Corporate Social Responsibility Yang Dilakukan PT. Pertamina Ep Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat Sekitar

(1)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY YANG DILAKUKAN PT. PERTAMINA EP FIELD PANGKALAN SUSU TERHADAP

MASYARAKAT SEKITAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan

Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

GISHELA AGUSTINA 060200116

Jurusan Hukum Perdata Dagang

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kasih karunia dan penyertaanNya yang dirasakan oleh penulis setiap waktu terkhusus dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh karena kasihNyalah maka skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa pada umumnya dan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada khususnya guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Huku m.

Adapun judul yang penulis bahas dalam skripsi ini adalah Corporate Social Responsibility yang Dilakukan PT. PERTAMINA EP FIELD Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat Sekitar. Penulis berharap agar ilmu yang diperoleh selama proses penulisan skripsi dapat bermanfaat dan menjadi bekal nantinya bagi penulis, dan bermanfaat bagi semua yang membacanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan, baik itu disebabkan kekurangan literatur maupun kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulisan ke depan dapat lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Chairuddin Lubis, DTM&H,Sp. A(K).


(3)

2. Bapak Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum

3. Bapak Pembantu Dekan I Prof. Dr. Suhaidi, SH. M.H, Bapak Pembantu Dekan II Syafruddin Hasibuan, SH, M.H, Bapak Pembantu Dekan III M. Husni, SH. M.Hum.

4. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello SH, M.S. selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan waktunya membimbing dan mengajari dan memberikan masukan kepada saya dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Puspa Melati Hasibuan SH, M.Hum selaku dosen pembimbing II, yang sudah memberikan waktu membimbing dan memberikan masukan serta memotivasi sehingga penulisan skripsi ini boleh selesai tepat pada waktunya.

6. Bapak Muhammad Nuh SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.

7. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan

8. PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini karena telah memberikan data-data yang penulis butuhkan.

9. Orang tuaku tersayang yaitu Bapak G. Hutagalung dan Ibu T. br. Simbolon. Terimakasih buat semua kasih sayang yang telah diberikan


(4)

kepada penulis mulai dari kecil hingga saat ini. Penulis sangat menyayangi Bapak dan Mamak.

10.Saudara penulis yaitu Frans Christian Hutagalung, Margaret Vestasia Hutagalung, dan Bobby Samuel Hutagalung.

11.Teman-temanku sekalian Titin, Dea, Cecil, Fitri, Puji, Adi, Vera, Mustika, Evi, Sonti, Eva, Winda, Ingrid, Nisa, Helen dan semua teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu. Teristimewa teman-teman stambuk 2006.

12.Kepada seluruh pihak yang turut terlibat dalam penulisan skripsi ini.

Hormat Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………i

DAFTAR ISI ……….iv

ABSTRAK ………vi

BAB I. PENDAHULUAN ………..…………...1

A. Latar Belakang ……….1

B. Perumusan Masalah ………..5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ……….6

D. Keaslian Penulisan ………...7

E. Tinjauan Kepustakaan ………..7

F. Metode Penulisan ………11

G. Sistematika Penulisan ……….13

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS ………15

A. Pengertian Perseroan Terbatas ………...15

B. Eksistensi Hukum Perseroan ………..19

C. Prinsip Umum Perseroan ………41

D. Permodalan dan Saham Dalam Perseroan Terbatas ………...49

E. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas ……...53

BAB III. EKSISTENSI DAN MANFAAT CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BAGI MASYARAKAT ………...54

A. Sejarah Corporate Social Responsibility dan Keberlanjutan ……..54


(6)

C. Manfaat Corporate Social Responsibility ………...66 D. Corporate Social Responsibility sebagai Ius Constitutum ………..68 BAB IV. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY YANG DILAKUKAN PT.

PERTAMINA EP FIELD PANGKALAN SUSU TERHADAP

MASYARAKAT SEKITAR ……….69 A. Gambaran Umum PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu sebagai

Perusahaan yang Melakukan Corporate Social Responsibility ……..69 B. Bentuk-Bentuk Corporate Social Responsibility yang Dilakukan oleh

PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat

Sekitar ……….91 C. Realisasi Corporate Social Responsibility yang Dilakukan oleh PT.

Pertamina EP Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat

Sekitar ………97 D. Pertanggungjawaban Hukum PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu Terhadap Pelaksanaan Corporate Social Responsibility …………..108 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………....109

A. Kesimpulan………110

B. Saran ……….111


(7)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudu l Corporate Social Responsibility yang Dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat Sekitar. Skripsi ini membahas tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan Perseroan Terbatas. Dalam keberadaannya Perseroan Terbatas melakukan aktivitasnya yang merupakan kepentingan perusahaan tersebut. Dalam melaksanakan aktivitasnya Perseroan Terbatas mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Inilah yang disebut Corporate Social Responsibility. Namun, suatu perusahaan sering mengabaikan tanggung jawab ini dan tidak terlalu mempedulikan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Sekarang Corporate Social Responsibility ini telah tercantum dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jadi setiap perusahaan wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan terhadap masyarakat dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Permasalahan dalam skripsi ini adalah mengenai bentuk-bentuk Corporate Social Responsibility yang dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap masyarakat di sekitar, realisasi Corporate Social Responsibility yang dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap masyarakat sekitar dan pertanggungjawaban hukum yang dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap pelaksanaan Corporate Social Responsibility.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian hukum normative yang didasarkan pada bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu invebtarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan serta dengan melakukan penelitian lapangan ke PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu untuk memperoleh data-data yang langsung berhubungan dengan skripsi.

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu adalah dalam bentuk Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) dan Program-Program Inisiatif Perusahaan. Dan bentuk-bentuk Corporate Social Responsibility ini direalisasikan oleh PT. Pertamina terhadap masyarakat sekitar. Pertanggungjawaban hukum yang dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu, yaitu pertanggungjawaban hukum dengan membuat laporan tertulis secara rutin ke Region, Laporan Kegiatan Corporate Social Responsibility Inisiatif ke Pusat dan pertanggungjawaban hukum melalui media.


(8)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudu l Corporate Social Responsibility yang Dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat Sekitar. Skripsi ini membahas tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan Perseroan Terbatas. Dalam keberadaannya Perseroan Terbatas melakukan aktivitasnya yang merupakan kepentingan perusahaan tersebut. Dalam melaksanakan aktivitasnya Perseroan Terbatas mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Inilah yang disebut Corporate Social Responsibility. Namun, suatu perusahaan sering mengabaikan tanggung jawab ini dan tidak terlalu mempedulikan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Sekarang Corporate Social Responsibility ini telah tercantum dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jadi setiap perusahaan wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan terhadap masyarakat dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Permasalahan dalam skripsi ini adalah mengenai bentuk-bentuk Corporate Social Responsibility yang dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap masyarakat di sekitar, realisasi Corporate Social Responsibility yang dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap masyarakat sekitar dan pertanggungjawaban hukum yang dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap pelaksanaan Corporate Social Responsibility.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian hukum normative yang didasarkan pada bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu invebtarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan serta dengan melakukan penelitian lapangan ke PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu untuk memperoleh data-data yang langsung berhubungan dengan skripsi.

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu adalah dalam bentuk Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) dan Program-Program Inisiatif Perusahaan. Dan bentuk-bentuk Corporate Social Responsibility ini direalisasikan oleh PT. Pertamina terhadap masyarakat sekitar. Pertanggungjawaban hukum yang dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu, yaitu pertanggungjawaban hukum dengan membuat laporan tertulis secara rutin ke Region, Laporan Kegiatan Corporate Social Responsibility Inisiatif ke Pusat dan pertanggungjawaban hukum melalui media.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional dalam suatu negara bukan merupakan tanggung jawab pemerintah saja. Setiap warga negara mempunyai tanggung jawab dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional. Salah satu yang mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan ekonomi adalah dunia usaha, yaitu hasil pelaksanaan berbagai instansi dan pihak-pihak. Instansi dan pihak-pihak tersebut diantaranya adalah perusahaan-perusahaan. Jadi, perusahaan adalah sebagai salah satu pelaku ekonomi. Salah satu bentuk perusahaan yang terkenal dan terlibat di dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional di Indonesia adalah Perseroan Terbatas.

Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu bentuk kegiatan ekonomi yang paling disukai saat ini, di samping karena pertanggungjawabannya yang bersifat terbatas Perseroan juga memberikan kemudahan bagi pemilik atau pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya.

Kata “perseroan” menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero (saham). Sedangkan kata “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan dimilikinya. Bentuk hukum seperti Perseroan Terbatas ini juga dikenal di


(10)

Negara-negara lain, seperti : di Malaysia yang disebut Sendirian Berhad (SDN BHD), di Singapura disebut Private Limited (Pte Ltd), di Jepang disebut Kabushiki Kaisa, di Inggris disebut Registered Companies, di Belanda disebut Naamloze Vennotschap (NV), dan di Perancis disebut Societes A Responsabilite Limite (SARL).1

Dalam keberadaannya Perseroan Terbatas melakukan aktivitasnya sebagai perusahaan sesuai dengan bidangnya. Di dalam pelaksanaan aktivitasnya yang merupakan kepentingan perusahaan tersebut, suatu perusahaan sering sekali tidak

Dalam melaksanakan usahanya Perseroan Terbatas atau dipersamakan di sini dengan perusahaan harus memperhatikan seluruh aspek, yaitu aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan yang berdasarkan konsep Triple Bottom Line. Tidak hanya mementingkan keuntungan yang akan dicapai. Perusahaan sebagai pelaku bisnis di dalam menjalankan usahanya yaitu dituntut untuk semakin memperhatikan keadaan sosial dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Jadi ketika suatu perusahaan tersebut telah memperoleh keuntungan, maka perusahaan tersebut harus menyadari bahwa ada masyarakat di sekitarnya dan memikirkan tanggung jawab apa yang harus dilakukannya terhadap masyarakat tersebut. Karena perusahaan tersebut awalnya berdiri adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat bukan hanya untuk mencari keuntungan sendiri. Terutama perusahaan-perusahaan yang menguasai hajat hidup orang banyak. Hal inilah yang dikatakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar.

1

Ahmad Yani & Gunawan, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas. (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2000) h. 1


(11)

terlalu memperhatikan bahwa mereka mempunyai suatu tanggung jawab terhadap stakeholder. Stakeholder di sini mencakup karyawan, pelanggan, pemasok, pemegang saham, LSM, ataupun pemerintah. Masing-masing stakeholder tersebut memiliki derajat dan kepentingan yang berbeda-beda. Salah satu tanggung jawab Perseroan Terbatas yaitu tanggung jawab terhadap masyarakat yang ada di sekitar perusahaan tersebut. Sering sekali hal ini diabaikan, atau kalaupun dilaksanakan hanya untuk mencari mempunyai suatu tanggung jawab terhadap berbagai hal. Tanggung jawab tersebut yaitu tanggung jawab terhadap stakeholders. Hal ini menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan telah tercantum dalam Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, perusahaan terutama yang bergerak dalam bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak serta berbasis sumber daya alam berkewajiban untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility. Walaupun sebenarnya CSR bersifat sukarela. Dalam UU PT tersebut definisi CSR lebih menitikberatkan kepada pengembangan komunitas (community development).2

Sebenarnya seperti yang telah dikatakan sebelumnya CSR memang seharusnyalah dilakukan oleh perusahaan dengan kesadaran dan sukarela. Karena

2

DR. A.B. Susanto, A Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility, (Jakarta, The Jakarta Consulting Group, 2007) h. vii


(12)

perusahaan tersebut awalnya berdiri adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat bukan hanya untuk mencari keuntungan dan pemasukan sendiri. Dan karena saat ini CSR telah menjadi suatu social license to operation bagi perusahaan, yang sebenarnya dapat dijabarkan dari perumusan misi suatu perusahaan.

CSR pada awalnya merupakan suatu motif filantropik suatu perusahaan, yang biasanya bersifat spontanitas sehingga belum terkelola dengan baik. Namun selanjutnya seiring dengan tuntutan dari masyarakat dan dorongan internal dari perusahaan agar perusahaan lebih peduli dan memperhatikan lingkungan sera masyarakat yang ada di sekitarnya. Dan semakin lama makna CSR semakin meluas, bukan hanya merupakan suatu tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar dan hanya bersifat filantropik, tetapi sudah lebih meluas dan harus dikelola dengan sasaran yang jelas dan perencanaan yang baik.

Di tengah masyarakat yang semakin kritis dan peduli terhadap keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang CSR menjadi suatu keharusan bagi perusahaan. Apalagi sebenarnya perusahaan sendiri pun memperoleh manfaat dari CSR ini, yang terutama yaitu mengenai manajemen reputasi perusahaan. CSR yang awalnya hanya sebagai suatu kegiatan filantropik sudah menjadi suatu strategi perusahaan.3

Jika perusahaan mengabaikan keseimbangan Triple Bottom Line dengan cara mengabaikan masyarakat sekitar dan lingkungan di sekitar perusahaan maka akan terjadi gangguan pada manusia dan lingkungan sekitar perusahaan yang

3


(13)

dapat menimbulkan reaksi, seperti demo masyarakat sekitar atau kerusakan lingkungan sekitar akibat fasilitas perusahaan yang mengabaikan keseimbangan tersebut. Jadi ada atau tidaknya suatu peraturan yang mengatur tentang CSR seharusnya sebuah perusahaan memang harus melaksanakan program CSR agar tercipta keseimbangan sehingga tidak menimbulkan reaksi dari pihak yang dirugikan kepada perusahaan tersebut jika terjadi ketidak seimbangan.

Pada intinya CSR memanglah perlu dilakukan oleh perusahaan. Dan CSR yang dilakukan oleh perusahaan tersebut harus dilakukan dengan suatu sudut pandang yang strategis dan dikelola secara profesional agar bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Bentuk-Bentuk Corporate Social Responsibility yang Dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat Sekitar?

2. Bagaimana Realisasi Corporate Social Responsibility yang Dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat Sekitar? 3. Bagaimana Pertanggungjawaban Hukum PT. Pertamina EP Field


(14)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu

b. Untuk mengetahui realisasi Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap masyarakat yang ada di sekitar perusahaan

c. Untuk mengetahui pertanggungjawaban hukum PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap pelaksanaan Corporate Social Responsibility 2. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Secara Teoretis

Secara teoretis pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan akan memberikan konstribusi pemikiran serta menimbulkan pemahaman dan pandangan baru tentang keberadaan Corporate Social Responsibility di dalam suatu perusahaan.

b. Secara Praktis

Secara praktis pembahasan terhadap masalah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pengetahuan bagi pembaca, khususnya bagi perusahaan yang melaksanakan Corporate Social Responsibility sehingga setiap perusahaan


(15)

melaksanakannya memang sebagai suatu tanggung jawab kepada masyarakat sekitar dan lingkungan bukan hanya melaksanakan kewajiban yang tertulis dalam undang-undang, juga sebagai bahan para akademisi dalam menambah wawasan dan pengetahuan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini berjudul “CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY YANG DILAKUKAN PT. PERTAMINA EP FIELD PANGKALAN SUSU TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR” yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama khususnya di PT. PERTAMINA EP Field Pangkalan Susu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan judul ini adalah murni hasil pemikiran dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Community Relations (CR) maupun Community Development (CD) merupakan program implikasi dari program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Definisi CSR sangatlah beragam,


(16)

bergantung pada visi dan misi korporat yang disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan interests komunitas.4

Definisi dari Corporate Social Responsibility (CSR) itu sendiri telah dikemukakan oleh banyak pakar. Diantaranya adalah definisi yang dikemukakan oleh Magnan & Ferrel (2004) yang mendefinisikan CSR5

Elkington mengemukakan dalam buku karangan A.B. Susanto bahwa CSR

adalah:

“A business acts in socially responsible manner when its decision and account for and balance diverse stake holder interest”.

Definisi tersebut menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.

6

4

Reza Rahman, Corporate Social Responsibility Antara Teori dan Kenyataan, (Yogyakarta, Media Pressindo, 2009) h. 10

5

A.B. Susanto, Op. cit. h. 21

6

Ibid., h. 21

adalah:

”Suatu keadaan dimana sebuah perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit); masyarakat, khususnya komunitas sekitar (people); serta lingkungan hidup (planet bumi).”

Menurut Chambers dalam buku karangan A.B. Susanto CSR adalah: kepedulian terhadap lingkungan hidup, lebih dari batas-batas yang dituntut peraturan undang-undang. Sebagai suatu komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat yang lebih luas.


(17)

Menurut definisi yang diungkapkan oleh THE JAKARTA CONSULTING GROUP CSR7

7

Reza Rahman, Loc cit., h. 10

adalah :

“Tanggung jawab sosial ini diarahkan baik ke dalam (internal) maupun ke luar (eksternal) perusahaan. Ke dalam, tanggung jawab ini diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan.” Seperti diketahui, pemegang saham telah menginvestasikan sumber daya yang dimilikinya guna mendukung berbagai aktivitas operasional perusahaan, dan oleh karenanya mereka akan mengharapkan profitabilitas yang optimal serta pertumbuhan perusahaan sehingga kesejahteraan mereka di masa depan juga akan mengalami peningkatan. Oleh karenanya perusahaan harus berjuang keras agar memperoleh laba yang optimal dalam jangka panjang serta senantiasa mencari peluang bagi pertumbuhan di masa depan. Di samping kepada pemegang saham, tanggung jawab sosial ke dalam ini juga diarahkan kepada karyawan. Karena hanya dengan kerja keras, kontribusi, serta pengorbanan merekalah perusahaan dapat menjalankan berbagai macam aktivitasnya serta meraih kesuksesan. Oleh karenanya perusahaan dituntut untuk memberikan kompensasi yang adil serta memberikan peluang pengembangan karir bagi karyawannya. Tentu saja hubungan antara karyawan dengan perusahaan ini harus di dasarkan pada prinsip hubungan yang saling menguntungkan (mutually beneficial). Artinya perusahaan harus memberikan kompensasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, namun di lain pihak karyawan pun dituntut untuk memberikan kontribusi yang maksimal bagi kemajuan perusahaan.


(18)

Ke luar, tanggung jawab sosial ini berkaitan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi kepentingan generasi mendatang. Pajak diperoleh dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Oleh karenanya perusahaan harus dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga mampu memperoleh laba yang maksimal. Demi kelancaran aktivitas perusahaan demi mencapai tujuannya, perusahaan membutuhkan banyak tenaga kerja. Seiring dengan tumbuh kembangnya perusahaan, kebutuhan akan tenaga kerja ini akan mengalami peningkatan. Perusahaan berkewajiban untuk ikut berpartisipasi menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Lapangan kerja akan semakin banyak tersedia manakala perusahaan tumbuh dan berkembang. Oleh karenanya perusahaan berkewajiban untuk selalu mencari peluang-peluang baru bagi pertumbuhan, tentu saja dengan tetap mempertimbangkan faktor keuntungan dan tingkat pengembalian financial yang optimal. Perusahaan juga memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, baik yang berkaitan dengan perusahaan maupun tidak. Perusahaan juga bertanggung jawab untuk memelihara kualitas lingkungan tempat mereka beroperasi demi peningkatan kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang, baik untuk generasi saat ini maupun bagi generasi penerus.


(19)

F. Metode Penulisan

Dalam penguraian dan penulisan skripsi ini, data merupakan dasar utama agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 1. Sifat dan Bentuk Penulisan

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan, maka digunakan Metode Penelitian Hukum Normatif Empiris. Langkah pertama dilakukan penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Perseroan Terbatas yang melaksanakan Corporate Social Responsibility. Selain itu dipergunakan juga bahan-bahan tulisan yang berkaitan dengan persoalan ini. Setelah itu mengadakan penelitian langsung ke lapangan.

Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam meletakkan persoalan ini dalam perspektif hukum perdata dagang khususnya hukum perseroan terbatas. Kemudian dikaitkan dengan penelitian hukum empiris yaitu penelitian ini berupa untuk melihat bagaimana pihak-pihak yang terkait responsif dan konsisten dalam menggunakan instrument-instrumen hukum yang terkait dengan hal tersebut.

a. Data dan Sumber Data

Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan yang mengikat, yaitu dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.


(20)

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku, pendapat para sarjana, dan kasus-kasus yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum. b. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan (Library Reseach)

Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis bahan-bahan studi kepustakaan yang meliputi : 1) Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

yang artinya mmpunyai otoritas8

2) Bahan-bahan sekunder merupakan bahan yang melengkapi sumber-sumber utama dan masih memiliki hubungan/keterkaitan dengan masalah yang dibahas. Bahan-bahan tersebut meliputi : buku-buku dan makalah-makalah hasil seminar.

atau merupakan sumber-sumber utama yang dijadikan landasan dalam penulisan dalam penulisan ini meliputi Peraturan Perundang-undangan, Surat Keputusan Mentri yang terkait, dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan langsung dengan permasalahan yang dibahas.

8


(21)

2. Penelitian Lapangan (Field Reseach)

Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara penelitian lapangan secara langsung, yaitu dengan mengadakan penelitian ke PT. PERTAMINA EP Field Pangkalan Susu dengan melakukan wawancara kepada Ibu Rusmidah selaku Staff CSR dan Bapak Galih Pradikta SH selaku Pengawas Utama Hukum dan Pertanahan di PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu dengan mengajukan sejumlah pertanyaan dan memperoleh data-data yang langsung berhubungan dengan judul skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berangkaian satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I Berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar yang di dalamnya terurai mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, yang kemudian diakhiri oleh sistematika penulisan.

BAB II Merupakan bab yang membahas tentang Perseroan Terbatas dimana di dalamnya diuraikan mengenai pengertian Perseroan Terbatas, eksistensi hukum Perseroan, prinsip umum Perseroan,


(22)

permodalan dan saham dalam Perseroan Terbatas serta tanggung jawab sosial dan lingkungan Perseroan Terbatas.

BAB III Merupakan suatu bab yang membahas tentang sejarah corporate social responsibility dan keberlanjutan, dasar hukum dan pengertian corporate social responsibility, manfaat corporate social responsibility. Juga corporate social responsibility sebagai ius constitutum.

BAB IV Merupakan bab yang membahas tentang gambaran umum dari PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu sebagai perusahaan yang melaksanakan Corporate Social Responsibility, bentuk-bentuk Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap masyarakat yang ada di sekitar perusahaan, realisasi Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap masyarakat yang ada di sekitar perusahaan serta pertanggungjawaban hukum PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap pelaksanaan corporate social responsibility.

BAB V Bab ini berisikan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi para pembaca.


(23)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS

A. Pengertian Perseroan Terbatas

Kata perseroan dalam pengertian umum adalah perusahaan atau organisasi usaha. Sedangkan perseroan terbatas adalah salah satu bentuk organisasi usaha atau badan usaha yang ada dan dikenal dalam sistem hukum dagang Indonesia.9

Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar, yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan dan ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaanya.10

1. Perseroan Terbatas merupakan suatu badan hukum

Dari yang dikemukakan di atas maka ada lima hal pokok yang dapat dikemukakan, yaitu:

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak ada satu pasal yang menyebutkan Perseroan sebagai badan hukum, tetapi di dalam Undang-Undang Perseroan secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 butir (1) bahwa perseroan adalah badan hukum. Ini berarti perseroan sesuai dengan syarat keilmuan yaitu sebagai pendukung kewajiban dan hak, antara lain memiliki harta kekayaan sendiri terpisah dari harta kekayaan pendiri atau pengurusnya.

9

I. G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas. (Bekasi Timur, Kesaint Blanc, 2000) h. 1

10


(24)

Sebagai badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan hukum seperti yang ditentukan dalam UUPT.11

a. Organisasi yang teratur

Unsur-unsur tersebut adalah:

Organisasi yang teratur ini dapat kita lihat dari adanya organ perusahaan yang terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris (Pasal 1 angka (2)) UUPT). Keteraturan organisasi perseroan dapat diketahui melalui ketentuan UUPT, Anggaran Dasar Perseroan, Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, Keputusan Dewan Komisaris, Keputusan Direksi dan Peraturan-peraturan perusahaan lainnya yang dikeluarkan dari waktu ke waktu.

b. Harta kekayaan sendiri

Harta kekayaan sendiri ini berupa modal dasar yang terdiri atas seluruh nilai nominal saham yang terdiri atas uang tunai dan harta kekayaan dalam bentuk lain.

c. Melakukan hubungan hukum sendiri

Sebagai badan hukum, perseroan melakukan sendiri hubungan hukum dengan pihak ketiga yang diwakili oleh pengurus yang disebut Direksi dan Komisaris. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar Pengadilan. Dalam melaksanakan kegiatannya tersebut, Direksi berada dalam pengawasan Dewan Komisaris, yang dalam hal-hal tertentu “membantu” Direksi dalam menjalankan tugasnya tersebut.

d. Mempunyai tujuan sendiri

Tujuan tersebut ditentukan dalam Anggaran Dasar Perseroan. Karena perseroan menjalankan perusahaan, maka tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan/laba.

Status badan hukum diperoleh sejak akta pendirian disahkan oleh Menteri Kehakiman. Hal ini seperti yang diatur dalam Pasal 7 ayat (4) UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Ketentuan ini tentulah berbeda dengan ketentuan yang diatur di dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) yang menentukan bahwa status badan hukum perseroan diperoleh sejak diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

11


(25)

Jika suatu perseroan belum mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman, perseroan berarti belum memiliki pemegang saham dan yang dikenal hanyalah pendiri atau orang yang namanya tercantum dalam Akta Pendirian perseroan terbatas. Pendiri tersebut adalah orang yang diwajibkan melakukan penyetoran atas modal yang telah dijanjikan oleh mereka dalam Akta Pendirian perseroan. Setelah itu maka diwajibkanlah kepada perseroan terbatas tersebut untuk melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan pertama, segera setelah perseroan memperoleh pengusaha.

2. Didirikan berdasarkan perjanjian

Suatu perseroan harus didirikan berdasarkan perjanjian. Dalam mendirikannya berarti harus ada kesepakatan berupa pernyataan kehendak, terutama dari pihak yang hendak mendirikan Perseroan Terbatas tersebut. Maka sudah pasti dalam pendirian suatu Perseroan Terbatas harus ada dua atau lebih orang yang menghendaki kesepakatan pendiriannya. Karena tidak mungkin membuat suatu perjanjian seorang diri saja.

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat12 1) sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

, yaitu;

2) kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3) suatu hal tertentu;

4) suatu sebab yang halal.

12


(26)

Dengan demikian dalam pendirian suatu Perseroan Terbatas harus memenuhi syarat-syarat tersebut. Tentang ketentuan ini bukan saja pada saat pendirian, namun setelah berjalanpun perseroan tidak boleh saham dimiliki oleh satu orang saja. Hal ini dibuktikan secara tertulis dengan menyusunnya dalam bentuk Anggaran Dasar dan kemudian dimuat dalam Akta Pendirian yang dibuat di muka Notaris, dimana setiap pendiri wajib mengambil bagian pada saat pendirian perseroan.

3. Menjalankan usaha tertentu

Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan perusahaan, yang sudah tentu memerlukan modal, yang mana modal perseroan tersebut terbagi dalam saham. Setiap perseroan harus melakukan suatu usaha tertentu dalam menjalankan perseroannya tersebut. Kegiatan usaha yang dilakukan tersebut, yaitu dalam bidang ekonomi (industri, dagang, jasa) yang bertujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Kegiatan usaha tersebut haruslah mendapatkan izin terlebih dahulu dari pihak yang berwenang.

Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan.13

13

Pasal 2 Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Maka perseroan sebagai suatu badan usaha yang berbadan hukum tentunya harus mengikuti maksud dan tujuan PT seperti yang dicantumkan di dalam Anggaran Dasar PT.


(27)

4. Memiliki modal yang terbagi dalam saham-saham

Setiap perseroan harus memiliki modal dasar, modal dasar tersebut terbagi dalam saham-saham. Modal dasar dalam bahasa Inggris disebut Authorized Capital. Modal dasar ini adalah harta kekayaan perseroan (badan hukum) yang terpisah dengan harta kekayaan pendiri, organ perusahaan dan juga pemegang saham.

Modal dasar tersebut yaitu berupa uang yang telah ditentukan berapa besar jumlahnya. Modal dasar tersebut modal yang dijadikan dasar berdirinya perseroan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa modal dasar adalah jumlah modal yang disebutkan berapa besarnya di dalam Akta Pendirian. Jumlah tersebut adalah jumlah minimum modal dasar perseroan.

5. Memenuhi persyaratan undang-undang

Setiap perseroan yang berdiri harus memenuhi persyaratan undang-undang perseroan dan peraturan pelaksananya. Hal ini menyatakan bahwa UUPT menganut sistem tertutup (closed system). Semua persyaratan yang tercantum di dalam UUPT tersebut wajib dipenuhi. Persyaratan tersebut mulai dari syarat pendirian, syarat beroperasi dan syarat berakhirnya. Diantara syarat mutlak yang wajib dipenuhi oleh pendiri adalah akta pendirian perseroan harus dibuat di muka Notaris dan harus memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman.

B. Eksistensi Hukum Perseroan

Eksistensi Hukum Perseroan Terbatas adalah sebagai berikut: 1. Semula Diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang


(28)

Eksistensi bentuk perusahaan perseroan terbatas dalam sistem hukum Indonesia semula diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Perseroan Terbatas yang dahulu disebut Naamloze Venotshcap mula-mula diatur dalam KUHD pada Buku Pertama, Titel Ketiga, yang berjudul Tentang Perseroan Terbatas. Pasal yang mengatur yaitu hanya 26 pasal, mulai dari Pasal 36-56.

Karena ketentuan yang mengatur tentang PT tersebut terlalu singkat maka Pasal 1 menegaskan berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam bidang hukum dagang. Pasal 1 KUHD berbunyi:

“Kitab undang-undang Hukum Perdata berlaku juga bagi hal-hal yang diatur kitab undang-undang ini, sekadar di dalam kitab undang-undang ini tidak diatur secara khusus menyimpang.”

Memperhatikan ketentuan Pasal 1 KUHD dimaksud, KUHD sendiri merupakan lex specialis (special law) berhadapan dengan KUH Perdata. Kalau begitu pengaturan perseroan dalam KUHD, merupakan lex specialis atau bentuk-bentuk perusahaan Persekutuan (maatschap, partnership) maupun Perkumpulan yang diatur dalam KUH Perdata maupun yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang lain. Jadi hukum perseroan yang diatur dalam KUHD, merupakan ketentuan perdata khusus yang mengatur hukum perikatan atau perjanjian antara pihak-pihak yang timbul khusus dari bidang perusahaan Perseroan Terbatas, sedang hukum perikatan yang diatur dalam Buku Ketiga KUHPerdata, merupakan aturan hubungan hukum antara perorangan yang satu dengan yang lain dalam segala bidang usaha sesuai dengan kehendak dan kebutuhannya sendiri.14

14


(29)

Sampai saat ini kelangsungan eksistensi Hukum Perseroan Terbatas sudah mencapai hampir lebih dari 150 tahun dihitung dari kelahiran KUHD, yakni pada tahun 1847 dengan Staatsblad 1847-23, sampai diundangkan UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Selama masa kolonial Belanda, ketentuan Pasal 36-56 yang mengatur Perseroan Terbatas tidak pernah mengalami perubahan. Pada saat dilakukan perubahan KUHD dengan Staatsblad 1924-556, tidak terjadi penambahan ataupun pengurangan dalam pasal-pasal tersebut.

Setelah era kemerdekaan, ketentuan pasal-pasal tersebut pernah mengalami perubahan yaitu pada tahun 1971 dengan UU No. 20 Tahun 1971 Lembaran Negara No. 20 Tahun 1971. Perubahan yang terjadi pada UU No. 4 Tahun 1971 masih mempertahankan keberadaan hukum perseroan terbatas, berada dalam lingkup Buku Pertama KUHD. Perubahan yang terjadi tidak terlampau signifikan karena tidak ada penambahan lebih luas, tetapi hanya mengubah ketentual Pasal 54 saja. Isi Pasal 54 tersebut dahulunya yaitu menentukan maksimum suara yang bisa dimiliki oleh pemegang saham hanya 6 (enam) suara tanpa mempermasalahkan berupa jumlah saham yang dimilikinya, apabila Perseroan mengeluarkan saham 100 (seratus) saham atau lebih. Dan maksimum hanya 3 (tiga) suara apabila Perseroan mengeluarkan kurang 100 (seratus) lembar saham.15

Bertitik tolak dari ketentuan inilah maka diadakan perubahan karena semula disamakan suara pemegang saham yang memiliki 100 (seratus) lembar saham dengan yang memiliki 1000 (seribu) lembar saham. Sehingga tidak ada

15


(30)

perbedaan suara walaupun memiliki suara jauh lebih banyak. Akibatnya pada masa itu, muncul suatu praktik yaitu stroomannen. Stroomannen yaitu pemegang saham yang mempunyai banyak saham menunjuk kaki tangan dengan cara membagi-bagikan sahamnya kepada beberapa orang yang ditunjuknya, agar memberi suara yang menghasilkan keputusan RUPS sesuai dengan yang diinginkan pemegang saham tersebut.

Jadi ketentuan Pasal 54 inilah yang diubah UU No. 4 Tahun 1971. Yang fundamental dalam perubahan tersebut sebenarnya yaitu pada dasarnya ditegakkan penerapan satu saham atau satu suara (one share one vote), kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar. Berdasarkan fakta ini, selama 134 tahun (1874-1971), Hukum Perseroan yang diatur dalam KUHD hanya mengalami satu kali perubahan saja.

2. KUHD diganti dengan UU No. 1 Tahun 1995

Perseroan Terbatas adalah perusahaan yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang berbadan hukum, dulu 1 Mei 1848 diatur di dalam KUHD namun aturan itu tidak sesuai dengan prinsip ekonomi Indonesia yang berasaskan demokrasi sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, maka dibentuk peraturan baru yang dituangkan dalam UU No. 1 Tahun 1995 yang mengatur bahwa sebuah PT harus didirikan dengan syarat harus memiliki etika yang baik, asas kepatutan, dan kepantasan.16

16

http://id.svhoong.com/law-and-politics/law/1830667-perseroan-terbatas/ (diakses terakhir kali tanggal 7 Februari 2010)


(31)

Pada tanggal 7 Maret tahun 1995 diterbitkanlah UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT 1995). Terdiri atas 12 Bab (I-XII) dan 129 pasal (Pasal 1-129).

Pasal 128 ayat (1) UUPT 1995 menegaskan, Buku Kesatu, Titel Ketiga, Bagian Ketiga yang terdiri atas Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 KUHD yang mengatur tentang Perseroan Terbatas berikut segala perubahannya, terakhir dengan UU No. 4 Tahun 1971, dinyatakan tidak berlaku.17

Alasan penggantian menurut konsiderans UUPT 1995

18

1) Ketentuan yang diatur dalam KUHD dianggap tidak sesuai lagi Peraturan Perseroan Terbatas yang ditentukan dalam KUHD, tidak sesuai lagi dengan perkembangan ekonomi dan dunia usaha yang semakin pesat, baik secara nasional maupun internasional.

, antara lain:

2) Mencipta kesatuan hukum dalam Perseroan yang berbentuk badan hukum (rechtspersoon, legal person, legal entity).

3. UUPT No. 1 Tahun 1995 diganti dengan UUPT No. 40 Tahun 2007

Pada tanggal 16 Agustus 2007 telah diberlakukan Undang-Undang baru tentang Perseroan Terbatas, yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Undang-Undang ini telah diakomodasikan berbagai ketentuan mengenai Perseroan, baik berupa penambahan ketentuan baru, perbaikan penyempurnaan, maupun mempertahankan ketentuan lama yang dinilai masih relevan.19

Pada saat undang-undang ini berlaku, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587),

17

M. Yahya Harahap, Op. cit. h. 24

18

Ibid., h. 24

19


(32)

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.20

Adapun yang menjadi dasar dan alasan penggantian UU No. 1 Tahun 1995 dengan UU No. 40 Tahun 2007

Dalam hal ini sejak berarti sejak berlakunya UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas maka UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dinyatakan tidak berlaku lagi.

UU No. 1 Tahun 1995 diganti dengan UU No. 40 Tahun 2007 adalah dikarenakan UU No. 1 Tahun 1995 dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat di masa sekarang. Karena itulah UU No. 1 Tahun 1995 ini diganti dengan UU No. 40 Tahun 2007 sebagai UUPT yang baru.

21

1) Perekonomian nasional harus diselenggarakan berdasar asas demokrasi ekonomi sesuai dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, dan kesatuan ekonomi nasional.

, yaitu:

2) Semua prinsip itu, perlu didukung oleh kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka lebih meningkatkan perkembangan perekonomian nasional sekaligus memberi landasan yang kokoh bagi dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi pada masa mendatang.

3) Perlu diadakan undang-undang yang mengatur tentang Perseroan Terbatas yang dapat mendukung terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif. 4) Perseroan Terbatas sebagai salah satu pilar pembangunan perekonomian

nasional, perlu diberi landasan hukum untuk lebih memacu pembangunan nasional yang disusun sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan. Selain daripada itu, perlu diakomodasi tuntutan masyarakat akan layanan yang cepat, kepastian hukum dan tuntutan pengembangan dunia usaha yang sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance). Semua hal itu menuntut perlunya dilakukan penyempurnaan UUPT 1995.22

20

Pasal 160 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

21

Konsideran Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

22


(33)

Berikut adalah perbedaan PT dalam KUHD, UU No. 1 Tahun 1995 & UU No. 40 Tahun 200723

No

, yaitu:

HAL KUHD

Undang-undang No. 1 Tahun

1995

Undang-undang No. 40 Tahun

2007 1 Definisi PT adalah tiap tiap

persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan tidak dibawah satu nama besar.

PT adalah badan hukum yang didrikan berdasarkan perjanjian melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal. Didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. 2 Tanggung jawab

social dan lingkungan

Tidak ada ketentuan tentang tanggung jawab sosial dan

Tidak ada ketentuan tentang tanggung Adanya tanggung jawab sosial dari 23 2010)


(34)

lingkungan yang harus dilakukan oleh PT. sosial dan lingkungan yang harus dilakukan oleh PT. perusahaan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. 3 Kedudukan

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pemeriksaan dan pengesahan Perseroan Terbatas dilakukan oleh para persero. Rapat Umum Pemegang Saham merupakan organ tertinggi dalam Perseroan Terbatas. Rapat Umum pemegang Saham mempunyai kedudukan yang sama dengan Direksi dan Komisaris dalam Perseroan. 4 Komisaris Dalam KUHD

ataupun dalam Anggaran Dasar tidak mengharuskan adanya organ Komisaris. Kalaupun Komisaris merupakan organ Perseroan Terbatas yang melakukan pengawasan dan Komisaris merupakan bagian dari Dewan Komisaris. Dimana Dewan


(35)

ada Kpmosaris merupakan organ Perseroan Terbatas yang bertugas mengawasi pengurus saja. member nasehat kepada Direksi. Komisaris merupakan organ Perseroan Terbatas yang bertugas melakukan pengawasan dan member nasihat kepada Direksi. 5 Perubahan

Anggaran Dasar

Tidak ada ketentuan tentang perubahan Anggaran Dasar. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas harus mendapat persetujuan Menteri. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan yang telah dinyatakan Pailit, tidak dapat dilakukan. Kecuali dengan persetujuan Kurator. 6 Struktur

Permodalan

Tidak ada ketentuan tentang jumlah modal dasar. Modal yang ditempatkan paling sedikit 20 %

Modal dasar Perseroan Terbatas paling sedikit Rp. 20.000.000,- Modal dasar Perseroan Terbatas paling sedikit Rp. 50.000.000,-


(36)

dari modal dasar. Modal yang disetor paling sedikit 10 % dari modal yang ditempatkan.

(pasal 25 ayat (1)). Modal yang ditempatkan paling sedikit 25 % dari modal dasar. Modal yang disetor paling sedikit 50 % dari modal yang

ditempatkan.

(pasal 32 ayat (1)). Modal yang ditempatkan paling sedikit 25 % dari modal dasar. Modal yang disetor paling sedikit 100% dari modal yang

ditempatkan. 7 Jangka waktu

kewenangan Komisaris

dalam hal Penambahan

modal

Tidak ada ketentuan tentang jangka waktu

(RUPS) dapat menyerahkan

kewenangan kepada Komisaris dalam hal penambahan modal. RUPS dapat menyerahkan kepada Dewan Komisaris dalam hal penambahan modal untuk jangka waktu paling lama 5 tahun. RUPS dapat menyerahkan kepada Dewan Komisaris dalam hal Penambahan modal untuk jangka waktu paling lama 1 tahun.

8 Ketentuan

Saham tanpa nilai Nominal

Tidak ada ketentuan tentang saham tanpa nilai nominal. Saham tanpa nominal tidak dapat Kemungkinan pengeluaran saham tanpa


(37)

dikeluarkan. nilai nominal di dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

9 Tempat diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pemberitahuan segala keuntungan atau kerugian dapat dilakukan dalam suatu rapat umum,

baik dengan mengirimkan suatu

daftar untung/ rugi terhadap tiap persero (pemegang saham)/ atau membuat daftar perhitungan semntara dan diumumkan kepada semua persero. Tempat diadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di tempat kedudukan perseroan/ tempat perseroan melakukan kegiatan usahanya. RUPS diadakan di tempat kedudukan Perseroan, tempat Perseroan melakukan usahanya, di tempat kedudukan dimana saham Perseroan dicatatkan dan tempat diadakan dapat dimanapun di wilayah Indonesia jika seluruh


(38)

pemegang saham menyetujuinya secara bulat. 10 Permintaan

penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS)

Para pengurus harus tiap-tiap tahun sekali memberitahukan

segala keuntungan dan juga kerugian yang diperoleh kepada semua persero. Pemegang saham dapat meminta penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham kepada Direksi atau Komisaris. Dewan Komisaris dapat meminta penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham kepada Direksi.

11 Pengambilan Keputusan Dalam hal pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak dari pada pemegang saham. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak biasa dari jumlah suara yang Dalam hal pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai. Keputusan

adalah sah jika disetujui dari ½ bagian dari jumlah saham


(39)

dikelurkan secara sah.

yang

dikeluarkan. 12 Orang yang

tidak dapat menjadi

Anggota Direksi

Tidak ada ketentuan tentang Orang yang tidak dapat menjadi Anggota Direksi. Anggaran Dasar menentukan bahwa yang dapat diangkat menjadi Direksi adalah Warga Negara Indonesia. Orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara dalam waktu 5 tahun sebelum pengangkatan tidak dapat dijadikan Direksi. Orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara.

13 Dasar pendirian Perseroan

Terbatas

KUHD tidak menyebutkan secara

tegas bahwa PT didirikan

berdasarkan

perjanjian, dan PT didirikan oleh 2(dua) orang, sedangkan

Dalam undang undang ini disebutkan secara jelas bahwasannya PT didirikan berdasarkan Dalam undang undang ini disebitkan secara jelas bahwasannya PT didirikan berdasarkan perjanjian(pasal


(40)

setelah PT disahkan dianut prinsip institusi sehingga pemegang sahamnya dapat menjadi 1(satu) orang(pemegang saham tunggal) perjanjian(Pasal 1 ayat 1). PT didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih (Pasal 7 ayat (1)). Undang undang ini secara konsisten mempertahankan komposisi tersebut, dalam hal setelah PT disahkan pemegang saham kurang dari 2(dua) orang, dalam waktu paling lama 6(enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham

1 ayat 1). PT didirikan oleh 2(dua) orang atau lebih(pasal 7 ayat (1).. Undang undang ini secara konsisten mempertahankan komposisi tersebut, dalam hal setelah PT disahkan pemegang saham kurang dari 2(dua) orang dalam waktu paling lama 6(enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham yang


(41)

yang

bersangkutan wajib

mengalihkan sebagian sahamnya

kepada orang lain. Dalam hal setelah lewat 6 (enam) bulan pemegang saham kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham bertanggung

jawab secara pribadi atas segala perikatan atau kerugian perseroan dan pengadilan

negeri dapat membubarkan

bersangkutan wajib

mengalihkan sebagian sahamnya

kepada orang lain. –Dalam hal setelah lewat 6 (enam) bulan pemegang saham kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham bertanggung

jawab secara pribadi segala perikatan atau kerugian

perseroan dan pengadilan

negeri dapat membubarkan


(42)

perseroan atas permohonan

pihak yang berkepentingan.

Ketentuan yang mewajibkan

Perseroan

didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih, tidak berlaku bagi BUMN.

pihak yang berkepentingan.

Ketentuan yang mewajibkan

perseroan

didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih, tidak berlaku bagi Persero yang seluruh

sahamnya

dimiliki oleh Negara atau perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,

lembaga penyimpanan dan


(43)

dan lembaga lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang pasar modal.

14 PT Tertutup dan PT Terbuka

Dalam KUHD dan Anggaran Dasar perseroan tidak mengatur. Dalam Undang- Undang ini mengatur walaupun tidak secara tegas bahwa PT dibagi atas PT Tertutup dan PT Terbuka. Dan untuk PT Terbuka setelah “nama Perseroan” ditambah singkatan “Tbk”. Dalam Undang-Undang yang baru mengatur walaupun tidak secara tegas bahwa PT dibagi atas PT Tertutup dan PT Terbuka. Dan untuk PT Terbuka setelah “nama

Perseroan” ditambah

singkatan “Tbk”. 15 Penggunaan

Laba Untuk menutup kerugian, Perseroan Dalam Undang Undang ini, Dalam Undang Undang yang


(44)

dapat membentuk dana cadangan (Pasal 48 KUHD), akan tetapi KUHD dan Anggaran Perseroan tidak menentukan secara tegas jumlah minimal penyisihan laba bersih untuk cadangan.

Pembagian

keuntungan dibagi menurut cara yang ditentukan oleh rapat Umum Tahunan pemegang Saham. Keuntungan yang dibagikan sebagai Deviden yang tidak diambil dalam waktu 5 (lima) tahun setelah disediakan untuk dibayar, setiap tahun buku, Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih untuk cadangan. penyisihan dilakukan sampai cadangan mencapai sekurang

kurangnya 20 % dari modal yang ditempatkan. penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan di putuskan oleh RUPS. baru, setiap tahun buku, Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih untuk cadangan. Kewajiban penyisihan berlaku apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif penyisihan dilakukan sampai cadangan mencapai sekurang

kurangnya 20 % dari modal yang ditempatkan. penggunaan laba


(45)

menjadi milik Perseroan.Pembagian

keuntungan dibagi menurut cara yang ditentukan oleh Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham Setelah lima tahun Deviden yang tidak di

ambil di masukan ke dalam cadangan yang diperuntukan untuk itu. bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan di putuskan oleh RUPS. Setelah lima tahun Deviden yang tidak di

ambil di masukan ke dalam cadangan khusus.

16 Penggabungan,

Peleburan , Pengambilalihan dan pemisahan KUHD tidak mengatur. Dalam anggaran Dasar, tata cara yangdipakai dalam praktek berpedoman kepada:

Surat Bank Indonesia tanggal 12 desember

Dalam Undang Undang ini mengatur mengenai masalah Peleburan, Penggabungan dan Pengambilalihan. Dalam Undang Undang ini mengatur mengenai masalah Peleburan, Penggabungan dan Pengambilalihan.


(46)

1972 No. 5/04/UUPB.

Surat Keputusan Menteri Keuangan tanggal 25 maret 1989 No. 278/ KMK-01/1989.

Undang- UndangNo. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Peraturan mengenai Pasar Modal. Penggabungan dan Peleburan yang terjadi karena hukum yang kita kenal dengan istilah Juridische fusie atau Juridical merger diatur dalam pasal 107 ayat (2).

Pelaksanaan lebih lanjut di atur dalam Peraturan Pemerintah. Tetapi tidak mengatur tentang pemisahan. Pengambilalihan sahan Perseroan lain langsung dari pemegang saham tidak perlu didahului dengan membuat rancangan pengambilalihan, ttetapi dilakuka langsung melalui perundunga dan kesepakatan oleh pihak yang aka mengambil alih engan pemegang saham dengan tetap memperhatikan Anggaran Dasar


(47)

Perseroan yang diambil alih. 17 Tanggung jawab

pemegang saham dan penerobosan tameng badan hukm (piercing the corporate veil) KUHD mengatur bahawa pemegang saham tidak bertanggung jawa untuk lebih daripada jumlah penuh saham saham itu (Pasal 40 ayat (2)). KUHD tidak mengatur tentang penerobosan tameng badan hukum. Selain bertanggung jawab pemegang saham yang terbatas sampai dengan nilai jumlah saham yang telah di ambilnya ( pasal 3 ayat (1)) juga penerobosan tersebut dengan lasan

sebagaimana ditentukan dalam pasal 3 ayat (2).

Selain bertanggung jawab pemegang saham yang terbatas sampai dengan saham yang telah di milikinya ( pasal 3 ayat (1)) juga penerobosan tersebut dengan lasan

sebagaimana ditentukan dalam pasal 3 ayat (2).

18 Pembubaran dan likuidasi

Perseroan Terbatas

Bubar demi hukum karena perseroan menderita kerugian sebesar 75% ( pasal 47). Pasal 114 mengatur tentang dengan jelas pembubaran perseroa karena: Pasal 142 mengatur tentang dengan jelas pembubaran perseroa karena:


(48)

Di bubarkan oleh Menteri kehakiman emi kepentingan umum dalam hal pengesahan Perseroa di gantungkan pada suatu syarat

( pasal 37 ayat (3))

dan apabila pengesahan

Perseroan diberikan dengan tak bersyarat. Pembubaran oleh menteri kehakiman dapat di lakuakan setelah mendengar pendapat Mahkamah Agung.

Dalam KUHD diatur tiap perseroan yang dibubarkan harus di bereskan oleh pengurusnya, kecuali Keputusan RUPS. Jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir. Penetapan pengadilan. Menteri kehakiaman juga tidak dapat membubarkan Perseroan, yang dapat membubarkan Perseroan adalah Badan Peradilan. Keputusan RUPS. Jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir. Penetapan pengadilan. Putusan Pengadila Niaga. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan Pailit berada dalam keadaan Insolvensi. Dicabutnya izin usaha Perseroan.


(49)

dalam akta telah diatur suatu tata cara pemberesan yang lain (pasal 56).

C. Prinsip Umum Perseroan

Perseroan Terbatas memiliki prinsip umum diatur di dalam UU Untuk mendapat izin dari menteri kehakiman, harus memenuhi syarat24

24

http://id.wikipedia.org./wiki/Perseroan_Terbatas

, sebagai berikut:

1. Perseroan terbatas tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan

2. Akta pendirian memenuhi syarat yang ditetapkan Undang-Undang

Perseroan Terbatas memiliki prinsip umum yang diatur di dalam UUPT 2007. Prinsip-prinsip umum inilah yang menjadi landasan eksistensi perseroan. Sehingga suatu perseroan dapat melaksanakan kegiatan usahanya. Prinsip-prinsip umum tersebut, yaitu:

a. Perseroan adalah sebagai badan hukum yang lahir dari proses hukum

Pengertian badan hukum berasal dari Latin yang disebut Corpus atau Body. Dia berbeda dengan manusia perorangan (human being). Kelahiran manusia sebagai badan hukum, melalui proses alamiah (natural birth process). Sebaliknya, perseroan lahir sebagai badan hukum, tercipta melalui proses hukum.


(50)

Perseroan Terbatas adalah persekutuan yang berbentuk badan hukum, dimana badan hukum ini disebut dengan “perseroan”. Istilah perseroan pada perseroan terbatas menunjuk pada cara penentuan modal pada badan hukum itu yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham dan istilah terbatas menunjuk pada batas tanggung jawab para persero atau pemegang saham, yaitu hanya terbatas pada jumlah nilai nominal dari semua saham-saham yang dimiliki. Bentuk badan hukum ini, sebagaimana ditetapkan dalam KUHD bernama Naamloze Vennootschap hingga harus disebut dengan Perseroan Terbatas (disingkat PT) tidak dapat ditemukan, namun sebutan Perseroan Terbatas (PT) itu telah menjadi baku dalam masyarakat.

Perseroan sebagai badan hukum meskipun bukan manusia secara alamiah namun dapat bertindak sendiri melakukan perbuatan-perbuatan hukum yang diperlukan. Karena pemilik modal atau pemilik saham hanya mempunyai tanggung jawab hanya sebatas nilai saham yang dimilikinya dan tidak lebih maka diperlukan pengurus yang terorganisir guna mewakili perseroan dalam menjalankan aktivitasnya di dalam lalu lintas hukum baik di luar maupun di dalam pengadilan dan tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap perikatan-perikatan yang dibuat oleh perseroan terbatas. Orang mewakili perseroan untuk bertindak untuk dan atas nama perseroan ini disebut Direksi yang terdiri atas natural persons. Badan hukum ini berbeda dengan manusia, badan hukum tidak dapat mati, kecuali memang diakhiri keberadaannya oleh hukum atau undang-undang.


(51)

Hal ini berarti bahwa badan usaha yang disebut perseroan terbatas harus menjadikan dirinya sebagai badan hukum, sebagai subjek hukum yang berdiri sendiri yang mampu mendukung hak dan kewajiban sebagaimana halnya dengan orang, yang mempunyai harta kekayaan tersendiri terpisah dari harta kekayaan para pendirinya, pemegang saham dan para pengurusnya.

Perseroan sebagai badan hukum yang lahir dari proses hukum adalah bertitik tolak dari Pasal 1 angka 1 UUPT 2007. Perseroan sebagai badan hukum haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Merupakan persekutuan modal

Modal dasar yang disebut sebagai modal dasar dalam perseroan adalah modal yang terbagi dalam saham atau sero. Modal tersebut menjadi milik para pemegang saham sebagai status mereka dengan jalan membayar saham tersebut kepada perseroan. Besarnya modal dasar dalam pendirian perseroan adalah sesuai dengan Pasal 31 ayat (1) UUPT 2007 yaitu terdiri atas seluruh nominal saham. Dan di dalam Pasal 32 ditentukan bahwa modal dasar suatu perseroan haruslah paling sedikit berjumlah Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Dan persekutuan yang terjadi dalam perseroanpun sebenarnya bukan saja hanya persekutuan modal tetapi juga persekutuan para anggota yang terdiri dari para pemegang saham. Namun yang lebih menonjol adalah persekutuan modal, yang diatur di dalam Pasal 1618 KUHPerdata.

2) Didirikan berdasarkan perjanjian

Dalam ketentuan Pasal 27 ayat (1) UUPT menyatakan bahwa perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam Bahasa


(52)

Indonesia. Hal ini dapat lebih mempertegas lagi bahwa suatu perseroan memang benar-benar harus didirikan berdasarkan perjanjian. Perjanjian yang dimaksud adalah perjanjian yang diatur di dalam KUHPerdata yaitu perjanjian khusus yang bernama. Perjanjian ini tentunya harus memenuhi syarat sah suatu perjanjian yang diatur di dalam Pasal 1320 KUHPerdata, dan juga yang diatur di dalam UUPT 2007.

Menurut Pasal 7 ayat (2) UUPT yang menyatakan bahwa setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan merupakan wujud pernyataan kehendak dari para pendiri ketika membuat perjanjian pendirian perseroan terbatas.25

Kegiatan usaha yang biasa dilakukan perseroan adalah dalam bidang ekonomi, baik dalam bidang industri, perdagangan, maupun jasa yang bertujuan memperoleh keuntungan/laba.

3) Melakukan kegiatan usaha

Di dalam pasal 2 UUPT 2007 disebutkan bahwa suatu perseroan harus memiliki maksud dan tujuan serta kegiatan usaha. Dimana maksud dan tujuan tersebut harus tercantum di Anggaran Dasar Perseroan. Tentang hal ini diatur dalam pasal 18 KUHPerdata.

26

Kelahiran perseroan sebagai badan hukum (rechtpersoon, legal entity), karena dicipta atau diwujudkan melalui proses hukum (created by legal process) 4) Lahirnya perseroan melalui proses hukum dalam bentuk pengesahan pemerintah

25

Agus Budiarto, Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2002) h. 44

26


(53)

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk proses kelahiran atau berdirinya harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan, yang apabila syarat ada yang belum dipenuhi maka perseroan tersebut tidak akan mendapatkan pengesahan untuk berstatus badan hukum oleh Menteri Hukum dan HAM. Tentang pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM ini diatur di dalam pasal 7 ayat (2) UUPT 2007.

b. Klasifikasi Perseroan

Klasifikasi perseroan diatur di dalam Pasal 1 angka 6 dan Pasal 1 angka 7 UUPT 2007. Klasifikasi ini sebenarnya ditinjau dari cara menghimpun modal perseroan. Maka perseroan diklasifikasikan, yaitu:

1) Perseroan Tertutup

Perseroan tertutup adalah perseroan yang didirikan dengan tidak menjual saham-saham kepada masyarakat luas, dimana artinya bahwa tidak setiap orang dapat ikut menanamkan modalnya.27 Biasanya pemegang sahamnya terbatas hanya pada orang-orang yang saling kenal mengenal atau terbatas diantara yang masih ada ikatan keluarga. Jadi saham tertutup bagi orang luar. Siapa yang menjadi pemegang saham sudah dicantumkan di dalam Anggaran Dasar Perseroan. Perseroan tertutup ini dalam kenyataan praktik dapat juga diklasifikasikan lagi28

27

C.S.T Kansil & Christie S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas Tahun 1995, (Jakarta, PT Midas Surya Grafindo, 1996) h. 33

28

M. Yahya Harahap, Op. cit. h. 38

, yang terdiri atas: a.) perseroan murni tertutup

Dalam perseroan ini yang boleh menjadi pemegang saham benar-benar terbatas dan mutlak. Hanya teman dan keluarga saja batasan yang dapat memiliki saham.


(54)

Perseroan ini tidak benar-benar tertutup. Saham yang ada dibagi menjadi dua kelompok, yaitu saham yang hanya boleh dimiliki orang atau kelompok tertentu saja yang disebut saham istiwewa dan saham yang boleh dimiliki oleh siapapun.

2) Perseroan Publik

Perseroan publik adalah Perseroan yang telah memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan.29 Perseroan publik harus memenuhi kriteria30

1) saham Perseroan yang bersangkutan, telah dimiliki sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) pemegang saham;

sebagai berikut:

2) memiliki modal disetor (gestort kapital, paid up capital) sekurang-kurangnya Rp.3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah),

3) atau suatu jumlah pemegang saham dengan jumlah modal disetor yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.

Dan Perseroan yang telah memenuhi kriteria sebagai Perseroan Publik harus mematuhi ketentuan31

1) Perseroan yang telah memenuhi kriteria sebagai Perseroan Publik, wajib mengubah Anggaran Dasar menjadi Perseroan Terbuka (Perseroan Tbk),

, yaitu:

2) Perubahan Anggaran Dasar dimaksud, harus dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak terpenuhi kriteria tersebut,

3) Selanjutnya, Direksi Perseroan “wajib” mengajukan pertanyaan pendaftaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.

3) Perseroan Terbuka

Perseroan Terbuka adalah perseroan terbatas yang menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal (go public). Jadi sahamnya ditawarkan

29

Pasal 1 angka 8 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

30

Pasal 1 angka 22 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

31


(55)

kepada umum, diperjualbelikan melalui bursa saham dan setiap orang berhak untuk membeli saham perusahaan tersebut.32

Jadi, Perseroan Terbuka adalah suatu Perseroan dimana masyarakat luas dapat ikut serta menanamkan modalnya dengan cara membeli saham yang ditawarkan oleh Perseroan Terbuka melalui bursa untuk mengumpulkan modal untuk investasi. Dewasa ini Perseroan ini disebut Perseroan yang go-public.33

4) Perseroan Grup

Perseroan Terbuka ini diatur di dalam Pasal 1 angka 7 UUPT 2007, yang berbunyi:

”Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.”

Pada masa sekarang ada juga perseroan yang berupa group. Perseroan tersebut didirikan dengan memanfaatkan prinsip limited liability yaitu prinsip pertanggungjawaban terbatas. Salah satu bentuknya adalah Perseroan Anak yang didirikan oleh sebuah Perseroan untuk menjalankan bisnis Perseroan Induk. Sekarang ini kita bisa menjumpai satu Perseroan Grup yang terdiri atas sejumlah bahkan berates Perseroan sebagai Perseroan Anak. Namun, Perseroan Grup ini belum ada diatur di dalam UUPT 2007. Walaupun dalam praktik perlu diketahui apa yang dimaksud dengan Perseroan Grup atau Perseroan Holding.34

c. Personalitas Perseroan 32

http://id.wikipedia.org./wiki/Perseroan_Terbatas

33

M. Yahya Harahap, Op. cit. h. 41

34


(56)

Subjek hukum yaitu segala yang mendukung hak dan kewajiban. Subjek hukum itu sendiri terdiri dari manusia dan badan hukum. Dalam hal manusia sebagai subjek hukum yaitu setiap orang baik laki-laki dan perempuan, baik dewasa maupun anak-anak memiliki personalitas atau kepribadian (personality or individually). Manusia mempunyai hak hidup yang dilindungi oleh hukum serta berhak memiliki kekayaan di depan hukum.

Perseroan juga adalah sebagai subjek hukum karena Perseroan adalah badan hukum. Perseroan dapat dikatakan sebagai subjek hukum karena Perseroan dalam keberadaannya mempunya kewajiban dan hak menurut hukum. Perseroan adalah badan hukum yang bukan manusia yang disebut dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Perseroan lahir melalui proses hukum bukan melalui proses alamiah seperti manusia. Karena itulah Perseroan disebut sebagai badan hukum buatan (artificial legal person). Meskipun Perseroan badan hukum antifisial35

1. namun dia tidak fiktif (fictitious),

, yaitu:

2. tetapi nyata-nyata ada melakukan kegiatan bisnis atau kegiatan usaha di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Banyak orang yang mengemukakan bahwa manusia berbeda dengan Perseroan walaupun sama-sama subjek hukum. Hal ini dikarenakan sebagai badan hukum Perseroan tidak punya badan, pikiran dan jiwa, tidak dapat mati, tidak kelihatan, dan hanya ada dalam pertimbangan hukum. Hingga pada masa lampau

35


(57)

banyak yang berpendapat bahwa badan hukum, seperti Perseroan tidak dapat melakukan pelanggaran hukum dan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban jika melakukan perbuatan melawan hukum. Namun, di masa sekarang pendapat tersebut sudah ditinggalkan karena seperti yang kita ketahui sekarang ini sudah terdapat tindak pidana korporasi, dimana korporasi yang melakukan tindak pidana dapat dimintai pertanggungjawaban.

D. Permodalan dan Saham dalam Perseroan Terbatas

Sebagai suatu badan hukum, perseroan terbatas memiliki hak, kewajiban dan harta kekayaan sendiri, terlepas dari hak, kewajiban dan harta kekayaan dari para pendiri, pemegang saham dan para pengurusnya.36

Dari kelompok modal sendiri tersebut, modal perseroan masih dapat kita pilah-pilah menjadi beberapa bagian, yang salah satunya merupakan cerminan dari modal sebenarnya perseroan. Modal ini merupakan hasil penyetoran pemegang saham perseroan segera setelah perseroan memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman, yaitu tampak pada pos modal disetor perseroan.

Modal dasar perseroan seluruhnya terbagi dalam saham. Hal ini merupakan konsekuensi terhadap syarat pendirian perseroan yang harus didirikan berdasarkan pada perjanjian.

37

Modal perseroan terdiri atas modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor. Saham sebagaimana dimaksud di atas dapat dikeluarkan atas nama dan atau atas tunjuk. Saham atas nama adalah saham yang mencantumkan nama

36

Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Op. cit. h. 41

37


(58)

pemegang atau pemiliknya. Sedangkan saham atas tunjuk adalah saham yang tidak mencantumkan nama pemegang atau pemiliknya.

a. Modal Dasar

Modal dasar (maatschappelijk kapitaal),adalah modal maksimum dimana dapat dikeluarkan tanpa perubahan anggaran dasar dan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Kehakiman.38

Modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.39 Perkataan modal atau capital di sini dihubungkan dengan Perseroan mengandung pengertian, sesuatu yang diperoleh Perseroan dalam bentuk uang melalui penerbitan saham (issued of shares). Uang itulah yang digunakan Perseroan melancarkan kegiatan usaha dan bisnis yang ditentukan Anggaran Dasar.40

Modal dasar Perseroan paling sedikit Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Modal dasar perseroan merupakan total jumlah saham yang diterbitkan, dan jumlah saham yang diterbitkan tersebut diatur di dalam Anggaran Dasar Perseroan. Dan besarnya jumlah modal dasar ini harus dicantumkan di dalam Anggaran Dasar Perseroan.

41

38

Agus Budiarto, Op. cit. h. 45

39

Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

40

M. Yahya Harahap, Op. cit. h. 233

41

Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Jika lebih dari itu maka tidak ada larangan. Dalam Pasal 32 ayat (2) dikatakan bahwa Undang-Undang mengatur kegiatan usaha tertentu dimana ditentukan bahwa modal dasar Perseroannya harus lebih besar dari modal dasar


(59)

minimum. Kegiatan usaha tertentu antara lain usaha perbankan, asuransi, atau freight/forwarding.42

Boleh memperbesar atau memperkecil jumlah modal yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Hanya saja perubahan itu harus sesuai dengan tata cara yang ditentukan Pasal 21 dan Pasal 22 serta harus diminta persetujuan Menteri seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan perubahan Anggaran Dasar.

43

Modal ditempatkan (geplaatst kapitaal), yaitu sejumlah modal dengan nilai nominal yang diambil oleh para pendiri.

Jadi 25 % modal sudah harus ditempatkan pada saat pendirian Perseroan. b. Modal Ditempatkan

44

Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 harus ditempatkan dan disetor penuh

Jadi maksud dari modal ditempatkan ini yaitu pada saat saham diambil oleh pemegang saham atau pendiri, saham tersebut ada yang sudah dibayar dan ada pula yang belum dibayar, maka modal yang ditempakan inilah modal yang disanggupi oleh pendiri atau pemegang untuk dibayar, dimana saham tersebut telah diserahkan kepadanya untuk menjadi miliknya.

45

Modal yang disetor (gestoort kapitaal), adalah modal yang telah dipenuhi kewajiban penyetorannya.

c. Modal Disetor

46

42

Penjelasan Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

43

M. Yahya Harahap, Op. cit. h. 235

44

Agus Budiarto, Lok. cit. h. 45

45

Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

46

Agus Budiarto, Lok. cit. h. 45

Modal disetor ini maksudnya bahwa saham yang telah dibayar penuh oleh pemegang ataau pemiliknya, jadi modal tersebut sudah


(60)

dimasukkan pemegang saham sebagai pelunasan pembayaran saham yang mereka ambil yaitu sebagai modal yang ditempatkan dalam Perseroan.

Saham adalah bagian dari modal Perseroan. Karena telah dikatakan sebelumnya bahwa modal Perseroan seluruhnya terdiri dari saham-saham. Jenis saham dibagi menjadi dua, yaitu saham atas nama dan saham atas tunjuk.

a. Saham atas nama (op naam, registered stock), adalah saham yang nama pemiliknya sudah tertera di dalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari agar tidak jatuh ke tangan orang yang tidak berhak sebab pengalihannya memerlukan prosedur balik nama.47

b. Saham atas tunjuk (aan toonder, bearer stock), adalah saham yang tidak menyebut nama pemiliknya dan biasa disebut saham blanko.

, sedangkan

48

Maka dapat disimpulkan bahwa secara yuridis saham adalah sebagai bagian dari modal, karena pada dasarnya memang saham itu adalah modal. Kemudian saham juga dapat dikatakan sebagai tanda anggota dari Perseroan Terbatas yang sahamnya dimilikinya. Serta saham adalah sebagai alat legitimasi, yaitu saham merupakan suatu surat yang menunjuk kepada pemegangnya sebagai orang yang berhak. Saham menjadi bukti bagi yang namanya tertera pada saham tersebut ataupun pemegangnya untuk mendapatkan hak-hak yang melekat pada saham itu, seperti mendapatkan keuntungan atau deviden dan hak-hak lainnya.

Peralihan saham atas tunjuk ini tidak dengan balik nama, cukup dari tangan ke tangan saja karena yang memegang saham ini telah dilegitimasi sebagai pemiliknya, kecuali dalam hal tertentu.

47

Ibid., h. 52

48


(61)

Sekarang, dengan berlakunya Undang-Undang Perseroan Terbatas dalam pasal 46 ayat (4) menyatakan bahwa selain klasifikasi saham biasa, Anggaran Dasar dapat menetapkan 1 (satu) klasifikasi saham atau lebih49

a. dengan hak suara khusus, bersyarat, terbatas, atau tanpa hak suara; , yaitu:

b. yang setelah jangka waktu tertentu dapat ditarik kembali atau dapat ditukar dengan klasifikasi saham lain;

c. yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima pembagian deviden secara komulatif atau non komulatif; dan atau d. yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih

dahulu dari pemegang saham dari klasifikasi lain atas pembagian deviden dan sisa kekayaan perseroan dalam likuidasi.

Saham yang telah diambil oleh pemegangnya dicatat di dalam Daftar Pemegang Saham. Saham atau buku saham tersebut dipegang oleh Direksi.

E. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas

Tanggung jawab sosial dan lingkungan Perseroan Terbatas ini diatur di dalam Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Terdahulu di dalam KUHD dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tidak diatur tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan ini.

Hal inilah yang sekarang terjadi dimana suatu Perusahaan yang berdiri memiliki suatu tanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Karena Perseroan sebagai suatu perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat diharapkan memiliki tanggung jawab terhadap hal-hal yang ada dan terjadi di sekitarnya.

Pandangan tersebut, telah melahirkan konsep tanggung jawab sosial Perseroan (Corporate Social Responsibility). Landasan pandangan CSR

49


(62)

bersumber dari nilai moral, bahwa Perseroan hidup dan berada di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, kehidupan dan kelancaran kegiatan usaha Perseroan sangat tergantung dan terkait kepada lingkungan dan masyarakat yang bersangkutan. Perseroan harus mempunyai kepedulian (concern) terhadap masyarakat dimana dia hidup dan berada. Perseroan tidak terlepas dari tanggung jawab memenuhi kepentingan publik.50

50

M. Yahya Harahap, Op. cit. h. 298

Mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan Perseroan Terbatas akan dibahas lebih lengkap di bab selanjutnya.


(63)

BAB III

EKSISTENSI DAN MANFAAT CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BAGI MASYARAKAT A. Sejarah Corporate Social Responsibility

Sebuah perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha memiliki suatu tujuan yang umum yaitu untuk mencari keuntungan semata (profit-oriented). Banyak para pelaku usaha yang berprinsip business is business. Dengan prinsip ini para pelaku usaha menghalalkan berbagai cara agar memperoleh keuntungan. Hal ini sering menimbulkan gesekan-gesekan antara stakeholders. Namun, belakangan muncul etika bisnis dimana orang mulai memahami keterkaitan antara nilai-nilai spiritualitas dengan keberlanjutan dan perkembangan sebuah usaha. Dalam konteks spiritual bisnis dikatakan bahwa bisnis bukan hanya sekedar untuk memaksimalkan keuntungan tetapi bagaimana suatu bisnis yang dijalankan membawa keuntungan kepada semua pihak bukan hanya kepada pemilik perusahaan semata. Sehingga seharusnya sebuah perusahaan melakukan suatu langkah yang harmonis dengan seluruh stakeholders.

Akibat hal tersebut maka banyak masyarakat yang menjadi tidak percaya terhadap korporasi, karena masyarakat menganggap bahwa perusahaan yang ada hanya ingin mengambil keuntungan tanpa mempedulikan kondisi masyarakat maupun lingkungan sekitarnya. Tetapi hal inilah yang merupakan awal munculnya Corporate Social Responsibility.

Kekuatan modal yang dimiliki oleh korporasi, terutama korporasi dengan skala internasional, telah menjelma sebagai sebuah kekuatan tersendiri yang


(1)

atas setiap pelaksanaan CSR yang dilaksanakannya.86

1. Pertanggungjawaban hukum dengan membuat Laporan Tertulis secara Rutin ke Region Pertamina EP yaitu Region Sumatera, yaitu biasanya terhadap bantuan-bantuan dan program-program yang dilakukan secara rutin kepada stakeholders.

Pertanggungjawaban hukum yang dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap pelaksanaan CSR, yaitu:

2. Pertanggungjawaban hukum dengan membuat Laporan Kegiatan CSR inisiatif yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Field Pangkalan Susu ke Pertamina Pusat. Seperti contohnya: Kegiatan Edukasi Migas ke Sekolah-Sekolah di lima kecamatan di Kabupaten Langkat.

3. Pertanggungjawaban hukum melalui media. Dimana setiap pelaksanaan CSR oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu selalu diliput oleh Media. Media tersebut melaui media cetak atau media elektronik. Terkadang ada pihak yang independent atau netral yang menyampaikan tentang pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap media.

Hal-hal inilah yang menjadi pertanggungjawaban hukum PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap pelaksanaan CSR.

86


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Program CSR yang dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu selalu dikordinasikan dengan kegiatan Persero. Pelaksanaan CSR PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu adalah dalam bentuk Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL). PKBL ini difokuskan kepada enam bidang, yaitu peningkatan kesehatan, pendidikan dan pelatihan, pengembangan sarana & prasarana umum, sarana ibadah, korban bencana alam, dan pelestarian alam. Namun, selain PKBL PT. Pertamina juga melakukan program CSR yang bersifat inisiatif.

2. CSR telah dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu sepanjang tahun 2008 sampai dengan 2009 yang merupakan realisasi dari Program Community Development. Realisasi yang dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu dalam bidang kesehatan, pendidikan, fasilitas sosial atau umum, dalam pembinaan hubungan stakeholders, media relation, sarana ibadah, sponsorship serta bantuan-bantuan inisiatif lainnya kepada masyarakat di kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat serta di daerah-daerah lainnya yang juga merupakan wilayah kerja PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu.

3. Pertanggungjawaban hukum yang dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap pelaksanaan CSR, yaitu dengan membuat


(3)

laporan CSR rutin yang disampaikan ke Region, laporan kegiatan CSR inisiatif yang di sampaikan Pusat serta pertanggungjawaban melalui media massa.

B. Saran

1. Bentuk-bentuk CSR yang dilakukan oleh PT. Pertamina Field Pangkalan Susu dalam bentuk PKBL sudah baik. Diharapkan lebih ditingkatkan lagi bentuk-bentuk CSR inisiatif kepada masyarakat, dimana kedua belah pihak sama-sama mendapatkan keuntungan.

2. PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu telah melakukan realisasi program CSR yang dilakukan di dalam berbagai bidang. Penulis menyarankan agar lebih ditingkatkan lagi pelaksanaan CSRnya, kemudian diharapkan adanya pemerataan dalam memberikan bantuan, tidak hanya banyak direalisasikan di satu bidang saja. Misalnya, dalam bidang kesehatan sepanjang tahun 2008 – 2009 realisasinya saya rasa masih kurang tidak sebanding dengan bidang-bidang lain. Padahal bidang kesehatan saya rasa juga sangat penting bagi masyarakat.

3. PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu disarankan selalu membuat pertanggungjawaban hukum setelah eksekusi program CSR seperti yang biasa dilakukan agar setiap program CSR dapat dipertanggungjawabkan keberadaannya. Lebih ditingkatkan lagi pertanggungjawaban hukum melalui media atau dengan memanggil pihak-pihak netral dalam eksekusi CSR agar mereka melihat bahwa CSR tersebut benar-benar dilaksanakan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Harahap, M. Yahya. 2009. “Hukum Perseroan Terbatas”. Sinar Grafika, Jakarta. Rahman, Reza. 2009. ”Corporate Social Responsibility Antara Teori dan Kenyataan”. Media Pressindo, Yogyakarta.

Ambadar, Jackie. 2008. “CSR dalam Praktik di Indonesia”. PT Elex Media Computindo, Jakarta.

Widjaja, Gunawan & Pratama, Yeremia Ardi. 2008. “Risiko Hukum & Bisnis

Perusahaan Tanpa CSR”. ForumSahabat, Jakarta.

Susanto, A.B. 2007. “A Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility”. The Jakarta Consulting Group, Jakarta.

Yani, Ahmad & Widjaja, Gunawan. 2006. “Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas”. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Marzuki, Peter Mahmud. 2005. “Penelitian Hukum”. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Budiarto, Agus. 2002. “Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas”. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Widjaja, I.G. Rai. 2000. “Edisi Revisi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas”. Kesaint Blanc, Bekasi Timur.

Kansil, C.S.T & Kansil, Christine S.T. 1996. “Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas”. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Widjaja, I.G. Rai. 1994. “Pedoman Dasar Perseroan Terbatas”. PT Pradnya Paramita, Jakarta.

B. Perundang-undangan

Republik Indonesia. Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


(5)

Republik Indonesia. Undang-undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

Republik Indonesia. Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Republik Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Republik Indonesia. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 22 Tahun 2008

Republik Indonesia. Peraturan Menneg BUMN No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan

C. Internet

terakhir kali tanggal 7 Februari 2010)

tanggal 7 Februari 2010)

Februari 2010)

terakhir kali tanggal 20 Februari 2010)

terakhir kali tanggal 20 Februari 2010)

(diakses terakhir kali tanggal 20 Februari 2010)


(6)

http://www.pertamina-ep.com/id/berita-terkini-dari -industri/2009/08/12/pahami-komunitas-csr, (diakses terakhir kali tanggal 20 Februari 2010)