

s = varians baku sampel data setelah Program CSR r = korelasi antara dua sampel

Dengan kriteria uji terima H1, tolak H0 jika t hit > t tabel (0,05) terima H0, tolak H1 jika t hit < t tabel (0,05)

Untuk mendukung dan memperkuat hipotesis pertama mengetahui CSR PT. ABB Libek Project berperan dalam meningkatkan pendapatan dan untuk mengetahui bahwa CSR berperan dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja maka dilakukan dengan Analisis Deskriptif.

3.5. Definisi Variabel Operasional Penelitian

Definisi Variabel Operasional Penelitian ini adalah :

1. Pendapatan adalah pendapatan atau hasil yang diperoleh dari sumber pendapatan yang diterima secara aktual oleh seorang penduduk tenaga yang diukur dengan rupiah (Rp).

2. Penyerapan Tenaga Kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terserap (orang) oleh karena adanya PT. ABB Libek Project (jumlah jiwa yang tertampung sebagai tenaga kerja).


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Bengkalis dan Kecamatan Mandau

Secara geografis Kabupaten Bengkalis terletak di bagian pantai timur pulau Sumatera pada garis koordinat 20°30' Lintang Utara - 00°17' Lintang Utara dan 1000°52' Bujur Timur - 1020°10’ Bujur Timur.

Wilayah Kabupaten Bengkalis dialiri oleh beberapa sungai. Diantara sungai yang ada di daerah ini yang sangat penting sebagai sarana perhubungan utama dalam perekonomian penduduk adalah Sungai Siak dengan panjang 300 Km, Sungai Siak Kecil 90 Km dan Sungai Mandau 87 Km.

(Sumber: BAKOSURTANAL 1986 dan Bagian Tata Pemerintahan)

Gambar 5. Peta Wilayah Kabupaten Bengkalis Berdasarkan Batas Wilayah Kecamatan


(48)

Dengan luas sebesar 11.481,77 Km2, Kabupaten Bengkalis yang tediri dari 13 Kecamatan yakni Kecamatan Bengkalis, Bantan, Bukit Batu, Merbau, Tebing Tinggi, Tebing Tinggi Barat, Rangsang, Rangsang Barat, Mandau, Rupat, Rupat Utara, Siak Kecil dan Pinggir. Sebelah Utara, Kabupaten Bengkalis berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Hampir 85% dari topografi Kabupaten Bengkalis adalah rendah dan hutan tropis dengan ketinggian rata-rata 2-6.1 meter diatas permukaan laut dan sebagian besar tipe tanah adalah organosol, sejenis tanah yang mengandung banyak substansi organik.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau 2007 bahwa penduduk Kabupaten Bengkalis pada tahun 2006 tercatat sebanyak 708.363 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 62 juta jiwa/km². Sekitar 58,81% dari penduduk bekerja di sektor pertanian dan sektor lainnya seperti pertambangan, industri, konstruksi, perdagangan, layanan transportasi dan aktivitas lainnya.

Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu wilayah penghasil minyak bumi terbesar, tidak hanya di provinsi Riau tetapi juga di Indonesia. Saat ini ladang-ladang minyak bumi terdapat di Kecamatan Mandau, Bukit Batu dan Merbau yang pengelolaannya dilakukan oleh perusahaan minyak PT. Chevron Pacific Indonesia dengan wilayah operasi di Kecamatan Mandau dan Bukit Batu serta perusahaan minyak Kondur Petroleum S.A yang wilayah konsesi/operasinya meliputi Kecamatan Merbau, Tebing Tinggi, Rangsang, Bengkalis dan perairan Bengkalis sekitar Selat


(49)

Malaka. Disamping minyak bumi, terdapat pula potensi tambang pasir yang sebagian besar terdapat di Pulau Rupat dan Rangsang serta potensi Gambut yang terdapat di Pulau Bengkalis, Tebing Tinggi dan Rangsang serta Deposit Batubara di Kecamatan Rupat.

Kabupaten Bengkalis terdiri dari 26 buah pulau besar dan kecil serta memiliki perairan yang cukup dan garis pantai yang panjang luas sehingga dapat dikatakan bahwa Kabupaten ini memiliki potensi sumber daya kelautan terutama di sektor perikanan. Pemanfaatan sumber daya perikanan disamping dilakukan melalui penangkapan ikan di laut juga dilakukan melalui budi daya, antara lain dengan sistem Tambak, Kolam, Jaring Apung dan Keramba.

Dari bidang Pertanian dan Holtikultura, komoditi unggulan dan andalan sub sektor perkebunan Kabupaten Bengkalis, yaitu: Karet, kelapa sawit, kelapa, cengkeh, kopi dan coklat. Hutan Kabupaten Bengkalis menyimpan berbagai flora dan fauna. Hutan Bakau banyak ditemui di sepanjang pesisir pantai, dan hasil hutan lainnya berupa kayu logpond, rotan, damar dan sebagainya, banyak digunakan untuk bahan baku industri. Kontribusi sektor industri Bengkalis dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto tanpa migas Bengkalis tahun 2004 sebesar 35,01 %.

Sebagai daerah yang terletak pada bagian paling luar Provinsi Riau, Kabupaten yang memusatkan pemerintahannya di Kecamatan Bengkalis ini telah dilengkapi dengan fasilitas dan infrastruktur yang semakin baik. Adapun fasilitas yang telah ada di Kabupaten Bengkalis antara lain: Transportasi Darat (Jaringan Jalan Raya sepanjang 2,172,670 km²), Transportasi Laut (Pelabuhan dan Fasilitas RORO


(50)

kapasitas 20-25 kendaraan Roda Empat), dan Transportasi Udara (Bandara di Kec. Bukit Batu), Listrik, Air Bersih, Jaringan Telekomunikasi, Perbankan, dan Akomodasi (Hotel/ Penginapan) di Kota Bengkalis, Selat Panjang, Duri, Sungai Pakning, dan Tanjung Lapin.

4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Mandau

Kecamatan Mandau merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bengkalis dengan luas wilayah 937,47 km2. Menurut data BPS Kabupaten Bengkalis (2008), jumlah penduduk Kecamatan Mandau sebanyak 252.166 jiwa dan merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi se-Kabupaten Bengkalis. Pemerintahan Kecamatan Mandau berada di tengah-tengah Kota Duri (sebutan lain untuk Kecamatan Mandau) dan berbatasan langsung dengan Dumai di sebelah Utara, Kecamatan Pinggir di sebelah Selatan, dan Kecamatan Rantau Kopar di sebelah Barat.

Kecamatan Mandau dikelilingi oleh pipa-pipa besar milik PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang menandakan bahwa daerah ini merupakan daerah yang kaya akan minyak bumi. Kota Duri adalah salah satu ladang minyak terkaya di Indonesia. Ladang minyak Duri telah dieksploitasi sejak tahun 50-an dan masih berproduksi oleh PT. CPI. Bersama Minas dan Dumai, Duri menyumbang sekitar 60% produksi minyak mentah Indonesia dengan rata-rata produksi saat ini 400.000-500.000 barel per hari. Minyak mentah yang dihasilkan, meskipun tidak sebaik lapangan minyak Minas, merupakan salah satu minyak dengan kualitas terbaik di


(51)

dunia, yakni Duri Crude. Pada bulan November 2006, Ladang Minyak Duri atau Duri Steam Flood Field mencapai rekor produksi 2 Miliar barrel sejak pertama kali dieksplorasi pada tahun 1958.

Untuk menunjang produksi PT. CPI, di Duri terdapat ratusan perusahaan kontraktor, mulai dari yang besar seperti Schlumberger, Halliburton, dan Tripatra-Fluor, hingga perusahaan kontraktor kecil termasuk PT. Adonara Bakti Bangsa sebagai partner bisnis perusahaannya. Dengan demikian kota Duri dapat dikatakan sebagai kota industri karena terdapat ratusan perusahaan yang menjadi mitra bisnis PT. CPI dalam memproduksi minyak bumi. Tidak heran jika di kota ini mayoritas penduduknya menggantungkan hidup mereka pada perusahaan-perusahaan tersebut dengan bekerja baik sebagai pegawai PT. CPI yang menjadi pemberi kerja, maupun sebagai buruh di perusahaan-perusahaan kontraktor yang menjadi pelaksana tugas-tugas yang diberikan oleh PT. CPI. Mereka yang bekerja pada perusahaan-perusahaan umumnya para pendatang baik dari Pulau Sumatera maupun dari luar Pulau Sumatera (suku Minang, Melayu, Batak, Jawa, dll) dan pada tingkat ahli terdapat orang-orang asing yang berasal dari luar negeri.

Penduduk asli Kecamatan Mandau adalah suku Melayu. Suku Melayu terbagi atas dua yaitu Melayu Muda yang sudah maju dan umumnya memunyai pendidikan tinggi dan Melayu Tua (Suku Sakai) yaitu suku tertinggal yang hidupnya di pedalaman (dekat hutan-hutan). Suku Sakai terasing dalam tempat tinggal (geografis) dan dalam hal kehidupan sosial (karena kurang suka bergaul dengan pihak luar). Akibatnya juga terasing dalam hal komunikasi, budaya dan lebih-lebih dalam


(52)

pendidikan. Mereka umumnya hidup dari hasil memancing ikan di sungai. Namun akhir-akhir ini mereka sudah ada yang menduduki bangku pendidikan sampai tingkat menengah atas.

Selain bekerja di perusahaan, penduduk Kecamatan Mandau yang mayoritas beragama Islam dan didominasi oleh suku Minang ini banyak yang berprofesi sebagai pedagang. Penduduk lainnya adalah suku Melayu sebagai suku terbesar kedua dan kemudian Batak, Jawa, dan Bugis, memiliki profesi yang beragam. Sedangkan etnis Cina banyak terdapat di pusat kota, dengan berwirausaha dan berdagang.

Meskipun Kecamatan Mandau adalah daerah penghasil minyak tidak berarti bahwa kecamatan ini menjadi kota yang makmur dan maju. Sampai saat ini kota Duri hanya terdiri dari dua jalan utama, yaitu Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Hang Tuah. Di Pokok Jengkol, Jalan Raya Dumai-Pekanbaru yang merupakan bagian dari Jalan Raya Lintas Sumatera bercabang dua. Satu menjadi Jalan Sudirman yang merupakan pusat kota lama dan satu menjadi Jalan Hang Tuah yang menjadi pusat pertumbuhan baru. Di Jalan Sudirman terdapat pasar terbesar di Duri dan dua supermarket besar dan beberapa swalayan. Hotel, Kantor pos, kantor kecamatan yang dilengkapi dengan gedung pertemuan Bathin Batuah, Puskesmas, restoran, dan beberapa toko buku. Jalan ini merupakan pusat aktivitas ekonomi Kota Duri.

Jalan Hang Tuah mulai berkembang di awal tahun 2000 dengan berdirinya secara hampir bersamaan ratusan rumah toko. Jalan ini juga telah diperlebar menjadi 4 jalur dengan pembatas jalan ditengahnya dan menjadi pusat aktivitas ekonomi baru. Bank, kantor Telkom, PLN, Rumah sakit, Masjid Raya berada di jalan ini, dua hotel


(53)

berbintang dua dan beberapa tempat makan kota Duri juga terdapat di jalan ini. Kedua jalan itu bertemu kembali di Simpang Garoga.

4.2. Profil Perusahaan PT. Adonara Bakti Bangsa Libek Project

Potensi alam Duri yang kaya akan minyak bumi telah dimanfaatkan oleh PT. PT. CPI sejak tahun 50-an. Untuk mengamankan seluruh aset PT. CPI yang tidak sedikit itulah maka PT. Adonara Bakti Bangsa (PT. ABB Libek Project) berada di Kecamatan Mandau sejak tahun 2006 hingga sekarang ini.

PT. ABB berdiri dan menempatkan pusatnya di Jakarta sejak tahun 2000. Perusahaan nasional yang bergerak di bidang jasa pengamanan ini telah banyak digunakan jasanya oleh perusahaan-perusahaan besar di seluruh Indonesia antara lain: PT. CPI di Dumai dan Duri, PT. Exxon Mobil Oil di Blok Cepu, PT. Antam di Bangka dan banyak perusahaan lain yang tersebar di Indonesia.

Dengan memegang tugas pokok untuk melaksanakan pengamanan terhadap personil, materil, dokuman serta kegiatan operasional sehingga terlaksana suasana aman dan tenteram, maka PT. ABB Libek Project dipercaya oleh PT. CPI untuk memegang empat sektor area milik PT. CPI baik, sumur-sumur, ladang-ladang, kilang-kilang minyak bumi, maupun lokasi produksinya hingga kantor-kantor dan perumahan para karyawan PT. CPI. Selain itu aset bergerak yang juga turut mendapat pengamanan oleh PT ABB Libek Project ini antara lain kendaraan-kendaraan dan para staff dan pegawai yang sedang menjalankan tugas. Sektor-sektor tersebut tersebar di lima kecamatan yang meliputi tiga kabupaten yakni Kecamatan Mandau


(54)

dan Kecamatan Pinggir yang termasuk dalam Kabupaten Bengkalis dan Kecamatan Kandis di Kabupaten Siak serta Kecamatan Rantau Kopar serta Kecamatan Kunto Darrusalam yang termasuk dalam Kabupaten Rokan Hilir.

Visi dan Misi PT. ABB. Visi PT. ABB adalah:

PT. ABB bertekad untuk berbakti pada bangsa dengan menjadi perusahaan penyedia jasa keamanan dan penyelamatan dengan layanan kelas dunia serta memberikan manfaat tertinggi bagi para pengguna jasa dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat luas.

Sedangkan Misi PT. ABB adalah:

PT. ABB bertujuan memberikan yang terbaik dalam layanan keamanan bagi pengguna jasa dengan manfaat menyeluruh dan dengan efisiensi tinggi.

4.3. Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) PT. ABB Libek Project

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) PT. ABB Libek Project adalah tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat lokal agar dapat menciptakan hubungan timbal-balik yang menguntungkan antara perusahaan dengan masyarakat.

Belajar dari pengalaman yang dialami PT. ABB Libek Project di masa lalu yang mengalami konflik dengan masyarakat sekitar sumur minyak sehingga sempat menghentikan operasional PT. CPI di lokasi tersebut dan untuk menghindari kejadian


(55)

sama terulang kembali maka PT. ABB Libek Project melaksanakan CSRnya secara eksternal kepada masyarakat sekitar operasional perusahaan.

Pelaksanaan CSR PT. ABB Libek Project mulai dilaksanakan sejak tahun 2006 meski pada awalnya masih bersifat memenuhi permintaan (request) yang masuk dari masyarakat yang membutuhkan hingga kini mulai menetapkan anggaran tetap tiap bulannya untuk CSR ini.

Tanggung Jawab Sosial (CSR) Perusahaan yang telah dilaksanakan oleh PT. ABB Libek Project terhadap masyarakat yang berada di sekitar daerah operasionalnya adalah sebagai berikut:

1. Bidang Pengembangan Ekonomi, yaitu: a. Membuka lapangan kerja

Setiap tahunnya dibuka kesempatan kerja kepada masyarakat setempat khususnya suku tertinggal (Suku Sakai) baik yang telah memiliki pendidikan maupun yang tidak berpendidikan. Hal ini merupakan salah satu wujud dari komitmen PT. ABB yaitu untuk meningkatkan sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan dimana proyek perusahaan ini berada. Tercatat sampai tahun 2008 terdapat sekitar 17% karyawan yang barasal dari suku Sakai (penduduk asli Kecamatan Mandau) dari sekitar 420 jumlah seluruh karyawan PT. ABB Libek Project. Bagi yang berpendidikan menengah atas, mereka bekerja sebagai security officer sedangkan yang tidak berpendidikan, dilatih secara khusus untuk kemudian bekerja sebagai petugas patroli.


(56)

b. Dana koordinasi

Sejak tahun 2006 setelah terjadinya konflik dengan masyarakat sekitar sumur minyak yang mengakibatkan terganggunya proses operasional PT. CPI di lokasi tersebut maka PT. ABB Libek Project mengambil kebijaksanaan yaitu memberikan dana koordinasi kepada masyarakat sekitar agar terjalin kerjasama yang baik dan saling menguntungkan antara pihak perusahaan dan masyarakat di daerah operasionalnya. Dana koordianasi merupakan salah satu bentuk hubungan mutualisme yang dilaksanakan oleh PT. ABB Libek Project dimana masyarakat setempat (pemuda-pemuda) mendapatkan dana rutin bulanan sedangkan perusahaaan tidak perlu takut lagi akan gangguan dari masyarakat setempat bahkan perusahaan dibantu dengan informasi-informasi jikalau ada pihak-pihak luar yang ingin mencuri ataupun mengganggu jalannya operasional perusahaan. 2. Bidang Sosial

Pembangunan bidang sosial CSR PT. ABB Libek Project dilaksanakan dengan memberikan bantuan sosial kepada masyarakat yang berada di sekitar daerah operasionalnya.

a. Pendidikan

Meskipun bantuan di bidang pendidikan belum terlalu besar diberikan oleh PT. ABB Libek Project kepada masyarakat sekitarnya, namun perusahaan ini juga memberikan perhatiannya terhadap pendidikan masyarakat sekitarnya. Tahun 2007 perusahaan ini pernah memberikan bantuan berupa perlengkapan belajar dalam bentuk tas, buku tulis, pensil, pulpen dan berbagai perlengkapan belajar


(57)

lainnya sebanyak kepada 200 orang murid melalui kepala sekolah SDN. 016 di Desa Rantau Kopar.

b. Bantuan Dana/Sumbangan

Berdasarkan pemantauan karyawan di sekitar daerah operasionalnya, PT. ABB Libek Project pada tahun 2008 memberikan dana santunan kepada anak-anak yatim yang kurang mampu sebanyak 100 orang di keempat sektor area Libek Project. Selain itu perusahaan juga memberikan setiap tahunnya bantuan dana dalam Perayaan HUT RI kepada masyarakat yang ada di sekitar daerah operasional perusahaan.

c. Bantuan Keagamaan

Setiap tahun dan setiap hari besar keagamaan PT. ABB Libek Project turut mengambil bagian dalam merayakan serta membagi-bagi bantuan kepada masyarakat sekitarnya. Bantuan-bantuan tersebut antara lain: menyumbangkan dua ekor sapi dan 60 ekor kambing kepada masyarakat di keempat sektor area operasional dan dua ekor sapi ke Pesantren Baulawatan dan Al Jauhar. PT. ABB Libek Project juga pernah memberikan perlengkapan sholat dan uang kepada 50 orang anak-anak yatim dalam rangka Hari Raya Idul Fitri. Selain itu perusahaan ini juga pernah mengadakan Safari Maulid Nabi di empat sektor area operasionalnya. Karena mayoritas penduduk setempat beragama Islam maka bantuan yang diberikan oleh PT. ABB Libek Project didominasi untuk umat Islam. Namun ada juga bantuan yang diberikan kepada gereja-gereja seperti bantuan dana pembangunan yang diberikan ke Gereja Pantekosta di Libo.


(58)

3. Bantuan Pembangunan/Infrastruktur

Pada tahun 2007 PT. ABB Libek Project membangun kamar mandi Masjid Ta’uruf Rangau. Selain itu juga perusahaan pernah membangun lapangan badminton dan memberikan berbagai perlengkapannya dalam rangka Perayaan HUT RI tahun 2007 untuk masyarakat yang berada di dekat kantor PT. ABB Libek Project, Jl. Seismik Kec. Pinggir.

4. Bidang Keamanan Lingkungan

PT. ABB Libek Project yang sehari-harinya bertugas di bidang pengamanan terhadap mitra bisnisnya yaitu PT. CPI juga memberikan kontribusi yang nyata terhadap masyarakat di lingkungan sekitar operasional khususnya dalam bidang keamanan lingkungan. Selama lebih dari dua tahun bekerja di Libek Project, perusahaan selalu diterima beroperasi oleh masyarakat setempat karena perusahaan telah membina hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar dan masyarakat juga dapat turut merasakan keamanan di lingkungan mereka melalui kehadiran petugas dari perusahaan ini yang berada setiap saat untuk memberikan pengamanan di lingkungan mereka.

4.4. Kebijakan Pelaksanaan Program

Berdasarkan hasil indepth interview dengan manajemen perusahaan, dapat disimpulkan bahwa kebijakan pelaksanaan CSR disusun atas dasar dua hal, yaitu:


(59)

1. Bisnis PT. ABB harus berjalan tumbuh dan berkembang tanpa ada gangguan (konflik), oleh sebab itu CSR yang diimplementasikan harus memberi manfaat bagi perusahaan.

2. Masyarakat sekitar perusahaan PT. ABB Libek Project tidak terganggu dengan berjalannya operasionalisasi perusahaan, aman, terjaga dan saling memberi manfaat timbal balik.

Sejak berdiri dan beroperasinya PT. ABB, CSR secara internal telah berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan fasilitas fisik dan sosial kepada karyawan telah diberikan secara memadai dengan kualitas dan kualifikasi standar.

Belum adanya dokumen perencanaan dan strategi dalam mencapai target yang ingin dicapai untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, terutama exit strategi menunjukkan program CSR belum memiliki program yang memandirikan dan memberdayakan masyarakat dengan perencanaan program CSR yang lebih tepat. Melalui perumusan masalah, mendeteksi potensi yang dimiliki oleh masyarakat merupakan kunci utama perencanaan program CSR. Melalui tahap ini maka perencanaan dengan perumusan bersama yaitu antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat akan mampu menggali dan kekuatan yang ada pada masyarakat.

Dalam kebijakan pelaksanaan CSR-nya, PT. ABB Libek Project juga belum memiliki strategi yang jelas dan sistematis untuk mensejahterakan masyarakat melalui program CSR-nya, program CSR yang sejak tahun 2006 dilaksanakan masih


(60)

sebatas melaksanakan program di beberapa bidang yang direncanakan saja, belum dimaknai dengan sungguh-sungguh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa stakeholder sebagai informan kunci (key informan) dan alat bantu kuisioner yang disebar kepada responden ditemukan fakta bahwa masyarakat sama sekali belum pernah dilibatkan dalam perencanaan aktivitas CSR-nya. Fakta tersebut didukung hasil indepth interview yang dilakukan dengan manajemen PT. ABB Libek Project dan diperoleh fakta bahwa tahap perencanaan program CSR belum melibatkan masyarakat dan pemerintah setempat. Hal ini yang mendorong belum sinerginya pelaksanaan program CSR dengan dengan stakeholder yang ada.

Perencanaan masih dilakukan secara internal dan setiap tahun yang disebut tahun fiskal, semua divisi merencanakan program yang akan dilakukan dan didiskusikan dengan internal perusahaan program mana yang diprioritaskan untuk dilaksanakan, dan relatif belum ada keterlibatan (hearing) dengan stakeholder dan kalaupun ada hanya bersifat koordinasi. Sebagian besar bantuan dari pelaksanaan program CSR langsung diberikan kepada sasaran seperti ke sekolah-sekolah, atau pihak-pihak tertentu. Dalam bidang kerohanian misalnya langsung dilaksanakan dengan pihak masjid tertentu.

Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dilaksanakan sendiri oleh PT. ABB dan dalam melakukan evaluasi masih terbatas pada evaluasi keuangan saja. Evaluasi out put, out comes, benefit sampai impact di tingkat masyarakat belum pernah dilakukan, belum melibatkan stakeholder dan pihak terkait dalam perencanaan dan


(1)

75

Lampiran 4. Pendapatan Riil Masyarakat Tahun 2005 dan Tahun 2008

T-Test

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean RKsebelum 1.4550E+06 80 923875.21454 103292.38912 RKsesudah 2.1452E+06 80 938553.28388 104933.44716

N Correlation Sig. Pair 1 RKsebelum &

RKsesudah

80 .936 .000

Pair 1 RKsebelum -

RKsesudah -6.90200E+05 332511.66495 37175.93431 Lower -7.64197E+05 Upper -6.16204E+05 -18.566 79 .000 Paired Samples Statistics

Pair 1

Paired Samples Correlations

t df

Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95%


(2)

76

KUESIONER

A. Identitas Responden (Karyawan dan Masyarakat)

1. Nama Responden :……….

2. Alamat : a. Desa: b. Dusun:

3. Umur : ……….Tahun

4. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 5. Pendidikan : a. Tidak Tamat SD d. SLTA/Sederajat

b. SD/Sederajat e. D-I, D-II, D-III c. SMP/Sederajat f. S1, S2

6. Pekerjaan Utama : a. Wiraswasta d. Pegawai Negeri : b. Petani/Peternak e. Pegawai Swasta : c. Usaha Kecil f. TNI/Polri : g. Lainnya ... (sebutkan)

7. Pendapatan Utama : Tahun 2006 ... (Rp/bulan) Tahun 2009 ... (Rp/bulan) 8. Pekerjaan Sampingan : ...(Sebutkan)

9. Pendapatan Tambahan: Tahun 2006 ... (Rp/bulan) Tahun 2009 ... (Rp/bulan) 10. Jumlah anggota keluarga

N o Hubungan Keluarga Umur Pendidikan Terakhir thn 2006 Pendidikan Terakhir thn 2009

Pekerjaan Pendapatan / bln thn 2006

Pendapatan / bln thn 2009 1 2 3 4 5 6 Istri/Suami ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...


(3)

77

B. Pengetahuan Responden terhadap CSR PT.Adonara Bakti Bangsa (Masyarakat)

1. Apakah Bpk/Ibu/Sdr pernah mendengar istilah Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan ?

Apabila pernah, dari manakah sumber informasinya ?

2. Apakah PT. Adonara Bakti Bangsa ( PT. ABB) sering memberikan bantuan kepada masyarakat dan untuk kepentingan desa ?

3. Apa saja yang diberikan oleh PT. ABB kepada masyarakat desa ? (jawaban boleh lebih dari satu)

4. Sebelum memberikan bantuan, apakah PT. ABB terlebih dahulu mendiskusikan/bermusyawarah dengan masyarakat (kira-kira apa yang dibutuhkan oleh masyarakat) ?

5. Apakah Bpk/Ibu/Sdr mengetahui program bidang pembangunan infrastrutur (jalan, jembatan, irigasi, rumah ibadah, sekolah dll) yang dibangun oleh PT. ABB untuk masyarakat umum?

Jika mengetahui, pembangunan apa saja yang Bpk/Ibu ketahui?

6. Apakah Bpk/Ibu/Sdr mengetahui program pembangunan bidang pendidikan yang telah dilaksanakan PT. ABB dan pernah menerima bantuan tersebut ?

7. Apakah Bpk/Ibu/Sdr mengetahui program bidang religius untuk penyuluhan-penyuluhan agama dan mengikuti kegiatan tersebut?

8. Apakah Bpk/Ibu/Sdr mengetahui program bidang religius dalam pembangunan rumah-rumah ibadah oleh PT. ABB di Kecamatan Anda?

9. Apakah Bpk/Ibu/Sdr mengetahui program bidang kesehatan dan pernah menerima bantuan kesehatan tersebut?

10.Apakah Bpk/Ibu/Sdr mengetahui program olah raga dan kepemudaan dan pernah terlibat didalamnya?

11.Apakah Bpk/Ibu/Sdr mengetahui program pembangunan ekonomi (bantuan modal usaha, koperasi dll) dan terlibat didalamnya?

12.Dalam program dan kegiatan apa saja Bapak/Ibu dilibatkan didalamnya, baik dalam perencanaan, pelaksanaan atau evaluasi kegiatan?


(4)

C. Persepsi Masyarakat Terhadap CSR

D. Program CSR PT. ABB yang langsung diterima masyarakat

1. Apakah Bpk/Ibu/Sdr/i pernah mendapat bantuan dari PT. ABB ? a. Sering (lebih dari 2 kali) c. Cuma 1 kali

c. Pernah (sesekali) d. Tidak pernah 2. Jika pernah, apa bantuan yang telah diberikan PT. ABB ?

a. Pelatihan Keterampilan ... (sebutkan) b. Pengobatan gratis

c. Bantuan Pertanian ... Pupuk, Bibit, Alat-alat d. Bantuan Ternak ... Ekor

e. Bantuan Modal Usaha, sebesar Rp. ...

f. Bantuan Lainnya ... (sebutkan) 1. Apakah menurut Bpk/Ibu/Sdr bantuan yang diberikan PT. ABB bermanfaat ? a. Sangat bermanfaat c. Kurang bermanfaat

b. Bermanfaat d. Tidak bermanfaat

Jika Ya, apa manfaatnya,? ………. Jika Tidak, alasannya ? ……….. 2. Apakah menurut Bpk/Ibu/Sdr bantuan (CSR) PT. ABB masih mempunyai kelemahan ?

Jika ya, sebutkan kelemahannya. Dalam hal apa kelemahan tersebut sering terjadi ?


(5)

79

Bagi Yang Pernah Mendapat Bantuan Pendidikan

1. Jika pernah, dalam bentuk apa bantuan yang telah diberikan? a. Beasiswa Pendidikan

b. Bantuan Buku-Buku c. Bantuan Transport d. Bantuan Pakaian Sekolah

e. Lainnya...(Sebutkan)

2. Apakah di desa Bpk/Ibu/Sdr pernah dibangun fasilitas pendidikan ? Sekolah apa yang telah dibangun?

a. SD c. SMA/SMU b. SMP d. Sekolah Kejuruan

3. Menurut Bpk/Ibu/Sdr, apakah bantuan pendidikan yang diberikan bermanfaat? a. Sangat Bermanfaat c. Kurang Bermanfaat

b. Bermanfaat d. Tidak Bermanfaat Jika bermanfaat, apa saja manfaatnya?

...(Sebutkan) Jika tidak bermanfaat, apa sebabnya?

...(Sebutkan)

Bagi Yang Pernah mendapat Pelatihan

1. Pelatihan apa yang telah diberikan oleh PT. ABB? (Sebutkan, boleh lebih dari satu) (...) 2. Menurut Bpk/Ibu/Sdr, apakah pelatihan yang diberikan bermanfaat?

a. Sangat Bermanfaat c. Kurang Bermanfaat

b. Bermanfaat d. Tidak Bermanfaat

3. Apa manfaat pelatihan bagi pekerjaan bapak dan apakah dapat meningkatkan Pekerjaan dan penghasilan Bapak/Ibu?


(6)

Peran CSR PT. ABB dalam bidang sosial lainnya

1. Menurut Bpk/Ibu/Sdr, apakah bantuan sosial yang diberikan bermanfaat? a. Sangat Bermanfaat c. Kurang Bermanfaat b. Bermanfaat d. Tidak Bermanfaat 2. Apakah bentuk bantuan sosial lainnya tersebut perlu dilanjutkan?

a. Perlu b. Tidak Perlu

3. Apakah PT. ABB pernah memberikan bantuan sosial lainnya seperti bantuan transport, dukacita/kemalangan, bencana alam dan lain-lain kepada masyarakat ? 4. Apakah PT. ABB pernah memberi dukungan materil dan sprituil kepada

lembaga-lembaga formil dan non formil (wirid/pengajian, kelompok gereja, kelompok marga yang ada didesa?

G. Menurut Bapak/Ibu/Sdr, bantuan apa lagi yang dibutuhkan masyarakat?

_________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ ________________________________________________________________(sebutkan)

H. Pengetahuan Responden tentang CSR (Responden Karyawan)

1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang CSR?

2. Bantuan dan Fasilitas apa saja yang diberikan oleh PT. ABB untuk pemenuhan kesejahteraan karyawan (selain gaji)?

3. Dari semua fasilitas yang disediakan PT. ABB untuk karyawan, fasilitas apa saja yang dapat digunakan oleh masyarakat?


Dokumen yang terkait

Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Program Nikah Massal Terhadap Citra PT. PGN SBU III Medan di Kalangan Warga Masyarakat Kota Medan)

1 29 95

Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pada PT Tirta Investama)

4 73 131

Peranan Corporate Social Responbility Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Toba Samosir

8 76 101

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Arun NGL Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe

3 65 100

Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea)

17 118 108

Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri - Urban Di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 41 151

Peran Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Inalum Divisi Plta Sigura-Gura Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Masyarakat Kecamatan Pintupohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir

0 37 9

Corporate Social Responsibility Yang Dilakukan PT. Pertamina Ep Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat Sekitar

1 47 121

Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Inalum Divisi PLTA, Siguragura Terhadap Pengembangan Sosioekonomi Masyarakat Kecamatan Pintupohan Meranti Kabupaten Tobas Samosir

1 51 174

Implementasi Corporate Social Responbility (CSR) Terhadap Masyarakat Lingkungan PTPN IV (Studi Pada Unit Kebon Dolok Ilir Kabupaten Simalungun)

5 39 118