diameter gravity thickener maka partikel-partikel padatan organik untuk berinteraksi
semakin besar Gladman dkk, 2006.
a
b
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Diameter Gravity Thickener Terhadap a TS dan b VS
4.4 Pengaruh Sludge Level terhadap TS dan VS
Selain melihat pengaruh recycle sludge dan diameter gravity thickener terhadap perubahan TS dan VS, sludge level juga perlu ditelaah untuk mengetahui
ketinggianlevel sludge dalam gravity thickener yang sesuai sehingga dapat ditentukan
5,000 10,000
15,000 20,000
25,000 30,000
2 5
7 21
23 26
28 30
33 35
37 38
T o
ta l
S o
li d
m g
r L
Stabil hari ke-
TS digest er pada diam et er 350 m m TS discharged pada diam et er 350 m m
TS digest er pada diam et er 315 m m TS discharged pada diam et er 315 m m
4,000 8,000
12,000 16,000
20,000
2 5
7 21
23 26
28 30
33 35
37 38
V o
la ti
le S
o li
d m
g r
L
Stabil hari ke-
VS digest er pada diam et er 350 m m VS discharged pada diam et er 350 m m
VS digest er pada diam et er 315 m m VS discharged pada diam et er 315 m m
Universitas Sumatera Utara
banyaknya sludge yang di-recycle. Untuk keperluan ini dilakukan percobaan pada PLTBg menggunakan gravity thickener yang dilengkapi dengan 5 lima buah keran
pengambilan sampel dengan jarak antara keran yang satu dengan yang lain 20 cm. Sludge level pada gravity thickener adalah 130, 150, 170, 190 dan 210 cm seperti
disajikan pada gambar 4.6. Keran 1 adalah sludge level 130 cm, keran 2 adalah sludge level 150 cm, keran 3 adalah sludge level 170 cm, keran 4 adalah sludge level 190 cm
dan keran 5 adalah sludge level 210 cm.
Gambar 4.4 Sludge Level Gravity Thickener
4.4.1 Pengaruh Sludge Level terhadap TS dan VS pada Penggunaan Gravity Thickener
tanpa Anulus Percobaan diawali dengan gravity thickener tanpa anulus. Percobaan dilakukan
untuk melihat zona pengendapan zona settling. Kurva pengaruh sludge level terhadap TS dan VS penggunaan gravity thickener tanpa anulus disajikan pada Gambar 4.5.
Universitas Sumatera Utara
a
b Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Sludge Level Terhadap a TS dan b VS pada
Penggunaan Gravity Thickener tanpa Anulus
Seperti yang disajikan dalam Gambar 4.5 terlihat bahwa TS dan VS pada
masing-masing sludge level tidak konstan. Sludge di dalam gravity thickener bergejolak, hal ini menyebabkan penentuan zona pengendapan zona settling dalam gravity
thickener sulit dilakukan. Percobaan yang dilakukan dengan pengadukan pada 37,5 rpm menghasilkan aliran transient dengan bilangan Reynold N
Re
sebesar 7.038,29. Burger,
4,000 8,000
12,000 16,000
20,000
2 5
7 21
23 26
28 30
33 35
37 38
T o
ta l
S o
li d
m g
L
Stabil hari ke-
digest er level 210 cm
level 190 cm level 170 cm
level 150 cm level 130 cm
4,000 8,000
12,000 16,000
2 5
7 21
23 26
28 30
33 35
37 38
V o
la ti
le S
o li
d m
g r
L
Stabil hari ke-
digest er level 210 cm
level 190 cm level 170 cm
level 150 cm level 130 cm
Universitas Sumatera Utara
dkk 1999 mengemukakan bahwa zona pengendapan akan dapat dilihat jika pola aliran sludge di dalam gravity thickener transient untuk pada sistem batch dan continue.
Sedangkan pada percobaan ini dimana pengumpanan dilakukan secara intermiten tidak dapat dilihat zona pengendapan walaupun pola aliran pada gravity thickener transient.
Turbulensi aliran dalam gravity thickener dapat dicegah dengan membuat anulus menggunakan draft tube Farrow, dkk., 2000.
4.4.2 Pengaruh Sludge Level Terhadap TS dan VS Pada Gravity Thickener dengan
Anulus
Percobaan dilakukan menggunakan gravity thickener yang dilengkapi dengan anulus. Perlakuan yang dilakukan sama dengan percobaan 4.4.1. Penentuan dimensi dan
tata letak anulus didasarkan pada hasil percobaan 4.4.1. Sludge diasumsikan berada pada sludge level 130 cm keran 5. Kurva perubahan TS dan VS pada percobaan ini disajikan
pada Gambar 4.6. Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengendapkan zat-zat
padat non koloidal dalam air dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Pengendapan partikel dengan konsentrasi yang lebih pekat seperti LCPKS, antar partikel saling
menahan membentuk suatu zona pengendapan zona settling dengan kecepatan konstan. Kompresi pemadatan massa partikel mengakibatkan konsentrasi sludge makin tinggi
Walas dkk., 2005. Pada gambar 4.6 memperlihatkan bahwa kisaran TS dan VS sangat tinggi pada sludge level 130 cm dan 150 cm sehingga zona pengendapan berada pada
sludge level 130 cm dan 150 cm. 29
Universitas Sumatera Utara
a
b Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Sludge Level Terhadap a TS dan b VS pada
Penggunaan Gravity Thickener Beranulus
Padatan akan mengendap pada cairan yang densitasnya lebih rendah. Pada silender dimana suspensi seragam dapat mengendap, beberapa zona yang terdefinisi
dengan baik tampak pada proses pengendapan. Pada bagian atas adalah zona dari cairan bersih. Di bawah zona ini pada komposisi konstan yang lebih atau kurang, konstan
5,000 10,000
15,000 20,000
25,000 30,000
2 5
7 21
23 26
28 30
33
T o
ta l
S o
li d
m g
r L
Stabil hari ke-
digest er level 210 cm
level 190 cm level 170 cm
level 150 cm level 130 cm
5,000 10,000
15,000 20,000
25,000
2 5
7 21
23 26
28 30
33
V o
la ti
le S
o li
d m
g r
L
Stabil hari ke-
digest er level 210 cm
level 190 cm level 170 cm
level 150 cm level 130 cm
30
Universitas Sumatera Utara
karena kecepatan pengendapan dari seluruh ukuran partikel adalah seragam. Pada bawah silinder adalah zona sedimen, dengan partikel yang lebih besar semakin ke bawah. Jika
jarak ukuran partikel lebar, zona komposisi konstan yang dekat bagian atas tidak akan terjadi dan perpanjangan zona komposisi tidak tetap akan menggantikannya Metcalf
and Eddy, 2003.
4.5 Pengaruh Jumlah Recycle Sludge terhadap Laju Dekomposisi VS