Definisi Operasional TINJAUAN PUSTAKA

50 μL dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH. c 10 ppm 5 μL dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH. d 1 ppm 5 μL dari larutan 1000 ppm ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH. d. Pembuatan Larutan Kontrol Positif Vitamin C 1. Larutan Induk 100 ppm 22 1 mg Vitamin C murni dilarutkan dalam 5 mL etanol = 0,1 mgmL = 100 μgml ppm. 2. Larutan Seri 2,4,6,8 ppm a 2 ppm 22 100 μL dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH. b 4 ppm 200 μL dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH. c 6 ppm 300 μL dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH. d 8 ppm 400 μL dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya 4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH. Semua larutan dikocok dengan alat shaker waterbath agar larutan menjadi homogen. Setelah dikocok kemudian didiamkan diinkubasi. Kedua proses tersebut berlangsung selama 30 menit dalam suhu ruangan agar tercapainya kondisi steady state waktu dimana nilai absorbansi sudah konstan. 20 3.5.4 Pengukuran Absorbansi Semua larutan blanko, larutan uji dan larutan kontrol positif diinkubasi pada suhu 27 o C selama 30 menit dalam keadaan gelap, kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer. Setelah mendapatkan nilai absorbansinya, persen hambatan masing-masing larutan dihitung dengan menggunakan rumus 23 24 : Hambatan = Abs blanko – Abs sampel Abs Blanko x 100 Setelah mendapatkan aktivitas hambatan, kemudian dicari nilai probitnya dengan cara melihat tabel probit. Setelah mendapatkan nilai probit, dicari nilai IC 50 melalui persamaan regresi linier. 25 3.5.5 Manajemen Data Data persentase hambatan antioksidan penangkap radikal DPPH ekstrak daun sirsak dianalisis dan dihitung nilai IC 50 nya melalui persamaan regresi linier dengan analisa probit. Persentase penghambatan yang diperoleh dikonversi ke persamaan regresi linier, yaitu hubungan konsentrasi terhadap persentase penghambatan. Persamaan regresi yang diperoleh digunakan untuk menentukan aktivitas sampel yang dinyatakan dengan nilai IC 25 50 atau median inhibitory concentration, yaitu konsentrasi sampel dalam ppm µgml yang dapat menghambat 50 aktivitas radikal bebas DPPH. Semakin kecil nilai IC 50 menandakan semakin tinggi aktivitas antioksidan senyawa tersebut. 24 Nilai IC 50 diperoleh dari perpotongan garis antara 50 perendaman radikal bebas dengan sumbu konsentrasi, kemudian dimasukkan ke persamaan y = a + bx. Sampel dinyatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC 50 50 µgml, kuat jika nilai IC 50 50-100 µgml, sedang jika nilai IC 50 101-150 µgml dan lemah jika nilai IC 50 151-200 µgml dan dinyatakan tidak aktif jika mempunyai nilai IC 50 200 µgml. 24