Hasil Uji Koefisien Determinasi Hasil Uji t

79 Pada tabel 4.12 terlihat nilai tolerance untuk tiap variabel sebesar 0,151 sedangkan nilai VIF untuk masing-masing variabel sebesar 6,608. Berdasarkan pedoman terhadap uji multikolinieritas nilai tolerance 0,1 dan nilai VIF 10 maka terlihat bahwa tidak terjadi korelasi diantara variabel penerapan manajemen risiko perbankan, dan penerapan audit internal atau tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi ini.

4. Uji Hipotesis

a. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel- variabel independen, yaitu penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal dalam menjelaskan variasi variabel dependen, yaitu kebijakan pemberian kredit. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada kolom adjusted R square, yang ditampilkan pada tabel berikut : Tabel 4.13. Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,559 a ,312 ,279 2,96753 a Predictors: Constant, penerapan audit internal, penerapan manajemen risiko perbankan b Dependent Variable: kebijakan pemberian kredit Sumber: Data Primer yang diolah, 2010 80 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien Adjusted R Square yang dihasilkan oleh variabel-variabel independen sebesar 0,279 yang artinya adalah 27,9 variabel dependen kebijakan pemberian kredit dijelaskan oleh variabel independen penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal, dan sisanya sebesar 72,1 dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel independen yang digunakan. Misalkan variabel penerapan prinsip mengenal nasabah untuk menetapkan kebijakan penerimaan dan identifikasi nasabah Peraturan Bank Indonesia, No:310PBI2001, Analisa Mengenai dampak Lingkungan, dll. Angka koefisien kolerasi R pada tabel 4.13 sebesar 0,559 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah kuat karena memiliki nilai koefisien kolerasi diatas 0,5. Standar Error of Estimate SEE sebesar 2,96753. Makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.

b. Hasil Uji t

Pengujian regresi secara parsial uji t berguna untuk menguji pengaruh dari masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas 81 p-value dari masing-masing variabel dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05. jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel-variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji regresi secara parsial uji t dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.14. Hasil Uji t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. 1 Constant 23,002 5,274 4,361 ,000 Manajemen Risiko 1,194 ,323 1,231 3,698 ,001 Audit Internal -,813 ,320 -,845 -2,540 ,015 a Dependent Variable: Kebijakan Pemberian Kredit Sumber: Data Primer yang diolah, 2010 Dalam tabel Coefficients di atas ditunjukkan bahwa variabel independen yang dimasukkan dalam model yaitu penerapan manajemen risiko perbankan adalah signifikan. Hal ini dapat dilihat probabilitas signifikannya sebesar 0,01 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ha 1 diterima. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa penerapan manajemen risiko perbankan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan pemberian kredit. Dengan demikian penerapan manajemen risiko perbankan sangat berperan penting dalam kebijakan pemberian kredit. Manajemen risiko yang diterapkan oleh perbankan, diharapkan akan membantu dalam 82 memberi kebijakan yang tepat untuk pemberian kredit. Hasil penelitian ini konsisten dengan teori yang ada yaitu pada Pengaturan Pemberian Kredit Bank Umum Ginting, 2005:3 menyatakan bahwa pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan kelangsungan bank, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus berpegang pada azas-azas perkreditan yang sehat guna melindungi dan memelihara kepentingan dan kepercayaan masyarakat. Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan berdasarkan azas perkreditan yang sehat maka diperlukan suatu kebijakan perkreditan tertulis. Kriteria pemberian kredit yang sehat diatur dalam Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum 2003:20 yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dimana bank harus memiliki informasi yang cukup guna membantu bank dalam melakukan penilaian secara komprehensif terhadap profil risiko debitur. Jadi semaikin baik perusahaan perbankan menerapkan manajemen risiko kredit, maka semakin baik pula perusahaan menetapkan kebijakan pemberian kredit untuk meminimalisir risiko yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan kelangsungan bank. Variabel penerapan audit internal memiliki nilai probabilitas signifikan sebesar 0,015 di bawah 0,05 yang berarti Ha 2 diterima. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa penerapan audit internal berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan 83 pemberian kredit. Dengan demikian semakin baik penerapan audit internal maka semakin berkurang kebijakan dalam pemberian kredit, hal ini berarti bahwa semakin baik suatu bank menerapkan audit internal, maka bank akan lebih selektif dan lebih berhati-hati dalam memberikan kebijakan kredit pada nasabah, sehingga volume kredit yang diberikan akan semakin berkurang. Menurut Habiburahman 2007:28, peran auditor internal terhadap kebijakan yang dikeluarkan direksi tergantung pada tingkat independensi yang dimiliki oleh auditor, berdasarkan hasil penelitiannya auditor yang tidak besikap independen tidak dapat mengevaluasi kebijakan dan kewenangan yang dikeluarkan oleh direksi, karena auditor maksimal dapat melakukan niat evaluasi hanya dengan sekedar menanyakan kepada dewan direksi seperti hanya membuat teguran atau menanyakan secara lisan kepada direksi, hal ini menyiratkan bahwa posisi auditor lemah dalam menghadapi suatu kebijakan direksi. Berbeda dengan auditor yang lebih bersikap independen lebih terbuka dalam menyampaikan segala permasalahan yang terjadi di perusahaan, dan auditor setuju dibuat memo audit karena kebijakan direksi tersebut melanggar kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku, hal ini menyiratkan bahwa auditor lebih bersikap independen karena mendasarkan pada aturan tanpa takut dipersalahkan. 84 Dari hasil uji regresi yang dilakukan, juga ditemukan bahwa variabel penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal berpengaruh terhadap kebijakan pemberian kredit.

c. Hasil Uji F

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

3 63 103

Efektivitas peran fungsi audit internal dalam operasional manajemen risiko pada perbankan syariah

2 15 154

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT, RISIKO PASAR, DAN RISIKO OPERASIONAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2014

5 38 78

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT, RISIKO PASAR, RISIKO LIKUIDITAS, DAN RISIKO OPERASIONAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN (Studi pada Bank Umum Konvensional Go Public Periode 2011-2015)

1 44 92

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERHADAP RETURN SAHAM PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERHADAP RETURN SAHAM PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA.

0 2 14

PENGARUH AUDIT INTERNAL, PENGENDALIAN INTERNAL, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE Pengaruh Audit Internal, Pengendalian Internal, Dan Komite Audit Terhadap Penerapan Good Corporate Governance (Study Empiris Pada Bumn Di Kota Surakarta).

1 4 19

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT (Studi pada Bank Umum Milik Negara di Kota Malang) | Yonatama | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

0 3 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

0 1 37

Kata Pengantar - Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

0 1 14