Penerapan Manajemen Resiko Perbankan

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Penerapan Manajemen Resiko Perbankan

Menurut Husnan 2002, risiko ditafsirkan sebagai kemungkinan keuntungan yang sebenarnya meyimpang dari keuntungan yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan penyimpangan itu terjadi, dikatakan risikonya semakin tinggi. Risiko timbul karena adanya ketidakpastian yang berarti, ketidakpastian adalah merupakan kondisi yang menyebabkan timbulnya risiko, karena mengakibatkan keragu-raguan seseorang mengenai kemampuannya untuk meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi dimasa datang. Menurut Uyemura dan Deventer 1993:5 dalam Raharjo 2005 secara umum terdapat enam kategori risiko yang dihadapi para bankir, yaitu: risiko kredit, risiko tingkat bunga, risiko nilai tukar valuta asing, risiko likuiditas, risiko operasional dan risiko kecukupan modal. Risiko yang dihadapi perbankan menurut Basel II dalam Basyaib 2007:2 meliputi empat jenis, yaitu: a. Risiko kredit, yaitu risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan gagalnya pihak pasangan counterpart dalam memenuhi kewajiban, dengan kata lain merupakan risiko tidak dilunasinya hutang-hutang peminjam. 8 b. Risiko pasar, yaitu risiko kerugian untuk posisi didalam atau diluar neraca yang muncul karena perubahan harga dalam pasar yang diakibatkan oleh perubahan suku bunga, nilai tukar, harga saham serta harga komoditas. c. Risiko operasi, yaitu kerugian yang diakibatkan kurangnya atau gagalnya proses internal, sumber daya manusia, dan sistem, atau dapat juga diakibatkan oleh kejadian-kejadian eksternal. Risiko hukum dan kewajiban perundangan termasuk dalam risiko operasi. d. Risiko lain-lain, risiko yang termasuk dalam risiko lain-lain adalah sebagai berikut: 1 Risiko bisnis, yaitu risiko keputusan manajemen dalam kaitannya dengan posisi persaingan bank serta peluang tumbuhnya bank dalam pasar yang berubah. 2 Risiko stratejik, yaitu risiko yang terkait dengan keputusan bisnis dalam jangka panjang serta risiko dalam penerapan keputusan stratejik tersebut. Risiko stratejik menyangkut keputusan bank dalam penentuan jenis usaha yang akan didanai, usaha dan bank lain yang akan diakuisisi, serta keputusan untuk menutup dan menjual salah satu lini usaha bank. 3 Risiko reputasi, yaitu risiko potensi kerusakan yang diakibatkan oleh opini publik negatif terhadap sebuah bank. Risiko reputasi dapat juga terjadi untuk sektor perbankan secara keseluruhan. 9 Secara sederhana pengertian manajemen risiko menurut Djojosoedarsono 2003:4 adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasiperusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpinmengkoordinir, dan mengawasi termasuk mengevaluasi program penanggulangan risiko. Tujuan yang ingin dicapai dalam manajemen risiko menurut Djojosoedarsono 2003:11, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: a. Tujuan sebelum terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian peril, yaitu antara lain: 1 Hal-hal yang bersifat ekonomis, misalnya upaya untuk menanggulangi kemungkinan kerugian dengan cara yang paling ekonomis, yang dilakukan melalui analisis keuangan terhadap biaya program keselamatan, maupun biaya dari bermacam-macam teknik penanggulangan risiko. 2 Hal-hal yang bersifat non ekonomis, yaitu upaya untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan, sehingga dengan adanya upaya penanggulangan maka kondisi tersebut dapat diatasi. Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan 2003 menyatakan proses penerapan manajemen risiko yaitu terdiri dari: a. Identifikasi Risiko Tujuan dilakukannya identifikasi risiko adalah untuk mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional yang 10 berpotensi merugikan bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan identifikasi risiko antara lain: 1 Bank harus mengidentifikasi risiko kredit yang melekat pada seluruh produk dan aktivitasnya. Identifikasi risiko kredit tersebut merupakan hasil kajian terhadap karakteristik risiko kredit. 2 Untuk kegiatan perkreditan dan jasa pembiayaan perdagangan, penilaian risiko kredit harus memperhatikan kondisi keuangan debitur dan khususnya kemampuan membayar secara tepat waktu, serta jaminan atau agunan yang diberikan. 3 Untuk kegiatan treasury dan investasi, penilaian risiko kredit harus memperhatikan kondisi keuangan counterparty, rating, karakteristik instrument, jenis transaksi yang dilakukan, dan likuiditas pasar serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko kredit. b. Pengukuran Risiko 1 Bank harus memiliki prosedur tertulis untuk melakukan pengukuran risiko yang memungkinkan untuk: a Sentralisasi eksposur on balance sheet dan off balance sheet yang mengandung risiko kredit dari setiap debitur atau perkelompok debitur dan atau counterparty tertentu mengacu pada konsep single obligor. 11 b Penilaian perbedaan kategori tingkat risiko kredit dengan menggunakan kombinasi aspek kualitatif dan kuantitatif data dan pemilihan kriteria tertentu. c Distribusi informasi hasil pengukuran risiko secara lengkap untuk tujuan pemantauan oleh satuan kerja terkait. 2 Sistem pengukuran risiko kredit sekurang-kurangnya mempertimbangkan: a Karakteistik setiap jenis transaksi risiko kredit, kondisi keuangan debitur counterparty serta persyaratan dalam perjanjian kredit seperti dalam jangka waktu dan tingkat bunga. b Jangka waktu kredit dikaitkan dengan perubahan potensial yang terjadi dipasar. c Aspek jaminan, agunan dan atau garansi. d Potensi terjadinya kegagalan membayar default, baik berdasarkan hasil penilaian pendekatan konvensional maupun hasil penilaian pendekatan yang menggunakan proses pemeringkatan yang dilakukan secara intern internal risk rating . e Kemampuan bank untuk menyerap potensi kegagalan default. 12 3 Bagi bank yang menggunakan teknik pengukuran risiko dengan pendekatan internal risk rating harus menggunakan validasi data secara berkala. 4 Parameter yang digunakan dalam pengukuran risiko kredit antara lain mencakup: a Non-performing loans NPLs. b Konsentrasi kredit berdasarkan peminjam dan sektor ekonomi. c Kecukupan agunan. d Pertumbuhan kredit. e Non performing portifolio treasury dan investasi non kedit f Komposisi portifolio treasury dan investasi antar bank, surat berharga, dan penyertaan. g Kecukupan cadangan transaksi treasury dan investasi. h Transaksi pembayaran dan perdagangan default. i Konsentrasi pemberian fasilitas pembiayaan perdagangan. 5 Mark to market pada transaksi risiko kredit tertentu yang mencakup: a Untuk mengukur risiko kredit yang disebabkan Transaksi Over the Counter OTC atau pada pasar tertentu, khususnya pasar transaksi derivatif, bank harus mengguanakan metode penelitian mark to market. 13 b Eksposur risiko kredit harus diukur dan dikinikan sekurang- kurangnya setiap bulan atau lebih intensif khususnya apabila portofolio debitur sangat signifikan dan atau volatilitas parameter pasar yang digunakan untuk menilai mark to market mengalami perubahanfluktuasi. c Limit kredit yang dialokasikan untuk satu debitur atau kelompok debitur harus diuji berdasarkan mark to market sedangkan faktor risiko harus digunakan untuk mempertimbangkan perubahan kondisi pasar dan pengaruh replacement cost . 6 Penggunaan Credit Scoring Tools a Bank dapat menggunakan sistem dan metodologi statistikprobabilistic. b Dalam penggunaan sistem tersebut, bank harus: • Melakukan kaji ulang secara berkala terhadap akurasi model dan asuransi yang digunakan untuk memproyeksikan kegagalan defaults. • Menyesuaikan asumsi dengan perubahan yang terjadi pada kondisi internal dan eksternal. c Apabila terdapat eksposur risiko yang besar atau transaksi yang relatif kompleks, proses pengambilan keputusan transaksi risiko kredit tidak hanya didasarkan pada sistem 14 tersebut sehingga harus didukung sarana pengukuran risiko kredit lainnya. d Bank harus mendokumentasikan kredit seperti asumsi, data dan informasi yang digunakan pada sistem tersebut, termasuk perubahannya serta dokumentasi tersebut selanjutnya dikinikan secara berkala. e Penerapan system ini harus: • Mendukung proses pengambilan keputusan dan memastikan kepatuhan terhadap kepatuhan pendelegasian wewenang. • Independen terhadap kemungkinan rekayasa yang akan mempengaruhi hasil score-output melalui prosedur pengamanan yang layak dan efektif. • Dilakukan kajian ulang oleh satuan kerja oleh pihak yang independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan system tersebut. c. Pemantauan Risiko Kredit 1 Bank harus mengembangkan dan menerapkan sistem informasi dan prosedur untuk memantau kondisi setiap debitur dan counterparty pada seluruh portofolio kredit bank. 2 Sistem pemantauan risiko kredit sekurang-kurangnya memuat ukuran-ukuran dalam rangka: 15 a Memastikan bahwa bank mengetahui kondisi keuangan terakhir dari debitur atau counterparty. b Memantau kepatuhan terhadap persyaratan dalam perjanjian kredit atau kontrak transaksiresiko kredit. c Menilai kecukupan anggunan dibandingkan dengan kewajiban debitur atau counterparty. d Mengidentifikasi ketidakpastian pembayaran dan mengklasifikasikan kredit bermasalah secara tepat waktu. e Menangani dengan cepat kredit bermasalah. 3 Bank juga harus melakukan pemantauan eksposur resiko kredit dibandingkan dengan limit resiko kredit yang telah ditetapkan, antara lain dengan menggunakan kolektibilitas atau internal risk rating. 4 Pemantauan eksposur risiko kredit tersebut harus dilakukan secara berkala atau terus menerus oleh satuan kerja manajemen resiko dengan cara membandingkan resiko kredit aktual dengan limit risiko kredit yang ditetapkan. 5 Untuk keperluan pemantauan eksposur resiko kredit, satuan kerja manajemen resiko harus menyususn laporan mengenai perkembangan resiko kredit secara berkala, termasuk faktor-faktor penyebabnya, yang disampaikan kepada komite manajemen resiko kredit dan direksi. 16 6 Prinsip pokok dalam penggunaan internal risk rating adalah sebagai berikut: a Prosedur penggunaan sistem internal risk rating harus diformulakan dan didokumentasikan. b Sistem ini harus dapat mengindentifikasi secara dini perubahan profil resiko yang disebabkan oleh penurunan potensial maupun actual dari potensi kredit. c Sistem internal risk rating harus dievaluasi secara berkala oleh pihak yang independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan internal risk rating tersebut. d Apabila bamk menetapknan internal risk rating untuk menentukan kualitas asset dan besarnya provisi, harus terdapat prosedur formal yang memastikan bahwa penerapana kualitas asset dan provisi dengan internal ris rating adalah lebih prudent atau sama dengan ketentuan terkait yang berlaku. e Laporan yang dihasilkan oleh internal risk rating, seperti laporan kondisi portofolio kredit disampaikan secara berkala kepada direksi. Direktorat penelitian dan pengaturan perbankan 2003 juga menjelaskan bahwa sistem informasi manajemen risiko merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang harus dimiliki dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan bank, dalam rangka penerapan manajemen risiko yang efektif. Sebagai bagian dari proses manajemen risiko, bank harus 17 memiliki sistem informasi manajemen risiko yang dapat memastikan beberapa hal berikut: a. Dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pengukuran risiko kredit, bank harus memiliki sistem informasi manajemen yang menyediakan data dan laporan secara akurat dan tepat waktu untuk mendukung pengambilan keputusan oleh direksi dan pejabat lainnya. b. Sistem informasi manajemen juga harus menghasilkan laporan atau informasi dalam rangka pemantauan eksposur aktual terhadap limit yang ditetapkan dalam pelampauan eksposur limit risiko yang perlu mendapatkan perhatian dari direksi. c. Sistem informasi manajemen juga harus menyediakan data secara akurat dan tepat waktu mengenai jumlah eksposur kredit peminjaman individual dan counterpartys, portofolio kredit serta laporan pengecualian limit risiko kredit. d. Bank harus memiliki sistem informasi yang memungkinkan direksi untuk mengidentifikasi adanya konsentrasi dalam portofolio kreditnya e. Bank harus memiliki pengendalian risiko kredit yang meliputi: 1 Menetapkan suatu sistem penilaian yang independen dan berkelanjutan terhadap efektivitas penerapan proses manajemen risiko kredit. 2 Pelaksanaan kaji ulang tersebut harus dilaksanakan oleh satuan kerja atau petugas yang independen terhadap satuan kerja yang melakukan transaksi risiko kredit. 18 3 Bank harus memastikan bahwa satuan kerja perkreditan dan transaksi risiko kredit lainnya telah dikelola secara memadai dan eksposur risiko kredit tetap konsisten dengan limit yang ditetapkan dan memenuhi standar kehati-hatian. 4 Bank harus menetapkan dan menerapkan pengendalian internal untuk memestikan bahwa penyimpangan terhadap kebijakan prosedur, dan limit telah dilaporkan tepat waktu pada direksi atau pejabat terkait untuk keperluan tindakan terbaik. 5 Pada saat melakukan audit intern, SKAI harus melakukan pengujuian terhadap efektifitas pengendalian internal untuk memastikan bahwa sistem pengendalian tersebut telah efektif, aman, serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta kebijakan, pedoman dan prosedur internal bank. 6 Bank harus memiliki prosedur pengolahan penanganan kredit bermasalah termasuk sistem deteksi kredit bermasalah secara tertulis dan menetapkan secara efektif. Sebagai salah satu output sistem informasi manajemen risiko, laporan eksposur risiko disusun secara berkala oleh satuan kerja manajemen risiko atau sekelompok petugas yang diberikan wewenang dan bersifat independen terhadap unit kerja yang melakukan kegiatan operasional. Frekuensi penyampaian laporan kepada direksi terkait dan komite manajemen risiko harus ditingkatkan apabila kondisi pasar berubah dengan cepat. Laporan ke tingkat manajemen di luar direksi terkait dan 19 komite manajemen risiko dapat disampaikan dengan frekuensi yang lebih lama, namun tetap harus mampu memberikan informasi yang memadai bagi pihak-pihak tersebut untuk dapat melakukan penilaian terhadap perubahan profil risiko bank. Pelaksanaan proses pengendalian risiko harus digunakan bank untuk mengelola risiko tertentu, terutama yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh bank, antara lain dengan cara hedging, dan metode mitigasi risiko lainnya seperti penerbitan garansi, sekuritisasi aset dan credit derivatives, serta penambahan modal bank untuk menyerap potensi kerugian.

2. Penerapan Audit Internal

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

3 63 103

Efektivitas peran fungsi audit internal dalam operasional manajemen risiko pada perbankan syariah

2 15 154

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT, RISIKO PASAR, DAN RISIKO OPERASIONAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2014

5 38 78

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT, RISIKO PASAR, RISIKO LIKUIDITAS, DAN RISIKO OPERASIONAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN (Studi pada Bank Umum Konvensional Go Public Periode 2011-2015)

1 44 92

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERHADAP RETURN SAHAM PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERHADAP RETURN SAHAM PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA.

0 2 14

PENGARUH AUDIT INTERNAL, PENGENDALIAN INTERNAL, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE Pengaruh Audit Internal, Pengendalian Internal, Dan Komite Audit Terhadap Penerapan Good Corporate Governance (Study Empiris Pada Bumn Di Kota Surakarta).

1 4 19

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT (Studi pada Bank Umum Milik Negara di Kota Malang) | Yonatama | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

0 3 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

0 1 37

Kata Pengantar - Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

0 1 14