Pengaruh penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit Internal terhadap kebijakan pemberian kredit
PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL
TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: Nama : Ika Caya Putri NIM : 206082003988
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
(2)
PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN
PEMBERIAN KREDIT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Ika Caya Putri NIM: 206082003988
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin., SE., Ak., M.Si Yessi Fitri., SE., Ak., M.Si NIP.19730615 200501 1 009 NIP.19760924 200604 2 002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
(3)
Hari ini Senin Tanggal 17 Mei Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ika Caya Putri NIM: 206082003988 dengan judul Skripsi “PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Mei 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Rahmawati, SE., MM Yusro Rahma, SE., Msi Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli
(4)
Hari ini Selasa Tanggal 15 Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ika Caya Putri NIM: 206082003988 dengan judul Skripsi “PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Rini, SE., Ak., M.Si Penguji Ahli I Penguji Ahli II
(5)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ika Caya Putri 2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Maret 1988
3. Alamat : Reni Jaya, Jl. Kenari XV Blok AE 12 No. 19 Pamulang
Tangerang Selatan 15417
4. Telepon : (021) 93660655/085691033687
II. PENDIDIKAN
1. SD Muhammadiyah 12 Pamulang Tahun 1994-2000 2. SMP Muhammadiyah 22 Pamulang Tahun 2000-2003 3. SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Tahun 2003-2006 4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006-2010
III.LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : M. Zuhri Padusung
2. Ibu : Puji Rahayu
3. Alamat : Reni Jaya, Jl. Kenari XV Blok AE 12 No. 19 Pamulang
Tangerang Selatan 15417 4. Telepon : (021) 7416304
(6)
EFFECT OF APPLICATION OF RISK MANAGEMENT BANKING AND IMPLEMENTATION OF INTERNAL AUDIT POLICY ON LENDING
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of banking risk management application and implementation of internal audit of credit policy. In this study, primary data in the form of dissemination of the questionnaire conducted in Tangerang and Jakarta to the respondent directors, managers and staff who work in the credit department of a banking enterprise. Determination of the samples was done using convenience sampling method. Questionnaire distributed amounted to 62 but again only 44 and that can be processed 44. Analyzing the data for hypothesis testing was done by multiple regression. The results of this study indicate that the application of risk management, internal audit implementation significantly influence the lending policies.
Keywords: Risk management, internal audit, Policy Lending
(7)
PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN
PEMBERIAN KREDIT ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit. Pada penelitian ini digunakan data primer dalam bentuk penyebaran kuesioner yang dilakukan di Tangerang dan Jakarta dengan responden direktur, manajer dan staf bagian kredit yang bekerja pada perusahaan perbankan. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 62 tetapi kembali hanya 44 dan yang bisa diolah 44. Penganalisisan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi berganda. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penerapan manajemen risiko, penerapan audit internal berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pemberian kredit.
Kata kunci: Manajemen Risiko, Audit internal, Kebijakan Pemberian Kredit.
(8)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Perbankan Dan Penerapan Audit Internal Terhadap Kebijakan Pemberian Kredit.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, yang dengan rasa cinta dan kasih sayangnya secara tulus telah mengurus, membesarkan, mendidik penulis hingga sekarang ini serta memberikan semangat dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
3. Adinda, Oktaria Adekayanti, Nejakasih Yuriantri, Andhini Listiawati, dan kakanda, Sirojul Munir, Fidyah Gita Dahlia, Ghalim Pati, Meutia Gama Pertiwi, Dian Aji Pertiwi, serta saudara, Dara Amalia dan Ayu Zakia yang tak pernah henti memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. Mereka merupakan telaga inspirasi yang tak pernah kerontang.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.
(9)
7. Bapak Dr. Amilin SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.
8. Tim penguji ujian komprehensif: Prof. Dr. Ahmad Rodoni, Rahmawati, SE., MM, Yusro Rahma, SE., M.Si.
9. Tim penguji ujian skripsi: Prof. Dr. Ahmad Rodoni, Dr. Amilin, SE.,Ak.,M.Si, Rini, SE.,Ak.,M.Si, Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si.
10.Ade Ridwan, yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
11.Sahabat-sahabat tercinta, Dania Safitri, Intania Muliawan, Mutia Astarina, Westi Sulistia Azhar, Budi Sulistiawati, Anita Ari Handayani, Ardian Prima, Nurrina, Dwi Qory Astuti, Fitri Sartika, Anggi Permana, Ali Murtadlo, yang telah memberikan dukungannya kepada penulis.
12.Kawan-kawanku akuntansi dan manajemen, Indah Febrianti trimakasih ya atas motivasinya. Sri Hasanah, Rochmawati, Novarina Cinde, Ilham, Misbah, Iqbal, Neneng Musfida, Marlia Ulfa temen seperjuangan, Rika dan ayahanda trimakasi atas bantuannya, Ale dan kakanda, Zulfi, dan lain-lain.
13.Kak Edi, terimakasih ya sudah bersedia meluangkan waktunya untuk mengajarkan cara mengolah data serta motifasi yang telah diberikan, kak Tika terimakasih atas bantuannya.
14.Rekan-rekan Akuntansi dan manajemen angkatan 2006 yang telah memberikan dukungannya selama ini kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 15 Juni 2010
(Ika Caya Putri)
(10)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………..…………..……… i
Lembar Pengesahan Skripsi ……….………….……… ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ………….…….………. iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ………..……….……… iv
Daftar Riwayat Hidup ……….…………. v
Abstract ……….……….…….…... vi
Abstrak ……….…..… vii
Kata Pengantar ……….……… viii
Daftar Isi ……….………..……… x
Daftar Tabel ………..……… xiii
Daftar Gambar ………..……… xiv
Daftar Lampiran ………... xv
BAB I PENDAHULUAN ….……… 1
A. Latar Belakang ……….… 1
B. Perumusan Masalah ….……… 5
C. Tujuan Penelitian .……… 5
D. Manfaat Penelitian ………... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 7
A. Tinjauan Literatur ……….… 7
1. Penerapan Manajemen Perbankan ...… 7
2. Penerapan Audit Internal……….. 19
3. Kebijakan Pemberian Kredit……….… 31
B. Keterkaitan Antara Variabel ………. 46
1. Penerapan Manajemen Risiko dengan Kebijakan Pemberian Kredit ... 46
(11)
2. Penerapan Audit Internal dengan Kebijakan
Pemberian Kredit ... 47
C. Kerangka Pemikiran ….………... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….….. 49
A. Ruang Lingkup Penelitian ..………. 49
B. Metode Penentuan Sampel ……….. 49
C. Metode Pengumpulan Data ……….…. 50
1. Data Primer …… ……….……… 50
2. Data Skunder …….. ……… 50
D. Metode Analisis Data ………..………. 51
1. Statistik Deskriptif ……… 51
2. Uji Kualitas Data ……….. 51
3. Uji Asumsi Klasik ……… 53
4. Uji Hipotesis ………. 56
E. Operasionalisasi Variabel ……….. 59
1. Variabel Independen ……….. 59
a. Manajemen Risiko Perbankan ... 59
b. Audit Internal ... 60
2. Variabel Dependen ……..………. 60
a. Kebijakan Pemberian Kredit ... 60
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ………... 65
A. Gambaran Umum Objek Penelitan ….………... 65
B. Penemuan dan Pembahasan ... 67
1. Deskriptif Demografi Responden ……… 67
2. Uji Kualitas Data……….. 69
3. Uji Asumsi Klasik ……… 74
4. Uji Hipotesis ……… 79
(12)
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ……… 86
A. Kesimpulan ……….. 86
B. Implikasi ……….. 87
Daftar Pustaka ……… 88
Lampiran-Lampiran ……… 92
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Metode Skala dan Pengukurannya ……….. 53
Tabel 3.2 Tabel Operasionalisasi Variabel ..……….. 62
Tabel 4.1 Total Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner ..………. 66
Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian ………. 66
Tabel 4.3 Jabatan Responden ………. 67
Tabel 4.4 Jenis Kelamin Responden ……….. 67
Tabel 4.5 Pendidikan Responden ………... 68
Tabel 4.6 Lama Berprofesi ………. 68
Tabel 4.7 Hasil Uji Reabilitas ………. 70
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Manajemen Risiko Perbankan ……… 71
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Manajemen Risiko Perbankan Setelah Butir Pertanyaan 8 dan 11 Dikeluarkan ... 72
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan audit. Internal ….. 73
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Kebijakan Pemberian Kredit ……….. 73
Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinearitas ………. 78
Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ………... 79
Tabel 4.14 Hasil Uji t ... 81
Tabel 4.15 Hasil Uji F ………... 84
(14)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ………... 47 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik
Histogram ………... 74 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik
Scatterplot ………...… 61
(15)
xv
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Matriks Tabulasi Data Lampiran 3 Hasil Uji Kualitas Data Lampiran 4 Hasil Uji Asumsi Klasik Lampiran 5 Hasil Uji Hipotesis
(16)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan sehingga meningkatkan kebutuhan praktek tata
kelola bank yang sehat (good corporate governance) dan penerapan
manajemen risiko. Penerapan manajemen risiko tersebut akan memberikan manfaat, baik kepada perbankan maupun otoritas pengawasan bank. Bagi
perbankan, penerapan manajemen risiko dapat meningkatkan shareholder
value, memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank di masa datang, meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang sistematis yang didasarkan atas ketersediaan informasi, digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja bank, digunakan untuk menilai risiko yang melekat pada instrumen atau kegiatan usaha bank yang relatif kompleks serta menciptakan infrastruktur manajemen risiko yang kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing bank.
Menurut Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum yang dibuat oleh Bank Indonesia (2003), esensi dari penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali (manageable) pada batas/limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Namun demikian
(17)
2
mengingat perbedaan kondisi pasar dan struktur, ukuran serta kompleksitas usaha bank, maka tidak terdapat satu sistem manajemen risiko yang universal untuk seluruh bank sehingga setiap bank harus membangun sistem manajemen risiko sesuai dengan fungsi dan organisasi manajemen risiko pada bank.
Salah satu risiko yang muncul dalam perbankan adalah risiko kredit, dampak dari risiko kredit tersebut dapat mengakibatkan kredit macet. Kredit macet terjadi jika kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada pihak swasta tidak dapat dilunasi tepat pada waktunya baik pokok ataupun bunga pinjaman yang ditetapkan, sehingga dapat menekan dan mengurangi profitabilitas bank. Kredit macet yang terjadi terutama disebabkan oleh faktor manajemen bank dalam melakukan analisis kredit yang tidak akurat, faktor pengawasan kredit yang lemah, analisis laporan keuangan yang tidak cermat, dan kompetensi dari sumberdaya manusia yang lemah.
Kredit macet dalam jumlah yang besar akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi. Kredit macet mengakibatkan kegiatan bank menjadi terhambat, sebab keuntungan utama bank diperoleh dari selisih bunga simpanan bank kepada nasabah dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Selain itu dampak psikologis yang akan terjadi adalah menurunnya tingkat kepercayaan dari masyarakat terhadap bank.
Menurut Firdaus (2006:2), tingkat persaingan antar bank dan risiko perkreditan yang tinggi menyebabkan pihak manajemen bank perlu
(18)
3
menerapkan suatu pengendalian internal yang memadai dimana pengendalian tersebut bertujuan untuk melindungi harta milik perusahaan dengan meminimumkan kemungkinan terjadinya penyelewengan, pemborosan, kemacetan kredit, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja. Dengan pengendalian internal yang memadai diharapkan dapat menjamin proses pemberian kredit tersebut akan dapat terhindar dari kesalahan-kesalahan dan penyelewengan yang akan terjadi.
Menurut Boockholdt (1993:421-422) dalam Fitria (2009:3),
pengendalian internal yang memadai pada dasarnya merupakan struktur organisasi yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, serta mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Sebagaimana yang dikemukakan Boockholdt (1993) dalam Fitria (2009:3), struktur pengendalian intern pada dasarnya terdiri atas berbagai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Dalam PBI No.2/15/PBI/2000 tentang Sistem Pengendalian Intern bagi Bank Umum menyatakan bahwa pengendalian intern merupakan suatu mekanisme pengawasan yang ditetapkan oleh manajemen bank secara
berkesinambungan (on going basis), guna untuk (1) menjaga dan
mengamankan harta kekayaan bank, (2) menjamin tersedianya laporan yang lebih akurat, (3) meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, (4) mengurangi dampak keuangan/kerugian, penyimpangan termasuk
(19)
4
kecurangan/fraud, dan pelanggaran aspek kehati-hatian, (5) meningkatkan efektivitas organisasi dan meningkatkan efisiensi biaya.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rajagukguk (2008) dengan judul “Pengaruh Kebijakan Moneter dan Risiko Perbankan terhadap Kinerja Fungsi Intermediasi”, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebijakan moneter dan risiko perbankan terhadap fungsi intermediasi dan bagaimana penyaluran kredit mempengaruhi kinerja perekonomian di Indonesia (1993-2007). Penelitian yang diteliti oleh Fitria (2009), mengukur pengaruh penilaian kinerja audit dan penerapan audit internal terhadap sistem pengendalian
internal perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2005) yang
berjudul “Pengaruh Kebijakan Kredit dan Kebijakan Perpancaran Bunga (speread) Terhadap Profitabilitas Bank” bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh kebijakan kredit dan kebijakan perpancaran bunga (speread) secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap profitabilitas bank, sedangkan dalam penelitian ini penulis berfokus pada penerapan manajemen risiko perbankan dimana menitikberatkan kepada risiko kredit dan penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit. Berdasarkan latar belakang terdahulu, penulis mengambil judul untuk penelitian ini sebagai berikut:
“Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Perbankan dan Penerapan Audit Internal Terhadap Kebijakan Pemberian Kredit”
(20)
5 B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh signifikan penerapan manajemen risiko
perbankan terhadap kebijakan pemberian kredit?
2. Apakah terdapat pengaruh signifikan penerapan audit internal terhadap
kebijakan pemberian kredit?
3. Apakah penerapan manajemen risiko perbankan dan audit internal
berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan pemberian kredit?
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan:
a. Untuk menganalisis signifikasi pengaruh penerapan manajemen risiko
perbankan terhadap kebijakan pemberian kredit.
b. Untuk menganalisis signifikasi pengaruh penerapan audit internal
terhadap kebijakan pemberian kredit.
c. Untuk menganalisis signifikasi pengaruh secara bersama penerapan
manajemen risiko dan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit.
(21)
6 2. Manfaat Penelitian
Tujuan lain dibuatnya penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat terhadap:
a. Bagi Perusahaan (Bank)
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dan bahan masukan kepada pihak perusahaan mengenai pengembangan lebih lanjut kebijakan pemberian kredit.
b. Bagi Auditor Internal
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi auditor dalam meningkatkan kualitas jasa yang diberikan kepada perusahaan.
c. Bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dalam dunia perbankan mengenai peranan audit internal dalam menunjang kebijakan pemberian kredit.
d. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana pengaruh penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit. e. Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa khususnya jurusan akuntansi untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.
(22)
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Penerapan Manajemen Resiko Perbankan
Menurut Husnan (2002), risiko ditafsirkan sebagai kemungkinan
keuntungan yang sebenarnya meyimpang dari keuntungan yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan penyimpangan itu terjadi, dikatakan risikonya semakin tinggi. Risiko timbul karena adanya ketidakpastian yang berarti, ketidakpastian adalah merupakan kondisi yang menyebabkan timbulnya risiko, karena mengakibatkan keragu-raguan seseorang mengenai kemampuannya untuk meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi dimasa datang.
Menurut Uyemura dan Deventer (1993:5) dalam Raharjo (2005) secara umum terdapat enam kategori risiko yang dihadapi para bankir, yaitu: risiko kredit, risiko tingkat bunga, risiko nilai tukar valuta asing, risiko likuiditas, risiko operasional dan risiko kecukupan modal. Risiko yang dihadapi perbankan menurut Basel II dalam Basyaib (2007:2) meliputi empat jenis, yaitu:
a. Risiko kredit, yaitu risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan
gagalnya pihak pasangan (counterpart) dalam memenuhi kewajiban,
dengan kata lain merupakan risiko tidak dilunasinya hutang-hutang peminjam.
(23)
8
b. Risiko pasar, yaitu risiko kerugian untuk posisi didalam atau diluar
neraca yang muncul karena perubahan harga dalam pasar yang diakibatkan oleh perubahan suku bunga, nilai tukar, harga saham serta harga komoditas.
c. Risiko operasi, yaitu kerugian yang diakibatkan kurangnya atau
gagalnya proses internal, sumber daya manusia, dan sistem, atau dapat juga diakibatkan oleh kejadian-kejadian eksternal. Risiko hukum dan kewajiban perundangan termasuk dalam risiko operasi.
d. Risiko lain-lain, risiko yang termasuk dalam risiko lain-lain adalah
sebagai berikut:
1) Risiko bisnis, yaitu risiko keputusan manajemen dalam kaitannya
dengan posisi persaingan bank serta peluang tumbuhnya bank dalam pasar yang berubah.
2) Risiko stratejik, yaitu risiko yang terkait dengan keputusan bisnis dalam jangka panjang serta risiko dalam penerapan keputusan stratejik tersebut. Risiko stratejik menyangkut keputusan bank dalam penentuan jenis usaha yang akan didanai, usaha dan bank lain yang akan diakuisisi, serta keputusan untuk menutup dan menjual salah satu lini usaha bank.
3) Risiko reputasi, yaitu risiko potensi kerusakan yang diakibatkan
oleh opini publik negatif terhadap sebuah bank. Risiko reputasi dapat juga terjadi untuk sektor perbankan secara keseluruhan.
(24)
9
Secara sederhana pengertian manajemen risiko menurut Djojosoedarsono (2003:4) adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkoordinir, dan mengawasi termasuk mengevaluasi program penanggulangan risiko. Tujuan yang ingin dicapai dalam manajemen risiko menurut Djojosoedarsono (2003:11), dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Tujuan sebelum terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian
(peril), yaitu antara lain:
1) Hal-hal yang bersifat ekonomis, misalnya upaya untuk
menanggulangi kemungkinan kerugian dengan cara yang paling ekonomis, yang dilakukan melalui analisis keuangan terhadap biaya program keselamatan, maupun biaya dari bermacam-macam teknik penanggulangan risiko.
2) Hal-hal yang bersifat non ekonomis, yaitu upaya untuk mengurangi
kecemasan dan ketakutan, sehingga dengan adanya upaya penanggulangan maka kondisi tersebut dapat diatasi.
Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2003) menyatakan proses penerapan manajemen risiko yaitu terdiri dari:
a. Identifikasi Risiko
Tujuan dilakukannya identifikasi risiko adalah untuk mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional yang
(25)
10
berpotensi merugikan bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan identifikasi risiko antara lain:
1) Bank harus mengidentifikasi risiko kredit yang melekat pada
seluruh produk dan aktivitasnya. Identifikasi risiko kredit tersebut merupakan hasil kajian terhadap karakteristik risiko kredit.
2) Untuk kegiatan perkreditan dan jasa pembiayaan perdagangan,
penilaian risiko kredit harus memperhatikan kondisi keuangan debitur dan khususnya kemampuan membayar secara tepat waktu, serta jaminan atau agunan yang diberikan.
3) Untuk kegiatan treasury dan investasi, penilaian risiko kredit
harus memperhatikan kondisi keuangan counterparty, rating,
karakteristik instrument, jenis transaksi yang dilakukan, dan likuiditas pasar serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko kredit.
b. Pengukuran Risiko
1) Bank harus memiliki prosedur tertulis untuk melakukan
pengukuran risiko yang memungkinkan untuk:
a) Sentralisasi eksposur on balance sheet dan off balance sheet
yang mengandung risiko kredit dari setiap debitur atau
perkelompok debitur dan atau counterparty tertentu mengacu
(26)
11
b) Penilaian perbedaan kategori tingkat risiko kredit dengan
menggunakan kombinasi aspek kualitatif dan kuantitatif data dan pemilihan kriteria tertentu.
c) Distribusi informasi hasil pengukuran risiko secara lengkap
untuk tujuan pemantauan oleh satuan kerja terkait.
2) Sistem pengukuran risiko kredit sekurang-kurangnya
mempertimbangkan:
a) Karakteistik setiap jenis transaksi risiko kredit, kondisi
keuangan debitur (counterparty) serta persyaratan dalam
perjanjian kredit seperti dalam jangka waktu dan tingkat bunga.
b) Jangka waktu kredit dikaitkan dengan perubahan potensial
yang terjadi dipasar.
c) Aspek jaminan, agunan dan atau garansi.
d) Potensi terjadinya kegagalan membayar (default), baik
berdasarkan hasil penilaian pendekatan konvensional maupun hasil penilaian pendekatan yang menggunakan proses
pemeringkatan yang dilakukan secara intern (internal risk
rating).
e) Kemampuan bank untuk menyerap potensi kegagalan
(27)
12
3) Bagi bank yang menggunakan teknik pengukuran risiko dengan
pendekatan internal risk rating harus menggunakan validasi data secara berkala.
4) Parameter yang digunakan dalam pengukuran risiko kredit antara
lain mencakup:
a) Non-performing loans (NPLs).
b) Konsentrasi kredit berdasarkan peminjam dan sektor
ekonomi.
c) Kecukupan agunan.
d) Pertumbuhan kredit.
e) Non performing portifolio treasury dan investasi (non kedit)
f) Komposisi portifolio treasury dan investasi (antar bank,
surat berharga, dan penyertaan).
g) Kecukupan cadangan transaksi treasury dan investasi.
h) Transaksi pembayaran dan perdagangan default.
i) Konsentrasi pemberian fasilitas pembiayaan perdagangan.
5) Mark to market pada transaksi risiko kredit tertentu yang mencakup:
a) Untuk mengukur risiko kredit yang disebabkan Transaksi
Over the Counter (OTC) atau pada pasar tertentu, khususnya pasar transaksi derivatif, bank harus mengguanakan metode penelitian mark to market.
(28)
13
b) Eksposur risiko kredit harus diukur dan dikinikan
sekurang-kurangnya setiap bulan atau lebih intensif khususnya apabila portofolio debitur sangat signifikan dan atau volatilitas
parameter pasar yang digunakan untuk menilai mark to
market mengalami perubahan/fluktuasi.
c) Limit kredit yang dialokasikan untuk satu debitur atau
kelompok debitur harus diuji berdasarkan mark to market
sedangkan faktor risiko harus digunakan untuk mempertimbangkan perubahan kondisi pasar dan pengaruh
replacement cost.
6) Penggunaan Credit Scoring Tools
a) Bank dapat menggunakan sistem dan metodologi
statistik/probabilistic.
b) Dalam penggunaan sistem tersebut, bank harus:
• Melakukan kaji ulang secara berkala terhadap akurasi
model dan asuransi yang digunakan untuk memproyeksikan kegagalan (defaults).
• Menyesuaikan asumsi dengan perubahan yang terjadi pada
kondisi internal dan eksternal.
c) Apabila terdapat eksposur risiko yang besar atau transaksi
yang relatif kompleks, proses pengambilan keputusan transaksi risiko kredit tidak hanya didasarkan pada sistem
(29)
14
tersebut sehingga harus didukung sarana pengukuran risiko kredit lainnya.
d) Bank harus mendokumentasikan kredit seperti asumsi, data
dan informasi yang digunakan pada sistem tersebut, termasuk perubahannya serta dokumentasi tersebut selanjutnya dikinikan secara berkala.
e) Penerapan system ini harus:
• Mendukung proses pengambilan keputusan dan
memastikan kepatuhan terhadap kepatuhan pendelegasian wewenang.
• Independen terhadap kemungkinan rekayasa yang akan
mempengaruhi hasil (score-output) melalui prosedur
pengamanan yang layak dan efektif.
• Dilakukan kajian ulang oleh satuan kerja oleh pihak yang
independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan system tersebut.
c. Pemantauan Risiko Kredit
1) Bank harus mengembangkan dan menerapkan sistem informasi
dan prosedur untuk memantau kondisi setiap debitur dan
counterparty pada seluruh portofolio kredit bank.
2) Sistem pemantauan risiko kredit sekurang-kurangnya memuat
(30)
15
a) Memastikan bahwa bank mengetahui kondisi keuangan
terakhir dari debitur atau counterparty.
b) Memantau kepatuhan terhadap persyaratan dalam perjanjian
kredit atau kontrak transaksiresiko kredit.
c) Menilai kecukupan anggunan dibandingkan dengan kewajiban
debitur atau counterparty.
d) Mengidentifikasi ketidakpastian pembayaran dan
mengklasifikasikan kredit bermasalah secara tepat waktu.
e) Menangani dengan cepat kredit bermasalah.
3) Bank juga harus melakukan pemantauan eksposur resiko kredit
dibandingkan dengan limit resiko kredit yang telah ditetapkan,
antara lain dengan menggunakan kolektibilitas atau internal risk
rating.
4) Pemantauan eksposur risiko kredit tersebut harus dilakukan secara
berkala atau terus menerus oleh satuan kerja manajemen resiko dengan cara membandingkan resiko kredit aktual dengan limit risiko kredit yang ditetapkan.
5) Untuk keperluan pemantauan eksposur resiko kredit, satuan kerja
manajemen resiko harus menyususn laporan mengenai perkembangan resiko kredit secara berkala, termasuk faktor-faktor penyebabnya, yang disampaikan kepada komite manajemen resiko kredit dan direksi.
(31)
16
6) Prinsip pokok dalam penggunaan internal risk rating adalah
sebagai berikut:
a) Prosedur penggunaan sistem internal risk rating harus
diformulakan dan didokumentasikan.
b) Sistem ini harus dapat mengindentifikasi secara dini
perubahan profil resiko yang disebabkan oleh penurunan potensial maupun actual dari potensi kredit.
c) Sistem internal risk rating harus dievaluasi secara berkala
oleh pihak yang independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan internal risk rating tersebut.
d) Apabila bamk menetapknan internal risk rating untuk
menentukan kualitas asset dan besarnya provisi, harus terdapat prosedur formal yang memastikan bahwa penerapana kualitas asset dan provisi dengan internal ris rating adalah lebih prudent atau sama dengan ketentuan terkait yang berlaku.
e) Laporan yang dihasilkan oleh internal risk rating, seperti
laporan kondisi portofolio kredit disampaikan secara berkala kepada direksi.
Direktorat penelitian dan pengaturan perbankan (2003) juga menjelaskan bahwa sistem informasi manajemen risiko merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang harus dimiliki dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan bank, dalam rangka penerapan manajemen risiko yang efektif. Sebagai bagian dari proses manajemen risiko, bank harus
(32)
17
memiliki sistem informasi manajemen risiko yang dapat memastikan beberapa hal berikut:
a. Dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pengukuran risiko
kredit, bank harus memiliki sistem informasi manajemen yang menyediakan data dan laporan secara akurat dan tepat waktu untuk mendukung pengambilan keputusan oleh direksi dan pejabat lainnya.
b. Sistem informasi manajemen juga harus menghasilkan laporan atau
informasi dalam rangka pemantauan eksposur aktual terhadap limit yang ditetapkan dalam pelampauan eksposur limit risiko yang perlu mendapatkan perhatian dari direksi.
c. Sistem informasi manajemen juga harus menyediakan data secara
akurat dan tepat waktu mengenai jumlah eksposur kredit peminjaman
individual dan counterpartys, portofolio kredit serta laporan
pengecualian limit risiko kredit.
d. Bank harus memiliki sistem informasi yang memungkinkan direksi
untuk mengidentifikasi adanya konsentrasi dalam portofolio kreditnya
e. Bank harus memiliki pengendalian risiko kredit yang meliputi:
1) Menetapkan suatu sistem penilaian yang independen dan
berkelanjutan terhadap efektivitas penerapan proses manajemen risiko kredit.
2) Pelaksanaan kaji ulang tersebut harus dilaksanakan oleh satuan
kerja atau petugas yang independen terhadap satuan kerja yang melakukan transaksi risiko kredit.
(33)
18
3) Bank harus memastikan bahwa satuan kerja perkreditan dan
transaksi risiko kredit lainnya telah dikelola secara memadai dan eksposur risiko kredit tetap konsisten dengan limit yang ditetapkan dan memenuhi standar kehati-hatian.
4) Bank harus menetapkan dan menerapkan pengendalian internal
untuk memestikan bahwa penyimpangan terhadap kebijakan prosedur, dan limit telah dilaporkan tepat waktu pada direksi atau pejabat terkait untuk keperluan tindakan terbaik.
5) Pada saat melakukan audit intern, SKAI harus melakukan
pengujuian terhadap efektifitas pengendalian internal untuk memastikan bahwa sistem pengendalian tersebut telah efektif, aman, serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta kebijakan, pedoman dan prosedur internal bank.
6) Bank harus memiliki prosedur pengolahan penanganan kredit
bermasalah termasuk sistem deteksi kredit bermasalah secara tertulis dan menetapkan secara efektif.
Sebagai salah satu output sistem informasi manajemen risiko, laporan eksposur risiko disusun secara berkala oleh satuan kerja manajemen risiko atau sekelompok petugas yang diberikan wewenang dan bersifat independen terhadap unit kerja yang melakukan kegiatan operasional. Frekuensi penyampaian laporan kepada direksi terkait dan komite manajemen risiko harus ditingkatkan apabila kondisi pasar berubah dengan cepat. Laporan ke tingkat manajemen di luar direksi terkait dan
(34)
19
komite manajemen risiko dapat disampaikan dengan frekuensi yang lebih lama, namun tetap harus mampu memberikan informasi yang memadai bagi pihak-pihak tersebut untuk dapat melakukan penilaian terhadap perubahan profil risiko bank.
Pelaksanaan proses pengendalian risiko harus digunakan bank untuk mengelola risiko tertentu, terutama yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh bank, antara lain dengan cara hedging, dan metode mitigasi risiko lainnya seperti
penerbitan garansi, sekuritisasi aset dan credit derivatives, serta
penambahan modal bank untuk menyerap potensi kerugian.
2. Penerapan Audit Internal
Definisi audit yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari
A Statement of Basic Auditing Concept (ASOBAC) yang dalam Halim (2001:1) adalah:
“Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat asersi—asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”.
Menurut Boynton (2004:5), berdasarkan pengertian auditing di atas maka audit mengandung unsur-unsur:
a. Suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau
(35)
20
dilakukan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi dan bertujuan.
b. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, artinya
proses sistematik ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut.
c. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, artinya
pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses akuntansi.
d. Menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti mengenai
pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria tersebut kemungkinan dapat dikuantifikasikan, kemungkinan pula bersifat kualitatif.
e. Kriteria yang telah ditetapkan, artinya kriteria atau standar yang
dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (berupa hasil akuntansi) dapat berupa spesifik yang dibuat legislatif, anggaran atau ukuran kinerja lainnya yang ditetapkan manajemen.
f. Penyampaian hasil (atestasi), dimana penyampaian hasil dilakukan
(36)
21
g. Pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan terhadap
laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan, misalnya pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi buruh dan kantor pelayanan pajak.
Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan standar aturan yang berlaku secara umum untuk mencapai tujuan tersebut. Hal yang lazim dilakukan dalam audit adalah menidentifikasi sejumlah tujuan audit yang spesifik bagi setiap akun yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang merupakan hal penting sebagai pedoman auditor lain dalam pengumpulan bukti audit.
Auditing Standard Boards (ASB) dalam Fitria (2009), telah mengakui 5 kategori asersi laporan keuangan sebagai berikut:
a. Keberadaan/Keterjadian
Berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas benar-benar ada pada tanggal tertentu dan transaksi yang dicatat benar-benar telah terjadi selama periode tertentu.
b. Kelengkapan (Completeness)
Berkaitan dengan apakah semua transaksi dan akun yang harus diajukan dalam laporan keuangan benar-benar telah dicantumkan.
(37)
22
c. Hak dan Kewajiban (Right and Obligation)
Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang semestinya.
d. Penilaian/Alokasi (Valuation or Allocation)
Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang semestinya.
e. Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure)
Berkaitan dengan apakah komponen tertentu laporan keuangan telah digolongkan, diuraikan dan diungkapkan dengan sebagaimana mestinya.
Menurut Boynton, et,al (2003:6) bahwa audit dapat
diklasifikasikan berdasar tujuan dilaksanakannya audit. Dalam hal ini tipe audit terbagi dalam tiga kategori.
a. Financial Statement Audit
Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan berupa prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sehingga standar inti ukuran kesesuaian audit laporan keuangan adalah kewajaran.
(38)
23
b. Compliance Audit
Audit kepatuhan mencangkup menghimpun dan mengevaluasi bukti
dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun
operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi, aturan, dan regulasi yang telah ditentukan.
c. Operational Audit
Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun kehematan (ekonomis) operasional.
Dalam melaksanakan suatu audit, pada umumnya jenis auditor diklasifikasikan menjadi tiga jenis (Boynton,et,al 2003: 8) yaitu:
a. Auditor Independen
Biasanya terdapat pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang pada umumnya mengambil peran sebagai auditor eksternal atas perusahaannya yang menyediakan laporan guna kebutuhan tertentu dari klien untuk menjalankan bisnisnya. Klien para auditor independen dapat berasal dari perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi laba, kantor pemerintah dan perorangan.
b. Auditor Internal
Merupakan pegawai dari organisasi yang diaudit. Tugas auditor internal beragam sesuai dengan kebutuhan dan permintaan manajemen perusahaan. Auditor internal wajib memberikan informasi yang
(39)
24
berguna bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasional perusahaan.
c. Auditor Pemerintah
Di Indonesia terdapat beberapa lembaga ataupun badan yang bertanggung jawab secara fingsional atas pengawasan terhadap kekayaan/keuangan negara. Diantaranya, Badan Pengawas Keuangan dan Pengembangan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Itjen) pada Departemen Pemerintah. Sebagian tugas BPKP, disamping itu audit atas laporan keuangan pada saat ini sering kali dilakukan evaluasi atas efisiensi dan efektivitas operasi program pemerintah dan BUMN.
Pengawasan intern mempunyai peranan yang sangat penting bagi suatu organisasi perusahaan. Pengawasan intern merupakan alat yang baik untuk membantu manajemen dalam menilai operasi perusahaan guna dapat
mencapai tujuan usaha. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas
mengenai audit internal, penulis mengutip beberapa pendapat yang berhubungan dengan audit internal sebagai berikut:
AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) dalam
Nasution (2007) memberikan pengertian internal control sebagai berikut:
“Pengawasan Intern meliputi susunan organisasi dan semua metode serta ketentuan yang terkoordinir dan dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta benda miliknya, memeriksa kecermatan dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan perusahaan yang telah digariskan”.
(40)
25
Menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:5) dalam Firdaus (2006:11):
“Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi, audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian, dan proses governance”.
Dari definisi diatas, dapat dikemukakan internal audit adalah:
a. Suatu pemeriksaan yang independen objektif.
b. Aktivitas pemberian jaminan kelayakan dan konsultasi.
c. Dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan
kegiatan operasi perusahaan.
d. Membantu organisasi dalam mencapai usahanya.
e. Memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk
mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan risiko manajemen, pengendalian, pengaturan dan pengelolaan organisasi.
Secara umum tujuan audit internal adalah membantu manajemen menjalankan tugasnya, yaitu menyediakan informasi tentang kelayakan dan keefektifan dari pengendalian intern perusahaan dan kualitas pelaksanaan aktivitas perusahaan, dengan demikian auditor internal akan melakukan analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang diperiksa.
Menurut Tugiman (2002), tujuan dari audit internal adalah sebagai berikut:
(41)
26
“Membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawab secara efektif. Untuk itu audit internal akan melakukan analisis, penilaian dan mengajukan saran-saran. Tujuan dari pemeriksaan mencakup pula pengembangan, pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar”.
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (SPAI 2004:81) dalam Susanto (2007), menyatakan bahwa:
“Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab fungsi audit internal harus
dinyatakan secara formal dalam charter audit internal, konsisten dengan
Standar Profesi Audit Internal dan mendapat persetujuan dari Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi”.
Untuk mencapai tujuan tersebut, audit internal harus mekalukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Menelaah dan menilai penerapan pengendalian internal dan
pengendalian operasional memadai atau tidak serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
b. Memastikan ketaatan terhadap rencana-rencana dan prosedur-prosedur
yang telah ditetapkan oleh manajemen.
c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan
dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk kecurangan, pencurian, dan penyalahgunaan yang dapat merugikan perusahaan.
d. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapat dipercaya.
e. Menilai suatu pekerjaan di setiap bagian dalam melaksanakan
(42)
27
f. Memberikan saran perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
efisiensi dan efektivitas.
Bintoro (2008), menyatakan bahwa Standar Profesi Internal Auditor merupakan ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjaga kualitas kinerja Internal Auditor dan hasil audit. Standar audit sangat menekankan kualitas profesional auditor serta cara auditor mengambil pertimbangan dan keputusan sewaktu melakukan pemeriksaan dan pelaporan. Hasil audit
yang memenuhi standar akan sangat membantu pelaksanaan tugas Board
of directions (BOD, Board of Commissioner dan Unit Bisnis serta Unit kerja yang diaudit. Hasil kerja Internal Auditor sangat bermanfaat bagi Pimpinan dan Unit Kerja untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Hasil audit akan dapat dipakai dengan penuh keyakinan, jika pemakai jasa mengetahui dan mengakui tingkat profesionalisme Internal Auditor, sehingga diperlukan syarat yang diberlakukan dan dipatuhi oleh Internal Auditor sebagai standar perilaku yang menuntut disiplin diri Internal Auditor. Ikatan Akuntan Indonesia dalam Halim (2001), telah menetapkan dan mengesahkan standar auditing sebagai berikut:
a. Standar Umum Internal Auditor
1) Internal auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor sehingga hasil kerjanya handal dan dapat dipercaya.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
(43)
28
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, audit wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b. Standar Pelaksanaan Penugasan
4) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi yang semestinya.
5) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
6) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
c. Standar Pelaporan
7) Laporan audit harus menyatakan bahwa laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
8) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
9) Pengungkapan informatif dalam laporan kauangan harus
(44)
29
10) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan.
Menurut Asikin (2006), manfaat dan peran auditor internal membantu manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan sangat tergantung dari sikap pimpinan, persepsi manajemen terhadap fungsi internal audit dan sikap auditor itu sendiri. Sikap pimpinan sangat penting karena keberadaan dan fungsi internal audit akan ditentukan oleh sikap tersebut. Bila pimpinan tersebut memberi dukungan terhadap internal audit, maka internal auditor akan mempu melaksanakan fungsinya.
Ruang lingkup audit internal menilai keefektifan sistem pengendalian internal serta pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Audit internal harus mengimplementasikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mereview keandalan (realibilitas dan intergritas) informasi financial
dan operasional serta cara yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi dan melaporkan hal tersebut.
b. Mereview berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan
kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur hukum, dan peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi serta harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian dengan hal-hal tersebut.
(45)
30
d. Menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan berbagai sumber
daya.
e. Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah
hasilnya akan konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan apakah kegiatan atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.
Untuk melaksanakan tugasnya audit internal mempunyai batasan ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan, oleh sebab itu menurut Cashin (1997) dalam Firdaus (2006) mengemukakan ruang lingkup audit internal sebagai berikut: “Other than for special assignment, the elemen of internal auditing may be grouped under (1) compliance, (2) verification, (3) evaluation”
1. Kepatuhan (compliance)
Merupakan salah satu unsur audit internal yang bertujuan untuk menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas dalam perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan.
2. Verifikasi (verification)
Verifikasi merupakan aktivitas pemeriksaan terhadap dokumen, catatan dan laporan, apakah hal-hal tersebut telah mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Umumnya verifikasi dilakukan atas:
a. Catatan dan laporan akuntansi, dan
(46)
31
3. Evaluasi (evaluation)
Kegiatan ini merupakan tanggung jawab internal auditor yang paling penting dan paling sulit diukur hasilnya. Evaluasi mencakup dua fungsi, yaitu penilaian terhadap pelaksanaan dari berbagai tingkat manajemen dan penilaian terhadap pengendalian internal yang berjalan dalam perusahaannya.
3. Kebijakan Pemberian Kredit
Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar adanya istilah kredit, yang diartikan penundaan pembayaran oleh pihak yang menerima barang atau uang kepada pihak yang memberikannya dengan perjanjian tertentu.
Istilah kredit sebenarnya berasal dari bahasa latin “credere” yang
berarti kepercayaan atau “credo” yang artinya percaya, karena itu dasar
pemikiran pemberian kredit oleh sebuah lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan usaha, landasannya adalah kepercayaan. Bila dikaitkan arti kredit tersebut dengan kegiatan usaha, maka berarti memberikan nilai ekonomi kepada seseorang atau badan usaha atas dasar kepercayaan saat pemberian kredit tersebut, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur (bank) setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui antara bank dengan debitur. Beberapa pendapat tentang pengertian kredit antara lain:
(47)
32
Pengertian kredit menurut UU No. 10/1998 Pasal 1 ayat 11 adalah: ”Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Menurut Hasibuan (2001:87) pengertian kredit adalah: “Semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”. Suyatno (2007:13) mengemukakan bahwa kredit adalah: “Hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan dating karena penyerahan barang-barang sekarang”.
Pengertian-pengertian tersebut diatas, secara garis besar kredit
mengandung unsur-unsur:
a. Unsur waktu, yaitu petunjuk jarak saat pemberian dan pelunasan.
b. Unsur risiko, yaitu akibat yang mungkin timbul selama penggunaan
kredit oleh user.
c. Unsur penyerahan, yaitu menyerahkan nilai ekonomi kepada pihak
lain, yang harus dikembalikan setelah jangka waktu tertentu.
d. Unsur kepercayaan, yaitu pemberian kredit mempunyai keyakinan
bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang dan atau jasa akan benar-benar menerima kontra prestasi yang akan diterima kembali pada jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.
(48)
33
e. Unsur persetujuan, yaitu adanya kesepakatan antara pihak kreditur
sebagai pemberi prestasi dengan pihak yang menerima prestasi.
Menurut Anggraini (2008:28), sasaran kredit pada dasarnya dapat
dicerminkan oleh proses kegiatan perkreditan itu sendiri dan sasaran-sasaran kredit tersebut dapat dikaji melelui proses kegiatan perkreditan. Mengacu pada proses kegiatan perkreditan maka sasaran perkreditan dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Kredit tersebut harus terarah, maksudnya penggunaan kredit tersebut
harus sesuai dengan perencanaan dan kredit yang digunakan untuk meningkatkan kegiatan usaha (objek kredit).
b. Kredit tersebut harus menghasilkan, dalam hal ini kredit tersebut
setidaknya dapat memberikan manfaat kepada bank, perusahaan, dan masyarakat baik dalam bentuk materil maupun goodwill (citra).
c. Kredit harus aman agar bank dapat menerima kembali nilai-nilai
ekonomi tersebut.
Proses kegiatan perkreditan wajib mewujudkan tujuan kredit itu sendiri yaitu untuk:
a. Bank
1) Bagi bank merupakan asset produktif yang merupakan sumber
utama untuk pendapatannya dan menjamin kelangsungan kehidupan bank tersebut.
2) Merupakan faktor pendukung pendorong peningkatan pemasaran
(49)
34
3) Instrumen untuk memelihara kondisi keuangan bank seperti
likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas.
b. Perusahaan
1) Setelah memperoleh kredit, kegiatan usaha semakin lancar dan
performance usaha akan lebih baik dari sebelumnya.
2) Akan meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai
jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.
c. Masyarakat/negara
1) Kredit mempunyai fungsi sebagai instrument moneter.
2) Peningkatan kegiatan usaha mempunyai pengaruh akan
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.
3) Mengarahkan penggunaan sunber daya alam secara efisien.
Untuk mencapai suatu portofolio kredit yang sehat, maka harus ada suatu jaminan pemberian kredit, yaitu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.
Bank tidak diperkenankan memberikan kredit kepada siapapun tanpa jaminan pemberian kredit diperoleh bank melalui penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, agunan, modal, dan prospek usaha debitur. Prinsip-prinsip pemberian kredit yang dikenal oleh dunia
perbankan dengan 5C’s principles menurut Firdaus (1986) dalam
(50)
35
a. Character
Untuk mengetahui sifat-sifat positif dari pengurus perusahaan/perorangan, yang tercermin dari kemauan kuat (willingness) dan bertanggung jawab atas setiap yang menjadi kewajibannya. Sifat-sifat ini adalah integrasi dari keterbukaan, jujur, kemauan yang keras, rasa tanggung jawab, bermoral, tekun, tidak berjudi, hemat/efisien, sabar, konsultatif dan lain sebagainya.
Untuk mengetahui sifat-sifat tersebut diatas tidak begitu mudah,
namun dapat dilacak melalui CV, riwayat hidup, family information,
lurah, asosiasi usaha dan lain-lain. b. Capacity
Pihak bank harus mengetahui sampai dimana capacity atau
kemampuan menjalankan usaha dari calon peminjam. Kemampuan ini cukup penting artinya karena turut menentukan berhasil tidaknya suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Andaikata perusahaan dijalankan oleh orang-orang yang mampu maka perusahaan tersebut diperkirakan akan meningkat sehingga pembayaran kredit kepada bank akan berjalan lancar, tetapi apabila sebaliknya maka perusahaan akan menurun bahkan menderita kerugian sehingga pembayaran kredit akan terganggu.
c. Capital
Analisis modal untuk dapat menggambarkan capital structure,
(51)
36
debitur. Modal dapat terdiri dari modal saham, pinjaman bank, pinjaman pihak ketiga lainnya. Hal ini dapt dilihat dari neraca dan bukti-bukti accounting lainnya.
d. Collateral
Jaminan kredit merupakan keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kreditnya (kegiatan usaha sebagai objek kredit) serta agunan sebagai tambahan, bila keyakinan bank atas kemampuan debitur masih lemah.
e. Condition of Economic
Bank harus mengetahui keadaan ekonomi yang cukup yang berpengaruh dan berkaitan dengan usaha calon debitur serta bagaimana kemungkinan pertumbuhan usaha dimasa yang akan datang. Suatu keadaan yang dapat diantisipasi dampaknya atas jalannya kegiatan usaha debitur, oleh sebab-sebab perkembangan ekonomi, moneter keuangan/perbankan dan berbagai kebijaksanaan baik nasional maupun internasional.
Selain konsep atau prinsip 5C tersebut diatas, dalam prakteknya bank juga seringkali menerapkan dasar penilaian lain yang sering disebut dengan prinsip 5P, menurut Wahyuningtyas (2007:47) yaitu:
a. Personality
Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya, hobi, keadaan keluarga, social standing, serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian sipeminjam.
(52)
37 b. Purpose
Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. c. Prospect
Bank mencari data tentang harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha si peminjam.
d. Payment
Bank mencari data tentang bagaimana perkiraan pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan.
e. Party
Party (golongan) dari calon-calon peminjam bank perlu menggolongkan calon debiturnya menjadi beberapa golongan menurut
caracter, capacity dan capital. Penggolongan ini akan memberi arah analisis bank bagaimana ia harus bersikap.
Menurut Firdaus (1986) dalam Anggraini (2008:34), Selain konsep atau prinsip 5C dan 5P bank juga menerapkan dasar penilaian lain yang sering disebut dengan prinsip 3R yaitu:
a. Returns
Yaitu penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan debitur setelah mendapatkan kredit, apakah hasil tersebut cukup memadai untuk menutupi pinjaman serta sekaligus memungkinkan pula usahanya untuk berkembang.
(53)
38
b. Repayment
Suatu perhitungan terhadap kemampuan dan jadwal serta jangka waktu pengembalian kredit.
c. Risk Bearing Activity
Adalah sampai sejauh mana ketahanan perusahaan pemohon kredit untuk untuk menanggung resiko kegagalan, apalagi menanggung suatu hal yang tidak diinginkan. Dalam pengertian risk bearing ability
juga termasuk kemampuan menanggung resiko bank sebagai kreditur, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada perusahaan debitur yaitu dengan cara bank meninta collateral dari debitur.
Kebijakan perkreditan (loan policy) menurut Hampel dan Simpson (1991) dalam Anggraini (2008:35) adalah:
“The policy should in turn reflect the bank’s lending philosophy and culture, indicating priorities, specifying prosedurs and means of monitoring lending activity. Loan policy should obtain three result:
a. Produce sound and collectible loan
b. Provide profutable investment of bank funds
c. Encourage extention of credit that meet the legimate needs of the bank’s”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa definisi dari kebijakan kredit merupakan kemampuan perusahaan dalam menyalurkan kredit ke debitur yang menguntungkan dan aman bagi bank. Pelaksanaan perkreditan mempunyai permasalahan yang cukup rumit sehingga untuk mengatasi berbagai kerumitan serta dalam upaya agar perkreditan berjalan lancar maka diperlukan suatu peraturan-peraturan yang ditetapkan terlebih dahulu baik secara tertulis maupun tidak tertulis sebelum pelaksanaan
(54)
39
perkreditan itu berlangsung, dalam penetapan kebijakan kredit yang harus diperhatikan tiga azas pokok yaitu:
a. Azas Likuiditas
Yaitu suatu azas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat menjaga likuiditasnya, karena suatu bank yang likuid akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan nasabahnya atau dari masyarakat luas.
b. Azas Solvabilitas
Usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam berbentuk kredit. Masalah inilah
yang mendorong top management suatu bank untuk dapat
mengarahkan sasaran kredit secara tepat.
c. Azas Rentabilitas
Sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha akan selalu mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan mengembangkan dirinya. Laba yang diperoleh dari perkreditan selisih antara pendapatan dana dengan biaya dana.
Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penetapan kebijakan kredit menurut Mujono (2001:20) yaitu:
a. Untuk penyediaan sarana penjagaan atau pengamatan terhadap aset
(55)
40
maksudnya agar dana yang telah ditanamkan ke dalam bank tersebut
dapat dikembangkan hingga dapat memperoleh return yang optimal.
b. Sebagai dasar pedoman kerja dalam menghadapi perkembangan
perekonomian khususnya yang menyangkut kegiatan perbankan, maksudnya seagai unit perekonomian sudah tentu tidak dapat melepaskan diri dari setiap perkembangan yang terjadi pada kegiatan perekonomian yang mengelilinginya.
c. Sebagai pedoman bagi para pejabat kredit bank yang bersangkutan
dalam menyelesaikan tugasnya.
d. Sebagai dasar untuk melaksanakan pengawasan, karena policy
merupakan decision made in advance yaitu sebagai tolak ukur dari
apa-apa yang harus dilaksanakan oleh para petugas di lapangan.
Penilaian kredit merupakan suatu kegiatan yang sangat kompleks dimana dalam pemberian kredit kepada perusahaan/debitur harus dipertimbangkan aspek-aspek yang merupakan informasi yang menyangkut calon debitur, aspek-aspek tersebut adalah:
a. Aspek Hukum (Yudiris)
Aspek hukum bersisi tentang uraian informasi-informasi calon debitur mengenai akta pendirian sampai dengan akta-akta perubahan perusahaan, surat izin dan spesifikasi diperlukan oleh calon debitur dalam melaksanakan kegiatannya, bukti-bukti kepemilikan barang-barang yang akan dijadikan jaminan kepada bank sebagai jaminan kebendaan, sedangkan untuk jaminan bukan kebendaan dapat berupa
(56)
41
surat-surat rekomendasi, letter of comport, letter of guarantee, surat
kesanggupan menjadi avalist, surat persetujuan dari komesaris
perseroan kepada direktur perusahaan yang sesuai dengan isi akta pendirian perusahaan. Data yudiris ini merupakan suatu informasi yang harus diminta dari nasabah sebagai calon debitur, karena
informasi tersebut merupakan permanent file dari suatu perusahaan
yang jarang dipublikasikan.
b. Aspek Pemasaran
Penilaian mengenai aspek pemasaran yaitu berupa data yang merupakan informasi-informasi calon debitur mengenai: daerah pemasaran, produk yang dihasilkan, tipe konsumen yang dituju, analisa permintaan dan penawaran, faktor persaingan yang akan dihadapi, rencana penjualan, dan lain-lain.
c. Aspek Teknis
Penilaian mengenai keteknisan meliputi segi teknik fisik dari perusahaan calon debitur dimana sasarannya adalah untuk mendapatkan hasil produk yang dikehendaki sesuai dengan rencana, baik itu kualitas, jumlah kapasitas, ukuran maupun untuk kepentingan kalkulasi, jumlah kapasitas, ukuran maupun untuk kepentingan kalkulasi biaya atau kebutuhan model kerja perusahaan.
d. Aspek Keuangan
Aspek keuangan pada perusahaan pemohon kredit akan menentukan jumlah kebutuhan modal usaha dan kemampuan usaha pada masa
(57)
42
yang akan datang serta kemampuan perusahaan dalam membayar pengembalian kredit. Beberapa tujuan mengadakan penelitian terhadap aspek keuangan calon debitur menurut Muljono (2001:223), adalah untuk memenuhi:
1) Struktur kebutuhan permodalan calon debitur untuk disamakan
dengan struktur perkreditan yang tersedia dipihak perbankan.
2) Kebutuhan dana atau permodalan yang diperlukan oleh calon
debitur tersebut seberapa besar baik dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan modal kerja.
3) Posisi keuangan calon debitur yang telah ada dan berapa
besarnya.
4) Rentabilitas, solvabilitas, likuiditas serta prospek posisi keuangan di waktu yang akan datang setelah calon debitur yang bersangkutan menerima kredit dari bank.
5) Prospek keuangan nasabah dimasa yang akan datang terutama
volume pendapatan sampai dengan laba bersih dengan melaksanakan kegiatan usaha yang dibiayai dengan kredit perbankan, untuk beberapa periode yang akan datang.
6) Besarnya usaha yang diperlukan baik untuk keperluan investasi,
keperluan modal kerja untuk keseluruhan maupun tiap-tiap periode yang akan datang.
(58)
43
7) Estimasi sources and use of fund (arus yang masuk dan yang
keluar) serta untuk mengetahui berapa besarnya saldo dana untuk tiap-tiap periode yang akan datang.
8) Estimasi cash flow (arus uang tunai yang masuk dan yang keluar)
dan berapa besarnya saldo uang tunai yang akan datang dari waktu ke waktu.
9) Rencana pelunasan utang pokok yang diterima oleh bank maupun
pembayaran bunga atau kewajiban-kewajiban lainnya.
e. Aspek Jaminan
Jaminan kredit (collateral) merupakan posisi yang penting dalam
perkreditan karena fungsinya sebagai pengaman apabila kredit yang diberikan mengalami kegagalan. Penilaian jaminan mempunyai sasaran pokok, yaitu:
1) Menilai nilai ekonomis dari barang jaminan.
2) Menilai nilai yudiris dari barang jaminan.
Kedua sasaran tersebut harus dipenuhi secara lengkap apabila jaminan yang akan diikat merupakan alat pengaman atas kredit.
f. Aspek Sosial Ekonomi
Hal untuk menilai dalam analisa ini antara lain adalah penyerapan tenaga kerja yang diserap baik secara langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan yang menerima kredit dari bank. Pengaruh proyek terhadap keadaan masyarakat sekitarnya, maksudnya pengaruh proyek yang dibiayai tidak menyebabkan gangguan terhadap
(59)
44
keserasian lingkungan, dan untuk proyek yang relatif besar bagaimana dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar apakah proyek tersebut
mempunyai nilai perkembangan (development value) yang tinggi atau
tidak.
Menurut Anggraini (2008:41), ketentuan-ketentuan batas
maksimum pemberian kredit atau legal lending limit adalah jumlah batas
maksimum fasilitas kredit yang diperkenankan diberikan kepada satu debitur atau debitur grup. Adapun ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Batas maksimum pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya
adalah:
1) 20% dari modal sendiri bagi satu debitur
2) 50% dari modal sendiri bank bagi debitur grup dengan
prinsipnya bahwa kredit yang diberikan kepada satu anggota grup tidak boleh lebih dari 20% dan untuk anggota grup tidak boleh 50%.
3) Ketentuan ini berlaku pula bagi cabang bank yang bersangkutan
yang beroperasi di luar negeri.
b. Pemberian fasilitas kredit kepada perusahaan yang sebagian
kepemilikannya dimiliki oleh bank berlaku ketentuan:
1) Perusahaan yang kepemilikannya 50% atau lebih dimiliki bank,
batas maksimum kredit adalah 10% dari penyertaan bank pada perusahaan yang bersangkutan.
(60)
45
2) Perusahaan yang kepemilikannya kurang dari 50% dimiliki oleh
bank batas maksimum kredit adalah 20% dari modal sendiri bank.
3) Batas maksimum kredit untuk seluruh perusahaan sebagaimana
dimaksud diatas adalah 50% dari modal sendiri bank.
c. Bank diperkenankan pula memberikan kredit kepada:
1) Anggota direksi dan pegawai dengan maksimum sebesar
kemampuan pengembalian dari pendapatan yang berasal dari bank yang bersangkutan.
2) Anggota komisaris yang bukan pemegang saham dengan
maksimal:
a) 5% dari modal sendiri bank bagi individu atau perusahaan
yang dimilikinya.
b) 15% dari modal sendiri bank bagi komesaris yang
bersangkutan beserta grup perusahaan yang dimilikinya.
3) Pemegang saham dengan maksimal:
a) 10% dari jumlah penyertaannya bagi bank pemegang saham
atau bagi perusahaan yang dimilikinya.
b) 25% dari penyertaannya pada bank dalam hal kredit kepada
(61)
46 B.Keterkaitan Antara Variabel
1. Penerapan Manajemen Risiko dengan Kebijakan Pemberian Kredit
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2009) mengenai analisis penerapan manajemen risiko dalam pengelolaan risiko kredit dan risiko operasional pada Kantor Wilayah PT. Bank Rakyat Indonesia Medan, hasilnya menunjukkan bahwa kebijakan dan prosedur serta strategi yang diterapkan bank di dalam penerapan manajemen risiko sebagai upaya pengelolaan risiko kredit dan operasional dalam bidang perkreditan telah mengikuti standar-standar minimal yang ditetapkan Bank Indonesia yang tentunya disesuaikan dengan lingkup usaha bank tersebut.
Dalam penelitian yang dilakukan Cahyanto dan Sussanto (2007) mengenai efektifitas penerapan profil risiko kredit terhadap budaya perusahaan dan budaya manajemen risiko kaitannya dengan penerapan
Good Corporate Governance (studi pada PT. Bank Niaga. Tbk) menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara profil risiko kredit terhadap nilai budaya manajemen risiko, budaya perusahaan dan GCG untuk
meningkatkan nilai utama perusahaan khususnya action dan influence.
Dengan demikianmaka manajemen risiko dapat mempengaruhi kebijakan
pemberian kredit.
Ha1: Penerapan manajemen risiko perbankan berpengaruh secara
(62)
47 2. Penerapan Audit Internal dengan Kebijakan Pemberian Kredit
Penelitian yang dilakukan oleh Habiburrochman (2006) tentang
pengujian evaluasi peran auditor intern dalam menilai risiko bisnis
perbankan di BPR Syariah, menyatakan bahwa auditor internal memiliki peran untuk memberikan kepastian yang memadai dalam mengamati dan mengendalikan risiko dalam operasional bank.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hidzriadi (2008) tentang manfaat audit operasional dalam efektivitas pemberian kredit pada PT. Bank Jabar Cabang Utama Bandung menyatakan bahwa audit operasional berpengaruh terhadap atas pemberian kredit didasarkan keadaan bahwa sebagian besar asset yang tertanam dalam pemberian kredit. Berdasarkan beberapa penelitian diatas maka terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan audit internal dengan kebijakan pemberian kredit.
Ha2: Penerapan audit internal berpengaruh secara signifikan terhadap
kebijakan pemberian kredit.
Ha3: Penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit
internal berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan pemberian kredit.
(63)
C.Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
Penerapan Manajemen Risiko Perbankan (X1)
Kebijakan Pemberian Kredit (Y) Penerapan Audit
Internal (X2)
(64)
49 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai tujuan penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang berada di Tangerang dan Jakarta untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Ruang lingkup pada penelitian ini adalah membahas dua (2) variabel, yang terdiri dari variabel independen yaitu penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal, dan variabel dependen kebijakan pemberian kredit
B. Metode Penentuan Sampel
Menurut Indrianto dan Soepomo (1997), populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Penelitian ini mengambil objek pada manajer perkreditan yang berada pada beberapa perusahaan perbankan di DKI Jakarta. Metode penentuan sampel
dilakukan dengan teknik Convenience Sampling (pemilihan sampel
berdasarkan kenyamanan) yaitu dengan cara memilih manajer bagian perkreditan berdasarkan data yang diperoleh. Menurut Hamid (2005:24),
convenient sampling adalah istilah umum yang mencakupi variasi luasnya
prosedur pemilihan responden. Convenient sampling berarti unit sampel yang
(65)
50 C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dan data primer yaitu berupa:
1. Data Primer (Primary Data)
Untuk mendukung penelitian ini dan memperoleh data yang dibutuhkan, maka jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yang dikumpulkan melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh penulis. Kuesioner ini diperoleh dari beberapa buku referensi, yang kemudian akan dimodifikasikan dalam bentuk pertanyaan. Bobot penilaian atau angka hasil kuesioner dalam penelitian ini sesuai dengan yang digambarkan dalam skala likert (likert scale). Skala likert menggunakan lima angka penilaian yaitu Sangat Setuju, Setuju,
Tidak Pasti, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Kuesioner ini
selanjutnya dikirimkan kepada responden di beberapa perusahaan bank yang ada di Tangerang dan DKI Jakarta. Pengiriman kuesioner dilakukan secara langsung, yaitu dengan mengirimkan langsung kepada perusahaan yang bersangkutan.
2. Data Sekunder (Secondary Data)
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Penulis menggunakan riset kepustakaan dimana melakukan dengan cara mengumpulkan, membaca dan memahami buku, literatur, artikel, jurnal, dan data dari internet.
(66)
51 D. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu data. Dalam hal ini, statistik deskriptif menjelaskan mengenai karakteristik responden dan variabel yang digunakan. Gambaran umum mengenai karakteristik responden dijelaskan dengan tabel stastistik responden yang diukur dengan skala nominal.
Penyusunan kuesioner adalah dengan menggunakan skala likert dengan kuesioner variabel bebas dan variabel terikat. Skala likert (likert scale) di desain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak dengan pertanyaan pada lima titik dengan susunan responden terhadap sejumlah item yang berkaitan dengan konsep atau variabel tertentu kemudian diajukan kepada tiap responden (Sekaran, 2003:31).
2. Uji Kualitas Data
Dalam suatu penelitian diperoleh instrumen yang valid dan reliabel. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat mengukur apa yang ingin diukur. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur pengukur dalam mengukur gejala yang sama..
a. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari responden melalui pertanyaan yang diberikan. Dalam pengujian reliabilitas ini,
(67)
52
peneliti menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan
signifikansi yang digunakan sebesar 0,6 dimana jika nilai Cronbach
Alpha dari suatu variabel lebih besar dari 0,6 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai. Sebaliknya, jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih kecil dari 0,6 maka butir pertanyaan tersebut tidak
reliable. (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2001:42).
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2001: 45). Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah itu tentukan hipotesis H0: skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis H0 dan Ha, kemudian uji dengan membandingkan r hitung
(tabel corrected item-total correlation) dengan r tabel (tabel Product Moment dengan signifikansi 0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2.
(1)
Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items
42.1818 13.222 3.63621 10
.
Reliability (Variabel Kebijakan Pemberian Kredit)
Case Processing Summary
N %
Valid 44 100.0
Excluded(
a) 0 .0
Cases
Total 44 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items
.721 .722 8
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 4.1591 .74532 44
VAR00002 4.3409 .60782 44
VAR00003 4.1818 .69123 44
VAR00004 4.2273 .98509 44
VAR00005 4.3636 .78031 44
VAR00006 3.9091 .80169 44
VAR00007 4.2273 .74283 44
VAR00008 4.3864 .57933 44
(2)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 29.6364 10.144 .319 .490 .712
VAR00002 29.4545 9.975 .487 .679 .682
VAR00003 29.6136 10.103 .371 .499 .701
VAR00004 29.5682 8.391 .500 .647 .674
VAR00005 29.4318 9.739 .383 .608 .699
VAR00006 29.8864 9.080 .515 .377 .669
VAR00007 29.5682 9.553 .459 .591 .683
VAR00008 29.4091 10.805 .281 .421 .716
Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items
33.7955 12.213 3.49471 8
(3)
Lampiran 4: Hasil Uji Asumsi Klasik
Regression
Variables Entered/Removed(b)
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1
Audit Internal, Manajemen Risiko(a)
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: KebijakanKredit
Coefficients(a) Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 23.002 5.274 4.361 .000
Manajemen Risiko 1.194 .323 1.231 3.698 .001 .151 6.608
Audit Internal -.813 .320 -.845 -2.540 .015 .151 6.608
a Dependent Variable: Kebijakan Kredit
Coefficient Correlations(a)
Model Audit Internal
Manajemen Risiko
Audit Internal 1.000 -.921
Correlations
Manajemen Risiko -.921 1.000
Audit Internal .102 -.095
1
Covariances
Manajemen Risiko -.095 .104
a Dependent Variable: Kebijakan Kredit
Collinearity Diagnostics(a)
Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions
(Constant)
Manajemen Risiko
Audit
Internal (Constant)
Manajemen Risiko
1 1 2.994 1.000 .00 .00 .00
2 .005 24.042 .92 .06 .02
3 .001 69.453 .08 .94 .98
a Dependent Variable: KebijakanKredit
(4)
Residuals Statistics(a)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 28.3724 37.0106 33.7955 1.95355 44
Std. Predicted Value -2.776 1.646 .000 1.000 44
Standard Error of
Predicted Value .483 1.585 .738 .239 44
Adjusted Predicted Value 29.2378 37.2292 33.7953 1.97556 44
Residual -7.42912 5.90858 .00000 2.89770 44
Std. Residual -2.503 1.991 .000 .976 44
Stud. Residual -2.538 2.062 .000 1.012 44
Deleted Residual -7.63392 6.33762 .00017 3.11896 44
Stud. Deleted Residual -2.730 2.151 -.003 1.033 44
Mahal. Distance .161 11.293 1.955 2.124 44
Cook's Distance .000 .209 .026 .041 44
Centered Leverage Value .004 .263 .045 .049 44
a Dependent Variable: Kebijakan Kredit
Charts
Regression Standardized Residual
2 1
0 -1
-2 -3
Frequ
e
ncy
10
8
6
4
2
0
Histogram
Dependent Variable: KebijakanKredit
Mean =-2.54E-15 Std. Dev. =0.976
N =44
(5)
Observed Cum Prob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Expect
ed C
um P
rob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KebijakanKredit
Regression Standardized Predicted Value
2 1
0 -1
-2 -3
Regression Stu
den
tized
Residual
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: KebijakanKredit
(6)
Lampiran 5: Hasil Uji Hipótesis
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .559(a) .312 .279 2.96753
a Predictors: (Constant), Audit Internal, Manajemen Risiko b Dependent Variable: Kebijakan Kredit
Coefficients(a) Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 23.002 5.274 4.361 .000
Manajemen Risiko 1.194 .323 1.231 3.698 .001
Audit Internal -.813 .320 -.845 -2.540 .015
a Dependent Variable: Kebijakan Kredit
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression 164.104 2 82.052 9.317 .000(a)
Residual 361.056 41 8.806
1
Total 525.159 43
a Predictors: (Constant), Audit Internal, Manajemen Risiko b Dependent Variable: Kebijakan Kredit