Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

Pengaruh Manajemen Risiko dan Audit Internal terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

OLEH

Doddy Dwi Abdillah Ritonga 110503249

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Pernyataan

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Manajemen Risiko dan Audit Internal terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan” adalah benar karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, April 2015

Doddy Dwi Abdillah Ritonga


(3)

ABSTRAK

PENGARUH MANAJEMEN RISIKO DAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT DI PERUSAHAAN

PERBANKAN DI KOTA MEDAN

Manajemen Risiko dan Audit Internal sangat berkaitan langsung dengan Keputusan Pemberian Kredit. Pemberian kredit tidak terlepas dari risiko. Manajemen Risiko dan Audit Internal dapat melindungi bank untuk menghindari risiko yang timbul dari kredit yang diajukan oleh debitur bank tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Manajemen Risiko dan Audit Internal terhadap Keputusan Pemberian Kredit. Sampel penelitian penelitian ini adalah 5 perusahaan perbankan yang berada di kota Medan. Dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu penetapan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Jenis data yang digunakan adalah data primer dengan cara membagikan kuesioner kepada staff perkreditan berjumlah 50 responden. Teknis analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear Berganda dengan menggunakan software SPSS.

Secara parsial, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Manajemen Risiko dan Audit Internal tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pemberian Kredit, sedangkan secara simultan Manajemen Risiko dan Audit Internal berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pemberian Kredit.

Kata kunci : Manajemen Risiko, Audit Internal, Keputusan Pemberian Kredit


(4)

ABSTRACT

EFFECT OF RISK MANAGEMENT AND INTERNAL AUDIT DECISION ON LENDING IN BANKING IN MEDAN

Risk Management and Internal Audit are directly related to Decision on Lending. Credit can not be separated from risk. Risk Management and Internal Audit can protect banks to avoid risk arising

This research aims to determine the effect of Risk Management and Internal Audit Decision on Lending. Specified number of samples were 5 banking company in Medan. The method of sampling is purposive sampling which devine as a sample of taking method which take an object by certain criteria. This research using primary data by questionnaires to staff credit totaling 50 respondents.

Analysis using multiple linear regression using SPSS Software.

Partially , the results of this study indicate that the Risk Management and Internal Audit does not significantly influence Lending Decisions , while simultaneously Risk Management and Internal Audit significantly influence Lending Decisions


(5)

Kata Pengantar

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan”, disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan skripsi ini Penulis telah belajar dan berusaha semampunya untuk membuat skripsi ini berkualitas dan bermanfaat bagi orang lain. Namun sebagai seorang manusia biasa Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Dengan hati dan pikiran yang terbuka, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar karya ilmiah maupun Penulis dapat menjadi lebih baik di masa mendatang.

Selama proses penyusunan skripsi ini, peneliti banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat dan, nasihat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(6)

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe M.Ec, Ac selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal sehingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hasan Sakti Srg. M.Si, Ak selaku dosen penguji yang telah membantu dalam memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Pimpinan Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, Bank Mandiri dan Bank Sumut yang telah membantu dalam pengisian kuesioner dalam penulisan skripsi ini.

7. Orang tua penulis dan teman-teman penulis yang telah memberikan doa dan dukungan yang tulus baik secara moril maupun materiil selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.


(7)

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.

Medan, April 2015

Doddy Dwi Abdillah Ritonga


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Perumusan Masalah... 5

1.3Tujuan Penelitian... 5

1.4Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Tinjauan Teoritis... 7

2.1.1 Penerapan Manajemen Risiko... 7

2.1.2 Penerapan Audit Internal... 19

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 39

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis... 40

2.3.1 Kerangka Konseptual... 40

2.3.2 Hipotesis... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 42

3.1 Jenis Penelitian... 42

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 42

3.3 Definisi Operasional Variabel... 42

3.4 Skala Pengukuran Variabel... 46

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian... 46

3.6 Jenis Data... 50


(9)

3.8 Teknik Analisis Data... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN... 60

4.1 Uji Kualitas Data... 60

4.2 Uji Asumsi Klasik... 64

4.3 Uji Hipotesis... 70

BAB V PENUTUP... 77

5.1 Kesimpulan... 77

5.2 Keterbatasan Penelitian... 77

5.3 Saran... 78

DAFTAR PUSTAKA... 79


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Judul

Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 39

3.1 Metode dan Skala Pengukuran... 46

3.2 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian... 47

3.2 Operasional Variabel Penelitian... 57

4.1 Uji Validitas Variabel Manajemen Risiko... 61

4.2 Uji Validitas Variabel Audit Internal... 61

4.3 Uji Validitas Keputusan Pemberian Kredit... 62

4.4 Uji Realibilitas Kuesioner... 63

4.5 Uji Normalitas... 64

4.6 Uji Multikolinearitas... 67

4.7 Uji Autokorelasi... 68

4.8 Koefisien Determinasi... 71

4.9 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)... 72

4.10 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)... 73


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Judul

Halaman

2.1 Kerangka Konseptual... 40

4.1 Normal Probability Plot untuk Pengujian Asumsi Normalitas... 65

4.2

Histogram untuk Pengujian Asumsi Normalitas... 66


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Tabel

Judul

Halaman

1 Kuesioner Penelitian... 81 2 Output SPSS... 86


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Bank sebagai salah satu lembaga keuangan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang No.23 Tahun 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.3 Tahun 2004 tentang Perbankan, “Bank didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun atau menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau deposito dan menyalurkannya dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka menaikkan taraf hidup orang banyak”. Oleh karena itu, diperlukan sebuah ketentuan Self Regulatory Banking agar bank melaksanakan secara konsisten ketentuan intern dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Self Regulatory Bank terbagi atas : Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank, Pelaksanaan Good Corporate Governance, Penerapan Manajemen Risiko, Audit Internal, dan Rencana Bisnis Bank.

Sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang No. 7 Tahun 1992 “Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus dapat memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat”. Bank dalam memberikan kredit harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit. Dalam prosedur pemberian kredit bank harus melakukan analisis kredit dengan cara 5C (Character, Capacity, Capital, Condition, dan Collateral) dan 7P (Personality, Party, Perpose, Prospect, Payment, Profitabillity , dan Protection) terhadap nasabah yang akan mengajukan kredit kepada bank tersebut.


(14)

Satu diantara risiko yang muncul dalam dunia perbankan adalah risiko kredit, dampak dari risiko tersebut dapat mengakibatkan kredit macet. Menurut Kasmir (2014) suatu kredit dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain:

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru;

c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar.

Oleh karena itu, diperlukan adanya regulasi yang ketat dalam perbankan karena demikian luasnya risiko kredit bagi bank tersebut. Bank harus dapat meminimalkan kerugian dan bila perlu mendapatkan keuntungan dari risiko tersebut.Penerapan Manajemen Risiko dapat memberikan gambaran kepada bank mengenai kemungkinan kerugian bank di masa datang, meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang sistematis yang didasarkan atas ketersediaan informasi mengenai risiko dalam rangka meningkatkan daya saing bank.

Menurut Pedoman Standar Manajemen risiko bagi bank umum yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha Bank tetap dapat terkendali(manageable) pada batas/limit yang dapat diterima dan menguntungkan bank. Regulasi yang memuat mengenai manajemen risiko terdapat dalam PBI No.5/8/PBI/2003.


(15)

Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.5/22 tahun 2003 tentang Sistem Pengendalian Intern bagi Bank Umum menyatakan bahwa pengendalian intern merupakan suatu mekanisme pengawasan yang ditetapkan oleh manajemen bank secara berkesinambungan (on going basis), guna untuk (1) menjaga dan mengamankan harta kekayaan bank, (2) menjamin tersedianya laporan yang lebih akurat, (3) menignkatkan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, (4) mengurangi dampak keuangan//kerugian penyimpangan termasuk kecurangan/fraud dan pelanggaran aspek kehati-hatian, (5) meningkatkan efektivitas organisasi dan meningkatkan efisiensi biaya.

Menurut Firdaus (2006) dalam “Peranan Audit Internal Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Pemberian Kredit” menyimpulkan bahwa pengendalian internal pemberian kredit yang dilaksanakan PT. Bank X telah efektif karena telah mencapai tujuan dari pengendalian internal pemberian kredit yaitu: keandalan pelaporan keuangan pemberian kredit, efektivtas dan efsiensi pemberian kredit dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan kredit.

Menurut survei yang dilakukan Bank Indonesia pertumbuhan kredit pada Triwulan ke IIImengalami perlambatan. Faktor utama penyebab perlambatan ini adalah rendahnya permintaan pembiayaan dari nasabah, kenaikan suku bunga, dan meningkatnya risiko pemberian kredit. Survei mengkoreksi proyeksi pertumbuhan kredit 2014 dari 18,2% (yoy) menjadi 14,4% (yoy). Angka proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi pertumbuhan kredit 2013 sebesar 21,8% dan juga lebih rendah dari batas bawah target pertumbuhan kredit 2014 oleh Bank


(16)

Indonesia yang sebesar 15 - 17%. Adanya faktor-faktor eksternal tersebut dapat mempengaruhi kinerja bank dan operasional bank. Melalui PBI No.12 tahun 2010 Bank Indonesia mengeluarkan aturan agar melakukan revisi rencana bisnis bank. Revisi tersebut disusun agar rencana bisnis bank tersusun secara realistis dan tercapainya target bisnis bank itu sendiri.

Menurut Lestari (2006) dalam Analisis Penerapan Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Kredit dan Risiko Operasional pada PT. Bank Mestika Dharma menyatakan bahwa penerapan manajemen risiko kredit pada PT. Bank Mestika Dharma telah sesuai dengan PBI No. 5/8/PBI/2003.

Menurut penelitian yang dilakuakan oleh Eviyanti (2011) mengenai Peranan Audit Internal Dalam Mengatasi Risiko Penjualan Secara Kredit Pada PT. Thamrin Brothers Palembang menyimpulkan bahwa Audit Internal sudah mempunyai kedudukan yang independen terhadap bagian-bagian yang diperiksanya terutama penjualan kredit.

Hasil penelitian Putri (2010) menemukan hasil yaitu penerapan manajemen risiko perbankan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan pemberian kredit dan Penerapan audit internal berpengaruh negatif terhadap kebijakan pemberian kredit kredit pada perusahaan perbankan yang berada di wilayah Tangeramg dan DKI Jakarta.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah Penerapan Self Regulatory Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit oleh bank yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul


(17)

Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko dan Audit Internal terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Beberapa Bank di Kota Medan”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Manajemen Risikodan Audit Internal berpengaruh secara parsial terhadap dalam Keputusan Pemberian Kredit?

2. Apakah Pedoman PenerapanManajemen Risiko dan Audit Internalberpengaruh secara simultan terhadap Keputusan Pemberian Kredit?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah Pedoman Penerapan Manajemen Risiko dan Audit Internalberpengaruh secara parsial terhadap Keputusan Pemberian Kredit

2. Untuk mengetahui apakah Pedoman Penerapan Manajemen Risiko dan Audit Internalberpengaruh secara simultan terhadap Keputusan Pemberian Kredit


(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Penulis

Hasil penelitian ini bermanfaat dengan menambah wawasan penulis bagaimana pengaruh Self Regulatory Bank terhadap Kebijakan Pemberian Kredit.

2. Perusahaan (Bank)

Hasil diharapkan sebagai bahan informasi dan masukan bagi perusahaan mengenai kebijakan pemberikan kredit

3. Penelitian Selanjutnya

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan inspirasi bagi penelitian selanjutnya.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Teoritis

2.1.1. Penerapan Manajemen Risiko

Pengertian Risiko

Menurut Kamus Perbankanyang diterbitkan oleh Institut Bankir Indonesia (1999) risiko adalah tingkat kemungkinan terjadinya kerugian yang harus ditanggung dalam pemberian kredit, penanaman investasi, atau transaksi lain yang dapat berbentuk harta, kehilangan keuntungan, atau kemampuan ekonomis, antara lain, karena adanya perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah, dan kegagalan usaha.

Menurut Masyhud Ali (2006) risiko adalah peluang (kemungkinan) terjadinya bencana atau kerugian. Jika dilihat dari sudut perbankan risiko didefinisikan sebagai peluang dari kemungkinan terjadinya situasi yang memburuk (bad outcome).Definisi tersebut berarti bahwa risiko hanya berkaitan dengan situasi dimana suatu hasil yang negatif (negative outcome)dapat setiap saat terjadi dan kejadian tersebut dapat diperkirakan (estimated). Banyak perisitiwa yang dapat berimbas pada terjadinya kerugian bagi bank itu sendiri. Peristiwa terus dapat berasal dari internal ataupun luar bank itu sendiri. GARP (Global Association of Risk Professionals) dan BSMR (Badan Sertifikasi Manajemen Risiko) membedakannya atas:


(20)

a. Risk Event didefinisikan sebagai terjadinya sebuah kejadian yang dapat

menimbulkan potensial for loss (a bad outcome).

b. Risk Loss didefinisikan dengan mengacu pada kerugian-kerugian yang

terjadi sebagai konsekuensi langsung maupun tidak langsung dari risk event tersebut. Kerugian yang ditimbulkan dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian nonfinansial.

Risiko yang dihadapi perbankan menurut Basel Accord II dalam Masyhud Ali (2006) terdiri atas 4 jenis, yaitu:

a. Risiko pasar (Market Risk) adalah risiko kerugian pada posisi portofolio trading pada on dan off balance sheet (neraca dan rekening administratif) yang muncul sebagai akibat dari terjadinya perubahan harga pasar asset dan liabilities bank tersebut. Perubahan harga tersebut merupakan akibat terdapatnya perubahan faktor pasar yaitu tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang, harga pasar saham, dan sekuritas serta harga komoditas.

b. Risiko Kredit (Credit Risk) adalah risiko dari kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada debitur maupun counterparty lainnya. Penetapan teknik dan kebijakan risiko kredit dikenal dengan credit risk mitigation, yang meliputi: menyusun peringkat (grading models), manajemen portofolio pinjaman (loan portofolio management), sekuritas


(21)

(securitization), collateral,cash flow monitoring, dan manajemen pemulihan (recovery management)

c. Risiko Operasional (Operational Risk) adalah risiko terjadinya kerugian bagi bank yang diakibatkan oleh ketidakcukupan atau kegagalan proses di dalam manajemen bank, sumber daya manusia, dan sistem. Unsur-unsur risiko yang berkaitan dengan risiko operasional meliputi : proses internal bank (internal processes), sumber daya manusia, sistem, peristiwa eksternal (external events), dan persyaratan hukum regulatori (legal and regulatory requirements).

d. Risiko Lainnya meskipun sesuai dengan ketentuan Basel Accord II Framework, tidak dimuat dalam regulasi sebagai bagian dari perhitungan kecukupan modal. Namun sesungguhnya jenis-jenis risiko ini tetap penting karena dipertimbangkan dalam perhitungan risk-based capital perbankan. Risiko lainnya itu meliputi : Risiko Bisnis (Business Risk), Risiko Strategi (Strategic Risk), dan Risiko Reputasi (Reputational Risk).

Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen risiko sebagaimana telah dirumuskan di dalam pasal 1 angka (5) Peraturan Bank Indonesia No.11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, yang menyatakan bahwa Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang


(22)

digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh usaha bank. Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa risiko tidak hanya cukup dihindari namun juga harus dihadapi cara-cara yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya risiko tersebut. Risiko dapat terjadi kapan saja, agar risiko tidak mengganggu kegiatan perusahaan, risiko harus dikelola dengan baik.

Menurut Widigdo Sukarman manajemen risiko adalah keseluruhan sistem pengelolaan dan pengendalian risiko yang dihadapi oleh bank yang terdiri dari seperangkat alat, teknik, proses manajemen (termasuk kewenangan dan sistem dan prosedur operasional) dan organisasi yang ditujukan untuk memelihara tingkat profitabilitas dan tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan dalam Corporate Plan atau rencana strategis bank lainnya sesuai dengan tingkat kesehatan bank yang berlaku.

Menurut William T. Thornhill dalam Tampubolon (2004) manajemen risiko adalah sebuah displin pengelolaan yang tujuannya adalah untuk memproteksi aset dan laba sebuah organisasi dengan mengurangi potensi kerugian sebelum hal tersebut terjadi.

Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko

a. Menentukan arah dan risk appetite dengan mengkaji ulang secara berkala dan menyetujui risk exposure limits yang mengikuti strategi perusahaan.


(23)

b. Menetapkan limit, biasanya mencakup pemberian kredit, penempatan non-kredit, asses liability management, trading dan kegiatan lain seperti derivatif dan lain-lain.

c. Menetapkan kecukupan prosedur pemeriksaan untuk memastikan adanya integritasi pengukuran risiko, kontrol sistem pelaporan, dan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang berlaku.

Proses Manajemen Risiko

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia yang telah dijelaskan diatas, Proses Manajemen Risiko meliputi:

A. Identifikasi Risiko

Tujuan dilakukannya identifikasi risiko adalah untuk mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional yang berpotensi merugikan Bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan identifikasi risiko antara lain:

1. Bank harus mengidentifikasi risiko kredit yang melekat pada seluruh produk dan aktivitasnya. Identifikasi risiko kredit tersebut merupakan hasil kajian terhadap karakteristik risiko kredit yang melekat pada aktivitas fungsional tertentu, seperti perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi, dan pembiayaan perdagangan.

2. Untuk kegiatan perkreditan dan jasa pembiayaan perdagangan, penilaian risiko kredit harus memperhatikan kondisi keuangan debitur,


(24)

dan khususnya kemampuan membayar secara tepat waktu, serta jaminan atau agunan yang diberikan.

3. Untuk kegiatan treasury dan investasi, penilaian risiko kredit harus memperhatikan kondisi keuangan counterparty, rating, karakteristik instrumen, jenis transaksi yang dilakukan dan likuiditas pasar serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko kredit.

B. Pengukuran Risiko

1. Bank harus memiliki prosedur tertulis untuk melakukan pengukuran risiko yang memungkinkan untuk:

a. Sentralisasi eksposur on balance sheet dan off balance sheetyang mengandung risiko kredit dari setiap debitur atau perkelompok debitur dan atau counterparty tertentu mengacu pada konsep single obligor

b. Penilaian perbedaan kategori tingkar risiko kredit dengan menggunakan kombinasi aspek kualitatif dan kuantitatif data dan pemilihan kriteria tertentu.

c. Distribusi informasi hasil pengukuran risiko secara lengkap untuk tujuan pemantauan oleh satuan kerja terkait.

2. Sistem pengukuran risiko kredit sekurang-kurangnya mempertimbangkan:


(25)

a. Karakteristik setiap jenis transaksi risiko kredit, kondisi keuangan debitur/counterpary serta persyaratan dalam perjanjian kredit seperti dalam jangka waktu dan tingkat bunga

b. Jangka waktu kredit (maturity profile) dikaitkan dengan perubahan potensial yang terjadi di pasar

c. Aspek jaminan, agunan dan/atau garansi

d. Potensi terjadinya kegagalan membayar (default), baik berdasarkan hasil penilaian pendekatan konvensional maupun hasil penilaian pendekatan yang menggunakan proses pemeringkatan yang dilakukan secara intern (internal risk rating) 3. Bagi Bank yang menggunakan teknik pengukuran risiko dengan

pendekatan internal risk rating harus melakukan validasi data secara berkala.

4. Parameter yang digunakan dalam pengukuran risiko kredit antara lain meliputi:

a. Non Performing Loans (NPLs)

b. Konsentrasi kredit berdasarkan peminjam dan sektor ekonomi c. Kecukupan agunan

d. Pertumbuhan kredit

e. Non performing portofolio treasury dan investasi (non kredit) f. Komposisi portofolio treasury dan investasi (antar bank, surat

berharga dan penyertaan)


(26)

h. Transaksi pembiayaan perdagangan yang default

i. Konsentrasi pemberian fasilitas pembiayaan perdagangan. 5. Mark to Market pada Transaksi Risiko Kredit Tertentu

Untuk mengukur risiko kredit yang disebabkan transaksi over the counter atau pada suatu pasar tertentu, khususnya pasar transaksi derivatif, maka bank harus menggunakan metode penilaian mark to market.

Eksposur risiko kredit harus diukur dan dikinikan sekurang-kurangnya setiap bulan atau lebih intensif khususnya apabila portofolio debitur atau kelompok usaha debitur sangat signifikan dan atau volatilitas parameter pasar yang digunakan untuk menilai mark to market mengalami perubahan/fluktuasi.

Limit kredit yang dialokasikan untuk satu debitur atau kelompok debitur harus diuji berdasarkan penilaian mark to market sedangkan faktor risiko harus digunakan untuk memperhitungkan perubahan kondisi pasar dan pengaruh replacement cost.

6. Penggunaan Credit Scoring Tools

a. Bank dapat menggunakan sistem dan metodologi statistik/probabilistik untuk mengukur risiko yang berkaitan dengan jenis tertentu dari transaksi risiko kredit, seperti credit scoring tools.


(27)

- Melakukan kaji ulang secara berkala terhadap akurasi model dan asumsi yang digunakan untuk memproyeksikan kegagalan (defaults)

- Menyesuaikan asumsi dengan perubahan yang terjadi pada kondisi internal dan eksternal.

c. Apabila terdapat eksposur risiko yang besar atau transaksi yang relatif kompleks maka proses pengambilan keputusan transaksi risiko kredit tidak hanya didasarkan pada sistem tersebut sehingga harus didukung sarana pengukuran risiko kredit lainnya.

d. Bank harus mendokumentasikan kredit seperti asumsi, data dan informasi yang digunakan pada sistem tersebut, termasuk perubahannya, serta dokumentasi tersebut selanjutnya dikinikan secara berkala.

e. Penerapan sistem ini harus:

- Mendukung proses pengambilan keputusan dan memastikan kepatuhan terhadap ketentuan pendelegasian wewenang

- Independen terhadap kemungkinan rekayasa yang akan mempengaruhi hasil (score-ouputs) melalui prosedur pengamanan yang layak dan efektif

- Dilakukan kaji ulang oleh satuan kerja atau pihak yang independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan sistem tersebut.


(28)

Bank harus mengembangkan dan menerapkan sistem informasi dan prosedur untuk memantau kondisi setiap debitur atau counterparty pada seluruh portofolio kredit bank. Sistem pemantauan sekurang-kurangnya memuat ukuran-ukuran dalam rangka:

1. Memastikan bahwa Bank mengetahui kondisi keuangan terakhir dari debitur atau counterparty

2. Memantau kepatuhan terhadap persyaratan dalam perjanjian kredit atau kontrak transaksi risiko kredit

3. Menilai kecukupan agunan dibandingkan dengan kewajiban debitur atau counterparty

4. Mengidentifikasi ketidaktepatan pembayaran dan mengklasifikasikan kredit bermasalah secara tepat waktu

5. Menangani dengan cepat kredit bermasalah.

Bank juga harus melakukan pemantauan eksposur risiko kredit dibandingkan dengan limit risiko kredit yang telah ditetapkan, antara lain dengan menggunakan kolektibilitas atau internal risk rating. Pemantauan eksposur kredit tersebut harus dilakukan secara berkala dan terus menerus oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko dengan cara membandingkan risiko kredit aktual dengan limit risiko yang ditetapkan. Untuk keperluan pemantauan eksposur risiko kredit, Satuan Kerja Manajemen Risiko harus menyusun laporan mengenai perkembangan risiko kredit secara berkala, termasuk faktor-faktor penyebabnya, yang disampaikan kepada Komite Manajemen Risiko dan Direksi.


(29)

Prinsip pokok dalam penggunaan internal risk rating adalah sebagai berikut:

1. Prosedur penggunaan sistem internal risk rating harus diinformasikan dan didokumentasikan

2. Sistem ini harus dapat mengidentifikasi secara dini perubahan profil risiko yang disebabkan oleh penurunan potensialmaupun akrual dari risiko kredit

3. Sistem internal risk rating harus dievaluasi secara berkala oleh pihak yang independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan interna risk rating tersebut

4. Apabila Bank menerapkan internal risk rating untuk menentukan kualitas aset dan besarnya provisi, harus terdapat prosedur formal yang memastikan bahwa penetapan kualitas aset dan provisi dengan internal rating adalah lebih prudent atau sama dengan ketentuan yang berlaku

5. Laporan yang dihasilkan oleh internal risk rating, seperti laporan kondisi portofolio kredit disampaikan secara berkala kepada Direksi.

D. Sistem Informasi Manajemen Risiko

Dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pengukuran risiko kredit, bank harus memiliki sistem informasi manajemen yang menyediakan laporan dan data secara akurat dan tepat waktu untuk mendukung pengambilan keputusan oleh Direksi dan pejabat lainnya.


(30)

Sistem informasi manajemen tersebut juga harus menghasilkan laporan atau informasi dalam rangka pemantauan eksposur aktual terhadap limit yang ditetapkan dan pelampauan eksposur limit risiko yang perlu mendapat perhatian dari direksi.

Sistem informasi manajemen juga harus menyediakan dara secara akurat dan tepat waktu mengenai jumlah seluruh eksposur kredit peminjam individual dan counterparties, portofolio kredit serta laporan pengecualian limit risiko kredit. Bank harus memiliki sistem informasi yang memungkinkan Direksi untuk mengidentifikasi adanya konsentrasi risiko dalam portofolio kreditnya.

E. Pengendalian Risiko

Bank harus menetapkan suatu sistem penilaian (internal credit reviews) yang independen dan berkelanjutan terhadap efektivitas penerapan proses manajemen risiko kredit. Kaji ulang tersebut sekurang-kurangnya memuat evaluasi proses administrasi perkreditan, penilaian terhadap akurasi penerapan internal risk rating, dan efektivitas pelaksanaan satuan kerja yang melakukan pemantauan kualitas kredit individual.Kaji ulang tersebut harus dilakukan oleh satuan kerja yang independen terhadap satuan kerja yang melakukan transaksi risiko kredit.

Bank harus memastikan bahwa satuan kerja perkreditan dan transaksi risiko kredit lainnya telah dikelola secara memadai dan eksposur risiko kredit tetap konsisten dengan limit yang ditetapkan dan memenuhi standar kehati-hatian. Bank harus menetapkan dan


(31)

menerapkan pengendalian intern untuk memastikan bahwa penyimpangan terhadap kebijakan, prosedur, dan limit telah dilaporkan tepat waktu kepada Direksi atau pejabat terkait untuk keperluan tindakan perbaikan. Dan bank harus memiliki prosedur pengelolaan penanganan kredit bermasalah termasuk sistem deteksi kredit bermasalah secara tertulis dan menerapkannya secara efektif.

2.1.2. Penerapan Audit Internal

Pengertian Audit Internal

Menurut Sukrisno Agoes (2004:221), internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketenruan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.

Menurut A Statement of Basic Auditing Concept (ASOBAC) dalam Halim (2001:1) audit internal adalah:

“Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”.


(32)

Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang merupakan hal penting sebagai pedoman auditor lainnya dalam pengumpulan bukti audit. Auditing Standard Boards (ASB) mengakui 5 kategori asersi laporan keuangan sebagai berikut:

a. Keberadaan atau Keterjadian (Existence or Occurence)

Berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas benar-benar ada pada tanggal tertentu dan transaksi yang dicatat benar-benar telah terjadi selama periode tertentu.

b. Kelengkapan (Completeness)

Berkaitan dengan apakah semua transaksi dan akun yang harus diajukan dalam laporan keuangan benar-benar telah dicantumkan.

c. Hak dan Kewajiban (Right and Obligation)

Berkaitan dengan apakah aktiva merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

d. Penilaian atau Alokasi (Valuation or Allocation)

Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang semestinya. e. Penyajian dan Pengungkapan (Presantation and Discloure)

Berkaitan dengan apakah komponen tertentu laporan keuangan telah digolongkan, diuraikan dan diungkapkan dengan sebagaimana mestinya.


(33)

Menurut Boynton (2003:6) bahwa audit dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dilaksanakannya audit. Dalam hal ini tipe audit terbagi dalam tiga kategori, yaitu:

a. Financial Statement Audit

Audit laporan keuangan merupakan penilaian atas suatu perusahaan atau badan hukum lainnya sehingga dapat dihasilkan pendapat yang independen tentang laporan keuangan yang relevan, akurat, lengkap dan disajikan secara wajar.

b. Compliance Audit

Audit kepatuhan mencangkup menghimpun dan mengevaluasi bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi, aturan, dan regulasi yang telah ditentukan.

c. Operational Audit

Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun keekonomisan operasional.

Dalam melaksanakan suatu audit, pada umumnya jenis auditor dibedakan atas: a. Auditor Independen adalah auditor yang melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Biasanya terdapat pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang pada umumnya mengambil peran sebagai auditor eksternal atas perusahaannya.


(34)

b. Auditor Internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utamanya ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.

c. Auditor Pemerintah biasanya terdapat dibeberapa lembaga ataupun badan yang bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan/ keuangan negara. Diantaranya, Badan Pengawas Keuangan dan Pengembangan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Itjen) pada Departemen Pemerintah.

Tujuan dan Fungsi Audit Internal

Menurut Sukrisno Agoes (2004:222), tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan berikut:

a. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

b. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.


(35)

c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan.

d. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.

e. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen.

f. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas.

Ikatan Akuntan Indonesia telah menetapkan dan mengesahkan standar auditing sebagai berikut:

a. Standar Umum Internal Auditor

1. Internal auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor sehingga hasil kerjanya handal dan dapat dipercaya.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, audit wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar Pelaksanaan Tugas

4. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi yang semestinya.


(36)

5. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

6. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

c. Standar Pelaporan

7. Laporan audit harus menyatakan bahwa laporan keuangan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

8. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

9. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai.

10.Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan.

Fungsi dan Ruang Lingkup Audit Internal

Fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu bagi manajemen untuk menilai efisien dan keefektifan pelaksanaan struktur pengendalian intern perusahaan, kemudian memberikan hasil berupa saran atau rekomendasi dan


(37)

memberi nilai tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan mengambil keputusan atau tindak selanjutnya.

Ruang Lingkup audit internal menurut The Institute of Internal Auditors (IIA) yang dikutip oleh Boynton (2001:983) Ruang lingkup audit internal harus mencakup kecukupan dan efektivitas sistem kinerja organisasi dalam melaksanakan tanggung jawab yang ditugaskan: 1. keandalan dan menyokong informasi; 2. sesuai dengan kebijakan, rencana, prosedur, hukum, peraturan dan kontak; 3. pengamanan aktiva; 4. penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien; 5. tercapainya target yang ditetapkan dan tujuan program operasi.

Untuk melaksanakan tugasnya, auditor internal mempunyai batasan ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan, oleh sebab itu menurut Cashin (1997) dalam Firdaus (2006) mengemukakan ruang lingkup audit internal sebagai berikut:

1. Kepatuhan (compliance)

Merupakan salah satu unsur audit internal yang bertujuan untuk menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan. 2. Verifikasi (verification)

Verifikasi merupakan aktivitas pemeriksaan terhadap dokumen, catatan dan laporan apakah hal-hal tersebut telah mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Umumnya verifikasi dilakukan atas:


(38)

b. Aktiva, Hutang serta modal dan hasil operasi perusahaan. 3. Evaluasi (evaluation)

Kegiatan ini merupakan tanggung jawab internal auditor yang paling penting dan paling sulit diukur hasilnya. Evaluasi mencakup dua fungsi, yaitu penilaian terhadap pelaksanaan dari berbagai tingkat manajemen dan penilaian terhadap pengendalian internal yang berjalan dalam perusahaanya.

2.1.3 Keputusan Pemberian Kredit

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar dengan adanya istilah kredit, baik itu kredit rumah, kredit usaha, kredit modal kerja, kartu kredit dan sebagainya. Kredit tersebut dapat diartikan sebagai penundaan pembayaran oleh pihak yang penerimaan uang atau suatu barang kepada pihak yang memberikan uang atau barang tersebut dengan perjanjian telah disepakati sebelumnya.Kredit dalam neraca bank merupakan penggunaan dana, namun bagi perusahaan kredit merupakan suatu bantuan dari pihak bank sebagai sumber dana.

Menurut Moh. Tjoekam (1991:1), kata “kredit” berasal dari bahasa Latin yaitu credere yang berarti percaya atau to believe atau to trust. Menurut undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1 angka 11, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank


(39)

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Kredit yang diberikan oleh bank ataupun lembaga penyalur kredit lainnya didasarkan oellh kepercayaan, sehingga pemberian kredit akan diberikan bila benar-benar diyakini bahwa calon peminjam dapat mengembalikan kepercayaan tersebut tepat waktu dan syarat-syarat lain yang disepakati antara peminjam dan kreditor. Dengan demikian, kredit memiliki beberapa unsur, yaitu:

a. Kepercayaan, adalah keyakinan dari kreditur bahwa kepercayaan yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. Dalam hal ini, terdapat keterlibatan dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima kredit (debitur).

b. Waktu, adalah suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima dimasa mendatang. Dalam hal unsur waktu ini, terdapat pengertian nilai uang, bahwa uang yang ada pada saat ini lebih tinggi dari yang akan diterima dimasa yang akan datang. c. Risiko, adalah suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari

adanya jangka waktu yang memisahkan prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan, semakin besar tingkat risikonya. Hal ini karena adanya unsur ketidakpastian dimasa mendatang, yang akan menyebabkan munculnya unsur risiko.


(40)

d. Prestasi, adalah objek kredit yang dalam praktiknya tidak hanya berbentuk uang tetapi juga dapat berbentuk barang dan jasa. Namun dikarenakan kehidupan saat ini tidak terlepas dari adanya uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uang yang sering kita jumpai dalam perkreditan.

e. Adanya unsur bunga atau margin sebagai kompensasi bagi pemberi kredit merupakan perhitungan atas beberapa komponen seperti biaya modal (cost of fund), biaya umum (overhead cost), biaya atau premi risiko dan lain-lain.

Dalam pemberian kredit, unsur kepercayaan tidak terbatas pada penerima kredit, tetapi terjaganya kepercayaan akan kejujuran dan kemampuan dalam mengembalikan pinjaman itu tepat pada waktunya. Oleh karena itu, seseorang atau perusahaan yang akan menentukan kredit harus mempunyai kredibilitas atau kelayakan seseorang untuk memperoleh kredit. Kredibilitas tersebut harus memenuhi lima syarat yang biasa dikenal dengan istilah 5C’s principles yaitu:

a. Character

Bahwa calon nasabah debitur mempunyai watak, moral, dan sifat-sifat pribadi yang baik. Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemauan dari calon nasabah debitur untuk memenuhi dan menjalankan usahanya. Informasi


(41)

ini dapat diperoleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha, dan informasi dari usaha-usaha sejenis.

b. Capacity

Kemampuan calon nasabah debitur untuk mengelola jegiatan usahanya dan mampu melihat prospek masa depan, sehingga usahanya dapat memberikan keuntungan yang menjamin bahwa ia mampu melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang telah ditentukan. Pengukuran kemampuan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, misalnya pendekatan materiil, yaitu melakukan penilaian terhadap keadaan neraca, laporan laba rugi, dan arus kas (cash flow) usaha dari beberapa tahun terakhir. Melalui pendekatan ini, tentu dapat diketahui pula mengenai tingkat solvabilitas, likuiditas dan rentabilitas usaha serta tingkat risikonya. Pada dasarnya untuk menilai capacity seseorang didasarkan pada pengalamannya di dunia bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan dari calon nasabah debitur, serta kemampuan dan keunggulan perusahaan dalam melakukan persaingan usaha dengan pesaing lainnya.

c. Capital

Analisis modal untuk dapat menggambarkan capital structure, analisis ini tidaklah hanya melihat besar atau kecilnya modal, akan tetapi difokuskan bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh peminjam tersebut agar dana yang dipinjam tersebut dapat berjalan secara efektif.


(42)

Modal dapat terdiri dari modal saham, pinjaman bank, pinjaman pihak ketiga lainnya.

d. Collateral

Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan saran pengaman (back-up) atas risiko yang mungkin terjadi atas debitur dikemudian hari, misalnya terjadi kredit macet. Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit, baik utang pokok maupun bunganya.

e. Condition of Economy

Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha pemohan kredit perlu memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut.

Selain konsep atau prinsip 5C diatas, dalam prakteknya bank juga menerapkan dasar penilaian lain yang disebut dengan 5P’s principles yaitu:

a. Personality

Bank mencari data mengenai kepribadian calon debitur seperti riwayat hidup, hobi, pengalaman berbisnis, social standing, dan lain sebagainya. Hal ini ditentukan untuk persetujuan kredit yang diajukan oleh debitur.


(43)

Selain mengenal kepribadian (personality) dari calon debitur, bank juga harus mencari data mengenai tujuan atau penggunaan kredit tersebut sesuai line of business kredit bank yang bersangkutan.

c. Prospect

Dalam hal ini, bank harus melakukan analisis dengan cermat mengenai bentuk usaha yang akan dilakukan oleh pemohon kredit apakah mempunyai prospek dikemudian hari ditinjau dari aspek ekonomi dan kebutuhan masyarakat.

d. Payment

Bahwa dalam penyaluran kredit, bank harus mengetahui dengan jelas mengenai kemampuan dari pemohon kredit untuk melunasi utang kredit dalam jumlah dan jangka waktu yang telah disepakati.

e. Party

Bank perlu menggolongkan calon debiturnya menjadi beberapa golongan menurut character, capacity dan capital. Penggolongan ini akan memberikan arah analisis bagaimana harus bersikap.

Selain konsep atau prinsip 5C dan 5P diatas, bank juga menerapkan dasar penilaian lain yang sering disebut 3R yaitu:

a. Returns

Penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh debitur setelah mendapatkan kredit, apakah hasil tersebut cukup memadai untuk


(44)

menutupi pinjaman serta sekaligus memungkinkan pula usahanya untuk berkembang.

b. Repayment

Suatu perhitungan terhadap kemampuan dan jadwal serta jangka waktu pengembalian kredit.

c. Risk Bearing Activity

Sampai sejauh mana ketahanan debitur untuk menanggung risiko kegagalan apalagi menanggung suatu hal yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, termasuk kemampuan bank menanggung risiko sebagai kreditur, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dengan cara meminta collelateral dari debitur.

Kebijakan perkreditan (loan policy) menurut Hampel dan Simpson (1991) dalam Putri (2010:35) adalah:

The policy should in turn reflect the bank’s lending philosopy and culture, indicating prorities, specifying prosedures and means of monitoring lending activity. Loan policy should obtain three result:

1. Produce sound and collectible loan

2. Provide profitable investment of bank funds

3. Encourage extension of credit that meet the legitimate needs of the bank’s Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kebijakan kredit adalah kemampuan bank dalam menyalurkan kredit kepada debitur yang dapat menimbulkan keuntungan bagi bank itu sendiri. Pelaksanaan kredit mempunyai berbagai masalah yang cukup sulit sehingga diperlukan peraturan-peraturan baik secara tertulis maupun tidak tertulis dalam pelaksanaan kredit berlangsung, dalam penetapan kebijakan kredit perlu diperhatikan 3 azas pokok yaitu:


(45)

a. Azas Likuiditas

Azas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat menjaga likuiditasnya, karena suatu bank yang rasio likuiditasnya rendah akan berdampak pada hilangnya kepercayaan nasbahanya sendiri. b. Azas Solvabilitas

Usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit.

c. Azas Rentabilitas

Bank mengharapkan untuk memperoleh laba dari aktivitas usahanya. Laba diperoleh dari perkreditan selisih antara pendapatan dana dengan biaya dana.

Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penetapan kebijakan kredit menurut Muljono (2001:20) yaitu:

a. Untuk penyediaan saran penjagaan atau pengamatan terhadap set bank dan dana yang disimpan oleh para deposan secara memadai, maksudnya agar dana yang telah ditanamkan ke dalam bank tersebut dapat dikembangkan hingga dapat memperoleh reurn yang optimal. b. Sebagai dasar pedoman kerja dalam menghadapi perkembanngan

perekonomian khususnya yang menyangkut kegiatan perbankan, maksudnya sebagai unit perekonomian sudah tentu tidak dapat melepaskan diri dari setiap perkembangan yang terjadi pada kegiatan perekonomian yang mengelilinginya.


(46)

c. Sebagai pedoman bagi para pejabat kredit bank dalam menyelesaikan tugasnya.

d. Sebagai dasar untuk melaksanakan pengawasan, karena policy merupakan decision made in advance yaitu sebagai tolak ukur dari apa-apa yang harus dilaksanakan oleh para petugas dilapangan.

Menurut Kasmir (2014) Aspek-aspek yang perlu diperhatikan menyangkut calon debitur adalah:

a. Aspek Hukum (Yuridis)

Dalam aspek ini yang dinilai adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan akte pendirian perusahaan sehingga dapat diketahui siapa pemiliknya dan besarnya modal masing-masing pemilik.

b. Aspek Pemasaran

Dalam aspek ini yang dinilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan dimasa yang akan datang prospeknya bagaimana.

c. Aspek Teknis/Operasi

Penilaian mengenai keteknisan meliputi segi teknik fisik dari perusahaan calon debitur dimana sasarannya adalah untuk mendapatkan hasil produk yang dikehendaki sesuai dengan rencana,


(47)

baik itu kualitas, jumlah kapasitas, ukuran maupun kepentingan kalkulasi biaya atau kebutuhan modal kerja perusahaan.

d. Aspek Keuangan

Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. e. Aspek Sosial Ekonomi

Aspek ini menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum.

Menurut Putri (2010:45) ketentuan-ketentuan batas maksimum fasilitas kredit yang akan diperkenankan diberikan kepada satu debitur atau kelompok debitur adalah sebagai berikut:

a. Batas Maksimum Pemberian Kredit oleh Bank kepada nasabahnya adalah:

1. 20% dari modal sendiri bagi satu debitur

2. 50% dari modal sendiri bank bagi debitur grup dengan prinsipnya bahwa kredit yang diberikan kepada satu anggota grup tidak boleh lebih dari 20% dan untuk anggota grup tidak boleh 50%.

3. Ketentuan ini berlaku pula bagi cabang bank yang bersangkutan yang beroperasi di luar negeri.

b. Pemberian fasilitas kredit kepada perusahaan yang sebagian kepemilikannya dimiliki ileh bank berlaku ketentuan:


(48)

1. Perusahaan yang kepemilikannya 50% atau lebih dimiliki bank, batas maksimum kredit adalah 10% dari penyertaan bank pada perusahaan yang bersangkutan.

2. Perusahaan yang kepemilikannya kurang dari 50% dimiliki oleh bank batas maksimum kredit adalah 20% dari modal sendiri bank. 3. Batas maksimum kredit untuk seluruh perusahaan sebagaimana

dimaksud diatas adalah 50% dari modal sendiri bank. c. Bank diperkenankan pula memberikan kredit kepada:

1. Anggota direksi dan pegawai dengan maksimum sebesar kemampuan pengembalian dari pendapatan yang berasal dari bank yang bersangkutan.

2. Anggota komisaris yang bukan pemegang saham dengan maksimal: a. 5% dari modal sendiri bank bagi individu atau perusahaan yang

dimilikinya.

b. 15% dari modal sendiri bank bagi komisaris yang bersangkutan beserta grup perusahaan yang dimilikinya.

3. Pemegang saham dengan maksimal:

a. 10% dari jumlah penyertaannya bagi bank pemegang saham atau bagi perusahaan yang dimilikinya.

b. 25% dari penyertaannya pada bank dalam hal kredit kepada pemegang saham beserta grup perusahaan yang dimilikinya.


(49)

a. Jangka waktu (maturity)

Penggolongan kredit menurut jangka waktu dapat dibedakan: 1. Kredit jangka pendek (short-term loan)

Kredit jangka pendek adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang dari satu tahun. Kredit ini biasanya untuk membiayai kelancaran operasi perusahaan seperti kredit modal kerja.

2. Kredit jangka menengah (medium-term loan)

Kredit jangka menengah adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya 1 s/d 3 tahun. Biasanya kredit ini untuk menambah modal kerja misalnya untuk membiayai pengadaan bahan baku. Kredit jangka menengah juga dapat pula dalam bentuk kredit investasi.

3. Kredit jangka panjang (long-term loan)

Kredit jangka panjang adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya melebihi 3 tahun. Kredit ini biasanya untuk membiayai sutu proyek, perluasan usaha atau rehabilitasi.

b. Bentuk Jaminan (Collateral)

Dilihat dari barang jaminan, kredit dapat dibedakan: 1. Kredit dengan jaminan (secured loan)


(50)

c. Segmen Usaha

Sektor industri yang dibiayai oleh bank biasanya dibagi lagi menjadi segmen-segmen usaha lainnya seperti: perdagangan, otomotif, farmasi, tekstil dan lain-lain.

d. Tujuan Kredit

Kredit dapat dibedakan menurut tujuannya yaitu: 1. Kredit Komersil (commercial loan)

Kredit yagn diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah dibidang perdagangan. Kredit komersil meliputi antara lain: kredit leveransir, kredit untuk usaha pertokoan, kredit ekspor dan lain sebagainya.

2. Kredit Konsumtif (consumer loan)

Kredit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. Kredit ini biasanya meliputi kredit membeli barang atau kebutuhan lainnya seperti kredit properti, kredit motor, kredit mobil dan lain sebagainya.

3. Kredit Produktif

Kredit yang diberikan oelh bank dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi misalnya pembelian bahan baku, pembayaran upah, biaya pengepakan, biaya pemasaran dan lain sebagainya.

e. Penggunaan Kredit


(51)

1. Kredit Modal Kerja

Kredit Modal Kerja adalah kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur.

2. Kredit Investasi

Kredit Investasi adalah kredit yang diberikan bank kepada debitur untuk digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-barang modal.


(52)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian dari Putri (2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada objek penelitiannya. Peneliti sebelumnya melakukan penelitian pada perusahaan perbankan yang berada di wilayah Tangerang dan DKI Jakarta sedangkan Penulis melakukan penelitian pada perusahaan perbankan yang berada di Kota Medan.

Hasil penelitian Putri (2010) menemukan hasil yaitu penerapan manajemen risiko perbankan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan pemberian kredit dan Penerapan audit internal berpengaruh negatif terhadap kebijakan pemberian kredit kredit pada perusahaan perbankan yang berada di wilayah Tangeramg dan DKI Jakarta.

Nama Peneliti

Judul Penelitian Variabel yang

Digunakan Kesimpulan Putri (2010) Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Perbankan dan Penerapan

Audit Internal Terhadap Kebijakan Pemberian Kredit

X1: Penerapan Manajemen Risiko Perbankan

X2: Penerapan Audit Internal Y: Kebijakan Pemberian Kredit Penerapan manajemen risiko perbankan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan pemberian kredit dan Penerapan

audit internal berpengaruh negatif terhadap kebijakan pemberian kredit kredit pada perusahaan perbankan

yang berada di wilayah Tangeramg dan DKI Jakarta. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu


(53)

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Untuk memperjelas dan mempermudah pemahaman penelitian, maka perlu dijelaskan suatu kerangka konseptual sebagai landasan dalam pemahaman. Kerangka Konseptual adalah penjelasan tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia telah ditetapkan Pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank yang merupakan paduan bagi bank dalam menyusun kebijakan perkreditannya, yang sekurang-kurangnya mengatur hal-hal pokok mengenai prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, organisasi dan manajemen perkreditan, kebijakan persetujuan

Gambar 2.1

Variabel Independen Variabel Dependen

Audit Internal Manajemen Risiko


(54)

kredit, dokumentasi atau administrasi kredit dan pengawasan terhadap kredit bermasalah. Oleh karena itu, bank diwajibkan memiliki standar yang jelas dan tegas dengan mengandung unsur pengawasan internal pada semua tahapan dalam pemberian kredit. Sehingga bank akan bertanggung jawab dalam melaksanakan perkreditan yang telah dibuatnya sendiri, yang merupakan ketentuan internal bagi bank sendiri (self regulation).

Penerapan Manajemen risiko dalam Tampubolon (2004) memiliki tujuan untuk memproteksi aset dan laba sebuah organisasi demgam menguragi potensi kerugian sebelum hal tersebut terjadi. Manajemen risiko dalam keputusan pemberian kredit dapat mengukur dan mengawasi risiko yang timbul dari risiko kredit, kontrol sistem laporan dan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang berlaku.

Penerapan Audit internal menurut Eviyanti (2011) Audit internal tidak hanya berperan sebagai pengawas dengan melakukan pemeriksaan tetapi audit internal juga berperan sebagai konsultan dengan cara memberikan rekomendasi berdasarkan fakta temuan dan memastikan audit internal dapat melakukan tindak lanjut dari hasil temuan tersebut dalam hal ini menyangkut bidang kredit.

2.3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahamainya. Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang harus diuji. Hipotesis yang dapat


(55)

diambil berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan kerangka konseptual adalah:

H1: Manajemen Risiko dan Audit Internal berpengaruh secara parsial terhadap Keputusan Pemberian Kredit

H2: Manajemen Risiko dan Audit Internal berpengaruh secara simuktan terhadap Keputusan Pemberian Kredit


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif-kausal. Menurut Sugiyono (2003:14) penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan tertinggi dibandingkan deskriptif dan komparatif karena dengan penelitian ini dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Hubungannya bisa simetris, kausal dan interaktif. Dalam penelitian ini hubungan yang digunakan adalah hubungan kausal, yaitu hubungan sebab akibat, salah variabel (independen) mempengaruhi variabel lain (variabel dependen).

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah beberapa perusahaan perbankan yang berada di Kota Medan. Dan waktu penelitian adalah 2 Februari- 28 Maret 2015

3.3Definisi Operasional Variabel

Menurut Brown (1998:7) dalam Sarwono (2006:37) variabel “is something that may vary or differ” atau variabel adalah merupakan simbol atau konsep yang diasumsikan seperangkat nilai sehingga diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulannya. Operasional variabel adalah sebuah konsep yang mempunyai penjabaran dari variabel yang ditetapkan dalam suatu penelitian


(57)

yang dimaksudkan untuk memastikan agar variabel yang diteliti secara jelas dapat ditetapkan indikatornya.

a. Variabel independen (X)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel ini merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang akan diobservasi atau variabel dependen (Y). Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah sebagai berikut:

1. Manajemen Risiko (X2)

Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh usaha bank. Untuk mengukur penerapan manajemen risiko, kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang diadopsi dari Putri (2010) terdiri dari 11 pertanyaan. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode skala likert yang menggunakan 5 poin penilaian, yaitu (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) ragu-ragu, (4) setuju, (5) sangat setuju.

2. Audit Internal (X3)

Audit Internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan


(58)

manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketenruan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Untuk mengukur penerapan audit internal, kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang diadopsi dari Putri (2010) terdiri dari 10 pertanyaan. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode skala likert yang menggunakan 5 poin penilaian, yaitu (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) ragu-ragu, (4) setuju, (5) sangat setuju.

b. Variabel dependen (Y)

Variabel ini dapat memberikan reaksi atau respons jika dihubungkan dengan variabel independen. Variabel dependen merupakan variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel independen. Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah sebagai berikut:

Keputusan Pemberian Kredit

Kebijakan kredit adalah ketentuan yang harus dipedomani bank dalam menyalurkan kredit kepada debitur yang dapat menimbulkan keuntungan bagi bank itu sendiri. Untuk mengukur Keputusan Pemberian Kredit, kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang diadopsi dari Putri (2010) terdiri dari 8 pertanyaan. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode skala likert yang menggunakan 5 poin penilaian, yaitu (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) ragu-ragu, (4) setuju, (5) sangat setuju.


(59)

3.4Skala Pengukuran Variabel

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert.Skala likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam berbagai survei. Metode yang digunakan ini dikembangkan oleh Rennis Likert. Dalam skala likert ini, responden menentukan tingkat persetujuan terhadap pernyataan dengan lima pilihan. Dalam penelitian ini pengukurannya akan digolongkan ke dalam lima kategori, yaitu:

Tabel 3.1

Metode Skala dan Pengukurannya

Sangat

Setuju (SS) Setuju (S)

Tidak Pasti (TP)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju

(STS)

(5) (4) (3) (2) (1)

Sumber: Indrianto dan Supomo, 2002

3.5Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Indrianto dan Soepomo (1997), populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyao karakteristik tertentu. Penelitian ini mengambil objek pada orang-orang yang berada bagian manajemen risiko, audit internal dan perkreditan di beberapa perusahaan perbankan di Sumatera Utara.

Populasi dalam penelitian adalah perusahaan perbankan yang berada di Kota Medan sebanyak 55 bank. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan


(60)

sampel berdasarkan suatu kriteria dengan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Bank yang menjadi objek penelitian merupakan bank umum konvensional.

2. Bank yang menjadi objek penelitian merupakan bank yang dimiliki oleh pemerintah pusat maupun daerah.

Tabel 3.2

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

No Nama Perusahaan

Kriteria

Sampel

1 2

1

ABN Amro Bank  X -

2

American Express Bank  X -

3

Bank Agro Niaga  X -

4

Bank Artha Graha  X -

5

Bank BCA  X -

6

Bank BNI   Sampel 1

7

Bank BNI Syariah X  -

8

Bank BRI   Sampel 2

9

Bank BTN   Sampel 3

10

Bank Buana  X -

11

Bank Bukit Barisan  X -

12


(61)

13

Bank Bumi Artha  X -

14

Bank Bumiputera  X -

15

Bank CIC  X -

16

Bank Danamon  X -

17

Bank Dipo Internasional  X -

18

Bank Ekonomi  X -

19

Bank Ekonomi Rakerja  X -

20 Bank Eksekutif Indonesia

 X -

21

Bank Ekspor Indonesia  X -

22

Bank Gunung Kencana  X -

23

Bank Kesawan  X -

24

Bank Kredit Lyonnais  X -

25

Bank Mandiri   Sampel 4

26

Bank Mandiri Syariah X  -

27

Bank Maspion  X -

28

Bank Mega  X -

29

Bank Mestika  X -

30

Bank Muammalat X X -

31

Bank Natir  X -

32

Bank Niaga  X -

33

Bank NISP  X -

34


(62)

35

Bank Panin  X -

36

Bank Pasar  X -

37 Bank Pengangkutan Indonesia

 X -

38

Bank Permata  X -

39

Bank Prima Express  X -

40 Bank Prima Tata Patumbak

 X -

41 Bank Sembada Avitanugroho

 X -

42

Bank Standart Chartered  X -

43

Bank Sumut   Sampel 5

44

Bank Sumut Syariah x  -

45

Bank Tani Nasional  X -

46

Bank Tata Nasional  X -

47

BII  X -

48

BPR Bumi Asih X X -

49

BPR Kafatul Ummah X X -

50

BPR Karya Bakti Ugahari X X -

51

BPR Mega Citra Sarana X X -

52

BPR Nusantara Sunggal X X -

53

BPR Sejahtera Tembung X X -

54

BPR Solider X X -

55


(63)

3.6Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang disajikan bukan dalam bentuk bilangan-bilangan (non-numerik). Data nominal dan data ordinal merupakan contoh data kuantitatif.

Pada penelitian ini data yang digunakan termasuk data cross-section. Data cross-section adalah sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu saja.

3.7Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu:

Data Primer (Primary Data)

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan. Data primer dapat berupa observasi, keusioner dan wawancara.

Data primer dikumpulkan dengan metode survei dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh penulis. Kuesioner ini dibuat berdasarkan beberapa referensi dan kemudian dijadikan dalam bentuk pertanyaan oleh penulis. Tingkat persetujuan responden dalam kuesioner dinyatakan dalam skala likert (likert scale).Kemudian kuesioner ini dikirimkan kepada responden di berbagai bank yang berada di Sumatera Utara.


(64)

3.8Teknik Analisis Data A. Uji Kualitas Data

Penelitian yang mengukur variabel dengan cara kuesioner maka harus dilakukan pengujian kualitas terhadap data yang diperoleh. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh valid dan reliable. Hal itu karena kebenaran data yang diperoleh sangat menentukan kualitas hasil penelitian.

1. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor. Adapun teknik korelasi yang biasa dipakai adalah teknik korelasi product moment dan untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significant, maka dapat dilihat pada tabel nilai product moment atau menggunakan SPSS untuk mengujinya.Untuk butir pertanyaan yang tidak valid harus dibuang atau tidak dipakai sebagai instrumen (Noor, 2011:132). Nilai patokan untuk uji validitas adalah koefisien korelasi yang mendapat nilai lebih besar dari 0,3 (Sekaran dalam Augustine dan Kristaung, 2013:70).


(65)

2. Uji Realibilitas

Uji realibilitas data adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang dalam kuesioner konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Jika nilai CronbachAlpha lebih besar dari 0,6, maka kuesioner penelitian bersifat reliabel (Augustine dan Kristaung, 2013:73, Noor, 2011:165).

B. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plotyang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran dat (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal, maka menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari garis diagonal, maka tidak


(66)

menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:10).

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Ghozali, 2005:105). Cara umum untuk mendeteksi adnaya multikolinear dalam model ini adalah dengan melihat bahwa adanya korelasi atau hubungan antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal, variabel orthogonal adalah variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF).nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya nilai multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2001:91)

c. Uji Autokorelasi

Uji independensi residual (uji non-autokorelasi) merupakan suatu uji untuk memeriksa apakah untuk setiap dua pengamatan residual saling berkorelasi atau tidak (Field, 2009:220).Supranto (2005:151) mengartikan non-autokorelasi sebagai tidak terjadinya korelasi antara kesalahan pengganggu yang satu dengan yang lainnya.


(67)

d. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011:139) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Supranto (2005:57) mengartikan homoskedastisitas sebagai varians kesalahan pengganggu � untuk setiap pengamatan � adalah sama, sedangkan heteroskedastisitas adalah sebaliknya.

Model regresi yang baik adalah yang homoskesdasitas atau tidak terjadi heterokesdatisitas. Apabila terjadi heteroskedastisitas, estimator-estimator yang dihasilkan dengan metode OLS (ordinary least square) tidak lagi memiliki sifat varians yang minimum atau efisien. Dalam keadaan heteroskedastisitas, ketika tetap menggunakan metode OLS yang biasa (usual OLS formulas), maka uji t dan uji F dapat memberikan kesimpulan yang salah (Gujarati, 2003:428).

C. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2000:163). Metode regresi


(68)

berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan liner (Indrianto dan Bambang, 2002:2110). Variabel independen terdiri dari Manajemen Risiko dan Audit Internal sedangkan variabel dependennya adalah Kebijakan Pemberian Kredit.

Untuk menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

� =�+�+ �+ �

Keterangan :

Y : kebijakan pemberian kredit a : konstanta

b1-b4 : koefisien regresi x1 : Manajemen Risiko x2 : Audit Internal Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summarybdan tertulis Adjusted R Square. Nilai R2 sebesar 1, berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1, berarti semakin


(69)

kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Ghozali, 2005:45).

b. Uji Statistik t

Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2005:84).

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika thitung < ttabelpada α = 5% Ha diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%

c. Uji Statistik F

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2005:84).

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabelpada α = 5% H0 ditolak jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%


(70)

Tabel 3.2

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Subvariabel Indikator Ukuran

Variabel (X1)

Penerapan Manajemen Risiko Putri (2010) 1.Pelaksanaan Manajemen Risiko

• Penerapan sistem informasi dan prosedur kredit

• Penerapan system credit scoring

• Pedoman standar penerapan manajemen risiko perbankan

• Laporan dan data sistem informasi manajemen

• Pelaksanaan fungsi remedial secara independen

• Jangka waktu kredit (maturity profile)

• Pengembangan sistem pengawasan berbasis risiko

• Memantau bisnis penerima kredit

• Sistem dan metodologi statistik/probabilitas untuk mengukur risiko

• Sistem informasi untuk mengidentifikasi adamya konsentrasi dalam

portofolio kredit

• Pengendalian Risiko kredit

Skala Interval


(71)

Tabel 3.2 (lanjutan)

Variabel Subvariabel Indikator Ukuran

Variabel (X2)

Audit Internal Putri (2010) 1.Kualifikasi Auditor Internal

• Keahlian dan Pelatihan teknis yang memadai.

• Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama.

Skala Interval

2.Pelaksanaan audit internal

• Perencanaan dan supervisi audit.

• Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern.

• Bukti audit kompeten yang cukup.

• Pernyataan tentang kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku.

• Pernyataan mengenai ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

• Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan.

• Pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara kesulurhan.

Skala Interval


(72)

Tabel 3.2 (lanjutan)

Variabel Subvariabel Indikator Ukuran

Variabel (Y)

Keputusan Pemberian

Kredit

Putri (2010)

1.Standar dan Penilaian Kelayakan Kredit

• Melihat reputasi dan sifat-sifat positif dari nasabah

• Kemampuan nasbah membayar kewajibannya

• Sejumlah aktiva yang dijadikan jaminan oleh debitur

• Pemahaman mengenai pedoman perkreditan

• Pemberian kredit sesuai dengan kebijakan moneter dan ekonomi

• Pemberian kredit selektif dan diarahkan kepada sektor-sektor yang diprioritaskan

• Penetapan limit pemberian kredit.

Skala Interval


(73)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Kualitas Data

4.1.1 Uji Validitas

Validitas atau kesahihan adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yan diukur. Validitas ini menyangkut akurasi instrumen. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut itu valid atau sah, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap butir pertanyaan dengan skor total kuesioner. Adapun teknik korelasi yang biasa dipakai adalah teknik korelasi product moment dan untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significant, maka dapat dilihat pada tabel nilai product moment atau menggunakan SPSS untuk mengujinya. Untuk butir pertanyaan yang tidak valid harus dibuang atau tidak dipakai sebagai instrumen (Noor, 2011:132). Nilai patokan untuk uji validitas adalah koefisien korelasi yang mendapat nilai lebih besar dari 0,3 (Sekaran dalam Augustine dan Kristaung, 2013:70).

Setelah data diperoleh berdasarkan penyebaran kuesioner, maka data tersebut perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Bila instrumen atau alat ukur atau kuesioner tersebut tidak valid maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil penelitian yang baik (Noor, 2011:130, Zikmund, et al, 2009:309).

Noor (2011:130) menyatakan agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba


(74)

kuesioner paling sedikit 30 orang.Dalam penelitian ini, uji coba kuesioner melibatkan 30 responden.Berikut hasil dari uji validitas terhadap butir-butir pertanyaan dari variabel Manajemen Risiko, Audit Internal, dan Kebijakan Pemberian Kredit.

Tabel 4.1 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Kuesioner Manajemen Risiko

Korelasi antara Nilai r hitung Nilai r valid Valid jika r hitung > r valid Pertanyaan 1 dengan total 0,996 0,3 Valid

Pertanyaan 2 dengan total 0,959 0,3 Valid Pertanyaan 3 dengan total 0,928 0,3 Valid Pertanyaan 4 dengan total 0,467 0,3 Valid Pertanyaan 5 dengan total 0,966 0,3 Valid Pertanyaan 6 dengan total 0,531 0,3 Valid Pertanyaan 7 dengan total 0,334 0,3 Valid Pertanyaan 8 dengan total 0,688 0,3 Valid Pertanyaan 9 dengan total 0,467 0,3 Valid Pertanyaan 10 dengan total 0,647 0,3 Valid Pertanyaan 11 dengan total 0,587 0,3 Valid

Tabel 4.2 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Kuesioner Variabel Audit Internal

Korelasi antara Nilai r hitung Nilai r valid Valid jika r hitung > r valid Pertanyaan 1 dengan total 0,505 0,3 Valid

Pertanyaan 2 dengan total 0,613 0,3 Valid Pertanyaan 3 dengan total 0,401 0,3 Valid Pertanyaan 4 dengan total 0,581 0,3 Valid Pertanyaan 5 dengan total 0,322 0,3 Valid Pertanyaan 6 dengan total 0,614 0,3 Valid Pertanyaan 7 dengan total 0,726 0,3 Valid Pertanyaan 8 dengan total 0,483 0,3 Valid Pertanyaan 9 dengan total 0,376 0,3 Valid Pertanyaan 10 dengan total 0,402 0,3 Valid


(75)

Tabel 4.3 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Kuesioner Variabel Keputusan Pemberian Kredit

Korelasi antara Nilai r hitung Nilai r valid Valid jika r hitung > r valid Pertanyaan 1 dengan total 0,384 0,3 Valid

Pertanyaan 2 dengan total 0,611 0,3 Valid Pertanyaan 3 dengan total 0,782 0,3 Valid Pertanyaan 4 dengan total 0,626 0,3 Valid Pertanyaan 5 dengan total 0,747 0,3 Valid Pertanyaan 6 dengan total 0,680 0,3 Valid Pertanyaan 7 dengan total 0,650 0,3 Valid Pertanyaan 8 dengan total 0,452 0,3 Valid

Nilai patokan untuk uji validitas adalah koefisien korelasi yang mendapat nilai lebih besar dari 0,3 (Sekaran dalam Augustine dan Kristaung, 2013:70). Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 4.1 hingga 4.3 terhadap pertanyaan-pertanyaan pada variabel Manajemen Risiko, Audit Internal, dan Keputusan Pemberian Kredit, diketahui seluruh pertanyaan bersifat valid.

4.1.2 Uji Realibilitas

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih, Reliabilitas adalah indeks yang menujukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dilakukan terhadap setiap konstruk atau variabel yang digunakan dalam penelitian (Augustine dan Kristaung, 2013:70).


(76)

Uji keterandalan atau reliabilias dapat menggunakan salah satu dari beberapa kriteria yang telah umum digunakan, yakni stabilitas, ekuivalen dengan bentuk parallel (parallel forms), dan internal consistency. Pada kriteria internal consistency, pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan nilai Alpha Cronbach (Augustine dan Kristaung, 2013:71-72). Alpha Cronbach mengindikasikan apabila kerelasian memiliki nilai yang tinggi, maka instrumen penelitian juga memiliki reliabilitas yang tinggi pada internal consistency dan umumnya Alpha Cronbach digunakan untuk skala interval (Cooper dan Schindler dalam Augustine dan Kristaung, 2013:72).

Jika nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6, maka kuesioner penelitian bersifat reliabel (Augustine dan Kristaung, 2013:73, Noor, 2011:165).

Uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan yang telah memiliki atau memenuhi uji validitas, jadi jika tidak memenuhi syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas (Noor, 2011:130). Berikut hasil dari uji reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan yang valid.

Tabel 4.4 Uji Reliabilitas pada Kuesioner Variabel Manajemen Risiko, Audit Internal, dan Keputusan Pemberian Kredit

Variabel Nilai Alpha Cronbach Nilai Kritis Keterangan Kesimpulan Manajemen Risiko 0,901 0,6 0,945>0,6 Reliabel

Audit Internal 0,641 0,6 0,890>0,6 Reliabel Kebijakan Pemberian Kredit 0,766 0,6 0,825>0,6 Reliabel

Jika nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6, maka kuesioner penelitian bersifat reliabel (Augustine dan Kristaung, 2013:73, Noor, 2011:165). Diketahui bahwa kuesioner dari variabel Manajemen Risiko, Audit Internal, dan


(1)

debitur.

4 Bank meminta suatu jaminan (agunan) dari debitur sebagai keyakinan bagi bank atas kesanggupan membayar

kewajibannya

5 Pemberian kredit oleh bank telah sesuai dengan kebijakan ekonomi dan

moneter yang berlaku saat ini

6 Pemberian kredit oleh bank diarahkan

kepada sektor-sektor tertentu,

7 Penetapan limit pemberian kredit kepada debitur dapat diukur dari

besaran pendapatan debitur

8 Pedoman kredit harus disebarluaskan dan dipahami secara jelas oleh


(2)

Lampiran 2 : Output SPSS

LAMPIRAN


(3)

(4)

Uji Validitas dan Reliabilitas Keputusan Pemberian Kredit


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemeriksaan Intern terhadap Efektivitas Pengendalian Pemberian Kredit pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Mitradana Madani Medan

13 96 122

Peranan Informasi Laporan Keuangan Dalam Kebijaksanaan Pemberian Kredit Kepada Calon Nasabah Pada PT. Panin Bank, Tbk Cabang Medan.

31 163 115

Pengaruh penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit Internal terhadap kebijakan pemberian kredit

12 49 127

ANALISIS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA

0 1 20

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT (Studi pada Bank Umum Milik Negara di Kota Malang) | Yonatama | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

0 3 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

0 1 37

Kata Pengantar - Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

0 1 14

PENGARUH PENILAIAN KELAYAKAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI SURABAYA ARTIKEL ILMIAH

0 0 15

ANALISIS PERBEDAAN RISIKO PEMBERIAN KREDIT PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

0 0 116