5.2.1. Pemenuhan Kebutuhan Jasmani Anak
Indikasi terpenuhi atau tidaknya kebutuhan seseorang dapat dilihat pertama sekali dari terpenuhinya kebutuhan jasmani berupa barang seperti
makanan dan baju serta tingkat pendapatan orangtua. Tingkat pendapatan digunakan sebagai salah satu ukuran karena pemenuhan kebutuhan jasmani
berupa barang biasanya erat dengan daya beli seseorang. Bila tingkat pendapatan seseorang tinggi maka daya belinya juga tinggi begitu sebaliknya dengan orang
yang tingkat pendapatannya rendah. Pada penelitian ini, indikasi mengenai tingkat pendapatan keluarga
digambarkan melalui ucapan informan kepada peneliti.
Ayah saya kerjanya cuma buruh lepas di bongkar minyak Belawan. Namanya juga hanya tamatan SD. Ibuku hanya buka warung dekat rumah jualan nasi Informan I.
Bapak ku cuma pengurus mesjid. Kalau ibu hanya ibu rumah tangga Informan II.
Ayah saya seorang pengusaha dan banyak uangnya Informan III.
Data yang diperoleh menunjukan bahwa dua dari tiga informan informan I dan informan II dalam penelitian ini menganggap bahwasanya keluarganya
miskin. Sedangakan untuk informan III menganggap keluarganya adalah keluarga yang kaya dan berkecukupan. Informan mempersepsikan kondisi ekonomi
keluarganya termasuk miskin atau tidak berdasarkan sejumlah indikator, yaitu bila menurut informan penghasilan keluarga tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, informan bekerja untuk mendapatkan uang demi membantu ekonomi keluarga walau terkadang motif bekerja informan lebih
kepada sumber dana untuk membeli narkoba, bila salah satu orangtua informan tidak bekerja karena ketidakmampuannya misal: tidak memiliki keahlian dan
memiliki banyak anak yang memaksa untuk menjadi ibu rumah tangga, dan bila
Universitas Sumatera Utara
memiliki anggota keluarga yang banyak tapi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Informan I, merupakan anak pertama dari dua orang bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai buruh lepas di bongkar minyak Belawan yang penghasilannya
kurang dari Rp 30.000,- per hari. Dengan tingkat pendidikan ayahnya yang hanya tamatan Sekolah Dasar SD menjadi salah satu faktor seperti apa pekerjaan
ayahnya saat ini. Sedangkan ibunya sendiri bekerja sebagai penjual nasi di sebuah warung kecil yang tidak jauh dari tempat tinggal informan.
Informan II, merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang semuanya adalah laki-laki. Ayahnya hanyalah seorang pengurus mesjid di daerah dekat
tempat tinggalnya. Informan menganggap dengan pekerjaan ayahnya yang seperti itu sudah bisa dipastikan pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka sehari-hari. Pekerjaan sebagai pengurus mesjid lebih berorientasi kepada pelayanan daripada profesionalisme pekerjaan. Ibu informan II sendiri
hanyalah ibu rumah tangga. Informan III, merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Ayahnya
bekerja sebagai seorang pengusaha kebun sawit. Sementara ibunya bekerja sebagai pengusaha mebel di Binjai dan juga pengusaha sawit. Dari pengakuan
informan sendiri, keluarganya merupakan keluarga yang sangat mampu dalam memenuhi kebutuhan jasmani mereka sehari-hari.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwasanya dua dari tiga informan menyatakan bahwasanya keluarga informan tidak dapat berfungsi sebagai tempat
pemenuhan kebutuhan jasmani informan. Hanya satu informan informan III yang menyatakan bahwa keluarganya dapat berfungsi sebagai tempat pemenuhan
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan jasmani informan. Dari data ini peneliti dapat mengambil suatu kaitan tingkat ekonomi informan terhadap sumber dana dalam membeli narkoba.
Saya kalau tidak ada uang untuk membeli narkoba, maka saya curi uang ibu saya. Kalau tidak ada saya ambil barang-barang yang bisa cepat laku dijual. Misalnya setrika,
perhiasan ibunya,baju, dan sebagainya demi mendapatkan narkoba. Semua itu saya lakukan hampir setiap minggu Informan I.
Buat dapatin duit beli narkoba saya kerja buat ngantar jemput lonte. Setelah ngantar mereka kan saya dapat duit, terus saya pakai buat beli narkoba Informan II.
Saya kalau mau beli narkoba ya pakai uang saku yang diberikan orangtua saya. Kalau sudah habis, saya terpaksa mencuri uang hasil penjualan sawit ayah saya Informan III .
Dari pernyataan ketiga informan diatas, dapat ditarik sebuah hubungan antara tingkat ekonomi keluarga terhadap cara dan sumber dana yang dipakai
informan dalam mendapatkan narkoba. Informan I, dengan kondisi ekonomi keluarga yang dikatakan informan miskin, untuk mencari uang membeli narkoba,
biasanya yang dilakukannya adalah mencuri uang ibunya. Jika informan tidak menemukan uang ibunya, maka informan akan menjual barang-barang yang bisa
dijual cepat seperti setrika, perhiasan ibunya dan juga baju. Intensitas perlakuan seperti itu hampir terjadi setiap minggunya.
Informan II, melalui pernyataannya menyatakan bahwa untuk mendapatkan narkoba dia bekerja sebagai pengantar PSK Pekerja Seks
Komersial ke hotel-hotel. Istilah pekerjaan ini biasanya dikenal dengan istilah anjelo antar jemput lonte. Uang dari hasil pekerjaan informan sebagai tukang
ojek PSK inilah yang digunakannya untuk membeli narkoba jenis ganja dan juga obat batuk. Selain menjadi tukang ojek PSK, ternyata fakta yang mengejutkan dari
informan ini adalah sering juga memakai jasa PSK untuk melakukan hubungan
Universitas Sumatera Utara
seksual. Dari kebiasaan informan memakai jasa seksual PSK ini, menjadikannya
mengidap penyakit kelamin yang kita kenal dengan istilah raja singa.
Informan III, dengan kondisi ekonomi yang serba cukup, menjadikannya tidak bersusah payah untuk membeli dan mendapatkan narkoba jenis ekstasi dan
ganja. Informan mengaku diberi uang saku utuk makan siang sebesar Rp 400.000,- dan uang saku malam sebesar Rp 200.000,-. Uang yang diberikan
oleh orang tuanya inilah yang disalahgunakan oleh informan untuk mengkonsumsi narkoba jenis ekstasi dan ganja. Ekstasi yang dibeli oleh informan
seharga Rp 450.000,- untuk ΒΌ gram dan dipakai hanya untuk sehari saja. Karena sudah kecanduan, informan mengaku jika tidak memiliki uang lagi, maka
informan akan mencuri uang hasil penjualan sawit ayahnya agar bisa membeli narkoba jenis ekstasi dan ganja.
5.2.2. Keluarga sebagai Tempat Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Anak.