Keluarga sebagai Tempat Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Anak.

seksual. Dari kebiasaan informan memakai jasa seksual PSK ini, menjadikannya mengidap penyakit kelamin yang kita kenal dengan istilah raja singa. Informan III, dengan kondisi ekonomi yang serba cukup, menjadikannya tidak bersusah payah untuk membeli dan mendapatkan narkoba jenis ekstasi dan ganja. Informan mengaku diberi uang saku utuk makan siang sebesar Rp 400.000,- dan uang saku malam sebesar Rp 200.000,-. Uang yang diberikan oleh orang tuanya inilah yang disalahgunakan oleh informan untuk mengkonsumsi narkoba jenis ekstasi dan ganja. Ekstasi yang dibeli oleh informan seharga Rp 450.000,- untuk ¼ gram dan dipakai hanya untuk sehari saja. Karena sudah kecanduan, informan mengaku jika tidak memiliki uang lagi, maka informan akan mencuri uang hasil penjualan sawit ayahnya agar bisa membeli narkoba jenis ekstasi dan ganja.

5.2.2. Keluarga sebagai Tempat Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Anak.

Keluarga adalah tempat pertama bagi anak untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan psikologis mereka berupa perhatian, kasih sayang, perlindungan dan hubungan yang harmonis antaranggota keluarga. Terpenuhinya kebutuhan- kebutuhan tersebut, bagi anak akan memungkinkan dirinya memiliki keyakinan yang positif, cara pandang positif terhadap dirinya sendiri, dan membentuk karakter diri yang positif pula. Sebaliknya jika kebutuhan psikologis tersebut tidak terpenuhi atau kurang terpenuhi, maka anak akan sulit mengembangkan citra diri dan karakter positif dalam dirinya. Universitas Sumatera Utara Pengembangan citra diri dan karakter positif akan sulit terpenuhi ketika terjadi tekanan psikologis terhadap anak dari keluarga. Salah satu temuan peneliti terhadap informan adalah informan menjadi tidak betah di rumah, menjadi takut. Ayah saya mah cuek. Pergi pagi pulang baru maghrib. Mana urus dia dengan kejadian di rumah. Kalau ibu saya pintar cari duit dari jualan nasi Informan I. Bapak ku diam saja kerjanya. Beda sama ibu yang kerjanya merepet terus. Ibu saya begitu bangun tidur sampai mau tidur lagi merepet dan ribut aja kerjanya dengan aku. Apa yg aku lakukan tidak pernah dianggap benar. Makanya aku lebih senang berada diluar rumah setiap hari. Aku hanya ada di rumah kalau mau tidur malam saja Informan II. Ayah sama ibu sudah bercerai. Mereka kerja cari duit terus. Anaknya gak diperhatikan. Kehidupan keluarga saya tidak harmonis. Kerjaan ayah dan ibu tiap hari ribut aja. Belum lagi ayah yang suka main perempuan terus kawin lagi sama selingkuhannya dan menceraikan ibu aku Informan III. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa semua informan menganggap bahwa hubungan antar keluarga mereka termasuk tidak harmonis. Hubungan antar anggota keluarga diklasifikasikan harmonis apabila informan menyebutkan bahwa hubungan antar saudara rukun, ayah dianggap penyabar dan bijaksana dan ibu selalu memberikan dukungan pada anak-anaknya. Sebalinya hubungan yang tidak antarkeluarga yang tidak harmonis bila informan mengatakan bahwa hubungan antarsaudara tidak baik atau tidak rukun, orangtua sering marah, atau orangtua memiliki kebiasaan buruk seperti judi dan mabuk. Informan I, menyatakan bahwa orangtuanya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing sehingga komunikasi antara anak dan orangtua sangat jarang terjadi. Ibunya sibuk berjualan nasi untuk kebutuhan makan mereka sehari- hari, sedangkan ayahnya pergi pagi dan pulang hampir maghrib karena jarak rumah dan tempat kerjanya agak jauh. Ayahnya tidak mau tahu tentang apa yang Universitas Sumatera Utara terjadi di rumah. Baginya yang penting cari uang dan diberikan kepada istrinya, cukup atau tidak bukan urusannya. Sementara ibunya sangat gigih mencari uang, tetapi karena informan berkelakuan tidak baik maka seringkali uang ibunya maupun beberapa peralatan elektronik maupun barang lainnya suka diambil dan dijual informan untuk membeli narkoba. Informan II, berdasarkan pernyataannya, orangtuanya bekerja sebagai pengurus mesjid di daerah dekat tempat tinggal mereka. Hubungan komunikasi antara ayah dan anak dalam hal ini informan tidak berjalan dengan baik. Ayahnya tidak begitu peduli dengan apa yang dilakukan informan setiap harinya. Sosok ayah informan lebih banyak diam dan lebih senang untuk berdiam diri di rumah atau melakukan pekerjaannya sebagai pengurus mesjid. Ibu informan sendiri memiliki sifat yang jauh dari ayahnya. Berdasarkan pernyataan informan, ibunya ada seorang yang suka memarahinya baik tanpa alasan maupun ketika informan mengaku berbuat kesalahan berbuat nakal. Begitu juga hubungan informan II dengan saudara laki-lakinya yang saat ini bekerja sebagai kontraktor di Sabang, Aceh. Berdasarkan pengakuan informan, hubungan antara informan dengan saudaranya tidak akrab dan kompak. Mereka berdua jarang berkomunikasi. Antar keduanya lebih sering bertengkar. Untuk menghindari hal tersebut, informan lebih baik memilih untuk tidak berkomunikasi dengan saudara laki-lakinya. Informan III, mengaku bahwa pekerjaan ayahnya sebagai pengusaha sawit membuat ayahnya terlena dengan pekerjaannya. Ayahnya berdasarkan pengakuan informan memiliki sifat yang sangat cuek, tidak peduli dan tidak mau tahu dengan apa yang terjadi dengan keluarga termasuk kepada informan sendiri. Dalam Universitas Sumatera Utara membesarkan keluarganya, ayahnya termasuk orang yang berorientasi kepada uang harta dalam pencapaian keharmonisan hidup. Hal ini terbukti dari pernyataan informan yang mengaku bahwasanya uang yang didapat ayahnya dari penjualan sawit, digunakan untuk berfoya-foya dan juga menafkahi keluarganya. Ibu informan juga ternyata adalah seorang wanita karir yang membuka toko mebel di daerah Binjai dan menjadi pengusaha sawit. Tidak jauh berbeda dengan sifat ayahnya, orientasi keharmonisan keluarga lebih kepada uang. Sehingga bentuk rasa kasih sayang ibu dan ayah informan ditransformasikan dalam bentuk pemberian uang kepada informan. Transformasi kasih sayang yang salah dan juga faktor kekayaan menyebabkan informan mencari “kasih sayang” di luar bersama teman-temannya. Informan III ini mengaku bahwa hubungan perkawinan ayah dan ibunya harus berakhir dengan perceraian. Perceraian orangtua informan terjadi ketika informan duduk di bangku kelas II Sekolah Dasar. Orang tua informan bercerai dikarenakan ayahnya menikah lagi dengan wanita lain dan telah memiliki dua orang anak laki-laki dari hasil pernikahannya dengan wanita lain tersebut. Informan dan kedua saudara perempuannya lebih memilih tinggal di tempat ibunya. Dikarenakan kedua saudara perempuannya telah menikah, informan mengaku tidak memiliki teman untuk sekedar bercerita dan berbagi pengalaman dengan saudaranya. Universitas Sumatera Utara

5.2.3. Sifat Diri Menurut Informan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Binaan Al-Kamal Sibolangit Center

5 60 135

Analisis Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Remaja Menggunakan Narkoba (Studi Deskriptif : Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre)

20 265 162

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

4 42 157

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 10

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 1

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 11

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 29

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Remaja Menggunakan Narkoba (Studi Deskriptif : Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre)

0 0 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI REMAJA MENGGUNAKAN NARKOBA (Studi Deskriptif : Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

0 0 9